Upaya Peningkatan Self Esteem Dalam Berinteraksi Sosial Dengan Menggunakan Teknik Assertive Training Pada Siswa Kelas Viii Di SMP Negeri 1 Raman Utara Tahun Pelajaran 2011 2012
0 évaluation0% ont trouvé ce document utile (0 vote)
172 vues12 pages
Upaya Peningkatan Self Esteem Dalam Berinteraksi Sosial Dengan Menggunakan Teknik Assertive Training Pada Siswa Kelas Viii Di Smp Negeri 1 Raman Utara Tahun Pelajaran 2011 2012
Titre original
Upaya Peningkatan Self Esteem Dalam Berinteraksi Sosial Dengan Menggunakan Teknik Assertive Training Pada Siswa Kelas Viii Di Smp Negeri 1 Raman Utara Tahun Pelajaran 2011 2012
Upaya Peningkatan Self Esteem Dalam Berinteraksi Sosial Dengan Menggunakan Teknik Assertive Training Pada Siswa Kelas Viii Di Smp Negeri 1 Raman Utara Tahun Pelajaran 2011 2012
0 évaluation0% ont trouvé ce document utile (0 vote)
172 vues12 pages
Upaya Peningkatan Self Esteem Dalam Berinteraksi Sosial Dengan Menggunakan Teknik Assertive Training Pada Siswa Kelas Viii Di SMP Negeri 1 Raman Utara Tahun Pelajaran 2011 2012
Upaya Peningkatan Self Esteem Dalam Berinteraksi Sosial Dengan Menggunakan Teknik Assertive Training Pada Siswa Kelas Viii Di Smp Negeri 1 Raman Utara Tahun Pelajaran 2011 2012
SOSIAL DENGAN MENGGGUNAKAN TEKNIK ASSERTIVE TRAINING PADA SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 RAMAN UTARA TAHUN PELAJARAN 2011/2012
INCREASING SELF ESTEEM IN SOCIAL INTERACTION USING TECHNIQUE ASSERTIVE TRINING FOR STUDENTS OF GRADE IN SMP NEGERI 1 RAMAN UTARA YEARS 2011/2012 Mella Widya Marlina (cokiez_mella@yahoo.co.id) 1 Di bawah bimbingan Yusmansyah 2
dan Ratna Widiastuti 3
ABSTRACT The purpose of this research is to know the increasing of students self esteem in social interaction using technique assertive trining. Method used is quasi experiment method with one-group pretest-posttest design. Subject of this research was 4 students of VIII grade in SMP Negeri 1 Raman Utara Years 2011/2012 which had the low self esteem in social interaction. The data collected of self esteems scale. The result shown that students self esteem in social interaction could be increased by technique assertive trining . was looked from hypothesis analizing with t-test.. The result of pretest and postest shown that = 8,10 > = 2,35 , so that Ho was be rejected and Ha was be received. It mean that low students self esteem in social interaction could be increased by using technique assertive trining. The conclution was There are increase self esteem in social interaction before and after the technique assertive trining of VIII grade in SMP Negeri 1 Raman Utara Years 2011/2012. Researchers recommendation were (1) For the student, a) subject can increase self esteem to accept and loving about my self, b) to over come and dont go anyware if found of trouble, c) to ask a question with teachers in the class; (2) For guidance teavher, a) can help students which had the low self esteem by using technique assertive trining, so that it can help the student for reach good potential, b)to give good time by using assertive training; (3) for the researchers, Should make a research about self esteem which had subject of other research the different of gender with other technique. Keywords : technique assertive training, students self esteem
1. Mahasiswa Bimbingan Konseling FKIP Universitas Lampung 2.Dosen Pembimbing Utama Bimbingan Konseling FKIP Universitas Lampung 3.Dosen Pembimbing Pembantu Bimbingan Konseling FKIP Universitas Lampung
2
ABSTRAK
Tujuan penelitian untuk mengetahui peningkatan self esteem siswa dalam berinteraksi sosial dengan menggunakan teknik assertive training. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen dengan desain eksperimen one group pretest-posttest dengan subjek sebanyak empat siswa yang memiliki self esteem dalam berinteraksi sosial rendah. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala self esteem. Hasil penelitian menunjukkan bahwa self esteem siswa dalam berinteraksi sosial dapat ditingkatkan dengan menggunakan teknik assertive training. Hal ini terbukti dari pengujian hubungan variabel hipotesis dengan menggunakan uji t (t-test), dari hasil pretest dan posttest yang diperoleh t hitung = 8,10 > t tabel 0,05 = 2,35 maka Ho ditolak dan Ha diterima,yang artinya ada peningkatan self esteem siswa dalam berinteraksi sosial sebelum dan setelah menggunakan teknik assertive training. Kesimpulannya adalah adanya peningkatan self esteem siswa dalam berinteraksi sosial antara sebelum dengan sesudah diberikan teknik assertive training pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Raman Utara tahun pelajaran 2011/2012. Saran yang diajukan peneliti yaitu (1) kepada siswa, hendaknya: a) senantiasa terus berusaha meningkatkan self esteemnya dengan cara bisa menerima, menghargai dan mencintai diri sendiri apapun keadaannya, b) berusaha untuk mengatasi, dan bukan menghindari masalah yang dihadapi, dan c) berani menanyakan apa yang tidak dimengerti ketika guru menjelaskan pelajaran; (2) kepada guru pembimbing, hendaknya: a) dapat membantu masalah siswa lain yang mengalami masalah dengan self esteem yang rendah dengan teknik assertive training, sehingga siswa dapat lebih menghargai dirinya sendiri dan mengenali serta menggali potensinya, b) menentukan waktu yang tepat untuk pelaksanaan kegiatan sehingga dapat terlaksana secara teratur dan baik; (3) kepada peneliti lain, hendaknya dapat melakukan mengenai self esteem terkait perbedaan gender pada subjek yang berbeda dengan menggunakan teknik lainnya. Kata Kunci : Self Esteem, Teknik Assertive Training
PENDAHULUAN Masa remaja adalah masa yang harus dilewati oleh setiap individu dalam tiap rentang kehidupan manusia. Masa ini merupakan masa peralihan, peralihan tidak berarti terputus dengan atau berubah dari apa yang telah terjadi sebelumnya, melainkan lebih-lebih sebuah peralihan dari satu tahap perkembangan ke tahap berikutnya. Masa peralihan dari tahap kanak-kanak yang perlahan mulai ditinggalkan menuju ke tahap dewasa yang belum dijalani. Banyak masalah yang akan dihadapi, baik dengan dirinya sendiri maupun lingkungan sekitarnya. Karena pada tahap ini anak dalam tahap pencarian jati dirinya. 3
Hal-hal yang sering dihadapi oleh para remaja pada umumnya adalah gejolak emosi dan masalah remaja lain, yaitu adanya konflik peran sosial. Pada masa ini remaja ini akan mengalami timbulnya perasaan mencintai lawan jenis, mengidolakan seseorang, dan ingin berbuat seperti orang yang diidolakannya. Jika remaja tidak berhasil mengatasi situasi-situasi kritis dalam rangka konflik peran karena terlalu mengikuti gejolak emosinya, maka besar kemungkinan ia akan terperangkap ke jalan yang salah.(Sarlito, 2000). Untuk membantu mempersiapkan anak menuju ke dunia nya yang baru ini adalah dengan mengasah harga dirinya (self esteem). Self esteem merupakan salah satu kajian yang penting dalam psikologis, terutama pada perkembangan kepribadian remaja. Dan siswa di tingkat SMP merupakan awal dari perkembangan remaja yang akan menjadi subjek dalam penelitian masalah self esteem. Wagner (2002), self esteem mengalami fluktuasi dan perubahan selama masa remaja. Hal ini seringkali dikaitkan dalam situasi mencela baik terhadap diri sendiri ataupun orang lain yang dinilai melalui tingkah laku orang yang bersangkutan seperti pada ungkapan saya tidak memilki harga diri lagi atau dia itu tidak punya harga diri. Ungkapan-ungkapan seperti itu tidaklah baik dalam perkembangan kepribadian remaja, selain itu juga ungkapan-ungkapan seperti itu tidaklah tepat dalam konteks psikologi. Rendahnya self esteem yang dialami siswa terlihat dari kurangnya dalam memahami dan menghargai kebermaknaan dirinya, siswa menjadi pendiam, memisahkan diri dari siswa yang lain karena merasa minder, mempunyai rasa malu yang berlebihan, Untuk itu peneliti membantu siswa meningkatkan self esteem dengan teknik assertive training. Bimbingan konseling memiliki berbagai pendekatan dan teknik yang dapat digunakan untuk membantu siswa meraih pengembangan diri yang optimal sesuai dengan tahap perkembangan dan tuntutan lingkungan sekitarnya. Salah satu teknik yang dapat digunakan yaitu latihan asertif. Menurut Corey ( 2009 : 213), latihan asertif bisa diterapkan terutama pada situasi-situasi interpersonal dimana individu mengalami kesulitan untuk menerima kenyataan bahwa menyatakan atau 4
menegaskan diri adalah tindakan yang layak atau benar. Sehingga latihan asertif diperkirakan tepat digunakan sebagai salah satu bentuk teknik dalam bimbingan dan konseling untuk dapat diberikan kepada siswa yang memiliki self esteem rendah di lingkungannya, baik di rumah, sekolah maupun lingkungan masyarakat. Permasalahan dalam penelitian ini adalah self esteem siswa dalam berinteraksi sosial yang rendahmaka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah Ada Peningkatan Self Esteem Dalam Berinteraksi Sosial Dengan Menggunakan Teknik Assertive Training Pada Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 1 Raman Utara tahun pelajaran 2011/2012? .
SELF ESTEEM Deux (dalam Sarwono, 2009:57) mengatakan bahwa self esteem adalah penilaian secara positif dan negatif terhadap diri sendiri. Rosenberg (dalam Lubis, 2009:74) mengatakan bahwa self esteem sebagai sikap suka atau tidak suka terhadap diri sendiri. Sedangkan Dariyo (2007:205) mengemukakan self esteem ialah suatu kemampuan seseorang untuk dapat melakukan penghargaan terhadap diri sendiri. Jadi, berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa self esteem adalah suatu kemampuan individu dalam melakukan penilaian, penghargaan, dan penerimaan terhadap diri sendiri baik dan buruknya, mengenali dan mengembangkan seluruh aspek yang ada dalam dirinya secara positif maupun negatif. Semakin positif seseorang menilai dirinya maka semakin tinggi self esteemnya, begitu juga sebaliknya semakin negatif seseorang memandang dirinya maka semakin rendah self esteemnya. Ada beberapa faktor yang menyebabkan perkembangan self esteem seseorang, baik itu menjadi tinggi dan rendah seperti yang telah dijelaskan peneliti. Seseorang yang memiliki self esteem yang tinggi berbeda dengan seseorang yang memilki self esteem rendah.
5
Ali & Asroni (2006:72) mengatakan bahwa: self esteem yang tinggi akan menunjukkan kepercayaan diri, menerima dan menghargai diri sendiri, perasaan mampu dan lebih produktif. Sebaliknya, self esteem yang rendah akan cenderung merasa rendah diri, tidak percaya diri, tidak berdaya, dan bahkan kehilangan inisiatif dan kebutuhan berfikir. Self esteem yang tinggi maka akan lebih percaya diri dan lebih menerima keadaan dirinya sendiri. Sebaliknya, self esteem yang rendah akan cenderung merasa rendah diri dan bahkan kehilangan inisiatif dan kebutuhan berfikir. Hal seperti ini yang dapat menggangu perkembangan kepribadian remaja karena perkembangan self esteem pada seorang remaja akaan menentukan keberhasilan atau kegagalan dimasa depannya. Sedangkan Clemes ( dalam Kurnia, 2004) mengungkapkan bahwa: Remaja dengan self esteem tinggi akan mampu berprestasi, mampu mengembangkan hubungan baik dengan teman sebaya, emosinya lebih stabil, mampu memanfaatkan kesempatan dan bekerja secara lebih produktif. Sedangkan remaja yang memiliki self esteem yang rendah cenderung merasa bahwa dirinya tidak mampu dan tidak berharga, cenderung untuk tidak berani mencari tantangan-tantangan baru dalam hidupnya, cenderung tidak merasa yakin akan pemikiran-pemikiran serta perasaan yang dimilikinya, cenderung takut menghadapi respon dari orang lain, tidak mampu membina komunikasi yang baik dan cenderung merasa hidupnya tidak bahagia. Siswa dengan self esteem yang tinggi akan memandang positif sesuatu hal yang terjadi. Ia dapat memahami dan menerima dirinya apa adanya, dapat menyerap semua informasi tentang dirinya dan tak satupun dari informasi tersebut yang menjadi ancaman bagi dirinya. Sebaliknya, siswa dengan self esteem rendah tidak dapat memahami dan menerima dirinnya. Ia bukan hanya tidak mau melakukan sesuatu hal yang menurut mereka tidak bisa, tetapi juga dalam pikirannya selalu memunculkan informasi yang negatif dan perasaan takut untuk mencobanya. TEKNIK ASSERTIVE TRAINING Assertive training merupakan latihan keterampilan sosial yang diberikan pada individu yang diganggu kecemasan, tidak mampu mempertahankan hak-haknya, 6
terlalu lemah, membiarkan orang lain merongrong dirinya, tidak mampu mengekspresikan amarahnya dengan benar dan cepat tersinggung (Corey, 2009). Tujuan assertive training menurut Lutfi (2007) yaitu : a. mengajarkan individu untuk menyatakan diri mereka dalam suatu cara sehingga memantulkan kepekaan kepada perasaan dan hak-hak orang lain; b. meningkatkan keterampilan behavioralnya sehingga mereka bisa menentukan pilihan apakah pada situasi tertentu perlu berperilaku seperti apa yang diinginkan atau tidak; c. mengajarkan pada individu untuk mengungkapkan diri dengan cara sedemikian rupa sehingga terefleksi kepekaanya terhadap perasaan dan hak orang lain. d. meningkatkan kemampuan individu untuk menyatakan dan mengekspresikan dirinya dengan enak dalam berbagai situasi sosial; e. menghindari kesalahpahaman dari pihak lawan komunikasi.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari assertive training adalah kita tidak perlu cemas dalam mengekspresikan diri karena setiap individu mempunyai hak untuk mengungkapkan perasaannya, pendapat, apa yang diyakini serta sikapnya terhadap orang lain dengan tetap menghormati dan menghargai hak-hak orang lain. Tujuannya adalah agar terhindar dari kesalapahaman ketika sedang mengutarakan pendapat atau berbicara di depan umum.
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Gambar 1.Kerangka pikir penelitian dengan menggunakan teknik Assertive Training Berdasarkan gambar kerangka pikir tersebut siswa yang memiliki self esteem rendah akan diberikan perlakuan berupa latihan asertif (assertive training) dengan menggunakan role playing, sehingga diharapkan setelah diberi perlakuan tersebut, maka siswa akan memperoleh perubahan yaitu berupa peningkatan self esteem dalam berinteraksi sosial.
Self Esteem Siswa Dalam Berinteraksi Sosial Rendah
Penggunaan Teknik Assertive Training Self Esteem Siswa Dalam Berinteraksi Sosial Meningkat 7
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan self esteem dalam berinteraksi sosial dengan menggunakan teknik assertive training pada siswa kelas VIII di SMP N 1 Raman Utara tahun pelajaran 2011/2012.
METODELOGI PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu atau quasi experiment. Desain penelitian yang digunakan yaitu Pretest and Posttest Group Design. Pada penelitian ini, peneliti tidak menggunakan kelompok kontrol dan randomisasi, peneliti hanya melihat hasil dari pemberian teknik assertive training pada siswa yang memiliki self esteem dalam berinteraksi sosial rendah di SMP N 1 Raman Utara. Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut: Pengukuran Pengukuran (Pre-Test) Perlakuan (Post-Test)
Gambar 2. Pola one group pretest-posttest design Keterangan : O 1 : Nilai Pretest yaitu pengukuran pertama, self esteem pada siswa sebelum diberi teknik assertive training dengan menggunakan skala. X : Perlakuan yaitu pelaksanaan pemberian teknik assertive training pada siswa kelas VIII di SMP N 1 Raman Utara. O 2 : Posttest/ kondisi setelah perlakuan yaitu pengukuran kedua dimana self esteem siswa sesudah diberi teknik assertive training dengan skala yang sama dengan pengukuran yang pertama.
Subyek Penelitian Subjek penelitian diperoleh dari hasil penjaringan subjek dengan menggunakan skala self esteem. Skala yang dibuat oleh peneliti kepada 33 orang siswa yang merupakan rekomendasi dari guru bimbingan dan konseling sehingga diperoleh data siswa yang memiliki self esteem rendah sebanyak 4 orang siswa.
O 1 X O 2
8
Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional Variabel dalam penelitian ini terdapat satu variabel atau variabel dependen tunggal. Variabel yang dimaksud dalam penelitian ini adalah self esteem.
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah bahwa self esteem merupakan suatu kemampuan individu dalam melakukan penilaian dan penghargaan terhadap diri sendiri pemikiran dan perasaan terhadap diri sendiri yang ditunjukkan dari bagaimana individu tersebut dapat menerima dan menghargai dirinya, kepercayaan diri, kemampuan berprestasi, kemampuan berhubungan dengan teman sebaya dan lingkungan sosial, dan kemampuan mengendalikan emosi. Keseluruhan pandangan positif dan negatif diri seseorang tersebut. Jadi sejauh mana individu mengenal dirinya sendiri. Semakin positif ia menilai dirinya maka dapat disimpulkan bahwa individu tersebut memiliki self esteem yang tinggi. Metode Pengumpulan Data 1. Skala Dalam hal ini yang diukur adalah tingkat self esteem siswa. Skala yang dipakai dalam penelitian ini adalah skala self esteem berdasarkan Likert karena skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. (Nazir : 1988). Tabel 1. Blue Print Instrumen skala Self Esteem
Variabel
Indikator
Aitem F U
1. Self Esteem
1.1. Menerima dan menghargai diri sendiri
6
2 1.2. Kepercayaan diri 5 3 1.3. Kemampuan untuk berperestasi 2 1 1.4. 1.4. Kemampuan berhubungan dengan teman sebaya dan lingkungan sosial
5
3 1.5. Kemampuan mengendalikan emosi
2
1 9
Uji Validitas Dan Reabilitas 1. Uji Validitas Konstruk Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas konstruk, yaitu validitas yang berkaitan dengan kesanggupan suatu alat ukur dalam mengukur pengertian suatu konsep yang diukur. Menurut Sugiyono (2010:177) Pengujian validitas konstruk yaitu digunakan pendapat para ahli (judgment experts).
2. Uji Reliabilitas Untuk menguji reliabilitas instrument dan mengetahui tingkat reliabilitas instrument dalam penelitian ini, peneliti menggunakan rumus Alpha dengan program SPSS versi 17,0. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh indeks reliabilitas instrumen self esteem siswa dalam berinteraksi sosial sebesar 0,877. Indeks tersebut menunjukkan rentang koefisien realibilitas yang sangat tinggi dan dapat digunakan dalam penelitian ini.
Teknik Analisis Data Penelitian ini menggunakan analisis data dengan uji t atau t-test. Analisis t-tes ini digunakan untuk mengetahui teknik assertive training untuk meningkatkan self esteem siswa. Dengan t-test ini akan diketahui perbedaan antara pretest dan posttest. Rumus ini digunakan untuk desain penelitian dengan subjek tunggal dan tidak menggunakan kelompok kontrol yang dilakukan sebelum subjek mendapatkan perlakuan dan sesudah mendapatkan perlakuan. Hasil data inilah yang kemudian dianalis menggunakan rumus t hitung , kemudian hasil yang diperoleh dapat menunjukkan apakah perlakuan yang diberikan kepada subjek efektif atau tidak. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian dilaksanakan pada tanggal 18 Mei 2012 s.d 2 Juni 2012. Pemberian posstest dilaksanakan pada tanggal 2 Juni 2012. Pemberian postest dilaksanakan pada tanggal 2 Juni 2012. Sebelum dilakukan teknik assertive training peneliti melakukan pretest untuk mengetahui kondisi awal dan melakukan posttest untuk mengetahui kondisi setelah mendapatkan teknik assertive training. Dapat dilihat 10
bahwa hasil pretest terhadap 4 subjek sebelum pemberian teknik assertive training diperoleh nilai rata-rata skor self esteem sebesar 66,5. Setelah dilakukan teknik assertive training, hasil posttest diperoleh nilai rata-rata sebesar 93,25 yang berarti terjadi peningkatan skor sebesar 26,75. Hal ini menunjukan bahwa terdapat peningkatan self esteem siswa dalam berinteraksi soial sebelum diberi teknik assertive training dengan setelah diberi teknik assertive training. Grafik peningkatan self esteem siswa dalam berinteraksi sosial yang diperoleh dari hasil skor nilai pretest dan posttest setiap siswa dapat dilihat sebagai berikut:
Gambar 3. Grafik peningkatan skor self esteem dengan menggunakan skala self esteem, pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah assertive training. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik assertive training untuk meningkatkan self esteem siswa karena assertive training dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan dan dipikirkan pada orang lain namun tetap menjaga dan menghargai hak-hak serta perasaan orang lain. Hal ini sejalan dengan pendapat Corey (2009: 213) bahwa latihan asertif bisa diterapkan terutama pada situasi-situasi interpersonal dimana individu mengalami kesulitan untuk menerima kenyataan bahwa menyatakan atau menegaskan diri adalah tindakan yang layak atau benar. Teknik assertive training yang dilaksanakan dapat memberikan pengenalan, pemahaman, dan pengembangan kepada siswa dalam menilai dirinya sesuai dengan tingkat perkembangan mereka, siapa dirinya, bagaimana dalam menyikapi kelemahan dan kelebihannya, bagaimana dalam menunjukkan kemampuan dan potensinya, bagaimana harus bersikap dan berperilaku sesuai dengan peran 0 20 40 60 80 100 120 Akbar Fahmi Indra Mela Sebelum Sesudah 11
mereka sebagai siswa. Siswa dapat menemukan jawaban dari pertanyaan yang muncul tentang dirinya yang pada akhirnya siswa akan tahu dan memahami tentang dirinya, termasuk dalam meningkatkan dan pengembangkan self esteem siswa dalam berinteraksi sosial. Pelaksanaan kegiatan assertive training dilakukan sebanyak enam kali pertemuan. Setelah semua prosedur kegiatan assertive training dilaksanakan, maka terjadi peningkatan self esteem pada keempat subjek penelitian. Kemampuan berinteraksi sosial dalam peningkatan self esteem rendah ditemukan pada keempat siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini. Mereka masih tidak terbuka, enggan mengungkapkan pendapat dan tidak percaya diri dalam berpendapat menimbulkan self esteemnya rendah. Siswa pada tahap-tahap berikutnya mulai mengetahui fungsi dan manfaat pelatihan assertive training untuk peningkatan self esteem mereka. Pada pertemuan selanjutnya mereka lebih terlihat berani, antusias, terbuka, percaya diri, dalam setiap pertemuan yang dilakukan dengan role playing akan masalah yang dihadapi. Setiap pertemuan perubahan perilaku siswa yang lebih baik selalu berjalan menuju peningkatan. Adanya kemauan anggota untuk merubah perilaku menjadi asertif itu secara perlahan-lahan mulai dirasakan dan mulai terlihat peningkatan perubahan perilakunya, yang tadinya pasif dan agresif bisa sedikit-sedikit menjadi lebih asertif tanpa menyinggung perasaan orang lain dalam mengemukakan gagasan atau pendapat untuk kemajuan dirinya. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa self esteem siswa menjadi meningkat setelah mengikuti pelatihan assertive training. Hal ini ditunjukkan dari hasil analisis data dengan menggunakan uji t, dari hasil pretest dan posttest yang diperoleh t hitung = 8,10. Kemudian dibandingkan dengan t tabel = 2,35. Karena t hitung > t tabel maka, Ho ditolak dan Ha diterima,artinya terdapat peningkatan signifikan antara skor self esteem siswa sebelum diberikan perlakuan dan setelah diberikan perlakuan dengan assertive training . Ini menunjukkan bahwa pelaksanaan teknik assertive training dapat meningkatkan self esteem. 12
Saran Saran yang diajukan peneliti yaitu (1) kepada siswa, hendaknya: a) senantiasa terus berusaha meningkatkan self esteemnya dengan cara bisa menerima, menghargai dan mencintai diri sendiri apapun keadaannya, b) berusaha untuk mengatasi, dan bukan menghindari masalah yang dihadapi, dan c) berani menanyakan apa yang tidak dimengerti ketika guru menjelaskan pelajaran; (2) kepada guru pembimbing, hendaknya: a) dapat membantu masalah siswa lain yang mengalami masalah dengan self esteem yang rendah dengan teknik assertive training, sehingga siswa dapat lebih menghargai dirinya sendiri dan mengenali serta menggali potensinya, b) menentukan waktu yang tepat untuk pelaksanaan kegiatan sehingga dapat terlaksana secara teratur dan baik; (3) kepada peneliti lain, hendaknya dapat melakukan mengenai self esteem terkait perbedaan gender pada subjek yang berbeda dengan menggunakan teknik lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M & Asrori, 2006. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Corey, G. 2009. Teori & Praktek Konseling & Psikoterapi. Penerjemah E. Koswara. Edisi Keempat. Bandung: PT. Refika Aditama. Dariyo, A. 2007. Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama. Bandung: PT Refika Aditama. Gerungan, W. A. Psikologi Sosial. Bandung : PT. Eresco. Kurnia, D. 2004. Hubungan Antara Self Esteem Dengan Game On-Line Addiction Pada Remaja Middle Adolescent Pemain Massively Multiplayer on-Line Role Playing Game. Theses. Default.aspx.htm Lutfi, Fauzan. 2007. Assertive Training: Pengembangan Pribadi Asertif dan Transaksi Sosial. Depdiknas : UPT BK UM. Sarwono, S.W.2000. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif , dan R&D. Bandung: Alfabeta.