Vous êtes sur la page 1sur 12

1

UPAYA PENINGKATAN SELF ESTEEM DALAM BERINTERAKSI


SOSIAL DENGAN MENGGGUNAKAN TEKNIK ASSERTIVE TRAINING
PADA SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 RAMAN UTARA
TAHUN PELAJARAN 2011/2012

INCREASING SELF ESTEEM IN SOCIAL INTERACTION USING TECHNIQUE
ASSERTIVE TRINING FOR STUDENTS OF GRADE IN SMP NEGERI 1
RAMAN UTARA YEARS 2011/2012
Mella Widya Marlina (cokiez_mella@yahoo.co.id)
1
Di bawah bimbingan Yusmansyah
2

dan
Ratna Widiastuti
3

ABSTRACT
The purpose of this research is to know the increasing of students self esteem in
social interaction using technique assertive trining. Method used is quasi
experiment method with one-group pretest-posttest design. Subject of this
research was 4 students of VIII grade in SMP Negeri 1 Raman Utara Years
2011/2012 which had the low self esteem in social interaction. The data collected
of self esteems scale. The result shown that students self esteem in social
interaction could be increased by technique assertive trining . was looked from
hypothesis analizing with t-test.. The result of pretest and postest shown that
= 8,10 > = 2,35 , so that Ho was be rejected and Ha was be
received. It mean that low students self esteem in social interaction could be
increased by using technique assertive trining. The conclution was There are
increase self esteem in social interaction before and after the technique assertive
trining of VIII grade in SMP Negeri 1 Raman Utara Years 2011/2012.
Researchers recommendation were (1) For the student, a) subject can increase
self esteem to accept and loving about my self, b) to over come and dont go
anyware if found of trouble, c) to ask a question with teachers in the class; (2)
For guidance teavher, a) can help students which had the low self esteem by using
technique assertive trining, so that it can help the student for reach good
potential, b)to give good time by using assertive training; (3) for the researchers,
Should make a research about self esteem which had subject of other research the
different of gender with other technique.
Keywords : technique assertive training, students self esteem





1. Mahasiswa Bimbingan Konseling FKIP Universitas Lampung
2.Dosen Pembimbing Utama Bimbingan Konseling FKIP Universitas Lampung
3.Dosen Pembimbing Pembantu Bimbingan Konseling FKIP Universitas Lampung



2

ABSTRAK

Tujuan penelitian untuk mengetahui peningkatan self esteem siswa dalam
berinteraksi sosial dengan menggunakan teknik assertive training. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen dengan desain
eksperimen one group pretest-posttest dengan subjek sebanyak empat siswa yang
memiliki self esteem dalam berinteraksi sosial rendah. Teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini menggunakan skala self esteem. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa self esteem siswa dalam berinteraksi sosial dapat
ditingkatkan dengan menggunakan teknik assertive training. Hal ini terbukti dari
pengujian hubungan variabel hipotesis dengan menggunakan uji t (t-test), dari
hasil pretest dan posttest yang diperoleh t
hitung
= 8,10 > t
tabel 0,05
= 2,35 maka Ho
ditolak dan Ha diterima,yang artinya ada peningkatan self esteem siswa dalam
berinteraksi sosial sebelum dan setelah menggunakan teknik assertive training.
Kesimpulannya adalah adanya peningkatan self esteem siswa dalam berinteraksi
sosial antara sebelum dengan sesudah diberikan teknik assertive training pada
siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Raman Utara tahun pelajaran 2011/2012. Saran
yang diajukan peneliti yaitu (1) kepada siswa, hendaknya: a) senantiasa terus
berusaha meningkatkan self esteemnya dengan cara bisa menerima, menghargai
dan mencintai diri sendiri apapun keadaannya, b) berusaha untuk mengatasi, dan
bukan menghindari masalah yang dihadapi, dan c) berani menanyakan apa yang
tidak dimengerti ketika guru menjelaskan pelajaran; (2) kepada guru pembimbing,
hendaknya: a) dapat membantu masalah siswa lain yang mengalami masalah
dengan self esteem yang rendah dengan teknik assertive training, sehingga siswa
dapat lebih menghargai dirinya sendiri dan mengenali serta menggali potensinya,
b) menentukan waktu yang tepat untuk pelaksanaan kegiatan sehingga dapat
terlaksana secara teratur dan baik; (3) kepada peneliti lain, hendaknya dapat
melakukan mengenai self esteem terkait perbedaan gender pada subjek yang
berbeda dengan menggunakan teknik lainnya.
Kata Kunci : Self Esteem, Teknik Assertive Training

PENDAHULUAN
Masa remaja adalah masa yang harus dilewati oleh setiap individu dalam tiap
rentang kehidupan manusia. Masa ini merupakan masa peralihan, peralihan tidak
berarti terputus dengan atau berubah dari apa yang telah terjadi sebelumnya,
melainkan lebih-lebih sebuah peralihan dari satu tahap perkembangan ke tahap
berikutnya. Masa peralihan dari tahap kanak-kanak yang perlahan mulai
ditinggalkan menuju ke tahap dewasa yang belum dijalani. Banyak masalah yang
akan dihadapi, baik dengan dirinya sendiri maupun lingkungan sekitarnya.
Karena pada tahap ini anak dalam tahap pencarian jati dirinya.
3

Hal-hal yang sering dihadapi oleh para remaja pada umumnya adalah gejolak
emosi dan masalah remaja lain, yaitu adanya konflik peran sosial. Pada masa ini
remaja ini akan mengalami timbulnya perasaan mencintai lawan jenis,
mengidolakan seseorang, dan ingin berbuat seperti orang yang diidolakannya. Jika
remaja tidak berhasil mengatasi situasi-situasi kritis dalam rangka konflik peran
karena terlalu mengikuti gejolak emosinya, maka besar kemungkinan ia akan
terperangkap ke jalan yang salah.(Sarlito, 2000).
Untuk membantu mempersiapkan anak menuju ke dunia nya yang baru ini
adalah dengan mengasah harga dirinya (self esteem). Self esteem merupakan salah
satu kajian yang penting dalam psikologis, terutama pada perkembangan
kepribadian remaja. Dan siswa di tingkat SMP merupakan awal dari
perkembangan remaja yang akan menjadi subjek dalam penelitian masalah self
esteem.
Wagner (2002), self esteem mengalami fluktuasi dan perubahan selama masa
remaja. Hal ini seringkali dikaitkan dalam situasi mencela baik terhadap diri
sendiri ataupun orang lain yang dinilai melalui tingkah laku orang yang
bersangkutan seperti pada ungkapan saya tidak memilki harga diri lagi atau dia
itu tidak punya harga diri. Ungkapan-ungkapan seperti itu tidaklah baik dalam
perkembangan kepribadian remaja, selain itu juga ungkapan-ungkapan seperti itu
tidaklah tepat dalam konteks psikologi.
Rendahnya self esteem yang dialami siswa terlihat dari kurangnya dalam
memahami dan menghargai kebermaknaan dirinya, siswa menjadi pendiam,
memisahkan diri dari siswa yang lain karena merasa minder, mempunyai rasa
malu yang berlebihan, Untuk itu peneliti membantu siswa meningkatkan self
esteem dengan teknik assertive training.
Bimbingan konseling memiliki berbagai pendekatan dan teknik yang dapat
digunakan untuk membantu siswa meraih pengembangan diri yang optimal sesuai
dengan tahap perkembangan dan tuntutan lingkungan sekitarnya. Salah satu
teknik yang dapat digunakan yaitu latihan asertif. Menurut Corey ( 2009 : 213),
latihan asertif bisa diterapkan terutama pada situasi-situasi interpersonal dimana
individu mengalami kesulitan untuk menerima kenyataan bahwa menyatakan atau
4

menegaskan diri adalah tindakan yang layak atau benar. Sehingga latihan asertif
diperkirakan tepat digunakan sebagai salah satu bentuk teknik dalam bimbingan
dan konseling untuk dapat diberikan kepada siswa yang memiliki self esteem
rendah di lingkungannya, baik di rumah, sekolah maupun lingkungan masyarakat.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah self esteem siswa dalam berinteraksi
sosial yang rendahmaka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah Apakah Ada Peningkatan Self Esteem Dalam Berinteraksi Sosial Dengan
Menggunakan Teknik Assertive Training Pada Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 1
Raman Utara tahun pelajaran 2011/2012? .

SELF ESTEEM
Deux (dalam Sarwono, 2009:57) mengatakan bahwa self esteem adalah penilaian
secara positif dan negatif terhadap diri sendiri. Rosenberg (dalam Lubis,
2009:74) mengatakan bahwa self esteem sebagai sikap suka atau tidak suka
terhadap diri sendiri. Sedangkan Dariyo (2007:205) mengemukakan self esteem
ialah suatu kemampuan seseorang untuk dapat melakukan penghargaan terhadap
diri sendiri.
Jadi, berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa self
esteem adalah suatu kemampuan individu dalam melakukan penilaian,
penghargaan, dan penerimaan terhadap diri sendiri baik dan buruknya, mengenali
dan mengembangkan seluruh aspek yang ada dalam dirinya secara positif maupun
negatif. Semakin positif seseorang menilai dirinya maka semakin tinggi self
esteemnya, begitu juga sebaliknya semakin negatif seseorang memandang dirinya
maka semakin rendah self esteemnya.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan perkembangan self esteem seseorang,
baik itu menjadi tinggi dan rendah seperti yang telah dijelaskan peneliti.
Seseorang yang memiliki self esteem yang tinggi berbeda dengan seseorang yang
memilki self esteem rendah.


5

Ali & Asroni (2006:72) mengatakan bahwa:
self esteem yang tinggi akan menunjukkan kepercayaan diri, menerima
dan menghargai diri sendiri, perasaan mampu dan lebih produktif.
Sebaliknya, self esteem yang rendah akan cenderung merasa rendah diri,
tidak percaya diri, tidak berdaya, dan bahkan kehilangan inisiatif dan
kebutuhan berfikir.
Self esteem yang tinggi maka akan lebih percaya diri dan lebih menerima keadaan
dirinya sendiri. Sebaliknya, self esteem yang rendah akan cenderung merasa
rendah diri dan bahkan kehilangan inisiatif dan kebutuhan berfikir. Hal seperti ini
yang dapat menggangu perkembangan kepribadian remaja karena perkembangan
self esteem pada seorang remaja akaan menentukan keberhasilan atau kegagalan
dimasa depannya.
Sedangkan Clemes ( dalam Kurnia, 2004) mengungkapkan bahwa:
Remaja dengan self esteem tinggi akan mampu berprestasi, mampu
mengembangkan hubungan baik dengan teman sebaya, emosinya lebih
stabil, mampu memanfaatkan kesempatan dan bekerja secara lebih
produktif. Sedangkan remaja yang memiliki self esteem yang rendah
cenderung merasa bahwa dirinya tidak mampu dan tidak berharga,
cenderung untuk tidak berani mencari tantangan-tantangan baru dalam
hidupnya, cenderung tidak merasa yakin akan pemikiran-pemikiran serta
perasaan yang dimilikinya, cenderung takut menghadapi respon dari orang
lain, tidak mampu membina komunikasi yang baik dan cenderung merasa
hidupnya tidak bahagia.
Siswa dengan self esteem yang tinggi akan memandang positif sesuatu hal yang
terjadi. Ia dapat memahami dan menerima dirinya apa adanya, dapat menyerap
semua informasi tentang dirinya dan tak satupun dari informasi tersebut yang
menjadi ancaman bagi dirinya.
Sebaliknya, siswa dengan self esteem rendah tidak dapat memahami dan
menerima dirinnya. Ia bukan hanya tidak mau melakukan sesuatu hal yang
menurut mereka tidak bisa, tetapi juga dalam pikirannya selalu memunculkan
informasi yang negatif dan perasaan takut untuk mencobanya.
TEKNIK ASSERTIVE TRAINING
Assertive training merupakan latihan keterampilan sosial yang diberikan pada
individu yang diganggu kecemasan, tidak mampu mempertahankan hak-haknya,
6

terlalu lemah, membiarkan orang lain merongrong dirinya, tidak mampu
mengekspresikan amarahnya dengan benar dan cepat tersinggung (Corey, 2009).
Tujuan assertive training menurut Lutfi (2007) yaitu :
a. mengajarkan individu untuk menyatakan diri mereka dalam suatu cara
sehingga memantulkan kepekaan kepada perasaan dan hak-hak orang lain;
b. meningkatkan keterampilan behavioralnya sehingga mereka bisa menentukan
pilihan apakah pada situasi tertentu perlu berperilaku seperti apa yang
diinginkan atau tidak;
c. mengajarkan pada individu untuk mengungkapkan diri dengan cara sedemikian
rupa sehingga terefleksi kepekaanya terhadap perasaan dan hak orang lain.
d. meningkatkan kemampuan individu untuk menyatakan dan mengekspresikan
dirinya dengan enak dalam berbagai situasi sosial;
e. menghindari kesalahpahaman dari pihak lawan komunikasi.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari assertive training adalah kita tidak
perlu cemas dalam mengekspresikan diri karena setiap individu mempunyai hak
untuk mengungkapkan perasaannya, pendapat, apa yang diyakini serta sikapnya
terhadap orang lain dengan tetap menghormati dan menghargai hak-hak orang
lain. Tujuannya adalah agar terhindar dari kesalapahaman ketika sedang
mengutarakan pendapat atau berbicara di depan umum.

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut ini :



Gambar 1.Kerangka pikir penelitian dengan menggunakan teknik Assertive
Training
Berdasarkan gambar kerangka pikir tersebut siswa yang memiliki self esteem
rendah akan diberikan perlakuan berupa latihan asertif (assertive training) dengan
menggunakan role playing, sehingga diharapkan setelah diberi perlakuan tersebut,
maka siswa akan memperoleh perubahan yaitu berupa peningkatan self esteem
dalam berinteraksi sosial.

Self Esteem Siswa Dalam
Berinteraksi Sosial Rendah

Penggunaan Teknik Assertive
Training
Self Esteem Siswa Dalam
Berinteraksi Sosial Meningkat
7

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan self esteem dalam
berinteraksi sosial dengan menggunakan teknik assertive training pada siswa
kelas VIII di SMP N 1 Raman Utara tahun pelajaran 2011/2012.

METODELOGI PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu
atau quasi experiment. Desain penelitian yang digunakan yaitu Pretest and
Posttest Group Design. Pada penelitian ini, peneliti tidak menggunakan kelompok
kontrol dan randomisasi, peneliti hanya melihat hasil dari pemberian teknik
assertive training pada siswa yang memiliki self esteem dalam berinteraksi sosial
rendah di SMP N 1 Raman Utara. Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Pengukuran Pengukuran
(Pre-Test) Perlakuan (Post-Test)

Gambar 2. Pola one group pretest-posttest design
Keterangan :
O
1
: Nilai Pretest yaitu pengukuran pertama, self esteem pada siswa sebelum
diberi teknik assertive training dengan menggunakan skala.
X : Perlakuan yaitu pelaksanaan pemberian teknik assertive training pada siswa
kelas VIII di SMP N 1 Raman Utara.
O
2 :
Posttest/ kondisi setelah perlakuan yaitu pengukuran kedua dimana self
esteem siswa sesudah diberi teknik assertive training dengan skala yang sama
dengan pengukuran yang pertama.

Subyek Penelitian
Subjek penelitian diperoleh dari hasil penjaringan subjek dengan menggunakan
skala self esteem. Skala yang dibuat oleh peneliti kepada 33 orang siswa yang
merupakan rekomendasi dari guru bimbingan dan konseling sehingga diperoleh
data siswa yang memiliki self esteem rendah sebanyak 4 orang siswa.


O
1
X O
2


8

Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional
Variabel dalam penelitian ini terdapat satu variabel atau variabel dependen
tunggal. Variabel yang dimaksud dalam penelitian ini adalah self esteem.

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah bahwa self esteem merupakan
suatu kemampuan individu dalam melakukan penilaian dan penghargaan terhadap
diri sendiri pemikiran dan perasaan terhadap diri sendiri yang ditunjukkan dari
bagaimana individu tersebut dapat menerima dan menghargai dirinya,
kepercayaan diri, kemampuan berprestasi, kemampuan berhubungan dengan
teman sebaya dan lingkungan sosial, dan kemampuan mengendalikan emosi.
Keseluruhan pandangan positif dan negatif diri seseorang tersebut. Jadi sejauh
mana individu mengenal dirinya sendiri. Semakin positif ia menilai dirinya maka
dapat disimpulkan bahwa individu tersebut memiliki self esteem yang tinggi.
Metode Pengumpulan Data
1. Skala
Dalam hal ini yang diukur adalah tingkat self esteem siswa. Skala yang dipakai
dalam penelitian ini adalah skala self esteem berdasarkan Likert karena skala
Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial. (Nazir : 1988).
Tabel 1. Blue Print Instrumen skala Self Esteem

Variabel

Indikator

Aitem
F U

1. Self Esteem

1.1. Menerima dan
menghargai diri
sendiri

6

2
1.2. Kepercayaan diri 5 3
1.3. Kemampuan untuk
berperestasi
2 1
1.4. 1.4. Kemampuan
berhubungan
dengan teman
sebaya dan
lingkungan sosial

5

3
1.5. Kemampuan
mengendalikan
emosi

2

1
9


Uji Validitas Dan Reabilitas
1. Uji Validitas Konstruk
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas konstruk, yaitu
validitas yang berkaitan dengan kesanggupan suatu alat ukur dalam mengukur
pengertian suatu konsep yang diukur. Menurut Sugiyono (2010:177) Pengujian
validitas konstruk yaitu digunakan pendapat para ahli (judgment experts).

2. Uji Reliabilitas
Untuk menguji reliabilitas instrument dan mengetahui tingkat reliabilitas
instrument dalam penelitian ini, peneliti menggunakan rumus Alpha dengan
program SPSS versi 17,0. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh indeks
reliabilitas instrumen self esteem siswa dalam berinteraksi sosial sebesar 0,877.
Indeks tersebut menunjukkan rentang koefisien realibilitas yang sangat tinggi
dan dapat digunakan dalam penelitian ini.

Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis data dengan uji t atau t-test. Analisis t-tes ini
digunakan untuk mengetahui teknik assertive training untuk meningkatkan self
esteem siswa. Dengan t-test ini akan diketahui perbedaan antara pretest dan
posttest. Rumus ini digunakan untuk desain penelitian dengan subjek tunggal dan
tidak menggunakan kelompok kontrol yang dilakukan sebelum subjek
mendapatkan perlakuan dan sesudah mendapatkan perlakuan. Hasil data inilah
yang kemudian dianalis menggunakan rumus t
hitung
, kemudian hasil yang
diperoleh dapat menunjukkan apakah perlakuan yang diberikan kepada subjek
efektif atau tidak.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 18 Mei 2012 s.d 2 Juni 2012. Pemberian
posstest dilaksanakan pada tanggal 2 Juni 2012. Pemberian postest dilaksanakan
pada tanggal 2 Juni 2012. Sebelum dilakukan teknik assertive training peneliti
melakukan pretest untuk mengetahui kondisi awal dan melakukan posttest untuk
mengetahui kondisi setelah mendapatkan teknik assertive training. Dapat dilihat
10

bahwa hasil pretest terhadap 4 subjek sebelum pemberian teknik assertive
training diperoleh nilai rata-rata skor self esteem sebesar 66,5. Setelah dilakukan
teknik assertive training, hasil posttest diperoleh nilai rata-rata sebesar 93,25
yang berarti terjadi peningkatan skor sebesar 26,75. Hal ini menunjukan bahwa
terdapat peningkatan self esteem siswa dalam berinteraksi soial sebelum diberi
teknik assertive training dengan setelah diberi teknik assertive training.
Grafik peningkatan self esteem siswa dalam berinteraksi sosial yang diperoleh dari
hasil skor nilai pretest dan posttest setiap siswa dapat dilihat sebagai berikut:






Gambar 3. Grafik peningkatan skor self esteem dengan menggunakan skala self
esteem, pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah assertive training.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik assertive training untuk
meningkatkan self esteem siswa karena assertive training dapat membantu siswa
untuk meningkatkan kemampuan mengkomunikasikan apa yang diinginkan,
dirasakan dan dipikirkan pada orang lain namun tetap menjaga dan menghargai
hak-hak serta perasaan orang lain. Hal ini sejalan dengan pendapat Corey (2009:
213) bahwa latihan asertif bisa diterapkan terutama pada situasi-situasi
interpersonal dimana individu mengalami kesulitan untuk menerima kenyataan
bahwa menyatakan atau menegaskan diri adalah tindakan yang layak atau benar.
Teknik assertive training yang dilaksanakan dapat memberikan pengenalan,
pemahaman, dan pengembangan kepada siswa dalam menilai dirinya sesuai
dengan tingkat perkembangan mereka, siapa dirinya, bagaimana dalam menyikapi
kelemahan dan kelebihannya, bagaimana dalam menunjukkan kemampuan dan
potensinya, bagaimana harus bersikap dan berperilaku sesuai dengan peran
0
20
40
60
80
100
120
Akbar Fahmi Indra Mela
Sebelum
Sesudah
11

mereka sebagai siswa. Siswa dapat menemukan jawaban dari pertanyaan yang
muncul tentang dirinya yang pada akhirnya siswa akan tahu dan memahami
tentang dirinya, termasuk dalam meningkatkan dan pengembangkan self esteem
siswa dalam berinteraksi sosial.
Pelaksanaan kegiatan assertive training dilakukan sebanyak enam kali pertemuan.
Setelah semua prosedur kegiatan assertive training dilaksanakan, maka terjadi
peningkatan self esteem pada keempat subjek penelitian. Kemampuan berinteraksi
sosial dalam peningkatan self esteem rendah ditemukan pada keempat siswa yang
menjadi subjek dalam penelitian ini. Mereka masih tidak terbuka, enggan
mengungkapkan pendapat dan tidak percaya diri dalam berpendapat menimbulkan
self esteemnya rendah. Siswa pada tahap-tahap berikutnya mulai mengetahui
fungsi dan manfaat pelatihan assertive training untuk peningkatan self esteem
mereka. Pada pertemuan selanjutnya mereka lebih terlihat berani, antusias,
terbuka, percaya diri, dalam setiap pertemuan yang dilakukan dengan role playing
akan masalah yang dihadapi. Setiap pertemuan perubahan perilaku siswa yang
lebih baik selalu berjalan menuju peningkatan. Adanya kemauan anggota untuk
merubah perilaku menjadi asertif itu secara perlahan-lahan mulai dirasakan dan
mulai terlihat peningkatan perubahan perilakunya, yang tadinya pasif dan agresif
bisa sedikit-sedikit menjadi lebih asertif tanpa menyinggung perasaan orang lain
dalam mengemukakan gagasan atau pendapat untuk kemajuan dirinya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa self esteem siswa menjadi meningkat
setelah mengikuti pelatihan assertive training. Hal ini ditunjukkan dari hasil
analisis data dengan menggunakan uji t, dari hasil pretest dan posttest yang
diperoleh t
hitung
= 8,10. Kemudian dibandingkan dengan t
tabel
= 2,35. Karena t
hitung
> t
tabel
maka, Ho ditolak dan Ha diterima,artinya terdapat peningkatan signifikan
antara skor self esteem siswa sebelum diberikan perlakuan dan setelah diberikan
perlakuan dengan assertive training . Ini menunjukkan bahwa pelaksanaan teknik
assertive training dapat meningkatkan self esteem.
12

Saran
Saran yang diajukan peneliti yaitu (1) kepada siswa, hendaknya: a) senantiasa
terus berusaha meningkatkan self esteemnya dengan cara bisa menerima,
menghargai dan mencintai diri sendiri apapun keadaannya, b) berusaha untuk
mengatasi, dan bukan menghindari masalah yang dihadapi, dan c) berani
menanyakan apa yang tidak dimengerti ketika guru menjelaskan pelajaran; (2)
kepada guru pembimbing, hendaknya: a) dapat membantu masalah siswa lain
yang mengalami masalah dengan self esteem yang rendah dengan teknik assertive
training, sehingga siswa dapat lebih menghargai dirinya sendiri dan mengenali
serta menggali potensinya, b) menentukan waktu yang tepat untuk pelaksanaan
kegiatan sehingga dapat terlaksana secara teratur dan baik; (3) kepada peneliti
lain, hendaknya dapat melakukan mengenai self esteem terkait perbedaan gender
pada subjek yang berbeda dengan menggunakan teknik lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M & Asrori, 2006. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:
PT. Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Corey, G. 2009. Teori & Praktek Konseling & Psikoterapi. Penerjemah E.
Koswara. Edisi Keempat. Bandung: PT. Refika Aditama.
Dariyo, A. 2007. Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama. Bandung:
PT Refika Aditama.
Gerungan, W. A. Psikologi Sosial. Bandung : PT. Eresco.
Kurnia, D. 2004. Hubungan Antara Self Esteem Dengan Game On-Line Addiction
Pada Remaja Middle Adolescent Pemain Massively Multiplayer on-Line Role
Playing Game. Theses. Default.aspx.htm
Lutfi, Fauzan. 2007. Assertive Training: Pengembangan Pribadi Asertif dan
Transaksi Sosial. Depdiknas : UPT BK UM.
Sarwono, S.W.2000. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif , dan R&D. Bandung:
Alfabeta.

Vous aimerez peut-être aussi