Vous êtes sur la page 1sur 7

Sejarah perkerasan jalan dimulai bersamaan dengan sejarah umat manusia

itu sendiri yang selalu berhasrat untuk mencari kebutuhan hidup dan
berkomunikasi dengan sesama. Dengan demikian perkembangna jalan saling
berkaitan dengan perkembangan umat manusia. Perkembangan teknik jalan
seiring dengan berkembangnya teknologi yang ditemukan umat manusia.
Pada awalnya jalan hanyalah berupa jejak manusia yang mencari
kebutuhan hidup ataupun sumber air. Setelah manusia mulai hidup berkolompok
jejak-jejak itu berubah menjadi jalan setapak. Dengan mulai dipergunakannya
hewan-hewan sebagai alat tranportasi, jalan mulai dibuat rata. Jalan yang
diperkeras pertama kalinya ditemukan di Mesopotamia berkaitan dengan
ditemukannya roda sekitar 3500 tahun sebelum masehi.
Konstruksi perkerasan jalan berkembang pesat pada zaman keemasan
Romawi. Pada saat itu telah dimulai dibangun jalan-jalan yang terdiri dari
beberapa lapis perkerasan. Perkembangan konstruksi perkerasan jalan seakan
terhenti dengan mundurnya kekuasaan Romawi sampai awal abad ke 18. Pada
saat itu beberapa ahli Prancis, Skotlandia menemukan sistem-sistem konstruksi
perkerasan jalan yang sebagian sampai saat ini masih umum digunakan di
Indonesia maupun dinegara-negara lain di dunia.
Jenis konstruksi perkerasan
Berdasarkan bahan pengikatnya konstruksi perkerasan jalan dapat dibedakan atas :
1. Konstruksi perkerasan lentur (flaxible pavement), yaitu perkerasan yang
menggunakan aspal sebagai bahan pengikat, lapisan-lapisan perkerasannya
bersifat memikul dan menyebarkan beban lalu lintas ke tanah dasar.
2. Konstruksi perkerasan kaku (rigid pavement), yaitu perkerasan yang
menggunakan semen (portland cement) sebagai bahan pengikat. Pelat
beton dengan atau tanpa lapis pondasi bawah. Beban lalu lintas sebagian
besar dipikul oleh pelat beton.
3. Konstruksi perkerasan komposit (composite pavement), yaitu perkerasan
kaku yang dikombinasikan dengan perkerasan lentur dapat berupa
perkerasan lentur diatas perkerasan kaku, atau perkerasan kaku diatas
perkerasan lentur.
Adapun lapisan dalam perkerasan antara lain:
1. Lapisan permukaan
Lapisan permukaan berfungsi
- Lapis perkerasan penahan beban roda, lapisan mempunyai stabilitas
tinggi untuk menahan beban roda selama masa pelayanan.
- Lapisan kesap air, sehingga air hujan yang jatuh di atasnya tidak
meresap kelapisan dibawahnya dan melemahkan lapisan lapisan
tersebut.
- Lapis aus (wearinng course), lapisan yang langsung menderita gesekan
akibat rem kendaraan sehingga mudah menjadi aus
- Lapisan yang menyebarkan beban ke lapisan bawah, sehingga dapat
dipikul oleh lapisan lain yang mempunyai daya dukung yang lebih jelek

2. Lapisan pondasi Atas
Fungsi lapis pondasi atas ini antara lain sebagai
- Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan
menyebarkan beban ke lapisan di bawahnya
- Lapisan peresapan untuk lapisan pondasi bawah
- Bantalan terhadap lapisan permukaan

3. Lapis pondasi bawah
Lapis pondasi bawah ini berfungsi sebagai
- Bagian dari konstruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda ke
tanah dasar. Lapisan ini harus cukup kuat, mempunyai CBR 20% dan
Plastisitas Indeks (PI) kurang lebih 10%
- Effisiensi penggunaan material. Material pondasi bawah relatif murah
dibandingkan dengan lapisan perkerasan diatasnya
- Mengurangi tebal lapisan diatasnya yang lebih mahal.
- Lapis peresapan, agar air tanah tidak berkumpul di pondasi
- Lapisan pertama, agar pekerjaan dapat berjalan lancar, hal ini sehubung
dengan kondisi lapangan yang memaksa harus segera menutup tanah
dasar dari pengaruh cuaca,atau lemahnya daya dukung tanah dasar
menahan roda-roda alat besar
- Lapisan untuk meneegah partikel-partikel halus tanah dasar naik ke
lapis pondasi atas.
Agregat/ batuan didefinisikan secara umum sebagai formasi kulit bumi
yang keran dan penyal (solid). ASTM (1974) mendefinisikan batuan sebagai suatu
bahan yang terdiri dari material padat, berupa masa berukuran besar ataupun
berupa fragmen-fragmen.
Agregat/ batuan merupakan komponen utama dari lapisan perkerasan jalan yaitu
mengandung 90-95% agregat berdasarkan persentasi berat atau 75-85% agregat
berdasarkan persentasi volume. Dengan demikan daya dukung, keawetan dan
mutu perkerasan jalan ditentukan juga dari sifat agregat dan hasil campuran
agregat dengan material lain.
Aspal adalah perekat antara agregat-agregat dalam perkerasan.
Adapun jenis aspal dibedakan menjadi :
1. Aspal alam, dapat dibedakan atas:
- Aspal gunung (rock asphalt), contoh aspal dari pulau buton
- Aspal danau (lake asphalt), contoh aspal dari bermudez, trinidad
2. Aspal buatan
- Aspal minyak, merupakan hasil penyulingan minyak bumi
- Tar, merupakan hasil penyulingan batu bara. Tidak umum digunakan
untuk perkerasan karena lebih cepat mengeras, peka terhadap
perubahan temperatur dan beracun.
Aspal yang dipergunakan pada konstruksi perkerasan jalan berfungsi sebagai:
1. Bahan pengikat, memberikan ikatan yang kuat antara aspal dan agregat
dan antara aspal itu sendiri
2. Bahan pengisi, mengisi rongga antara butir-butir agregat dan pori-pori
yang ada dari agregat itu sendiri
Berarti aspal haruslah mempunyai daya tahan (tidak cepat rapuh), terhadap cuaca,
mempunyai adhesi dan kohesi yang baik dan memberi sifat elastis yang baik

Karakteristik campuran Aspal
Karakteristik campuran yang harus dimiliki oleh campuran aspal beton campuran
panas adalah:
1. Stabilitas
Stabilitas lapisan perkerasan jalan adalah kemampuan lapisan perkerasan
menerima beban lalulintas tanpa terjadi perubahan bentuk seperti
gelombang, alur ataupun bleeding. Kebutuhan akan stabilitas setingkat
dengan jumlah lalu lintas dan beban kendaraan yang akan memakai jalan
tersebut. Jalan dengan volume lalu lintas tinggi dan sebagian besar
merupakan kendaraan berat menuntut stabilitas yang besar dibandingkan
dengan jalan dengan volume lalu lintas yang hanya terdiri dari kendaraan
penumpang saja.

2. Fleksibilitas (kelenturan)
Flaksibilitas pada lapisan perkerasan adalah kemampuan lapisan untuk
dapat mengikuti deformasi yang terjadi akibat beban lalu lintas berulang
tanpa timbulnya retak dan perubahan volume.
Fleksibilitas yanhg tinggi dapat diperoleh dengan:

- Penggunaan agregat bergradasi senjang sehingga diperoleh VMA
yang besae
- Penggunaan aspal lunak (aspal dengan penetrasi yang tinggi)
- Penggunaan aspal yang cukup banyak sehingga diperoleh VIM
yang kecil
- Atau menambahkan Agregat tambahan (Plastik)

3. Skid resistance (tahanan geser/ kekesatan)
Tahanan geser adalah kekesatan yang diberikan oleh perkerasan sehingga
kendaraan tidak mengalami slip baik diwaktu hujan atau basah diwaktu
kering. Kekesatan dinyatakan dengan koefisien gesek antar permukaan
jalan dan ban kendaraan.
Tahanan geser tinggi jika :
- Penggunaan kadar aspal yang tepat sehingga tak terjadi bleeding
- Penggunaan agregat dengan permukaan kasar
- Penggunaan agregat berbentuk kubus
- Penggunaan agregat kasar yang cukup

4. Durabilitas (keawetan/ daya tahan)
Durabilitas diperlukan pada lapisan permukaan sehingga lapisan dapat
mampu menahan keausan akibat pengaruh cuaca, air dan perubahan suhu
ataupun keausan akibat gesekan kendaraan.
Faktor yang mempengaruhi durabilitas lapis aspal adalah:
- Film aspal atau selimut aspal, film aspal yang tebal dapat
menghasilkan lapis aspal yang berdurabilitas tinggi, tetapi
kemungkinan terjadinya bleeding menjadi tinggi
- VIM kecil sehingga lapis kedap air dan udara tidak masuk kedalam
campuran yang menyebabkan terjadinya oksidasi dan aspal
menjadi rapuh/getas
- VMA besar, sehingga film aspal dapat dibuat tebal. Jika VMA dan
VIM kecil serta kadar aspal tinggi kemungkinan terjadinya
bleeding besar. Untuk mencapai VMA yang besar ini dipergunakan
agregat bergradasi senjang.

5. Ketahanan kelelahan (fatique resistance)
ketahanan kelelahan adalah ketahanan dari lapis aspal beton dalam
menerima beban berulang tanpa terjadinya kelelahan yang berupa alur
(ruting) dan retak.
Faktor yang mempengaruhi ketahanan terhadap kelelahan adalah:
- VIM yang tinggi dan kadar aspal yang rendah akan mengakibatkan
kelelahan yang cepat
- VMA yang tinggi dan kadar aspal yang tinggi dapat
mengakibatkan lapis perkerasan menjadi fleksibel.

6. Kemudahan pelaksanaan (workability)
Yang dimaksud dengan kemudahan pelaksanaan adalah mudahnya suatu
campuran untuk dihampar dan dipadatkan sehingga diperoleh hasil yang
memenuhi kepadatan yang diharapkan.
Faktor yang mempengaruhi kemudahan dalam pelaksanaan adalah :
- Gradasi agregat. Agregat bergradasi baik lebih mudah
dilaksanakan dari pada agregat bergradasi lain
- Temperatur campuran, yang ikut mempengaruhi kekerasan bahan
pengikat yang bersifat termoplastis
- Kandungan bahan (filler) yang tinggi menyebabkan plaksanaan
lebih sukar.
Didalam Tugas Akhir mahasiswa S1 Teknik Sipil UGM (Wasir
Rahim, 2000) Pengaruh penggunaan limbah plastik keras sebagai
campuran agregat kasar pada hot rolled asphalt (HRA) berdasarkan sifat-
sifat marshall.Penelitian yang telah dilakukan oleh Departemen
Pekerjaan Umum, Puslitbang jalan dan jembatan (Tjitjik Wasiah Suroso,
2005) tentang pengembangan pemanfaatan limbah plastik dengan jenis
LDPE (Low Density Polyethylen) seperti kantong plastik belanja, botol
dan gelas air mineral, biji plastik hasil limbah, dll. untuk meningkatkan
mutu aspal / campuran beraspal. Campuran beraspal yang ditambah
dengan plastik ini termasuk aspal polymer jenis Plastomer (bersifat
plastis).
Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa baik penggunaan
plastik mutu tinggi ataupun mutu rendah yang merupakan produk
buangan (sisa) dari pabrik polimer telah dapat meningkatkan mutu aspal
dan mutu campuran beraspal. Berdasarkan penelitian yang berjudul
Meningkatkan Mutu Aspal/Campuran Beraspal Dengan Memenfaatkan
Plastik Mutu Rendah menunjukan bahwa dengan menambahkan 3%
plastik mutu tinggi terhadap berat aspal pen 60 dan sekitar 3 4% plastik
dengan mutu yang rendah akan meningkatkan mutu aspal. Hal ini
ditandai dengan naiknya nilai titik lembek aspal dari semula 49oC
menjadi 57 59oC. Selain itu, dengan penambahan bahan plastik
(polimer) kedalam aspal dapat menaikkan stabilitas dinamis dari 1050
lintasan/menit menjadi 2739-3937 lintasan/menit. (Muhammad Irvan Nur
Sidiq Z danYusrie Risnanda R, 2008), mahasiswa Politeknik Negeri
Bandung, membuat Tugas Akhir dengan judul Pemanfaatan Limbah
Plastik Yang Telah Digiling Sebagai Bahan Campuran Aspal Beton
(LASTON). Jenis plastik yang digunakan sebagai bahan campuran aspal
adalah plastik\ LDPE (Low Density Polyethylen) jenis plastomer yaitu
kantong plastik yang sudah tidak terpakai (limbah) setelah melalui proses
pembersihan dan pengeringan serta pemotongan menjadi ukuran yang
lebih kecil. Hasil yang diperoleh dengan penambahan 3% limbah plastik
dapat meningkatkan nilai titik lembek, penetrasi aspal dan dapat
meningkatkan stabilitas marshall, flow dan Marshall Quotient.
Cara pengaplikasian sampah plastik sebagai bahan campuran aspal :
1. Cara pertama adalah dengan pencampuran basah
- Siapkan plastik dengan kadar 3% terhadap berat aspal
- Plastik dimasukan kedalam aspal panas
- Campuran aspal diaduk hingga menjadi homogen
2. Cara kedua adalah dengan pencampuran kering
- Siapkan plastik dengan kadar 3% terhadap berat aspal
- Plastik dimasukan kedalam agregat panas
- Campuran diaduk selama 30-45 detik
Daftar pustaka
1. AASHTO, AASHTO Guide for Design of Pavement Structure,1986
2. Sukirman silvia, 1999. Perkerasan Lentur Jalan Raya NOVA, Bandung
3. Kurnuati, R Kurniaty & Rizal, Muhammad. 2011. Pemanfaatan hasil
pengelaolaan sampah sebagai alternatif bahan konstruksi, Jurnal
Smartek. Indonesia

Vous aimerez peut-être aussi