Vous êtes sur la page 1sur 8

A.

Definisi
PICU merupakan singkatan dari Psychiatric Intensive Care Unit. PICU dalam bahasa
Indonesia di kenal dengan UPIP, yaitu Unit Perawatan Intensif Psikiatri.
PICU merupakan pelayanan yang ditujukan untuk klien gangguan jiwa dalam kondisi
krisis psikiatri (Keliat, dkk, 2009).
PICU merupakan gabungan pelayanan gawat darurat psikiatri dan pelayanan intensif,
yang dapat diselenggarakan di rumah sakit jiwa atau unit psikiatri rumah sakit umum (Keliat,
dkk, 2009).
PICU adalah suatu unit yang memberikan perawatan khusus kepada klien-klien psikiatri
yang berada dalam kondisi membutuhkan pengawasan ketat (Maryree, 2010).
Kegawat daruratan adalah dimana terjadi suatu kondisi yang mendesak yang
membutuhkan penanganan dengan segera. Kegawat daruratan juga dapat diartikan sebagai suatu
kondisi dimana seseorang membutuhkan pertolongan dengan segera untuk mempertahankan
hidup dan mengurangi resiko kematian dan kecacatan. (http://wanitanyaharris.blogspot.com)
Pengertian perawatan intensif berarti memerlukan pengawasan dan pemantauan yang
lebih sering dan cermat karena keadaannya berada di antara hidup dan mati. Pelayanan Medis
Intensif adalah pelayanan yang secara spesifik dimaksudkan untuk melakukan talaksana
pengobatan dan atau perawatan kepada pasien yang mengalami sakit kritis
(purnomodrspanblog.blogspot)
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa PICU adalah suatu unit
gabungan pelayanan gawat darurat psikiatri dan pelayanan intensif, yang ditujukan untuk klien
gangguan jiwa yang dalam kondisi krisis psikiatri dan berada dalam kondisi yang membutuhkan
pengawasan ketat, dimana dapat diselenggarakan di rumah sakit jiwa atau psikiatri rumah sakit
umum.

B. Kedaruratan Psikiatri
Kedaruratan psikiatrik adalah suatu gangguan akut pada pikiran, perasaan, perilaku, atau
hubungan sosial yang membutuhkan suatu intervensi segera (Allen, Forster, Zealberg, & Currier,
2002). Menurut Kaplan dan Sadock (1993) kedaruratan psikiatrik adalah gangguan alam pikiran,
perasaan atau perilaku yang membutuhkan intervensi terapeutik segera. Dari pengertian tersebut,
kedaruratan psikiatri adalah gangguan pikiran, perasaan, perilaku dan atau sosial yang
membahayakan diri sendiri atau orang lain yang membutuhkan tindakan intensif yang segera.
Sehingga prinsip dari kedaruratan psikiatri adalah kondisi darurat dan tindakan intensif yang
segera. Berdasarkan prinsip tindakan intensif segera, maka penanganan kedaruratan dibagi dalam
fase intensif I (24 jam pertama), fase intensif II (24-72 jam pertama), dan fase intensif III (72
jam-10 hari).
1. Fase intensif I
Fase intensif i adalah fase 24 jam pertama pasien dirawat dengan observasi, diagnosa, tritmen
dan evaluasi yang ketat. Berdasarkan hasil evaluasi pasien maka pasien memiliki tiga
kemungkinan yaitu dipulangkan, dilanjutkan ke fase intensif II, atau dirujuk ke rumah sakit jiwa.
2. Fase intensif II
Fase intensif II perawatan pasien dengan observasi kurang ketat sampai dengan 72 jam.
Berdasarkan hasil evaluasi maka pasien pada fase ini memiliki empat kemungkinan yaitu
dipulangkan, dipindahkan ke ruang fase intensif III, atau kembali ke ruang fase intensif I.
3. Fase intensif III
Fase intensif III pasien di kondisikan sudah mulai stabil, sehingga observasi menjadi lebih
berkurang dan tindakan-tindakan keperawatan lebih diarahkan kepada tindakan rehabilitasi. Fase
ini berlangsung sampai dengan maksimal 10 hari. Merujuk kepada hasil evaluasi maka pasien
pada fase ini dapat dipulangkan, dirujuk ke rumah sakit jiwa atau unit psikiatri di rumah sakit
umum, ataupun kembali ke ruang fase intensif I atau II

C. Indikasi masuk PICU
Indikasi masuk PICU adalah klien dengan kedaruratan psikiatri, untuk dapat dikatakan
sebagai suatu kedaruratan situasi tersebut harus memiliki kriteria, sebagai berikut:
1. Ancaman segera terhadap kehidupan, kesehatan, harta benda atau lingkungan.
2. Telah menyebabkan kehilangan kehidupan, gangguan kesehatan, kerusakan harta benda dan
lingkungan.
3. Memiliki kecenderungan peningkatan bahaya yang tinggi dan segera terhadap kehidupan,
kesehatan, harta benda atau lingkungan.
Sedangkan untuk mengukur tingkat kedaruratan pada klien adalah menggunakan skala GAF
(General Adaptive Function) dengan rentang skor 1-30 skala GAF. Kondisi klien dikaji setiap
shift dengan menggunakan skor GAF. Katagori klien yang berada dalam rentang skor 1-30 GAF
adalah:
1. Skor 21 - 30: perilaku dipengaruhi oleh waham atau halusinasi ATAU gangguan serius pada
komunikasi atau pertimbangan (misalnya kadang-kadang inkoheren, tindakan jelas tidak sesuai
preokupasi bunuh diri) ATAU ketidakmampuan untuk berfungsi hampir pada semua bidang
(misalnya tinggal ditempat tidur) sepanjang hari, tidak memiliki pekerjaan.
2. Skor 11 20: terdapat bahaya melukai diri sendiri atau orang lain (misalnya usaha bunuh diri
tanpa harapan yang jelas akan kematian, sering melakukan kekerasan, kegembiraan manik)
ATAU kadang-kadang gagal untuk mempertahankan perawatan diri yang minimal (misalnya
mengusap fases) ATAU gangguan yang jelas dalam komunikasi (sebagian besar inkoheren atau
membisu)
3. Skor 1 10: Bahaya melukai diri sendiri atau orang lain persisten dan parah (misalnya kekerasan
rekuren) ATAU ketidakmampuan persisten untuk mempertahankan hiegene pribadi yang
minimal ATAU tindakan bunuh diri yang serius tanpa harapan bunuh diri yang jelas.
Pada keperawatan katagori klien dibuat dengan skor RUFA (Respons Umum Fungsi
Adaptif)/GAFR (General Adaptive Funtion Response) yang merupakan modifikasi dari skor
GAF karena keperawatan menggunakan pendekatan respons manusia dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai dengan fungsi respons yang adaptif. Dari respons tersebut kemudian
dirumuskan diagnosa skor RUFA dibuat berdasarkan diganosa keperawatan yang ditemukan
pada klien. Sehingga setiap diagnosa keperawatan memiliki kriteria skor RUFA tersendiri, untuk
sementara baru diagnosa risiko bunuh diri yang sudah mempunyai skor rufa, sedangkan untuk
diagnosa yang lain masih dalam pengembangan. adapun skornya yaitu: (sudah semua diagnosa
kep jiwa yang menggunakan rufa).


Secara umum klien yang dirawat di PICU adalah klien dengan kriteria:
1. Risiko bunuh diri yang berhubungan dengan kejadian akut dan atau suatu perubahan alam
perasaan atau perilaku yang menetap.
2. Penyalahgunaan NAPZA atau kedaruratan yang berhubungan dan berlangsung relatif singkat.
Sedangkan berdasarkan masalah keperawatan maka klien yang perlu dirawat di PICU adalah
klien dengan masalah keperawatan sebagai berikut:
1. Perilaku kekerasan
2. Percobaan bunuh diri
3. Gangguan sensori persespsi: halusinasi (Fase IV)
4. Gangguan proses pikir: Waham curiga.
Masalah-masalah keperawatan yang berkaitan dengan kondisi klien putus zat dan over dosis:
1. Perubahan kenyamanan: nyeri
2. Gangguan pola tidur
3. Gangguan pemenuhan nutrisi
4. Gangguan eliminasi bowel

D. Alur penerimaan pasien di UPIP
Pasien baru yang masuk di UPIP dilakukan triase dengan mengkaji keluhan utama pasien
dengan menggunakan skor RUFA (1-30) dan tanda vital. Adapun kategori pasien menurut skor
RUFA adalah:
1. Skor 1-10 masuk ruang intensif I
2. Skor 11-20 masuk ruang intensif II
3. Skor 21-30 masuk ruang intensif III
Triase
Pada fase ini hal pertama yang harus dilakukan adalah rapid assessment/screening assessment
yang dilakukan berdasarkan protap yang telah disepakati. Pengkajian ini harus meliputi identitas
pasien yaitu: nama pasien, tanggal lahir, nomor tanda pengenal (KTP/SIM/Paspor), alamat,
nomor telepon, serta nama dan nomor telepon orang terdekat pasien yang dapat dihubungi.
Pengkajian kondisi pasien yaitu tanda vital dan keluhan utama dengan skor RUFA (perawat) dan
skor GAF (dokter). Hasil pengkajian menentukan perlu tidaknya dirawat di unit UPIP, jika perlu
dirawat segera tentukan tindakan intensif yang diberikan sesuai dengan hasil skor RUFA.

E. Pola penanganan di PICU
Pola penanganan di PICU mengadopsi pola pendekatan di ruang MPKP yang terdiri dari
empat pilar, yaitu:
1. Pendekatan manajemen
2. Compensatory reward
3. Hubungan profesional
4. Manajemen asuhan keperawatan
Sedangkan pada ruangan PICU keempat pilar ini dilebur menjadi 2 pilar, sebagai berikut:
1. Manajemen pelayanan keperawatan (pilar I-III)
2. Manajemen asuhan keperawatan

D. Fase tindakan intensif
1. Fase intensif I (24 jam pertama)
a. Prinsip tindakan
Life saving
Mencegah cedera pada klien, orang lain dan lingkungan
b. Indikasi : Klien dengan skor 1-10 skala RUFA
c. Pengkajian
Hal-hal yang harus dikaji adalah:
Riwayat perawatan yang lalu
Psikiater atau perawat jiwa yang baru-baru ini menangani klien (bila memungkinkan)
Diagnosa gangguan jiwa di waktu lalu yang mirip dengan tanda dan gejala yang dialami klien
saat ini
Stressor sosial, lingkungan, dan kultural yang menimbulkan masalah klien saat ini.
Kemampuan dan keingginan klien untuk bekerjasama dalam proses treatment.
Riwayat pengobatan dan respons terhadap terapi, mencakup jenis obat yang didapat, dosis,
respons terhadap obat, efek samping dan kepatuhan minum obat, serta daftar obat terakhir yang
diresepkan dan nama dokter yang meresepkan.
Pemeriksaan kognitif untuk mendeteksi kerusakan kognitif atau neuro psikiatrik.
Tes kehamilan untuk semua klien usia subur.
Pengkajian lengkap harus dilakukan dalam 3 jam pertama. Selain itu klien harus diperiksa
oleh seorang psikiater/dokter umum kesehatan jiwa (Psikiater/Medical Officer Mental
Health(MOMH)/GP+(General Practitioner)/GP++) dalam 8 jam pertama dengan prioritas
pertama adalah psikiater. Bila tidak ada psikiater maka klien dapat ditangani oleh MOMH.
Selanjutnya bila tidak ada MOMH dapat ditangani GP+ atau GP++. Klien-klien yang berada
dalam kondisi membutuhkan penangan sangat segera harus dikaji dan bertemu dengan
psikiater/MOMH dalam 15 menit pertama.
d. Intervensi:
Intervensi untuk fase ini adalah:
Observasi ketat
Bantuan pemenuhan kebutuhan dasar (makan, minum, perawatan diri)
Manajemen pengamanan klien yang efektif (jika dibutuhkan)
Terapi modalitas yang dapat diberikan pada fase ini adalah terapi musik.
Evaluasi: dilakukan setiap shift untuk menentukan apakah kondisi klien memungkinkan untuk
dipindahkan ke ruang intensif II.
Bila kondisi klien diatas 10 skala RUFA maka klien dapat dipindahkan ke intensif II.
2. Fase intensif II (24-72 jam)
a. Prinsip tindakan
Observasi lanjutan dari fase krisis (Intensif I)
Mempertahankan pencegahan cedera pada klien, orang lain dan lingkungan
b. Indikasi: klien dengan skor 11-20 skala RUFA
c. Intervensi
Intervensi untuk fase adalah:
Observasi frekuensi dan intensitas yang lebih rendah dari fase intensif I
Terapi modalitas yang dapat diberikan pada fase ini adalah terapi musik dan terapi olahraga
Evaluasi dilakukan setiap shift untuk menentukan apakah kondisi klien memungkinkan untuk
dipindahkan ke ruang intensif III
Bila kondisi klien di atas skor 20 skala RUFA, maka klien dapat dipindahkan ke intensif III, bila
dibawah skor 11 skala RUFA maka klien dikembalikan ke fase intensif I.
3. Fase intensif III (72 jam-10 hari)
a. Prinsip tindakan
Observasi lanjutan dari fase akut (Intensif II)
Memfasilitasi perawatan mandiri klien.
b. Indikasi: klien dengan skor 21-30 skala RUFA
c. Intervensi
Intervensi untuk fase ini adalah:
Observasi dilakukan secara minimal
Klien lebih banyak melakukan aktivitas secara mandiri
Terapi modalitas yang dapat diberikan pada fase ini adalah terapi musik, terapi olahraga, dan
life skill therapy.
Evaluasi dilakukan setiap shift untuk menentukan apakah kondisi klien memungkinkan untuk
dipulangkan.
Bila kondisi klien diatas skor 30 skala RUFA maka klien dapat dipulangkan dengan mengontak
perawat CMHN terlebih dahulu. Bila dibawah skor 20 skala RUFA klien dikembalikan ke fase
intensif II, dan bila dibawah skor 11 RUFA klien dikembalikan ke fase intensif I
E. Ketenagaan
Menurut Rollesby (2009), adapun ketenagaan yang terlibat di ruang PICU adalah sebagai
berikut:
1. Psikiater konsultan
2. Perawat terampil
3. Pekerja sosial
4. Occupation terapist
5. Instruktur teknis
6. Psikolog
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Psychiatric Intensive Care Unit (PICU) atau Unit perawatan intensif psikiatri (UPIP)
adalah suatu unit yang memberikan perawatan khusus kepada pasien-pasien psikiatri yang
berada dalam kondisi membutuhkan pengawasan ketat. Kedaruratan dapat terjadi dimanapun dan
membutuhkan penanganan segera. Kecepatan menangani kondisi kedaruratan akan
meminimalkan gejala sisa maupun kecacatan yang akan dialami pasien. Oleh karena itu tenaga
kesehatan umumnya dan tenaga keperawatan khususnya perlu memperlengkapi diri dengan
kemampuan menangani masalah-masalah kedaruratan. Disamping itu fasilitas ruangan yang
memadai juga dibutuhkan untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan dan keperawatan yang
terbaik.

B. Saran
Dengan adanya pembuatan makalah ini diharapkan kita semua dapat mengetahui konsep
Psychiatric Intensive Care Unit (PICU)

Vous aimerez peut-être aussi