Oleh : Dr. Remiswal, S.Ag., M.Pd. Doktor dari Universitas Negeri Jakarta !osen "ak#ltas Tarbi$ah IAIN Imam Bonjol Padan% A& Pendah#l#an Kualitas produk pendidikan pada setiap jenis, jenjang dan satuan lembaga pendidikan merupakan kemestian yang perlu didukung oleh semua pihak. Terlebih lagi dikaitkan dengan era yang akan dihadapi lulusan (alumni, /abituren) yang menuntut kualitas produk lebih baik untuk dapat melakukan komparasi dan kompetesi di tengah pergumulan kemajuan informasi dan teknologi yang menandaskan berjalannya era globalisasi. Kualitas produk lulusan (alumni/abituren) merupakan salah satu problema pendidikan kita dewasa ini, di samping masalah kuantitas, relevansi, pemerataan dan lain sebagainya. uara persoalan pendidikan tersebut adalah terhadap ketidaksiapan lulusan yang dihasilkan yang meliputi aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (ketrampilan) sebagai pribadi yang mandiri. !engan ungkapan yang berbeda dapat dikatakan bahwa peserta didik dengan latar belakang yang beragam tidak dapat berkembang seperti yang mereka harapkan, bahkan terjadi penurunan prestasi belajar (under achievement) peserta didik dari sebelumnya. "aktor guru sebagai salah satu yang dominan dan turut mempengaruhi mutu pendidikan sering mendapat sorotan dari berbagai kalangan, yang pada dasarnya menginginkan kualifikasi guru yang mengajar tersebut betul#betul standar, hingga proses pembelajaran yang dilakukan mampu mengangkat dan meningkatkan mutu peserta didik hingga dapat berkomparasi dan berkompetisi se$ara sehat. Terhadap kualifikasi guru berdasarkan data yang dikemukakan oleh %alitbang !epdiknas (&''() bahwa dari (.')*.+), orang guru -ekolah !asar .egeri (termasuk di dalamnya kepala sekolah, guru kelas, guru agama dan guru penjaskes) hanya **/.+&, orang (*&.*0) yang layak mengajar dan /'+.'1& orang ()2,/0) yang tidak layak mengajar. Keadaan yang tragis lagi dari +/.1', orang guru -ekolah !asar -wasta, hanya 1*.')' orang (1,,)0) yang layak mengajar dan )&.&), orang (/',) 0) yang tidak layak mengajar (Kompas, (' Oktober &''&). !isisi lain, pemberian sertifikasi kepada guru#guru dan dosen belakangan ini juga belum berdampak signifikan terhadap kualitas pembelajaran. %erdasarkan data tersebut, yang tidak menyebutkan indikasi kelayakan dan ketidaklayakan dari guru#guru yang menjadi respondennya, tetapi se$ara signifikan mendukung sinyalamen yang berkembang tentang rendahnya kualitas lulusan lembaga pendidikan sebagai akibat rendahnya kualitas guru selama ini. 3embi$araan peningkatan kualitas tenaga pendidik 4 guru menjadi relevan, hingga endiknas menekankan bahwa kualifikasi guru yang mengajar minimal untuk pendidikan pra sekolah adalah lulusan !.&, pendidikan dasar dan menengah berkualifikasi serjana kependidikan dan non kependidikan plus akta mengajar dan untuk pendidikan tinggi adalah lulusa -.& dan -.1 (Kompas, & -eptember &''&). 5ang menjadi alasan, kenapa guru -! harus berkualifikasi -.(6, karena akibat kesalahan konsep yang diajarkan oleh lulusan !.& (kurang matang se$ara intelektual dan emosional) dapat menghambat perkembangan konsep selanjutnya ( Kompas, (' Oktober &''&). -eolah pembi$aran kualitas tenaga pendidik 4guru ibarat 7menampar air di dulang. 8rtinya rendahnya kualitas tenaga pendidik 4guru tidak dapat menyalahkan pihak tenaga pendidik 4 guru sepenuhnya, tetapi kebijakan dan situasi mengenai pendidikan selama ini belum memberdayakan peranan guru sebagai profesionalisme. !engan ungkapan lain 7guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa betul#betul diabadikan selama#lamanya. 9ontoh dari keadaan tersebut berupa pergantian buku paket setiap tahun ajaran (Kompas, , 8gustus &''&) membuat pandangan terhadap guru semakin miring, kebingungan guru memahami kurikulum berbasis kompetensi (Kompas, 1' 8gustus &''&) menjadikan pendidik 4 guru tidak berdaya dalam pembelajaran, termasuk masih rendahnya kesejahteraan guru (Kompas, Kompas, (' Oktober &''&), menjadikan pendidik 4 guru tidak menjalankan fungsi sebagaimana mestinya. 3erguruan tinggi yang dianggap 7high class: dalam dunia pendidikan menunjukkan wajah serupa dengan jenjang yang di bawahnya. ;ntuk itu tuntutan agar perguruan tinggi berani menjamin kualitas lulusannya 7quality assurance: (edia <ndonesia, ) =uni &''&) menjadi indikasi bahwa proses pembelajaran di perguruan tinggi belum mampu menghasilkan alumni yang mandiri se$ara intelekual, emotional dan praktikal. >alaupun demikian, pembi$araan kualitas lulusan sangat terkait dengan kualitas proses dan kualitas input. !engan ungkapan yang sama bahwa dengan kualitas input dan proses yang baik , maka akan mengasilkan kualitas produk yang baik, sebagai $ontoh dengan bermun$ulnya sekolah#sekolah unggul dewasa ini dengan berbagai bentuk beranjak dari asumsi ini. -e$ara luas yang menjadi input pendidikan adalah peserta didik, pendidik, kurikulum, alat4sarana, lingkungan, sistem organisasi, administrasi dan masih banyak lagi, sedangkan proses meliputi interaksi, pendekatan, dinamika, intensitas, kondisi dari komponen input serta dipengaruhi oleh kondisi internal dan kondisi eksternal selama proses berlangsung. !engan demikian, diharapkan produk yang dihasilkan menjadi baik. %erdasarkan paparan di atas, terlalu naif bila persoalan kualitas pembelajaran yang selalu menjadi sasaran tembaknya adalah pendidik 4 guru dengan kondisi yang sama sekali belum berpihak kepada peningkatan kualitas mereka. !alam keterbatasan kondisi sekarang ini alternatif kualitas pembelajaran sudah mesti beralih kepada konsep yang lebih luas, maka tulisan ini men$oba men$ermati peluang#peluang ke arah pembelajaran yang utuh.
B& K#alitas dan !imensi Pembelajaran 3embelajaran yang berkualitas merupakan proses pembelajaran sebagai akibat adanya pendekatan, interaksi, intensitas, dinamika dan kondisi dalam pembelajaran berjalan se$ara efektif. ?feketivitas keseluruhan komponen pembelajaran menjadikannya berkualitas. -ebagai tolak ukurnya adalah keadaan yang dijadikan patokan atau sasaran pen$apaian kegiatan pembelajaran tersebut. -alah satu $ontoh mengukur kualitas pembelajaran dengan menggunakan pola %loom. enurut %loom ((,2/@ (() bahwa kualitas pembelajaran ( quality of instruction ) ditentukan oleh & variabel pokok, meliputi unsur@ () Student Characteristic@ cognitive entry bahavior dan affective entry behavior, &) earning outcomes@ level and type achievement, rate of learning dan affective outcomes. !imana alur prosesnya seperti pada bagan di bawah ini : St#dent Instr#'tion Learnin% (ahara'teristi' )#t'omes 9ognitive ?ntry Aevel BType %ehavior Aearning 8$hievement Task (s) Cate of learning 8ffe$tive ?ntry 8ffe$tive Out# %ehavior $omes Duality of instru$tion S#mber* !ik#ti+ dari B&S& Bloom dalam b#k#n$a , -#man (hara'tersiti' and S'hool Learnin%. h& // ;ntuk itu, praktek pembelajaran dengan memperhatikan salah satu aspek dan mengabaikan aspek lain tidak membuat pembelajaran menjadi berkualitas, boleh jadi pembelajaran menjadi hal yang tak menyenangkan, bahkan menjadikan minat belajar dan mengajar berkurang. -eyognya dalam proses pembelajaran memperhatikan faktor#faktor se$ara detail, lebih jauh diskusi#diskusi masalah akan berkembang se$ara menarik dan tidak akan pernah berakhir selama proses pembelajaran masih tetap berjalan. odel peningkatan seperti ini dapat dilakukan dengan menggunakan siklus !emings ( >ood dkk. (,,*@ (/) seperti di bawah ini : 3lan !o (!esign) -tudy 8$t (8djust) ;ntuk pen$apaian kualitas pembelajaran seperti diharapkan di atas, maka dimensi yang menjadi perhatian yang men$akup in#put (masukan, row material) , through#put (proses) dan out put (keluaran, produk,hasil). !imensi pembelajaran yang dominan dan dianggap komponen pendidikan sebagai suatu sistem dapat dijelaskan sebagai berikut : (. Tujuan 3embelajaran Tujuan pembelajaran merupakan hirarkhis tujuan mendasar yang akan mendukung pen$apaian tujuan#tujuan selanjutnya. Tujuan pembelajaran biasa nya telah terpaket dalam kurikulum (tujuan, organisasi materi, pendekatan 4 metode, alat 4 sarana dan evaluasi) dengan dukungan sumber (literatur 4 reference) yang direkomendasikan, dalam proses pembelajaran akan lebih berkembang dan dinamis sebagai akibat refleksi dan apresiasi dari warga belajar. <nteraksi pembelajaran sebagai akibat apresiasi dan refleksi warga belajar terhadap materi ajar yang dikembang membutuhkan intensitas komunikasi, yang lebih menekankan pada kebermaknaan komonukasi yang dilaksanakan yang dapat mengikat keseluruhan warga belajar. -ebagaimana diketahui diantara pola komunikasi yang sering digunakan dalam proses pembelajaran meliputi:() one way communication (komunikasi satu arah seperti penggunaan metode $eramah), &) two ways communication (komunikasi dua arah seperti penggunaan metode tanya jawab), 1) multi ways communication (komunikasi banyak arah seperti penggunaan metode diskusi). ;ntuk itu, penetapan pola komunikasi apa yang digunakan memberikan pengaruh yang banyak terhadap proses pembelajaran . 3roses pembelajaran yang dilakukan akan mengarah pada pen$apaian tujuan pembelajaran se$ara keseluruhan. !engan kata lain, bahwa keberhasilan pembelajaran menjadi ukuran terhadap komponen#komponen terlibat serta sasaran akhir pembelajaran tersebut, yakni peserta didik dengan berbagai harapannya. %erkaitan dengan tujuan pembelajaran, a$uan yang berkembang adalah 7Taxonomi of Education bjectives: yang dikemukakan oleh %.-. %loom ((,2/), dikenal dengan ranah kogintif yang men$akup aspek pengetahuan (!nowledge), pemahaman (comprehension), aplikasi (aplication), analisis (analytic), sintesis (sintetyc)dan evaluasi (evaluation). -edangkan ranah afektif (attitude) dan psikomotor (psychomotor) dalam proses pembelajaran, se$ara konsep dijelaskan tetapi dalam penerapannya masih dalam porsi terbatas. Kepin$angan ini dirasakan oleh ahli#ahli pendidikan bila dikaitkan dengan fenomena#fenomena bangsa saat ini. Elobalisasi dengan segenap dampak yang ditimbulkannya turut mempengaruhi orientasi tujuan pendidikan ke depan, bahkan ;.?-9O ((,,/@ +/#,*) mengemukakan * pilar pembelajaran dalam memasuki abad FF<, yaitu () "earning to !now # belajar mengetahui, &) "earning to do G belajar berbuat, 1) "earning to live together G belajar hidup bersama, dan *) "earning to be G belajar menjadi seseorang. !engan demikian, perubahan waktu dengan segala dampak yang mun$ull menyebabkan konteks dan tujuan pembelajaran bergeser, seperti dikemukakan !elors ((,,+@ &/#1') yang meliputi@ () the growth of !nowledge, &) technological change, 1) demographic change, *) countries are becoming increasingly interpendence, )) new social and community concern, /) changes in attitude to the role of public policy. Terhadap perubahan konteks pendidikan tersebut dibutuhkan kreativitas dan imajinasi dalam men$arikan solusi alternatif bagi peningkatan kualitas pembelajaran. &. 3endidik dan 3eserta !idik 3endidik dan peserta didik mesti dipandang sebagai warga belajar, sekalipun dapat dipisah berdasarkan perbedaan status yang diberikan kepadanya. -ebagai warga belajar, maka aktivitas belajar#mengajar atau mengajar#belajar dipunyai oleh keduanya. 8rtinya pendidik yang berfungsi sebagai mengajar tidak menutup diri untuk belajar dalam proses yang berlangsung, begitupula peserta didik yang berfungsi sebagai belajar tidak tertutup kemungkinan menjadi sumber belajar oleh pendidik 4 gurunya. -ebenarnya fungsi seperti sangat menguntungkan ke dua belah pihak (mutualisme# yaitu pendidik dan peserta didik, dengan demikian akan mun$ul l kesadaran untuk tetap meningkatkan kualitas pembelajaran. 8kibat perbedaan status yang diberikan, sisi pandang inilah yang memberikan perbedaan persyaratan terhadap keduanya. ;ntuk pendidik menurut ;.?-9O ((,,/@(*2#(*+) bahwa upaya peningkatan kualitas dan motivasi terhadapnya dapat dilakukan dalam berbagai $ara :() $ecruitment, &) %nitial Education, 1) %n &ervice Training, *) Teacher Educators, )) &upervisi, /) 'anagement $eform, /) (articipation by people from out side the teaching profession, 2) )ondition of wor!, dan +) Teaching 'aterials. Aangkah#langkah yang dikemukakan di atas tidak akan bermakna, tanpa adanya program yang jelas untuk merealisasikannya. 8da program peningkatan yang bukan menjadi kewenangan guru, dan ada yang menjadi hak dan kewajiban guru untuk meningkatkan kualitas dirinya. 5ang terpenting adalah pendidik 4 guru menyadari bahwa profesinya sebagai suatu yang berharga yang mesti ditingkatkan dan dikembangnya menjadi imbas terhadap proses pembelajaran. ;ntuk peserta didik yang memilik keberagaman latar belakang sepertii kehidupan keluarga, ekonomi, sosial, budaya dan bahasa dan lainnya menjadikan dinamika pembelajaran, tentunya dengan pengelolaan atau manajerial yang tepat. Kejelian dalam memandang keberagaman peserta didik sebagai kapital pembelajaran menjadi keharusan dan dapat menjadi diskusi i panjang se$ara interdisipliner, yang telah hilang dalam sistem pendidikan kita selama ini. 1. 8lat, -arana dan Aingkungan 3embelajaran Kualitas pembelajaran dipengaruhi juga alat, sarana dan lingkungan belajar. 3engaruh yang diberikan dapat bermakna positif dan bermakna negatif. 3ositif dan negatif pengaruh terhadap pembelajaran sangat tergantung pada disain pembelajaran yang dikembangkan. 8pakah proses pembelajaran mampu menjadikan peserta didik untuk memamfaatkan ketiga hal tersebut sebagai penunjang terhadap hasil pembelajaran yang diharapkan ( alat, sarana dan lingkungan sebagai means pembelajaran), atau proses pembelajaran menjadikan peserta didik terjebak dengan ke tiga hal tersebut (alat, sarana dan lingkungan sebagai ends pembelajaran), hingga kondisi tersebut menjadi preseden buruk bagi peserta didik. ;ntuk itu menjadikan alat, sarana dan lingkungan sebagai sumber belajar (dalam hal ini ketiga tersebut sebagai means) menjadi relevan bagi pembelajaran yang berkualitas. !i samping itu penggunaan ketiga hal tersebut semestinya menjadi bagian dari kehidupan nyata (real life) peserta didik, sebagai jembatan bagi peserta didik untuk dapat hidup dalam lingkungan aslinya. Tidak seperti yang dikatakan H.8.C. Tilaar bahwa *se!olah atau !ampus sebagai menara gading atau menara baru. !engan ungkapan yang sama bahwa peserta didik setelah tamat atau menyelesaikan studinya tidak mampu berkreasi dalam lingkungan masyarakat dimana mereka tinggal. *. anajemen dan 8dministrasi 3emahaman terhadap kedua aspek di atas bukan merupakan sesuatu yang baru. 5ang penting diketengahkan disini bahwa aspek manajemen dan administrasi turut dipengaruhi oleh kemajuan informasi dan teknologi, se$ara signifkan aspek ini menjadi indikasi dalam penilaian terhadap sistem pendidikan yang berkualitas.
(& Arah Penekanan K#alitas Pembelajaran enyadari pembelajaran sebagai proses yang kompleks, yang dinamikanya dapat berubah setiap saat, maka kualitas pembelajaran tidak dapat lagi dipandang sebagai kegiatan belajar mengajar yang dibatasi oleh empat dinding ( kelas), tetapi dapat berkembang menjadi dimensi yang lebih luas, mengingat keterbatasan Gketerbatasan dalam pembelajaran kita selama ini. ;ntuk ke depan, arah penekanan pembelajaran dapat dikembangkan dan diarahkan kepada: Pertama, pembelajaran sebagai proses universal, dikarenakan keterbatasan sistem pembelajaran selama ini, seyogyanya pembelajaran dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja (whenever dan wherever). -ebagai $ontoh terhadap hal ini, salah satunya dapat dilihat dalam <slam bahwa wahyu pertama turun adalah Ds. 8l#8laI :(#), yang intinya adalah 7 iIraJ 7 (ba$alah) sebagai gambaran universal dari proses pembelajaran yang dapat dilakukan dan menjadikannya sebagai budaya masyarakat, tidak lagi dipahami sebagai budaya sekolah. 3er$epatan menuju budaya universal semestinya didorong se$ara terus menerus oleh semua pihak. Ked#a, pembelajaran sebagai proses pengembangan diri. 8rtinya pembelajaran mampu menjangkau perbedaan peserta didik se$ara individual (differensiasi individu) sebagai kekuatan mereka untuk tumbuh dan berkembang. -edangkan makna differensiasi individu tersebut dapat dilihat dari pernyataan %loom ((,2/@+) yang berbunyi: 7%ndividual differences in learning is observable phenomenon which can be predicted, explained, and altered in a great variety of ways. %n contrast, individual differences in learners is a more esoteric: ;ntuk itu, perbedaan individu sebagai fenomena yang kelihatan serta dapat diprediksi dan dijelaskan akan memberi kemudahan dalam mengembangkan peserta didik. -ebab disadari betul bahwa peserta didik menurut Howard Eardner dan Talge ( 9onny C. -emiawan, (,,,@ 22#2,) memiliki 7'ultiple %ntelegences: sebagai potensi kemampuan tiada terhingga untuk belajar (unlimeted capacity to learn). 8dapun 7 'ultiple %ntelegences: menurut Howard Eardner di atas meliputi : () %ntelegensi "inguisti! G kemampuan untuk memba$a, menulis dan berkomunikasi, &) %ntelegensi "ogis+'atematis G kemampuan untuk berpikir logis, sistematis dan menghitung, 1) %ntelegensi ,isual+&patial # kemampuan untuk berpikir melalui gambar, memvisualisasi hasil masa depan, mengimaginasi sesuatu dengan penglihatan, *) %ntelegensi 'usi!al G kemampuan untuk mengkomposisikan musik, menyanyi dan mengahrgai musik, memiliki kepekaan untuk irama, )# %ntelegensi -inestetis .adan G kemampuan untuk menggunakan badan se$ara terampil, mengatasi masalah, menghasilkan prestasi, /) %ntelegensi %nterpersonal &osial G kemampaun untuk bekerja se$ara efektif dengan orang lain, memiliki empati dan pengertian, menghayati motivasi dan tujuan seseorang, 2# %ntelegensi %ntrapersonal G kemampuan untuk analisis diri dan refleksi dan kemampuan menilai keberhasilan orang lain, serta +) %ntelegensi /atural G kemampuan mengenal kembali flora dan "auna dan men$intai alam. !engan memahami potensi peserta didik, maka paradigma mengajar pendidik 4 guru akan mengalami perubahan yang mendasar sebagai proses yang saling menguntungkan. ;mpamanya fungsi pendidik4guru sebagai fasilitator, yang berfungsi menjembatani potensi dan harapan peserta didik menjadi sesuatu yang sesuai (match). 8tau dapat sebagai inovator, yang berfungsi se$ara kreatif dan imajinatif dalam menemukan solusi#solusi alternatif bagi peningkatan kualitas pembelajaran. 3engembangan diri dalam pembelajaran sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, sebagai $ontoh dapat dilihat hasil#hasil penelitian yang dikemukan oleh %.-. %loom ((,2/: +), bahwa penelitian yang dilakukan oleh 9oleman ((,//), 3lowden ((,/2), Hansen ((,/2), Thorndike ((,21), 9omber dan Keeves ((,21), serta 3urves ((,21) menunjukkan rasa per$aya diri dapat mempengaruhi pen$apaian hasil belajar di sekolah terutama dalam kemampuan verbal (verbal abilty) sesuai dengan kondisi lingkungan rumah anak. Hal serupa juga ditunjukkan oleh hasil penelitian %loom ((,/*), !ove ((,/1), Hansen ((,2&) dan >olf ((,//) menyimpulkan determinasi karekteristik anak sangat ditentukan oleh interaksi antara orang dewasa dengan anak melebihi tingkat ekonomi, pendidikan dan status ekonomi mereka. Keti%a, pembelajaran sebagai proses tantangan bagi peserta didik. Terhadap pendidikan sistem bank yang menempatkan peserta didik sebagai sasaran pembelajaran kurang efektif dalam meningkatkan kreativitas dan imajinasi peserta didik, sebab pembelajaran yang berkualitas mampu menumbuhkan dan mengembangkan kreativitas dan imajinasi ini. Tidak mun$ulnya peserta didik dengan bakat dan talenta yang menonjol serta tidak berkembang kreativitas dan imajinatif, bahkan lulusan yang dihasilkan hanya dengan prediket baik dan tidak baik, menurut -emiawan ((,,,:&)#&/) bahwa pendidik hanya berfungsi menjelaskan, menganalisis dan mempertanggungjawabkan body of material yang harus diajarkan, sedangkan peserta didik menjadi clich0J atau sebagai penghapal yang baik dengan menggunakan pendekatan prinsip menjadi pebelajar yang menurut ( Educational (rinciple of The bedient "earner). ;ntuk menjadikan pembelajaran sebagai proses yang menantang tidak hanya diperoleh dalam kelas, tetapi dapat dalam keluarga dan masyarakat. enurut -uriasumantri ((,,,:*/#*2) langkah yang dapat ditempuh ke arah tersebut ada dua $ara: () memberi mereka tantangan dan rangsangan, &) membawa mereka agar mengenal pemikiran#pemikiran yang menonjol. -edangkan menurut 3aulo ((,2') adalah dengan menjadikan pembelajaran sebagai sistem yang menyajikan masalah yang terkait dengan kehidupan mereka. -ebab tokoh besar seperti <saa$ .ewton, Aayola, Auther dan Cabais mun$ul akibat banyak persoalan#persoalan menantang dihadapi mereka. Keem+at, pembelajaran sebagai proses pemerdekaan berpikir. Ke arah kemerdekaan berpikir sebagaimana diungkap oleh %ronowsky ((,21@ *((#*12) merupakan $erita panjang dari sejarah manusia mulai dari <slandia yang terletak pada bagian ?ropa ;tara sekitar tahun ,'' asehi sampai pada era komputerisasi atau gejala#gejala yang dikemukakan "reira ((,2() bahwa pembelajaran sebagai gejala penindasan, yaitu hubungan antara penindas (pendidik4guru) dengan tertindas (peserta didik), hingga pergumulan mengenai kemerdekaan berpikir menjadi persoalan besar yang sukar diwujudkan, karena akibat terjadinya reduksi terhadap pemikiran manusia. Tindakan memandang pendidik sebagai pribadi yang utuh, berbeda dengan pribadi#pribadi lainnya, tanpa melakukan perbandingan personaliti peserta didik se$ara terus menerus menjadi kenis$ayaan dalam pendidikan, seperti diungkap oleh !emings (>oods dkk. (,,*@ (),) dengan nada, 7 /o one, child or other, can enjoy learning, if he must be constantly concerned about gradings and gold stars:. ;ntuk ke depan, pembelajaran dalam pendidikan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berpikir seluas#luasnya, tanpa stigma yang membuat kebebasan berpikir teran$am. -ebagaimana diungkap oleh -uriasumantri ((,,,:*2#*,' bahwa perkembangan pemikiran dihambat oleh beberapa hal: () kemiskinan (tekanan yang menghadang generasi saat ini), &) kesalahan (kekeliruan#kekeliruan yang telah kita rasakan saat ini), 1) hambatan yang disengaja (pemusnahan ide#ide besar sebagai ketakutan politik, keagamaan dan organisasi ). Kelima, pembelajaran sebagai proses mutu. 3roses pembelajaran bagaikan dua sisi mata uang, satu sisi menginginkan kondisi yang yang bermutu, sisi lain menginginkan hasil yang bermutu pula. ;ntuk itu diharapkan terhadap mereka yang ter$erahkan lewat proses pendidikan, se$ara signifikan ditunjukkan oleh kualitas diri se$ara utuh, hingga mampu berkomparasi dan berkompetensi dalam kehidupan nyata ini. ;paya pembelajaran sebagai proses mutu menyebabkan 8merika mampu mengejar ketertinggalannya dari ;ni -ovyet, negara sesama 8sia Tenggara telah meninggal <ndonesia jauh ke belakang. -ekarang bagaimana komitmen ke arah pembelajaran sebagai proses mutu menjadi agenda bersama, hingga praktek jual beli gelar akademik tidak membudaya dalam masyarakat <ndonesia. -epantasnya men$ontoh program 7/o )hild "eft .ehind: yang dikemukakan oleh Eeorge >. %ush dengan mengalokasikan dana sebesar ;- K **,) milyar bagi upaya menghilangkan kesenjangan belajar antara anak yang beruntung dengan yang tidak beruntung, termasuk melibatkan keluarga dalam menentukan pilihan pendidikan bagi anak#anak mereka ( H.8.C. Tilaar, &''&@ (') G('/). ;ntuk itu, ren$ana menghapuskan -33 bagi pendidikan dasar sudah selayaknya direalisasikan , dimana pelaksanaannya dimonitoring se$ermat mungkin. !&Kesim+#lan Tekanan kualitas pembelajaran tidak semata bertumpu pada hasil yang diperoleh oleh peserta didik, dimana selama menjadi 7interest: bersama, tetapi lebih mengarah kepada kebermaknaan proses pembelajaran itu sendiri bagi peserta didik sebagai pribadi yang mandiri. 3ungkasan tulisan mengharapkan pembelajaran tidak terjadi dalam proses yang sempit yang dibatasi oleh empat dinding (kelas), tetapi dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja, dengan menjadikan kehidupan nyata sebagai sumber utama. Hingga proses pembelajaran memiliki makna yang luas sekali, tidak hanya oleh pendidik dan peserta didik, tetapi juga oleh masyarakat sebagai suatu budaya. Re0erensi %loom. %enyamin -. (,2/. 1uman )haracteristic and &chool "earning. ;-8: Kingsport 3ress %ronowsky. =. ((,21). The 2scent of 'an, ;-8 : ?levent 3rinting 9alderhead. =ames. (,+2. Exploring Teachers3 Thin!ing. Ereat %ritain : 9assel ?du$ation !elor =asIues. ;.?-9O. (,,/. "earning 4 The Treasure 5ithin. Lendome : 3esses ;niveritait de "ran$e ##############.(,,+. Education for the Twenty 6 7irst )entury 4 %ssues and (rospects. "ran$e : ;.?-9O 3ublishing "riera.3aulo ((,2'), (endidi!an, (embebasan, (erubahan &osial. =akarta : 3T. -angkala 3ulsar 8uru 'asih Tanya!an -enai!an Tunjangan, edia <ndonesia: Hari Kamis, 1 Oktober &''& -ebingungan 8uru dalam %mplementasi!an -.-, Kompas: Hari =umat, 1 8gustus &''& -uri!ulum .ahasa %ndonesia &udah .erbasis -ompetensi, Kompas : Hari Kamis, (' Oktober &''& "agi 6 lagi &oal (engadaan .u!u (elajaran, Kompas : Hari =umat, , 8gustus &''& atondang.H.. &''&. $ing!asan -uliah rientasi .aru dalam (aedagogi!. =akarta : 33-. ;.=. 'encari 7ormat %deal -ualifi!asi 8uru 'asa 9epan, Kompas: Hari Cabu , &) -eptember &''& 'enyarjana!an 8uru &e!olah 9asar, Kompas : Hari Kamis, (' Oktober &''& -emiawan. C.9onny. (,,,. (endidi!an Tinggi. (ening!atan -emampuan 'anusia &epanjang 1ayat &eoptimal 'ung!in. =akarta : 3T. Erasindo -uriasumantri. =ujun -. ((,,,). %lmu dalam (erspe!tif : &ebuah -umpulan -arangan tentang 1a!i!at %lmu, =akarta : 5ayasan Obor <ndonesia Tilaar. H.8.C. (&''&). (endidi!an untu! 'asyara!at %ndonesia .aru @2' Tahun 3rof.H.8.C. Tilaar,.-$.?d., =akarta : 3t. Erasindo >oods. al$olm -.Ereen and Hellen =.Eaunt.((,,*). Total ;uality 'anagement for &cholls, Ereat %ritain: Cedwood %ooks, Trowbridge, >iltshire