Vous êtes sur la page 1sur 1

Interaksi Airtanah dan Air Sungai Cikapundung, Bandung, Jawa barat

Achmad DARUL
1)
, Dasapta Erwin IRAWAN
2)
, Aditya PRATAMA
3)
, Irvan FEBYANTO, Wisnu Anugrah
PRATAMA, Nugraha SURYAKOMARA, Yoga PRASETYO.

1)
Program Studi Magister Teknik Airtanah, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, ITB
2)
Kelompok Keahlian Geologi Terapan, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebimian, ITB
3)
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, ITB

Banyak Kota besar di Indonesia yang dilalui sungai, salah satunya Cikapundung yang
membelah kota Bandung mengalir melewati berbagai variasi litologi, berbagai litologi yang dilewati
memungkinkan variasi interaksi antara airtanah dan air sungai, jika airtanah diisi air sungai yang
tercemar maka tercemarlah airtanah begitupun sebaliknya, dengan memodelkan (finite difference)
interaksi airtanah-air sungai penelitian ini akan memberikan kontribusi penting dalam pengelolaan
sumber daya air.
Berdasarkan penyelidikan yang dilakukan oleh banyak peneliti terdahulu, hidrogeologi
regional sepanjang aliran Cikapundung dibagi menjadi dua tipologi sistem akifer, yaitu: 1 (satu)
akifer sistem endapan bahan gunung api dengan batuan penyusun terdiri dari lava, breksi gunung
api, batuan piroklastik pasir, dan 2 (dua) tipologi sistem akifer endapan danau dengan batuan
penyusun terdiri dari perselingan lempung, pasir, lempung pasiran dengan material organik pada
bagian hilir. Sistem aliran airtanah regional pada kedua tipologi berarah utara-selatan.
Berdasarkan tipe geometri Cikapundung mempunyai 2 (dua) relasi hidrodinamika, perkiraan
batas ini bertepatan dengan perubahan litologi dari endapan breksi gunung api-endapan danau
(daerah antara Lengkong Besar-Buah batu). batas zona relasi ke arah hulu merupakan daerah
keluaran airtanah (discharge area), sedangkan dari batas zonasi ke arah hilir merupakan daerah isian
airtanah (recharge area) dicirikan tidak ditemukannya mata air, besaran imbuhan air sungai ke dalam
airtanah berdasarkan perhitungan memberikan nilai kisaran 33,88-77,82x10
-5
m
3
/dtk.
Pada penelitian ini dilakukan lagi pemetaan ulang , pengamatan dilakukan pada 17 sumur
gali pada kanan-kiri sungai dan 10 titik amat pada muka air sungai pada bulan Maret-April 2014
menggunakan Water level meter, serta diambil property fisik air dan kima air menggunakan Total
dissolved solid meter built in Temperatur, Dissolved Oxigen meter, pH meter dan Conductivity meter.
Hasil analisis sementara dengan membandingkan muka airtanah dan muka air sungai, sebagai
parameter dalam pemodelan (finite difference) selain parameter data property hidrogeologi
didapatkan bahwa airtanah di 5 (lima) sumur gali zona efluent suhu airtanah cenderung konstan 26
0
C sedangkan air sungai suhu fluktuatif antara 23,5-27,8
0
C (discharge area), anomali ditemukan
muka air sungai lebih tinggi dari muka airtanah pada sebelah utara batas zonasi (bergeser 3,5km) ,
sedangkan dari batas zonasi ke hilir sungai 12 sumur gali menunjukan muka airtanah lebih rendah
dari muka air sungai, dugaan bergesernya perkiraan batas zonasi harus diperkuat dengan pemetaan
rinci, data hidrograf dan pengukuran data logger temperature serta logger TDS.
Kata kunci: Interaksi airtanah-air sungai, Cikapundung, Pemodelan (finite difference)

Vous aimerez peut-être aussi