Vous êtes sur la page 1sur 13

REFERAT

ATRESIA ANI





Oleh:
FUAD FUTAKI
J 500 050 002
Pembimbing :
dr. Budi Yuwono Sp B

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
Latar Belakang

Atresia ani yaitu tidak berluangnya dubur, Jika atresia terjadi maka hampir
selalu memerlukan tindakan operasi untuk membuat saluran seperti keadaan
normalnya [9].

Atresia ani merupakan suatu kelainan malformasi kongenital

Atresia ani meliputi bagian anus, rektum, atau bagian diantara
keduanya. Walaupun kelainan lubang anus akan mudah terbukti
saat lahir, tetapi kelainan bisa terlewatkan bila tidak ada
pemeriksaan yang cermat atau pemeriksaan perineum [9,10]


BAB I
PENDAHULUAN
A. Definisi

Atresia ani :
merupakan suatu kelanian malformasi kongenital dimana tidak lengkapnya
perkembngan embrionik pada bagian anus atau tertutupnya anus secara
abnormal atau dengan kata lain tidak ada lubang secara tetap pada daerah
anus.
BAB II
Tinjauan Pustaka
B. Etiologi

Atresia ani dapat disebabkan karena : [4]
1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur, sehingga
bayi lahir tanpa lubang dubur
2. Gangguan organogenesis dalam kandungan
3. Berkaitan dengan sindrom down
Penelitian juga menunjukkan adanya hubungan antara atresia ani
dengan pasien dengan trisomi 21 (Down's syndrome)
Atrsia ani memiliki etiologi yang multifaktorial. Salah satunya adalah
komponen genetik.

C. Epidemologi

Angka kejadian rata-rata atresia ani di seluruh dunia : 1 dalam 5000 kelahiran

Atresia ani lebih banyak ditemukan pada laki-laki daripada perempuan

Fistula rektouretra : kelainan yang paling banyak ditemui pada bayi laki-laki,
diikuti oleh fistula perineal

Hasil penelitian Boocock dan Donna di Manchester bahwa atresia ani letak rendah
lebih banyak ditemukan dibandingkan atresia ani letak tinggi
D. Patofisiologi
Terjadi akibat kegagalan penurunan septum anorektal pada kehidupan embrional
Manifestasi klinis obstruksi dan fistula
a. Obstruksi : distensi abdomen, sekuestrasi cairan, muntah dengan segala akibatnya.
b. feses mengalir ke traktus urinarius (infeksi berulang). Pada keadaan ini biasanya
terbentuk fistula (antara rektum dengan organ sekitarnya)
Pada perempuan, 90% dengan fistula ke vagina (rektovagina) atau perineum
(rektovestibuler).
Pada laki-laki umumnya fistula menuju ke vesika urinaria atau ke prostat (rektovesika)
Bila kelainan merupakan letak tinggi, pada letak rendah fistula menuju ke uretra
(rektouretralis)

Anatomi normal laki-laki Fistula rectourethra Fistula perineal
Gambaran arresia ani




E. Klasifikasi
Klasifikasi digunakan untuk atresia ani : klasifikasi Wingspread ( atresia ani
menjadi letak tinggi, intermedia dan letak rendah)

Pembagian atresia ani berdasarkan letak :
a. Tinggi (supralevator) : Rektum berakhir di atas m. levator ani (m.
puborektalis) jarak antara ujung buntu rektum dengan kulit perineum >1
cm. Letak supralevator biasanya disertai dengan fistel ke saluran kencing
atau saluran genital.
b. Intermediate : Rektum terletak pada m. levator ani tapi tidak menembus
c. Rendah yaitu Rektum berakhir di bawah m. levator ani sehingga jarak
antara kulit dan ujung rektum paling jauh 1 cm


F. Manifestasi Klinis

Gejala yang menunjukan terjadinya atresia ani atau anus imperforata terjadi
dalam waktu 24 - 48 jam

Gejala dan tanda itu dapat berupa : [1,8]
Tidak dapat atau mengalami kesulitan mengeluarkan mekonium
(mengeluarkan tinja yang menyerupai pita).
Perut membuncit.
Muntah.
Tidak bisa buang air besar.
Lubang anus sangat dekat dengan lubang vagina pada anak
perempuan.
Hilangnya lubang atau lubang salah tempat ke anus.

G. Penegakkan Diagnosis

Semua bayi yang lahir harus dilakukan pemasukan termometer melalui
anusnya, tidak hanya untuk mengetahui suhu tubuh, tapi juga untuk
mengetahui apakah terdapat anus imperforata atau tidak

Pemeriksaan Penunjang :
1. Pemeriksaan rektal digital dan visual
2. Jika ada fistula, urin dapat diperiksa untuk memeriksa adanya sel-sel
epitel mekonium.
3. Pemeriksaan sinyal X lateral infeksi (teknik Wangensteen-Rice)
4. Ultrasound
5. Aspirasi jarum


H. Penatalaksanaan

Pasiendalam kaadaan stabildilakukan tindakan agar tidak
terjadi obstruksi dan perut tidak distensi (kembung) agar tidak
menyebabkan kondisi bayi jatuh dalam keadaan sepsis jika
dibiarkan dan jika tidak ditangani.

Kolostomi adalah suatu operasi untuk membentuk suatu lubang buatan
antara kolon dengan permukaan kulit pada dinding perut. Lubang buatan
ini bisa bersifat sementara atau selamanya.

Jenis jenis kolostomi, antara lain :
Kolostomi transversum
Kolostomi sigmoid
Kolostomi kolon asenden
Kolostomi kolon desenden

BAB III
KESIMPULAN

Atresia ani merupakan suatu kelainan malformasi kongenital di mana tidak
lengkapnya perkembangan embrionik pada bagian anus atau tertutupnya anus
secara abnormal

Atresia ani ini dapat meliputi bagian anus, rektum, atau bagian diantara
keduanya. Walaupun kelainan lubang anus akan mudah terbukti saat lahir,
tetapi kelainan biasa terlewatkan bila tidak ada pemeriksaan yang cermat atau
pemeriksaan perineum.

Kolostomi adalah suatu operasi untuk membentuk suatu lubang buatan antara
colon dengan permukaan kulit pada dinding perut. Lubang buatan ini bisa
bersifat sementara atau selamanya

Daftar Pustaka
1. Grosfeld J, ONeill J, Coran A, Fonkalsrud E. Pediatric Surgery 6th edition. Philadelphia: Mosby elseivier, 2006; 1566-99.
2. Oldham K, Colombani P, Foglia R, Skinner M. principles and Practice of Pediatric Surgery Vol.2. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins, 2005; 1395 1434
3 Boocock G, Donnai D. Anorectal Malformation: Familial Aspects and Associated Anomalies. Archives of Disease in Childhood, 1987,
62, 576-579. http://www.pubmedcentral.com pdf [diakses 27 Januari 2014] 3
4 Levitt M, Pena A. Anorectal Malformation. Orphanet Journal of Rare Diseases 2007, 2:33. http://www.ojrd.com/content/2/1/33 [diakses
27 Januari 2014] 4
5.. University of Michigan. Imperforate Anus. Departement of Surgery University of Michigan [diakses 27 Januari 2014]
6. Kella N, Memon S, Qureshi G. Urogenital Anomalies Associated with Anorectal Malformation in Children. World Journal of Medical
Sciences 1 (2) 2006; 151-154 http://www.idosi.org/wjms/1(2)2006/20.pdf [diakses 27 Januari 2014]
7. Latief SA, Suntoro A. Anestesi Peditrik dalam: Anestesiologi. Muhiman M, Thaib M, Sunatrio S, Dahlan M (eds). Jakarta: Bagian
Anestesi dan Terapi Intensif FKUI. 1989, 115-119.
8. De Jong W. Sjamsuhidayat R. (ed). Buku Ajar Ilmu Bedah. 2005 edisi 2. Hal 667-670.
9. Hidayat. Atresia Ani [serial online] 2009 april [cited 2009 Nov 3]. Available from : URL:http://www.google.com/to day must better
yesterdaybagussmustika atresia ani.mht (diakses 27 Januari 2014)
10 Anderson D., Kamus Kedokteran Dorlan, Atresia Ani, 2002, 206, edisi 29, (Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
11. Alimul Pengantar Ilmu Kesehatan Anak [serial AA. online] [cited 2009 Nov 2]. Available from:
URL:http://www/google.com/Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk. Google Buku.mht (diakses 27 Januari 2014)
12. Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar TR, Dunn DL, Hunter JG, Pollock RE, et al. Anorectal Malformations in Schwartz Principles of
Surgery. 8th ed. United States of America; 2005.p.1497-1499.
13. Pena A.: Anorectal anomalies. In Pediatric Surgery, Diagnosis and Management, 2009 p.463-765.
14 Behrman, Richard E. MD., Wahab, Samik. Prof. Dr. SpA. Malformasi anorektum dalam Ilmu Kesehatan Anak Nelson, 2000, edisi 15,
vol 2, 1322-1325, (EGC, Jakarta

Vous aimerez peut-être aussi