Vous êtes sur la page 1sur 9

ASSESSMENT PASIEN SISTEM KARDIORESPIRASI

Assessment pasien merupakan suatu proses dinamis dan berlangsung terus-menerus di berbagai
keadaan rawat inap dan rawat jalan serta departemen dan klinik. Asesmen pasien terdiri atas tiga
proses utama:
1. Pengumpulan informasi dan data mengenai status fisik, psikologis dan sosial serta
riwayat kesehatan pasien
2. Analisis data dan informasi, termasuk hasil tes laboratorium dan pencitraan
diagnostik untuk mengidentifikasi kebutuhan perawatan kesehatan pasien.
3. Pengembangan rencana perawatan untuk memenuhi kebutuhan pasien yang telah
diidentifikasi

Assessment pada pasien kardiorespirasi meliputi:
1. Keadaan Umum
Keadaan umum pada klien dengan gangguan system kardiovaskuler dapat dilakukan
dengan mengobservasi keadaan fisik tiap bagian tubuh, kesadaran klien perlu dinilai
secara umum yaitu compos mentis, apatis, somnolen, sopor, soporokomatous, atau koma.
Sianosis
Sianosis adalah perubahan warna kulit menjadi biru yang disebabkan oleh adanya
doksihemoglobin dalam pembuluh darah superfisiel.
Pucat
Defisiensi hemoglobin (anemia) dapat menyebabkan kulit menjadipucat dan terlihat pada
membrane mukosa skelera dan mulut jika mengalami anemia berat (hemoglobin kurang
dari 70 g/I).
Kelelahan
Kelelahan (fatique) dapat terlihat jelas, yang disebabkan oleh curah jantung yang rendah
akibat sekunder penyakit jantung, sehingga menyebabkan suplai oksigen kejaringan tidak
adekuat.
Hidrasi
Untuk menilai hidrasi maka dapat dilakukan hal berikut:
a. Inspeksi adanya mata cekung, membrane mukosa kering, dan keadaan umum yang
memburuk akibat dehidrasi berat.
b. Turgor kulit menurun(cubit kulitnya, kulit yang normal cepat kembali keasal bila
dilepaskan) terjadi pada dehidrasi sedang dan berat.
c. Ukur tekanan darah dan tentukan adanya penurunan tekanan darah
d. Timbang berat badan klien dengan menimbang berat badan setiap hari merupakan
cara terbaik untuk menentukan perubahan status hidrasi. Misalnya, penurunan berat
badan sebesar 5% selama 24 jam menunjukkan bahwa lebih dari 5% cairan tubuh
telah hilang.
2. Tanda Vital
Pemeriksaan tanda vital secara umum terdiri atas nadi, frekuensi pernapasan, tekanan
darah dan suhu tubuh.
a. Pemeriksaan Nadi
1) Palpasi
Penilaian palpasi meliputi prekuensi, irama, ciri denyutan, isi nadi, dan keadaan
pembuluh darah. Untuk pemeriksaan jantung awal atau bila irama nadi tidak
teratur, maka frekuensi jantung harus dihitung dengan melakukan auskultasi
denyut apikal selama satu menit penuh sambil meraba denyut nadi
2) Frekuensi Nadi
Frekuensi nadi normal bervariasi dari frekuensi minimal 50 pada orang dewasa
yang sehat dan atletis sampai maksimal melebihi 100 setelah latihan atau saat
kegirangan.
3) Tekanan nadi; mungkin sempit mungkin sempit menunjukkan penurunan volume
sekuncup.
b. Pengukuran Tekanan Darah
Pengukuran tekanan darah dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis
c. Pemeriksaan Suhu Tubuh
Temperature harus selalu diukur sebagai bagian dari pemeriksaan klinis awal pada
klien.
Temperatur yang normal berkisar dari 36,6C-37,2C (98F - 99F). pada cuaca yang
sangat panas, temperatur dapat naik sampai 0,5C lebih tinggi. Pada kondisi
normal,temperatur oral lebih rendah dari pada temperature rectal sebesar 0,2 0,5C.
Temperature aksila dapat lebih rendah 0,5C dari pada temperature oral. Temperature
badan paling rendah terjadi saat bangun tidur pagi hari dan mencapai puncaknya
antara pukul 6 dan 10 sore. Hal ini disebut variasi diurnal. Pola demam (pireksia)
bermanfaat untuk menegakkan diagnosis.
3. Pemeriksaan ekstrimitas
Pada klien jantung, hal penting lain yang harus diperhatikan adalah pemeriksaan
ekstremitas atas, yang meliputi hal-hal berikut:
a. Sianosis perifer: kulit tampak kebiruan, menunjukkan penurunan kecepatan aliran
darah keperifer.
b. Pucat dapat menandakan anemia atau peningkatan tahanan vaskular sistemik
c. Waktu pengisian kapiler (CRT=Capillary Refill Time) merupakan dasar dalam
memperkirakan kecepatan alira darah perifer.
d. Temperature dan kelembapan tangan dikontrol oleh system saraf otonom.
e. Edema meregangkan kulit dan membuatnya susah dilipat
f. Penurunan turgor kulit terjadi pada dhidrasi dan penuaan.

Assessment pada pasien kardiorespirasi dengan menggunakan 6 B
1. B1 (Breathing)
Pengkajian yang didapat dengan adanya tanda kongestif vascular pulmonal adalah
dispnea, ortopnea, dispnea nokturnal paroksimal, batuk, dan edema pulmonal akut.
Carckles atau ronki basah halus secara umum terdengar pada dasar posterior paru.
Hal ini dikenali sebagai bukti gagal ventrikel kiri. Sebelum carckles dianggap sebagai
kegagalan pompa, klien harus diinstrruksikan untuk batuk dalam guna membuka
alveoli basilaris yang mungkin dikompersi dari bawah diagfragma.
a. Dispnea
Dispnea, dikarakteristikan dengan pernapasan cepat, dangkal dan keadaan yang
menunjukkan bahwa klien sulit mendapatkan udara yang cukup, yang menekan
klien. Terkadang klien mengeluhadanya insomnia, gelisah, atau kelelahan, yang
disebabkan oleh dispnea.
b. Ortopnea
Ortopnea, ketidak mampuan untuk berbaring datar datar karena dispnea, adalah
keluhan umum lain dari gagal ventrikel kiri yang berhubungan dengan kongesti
vascular pulmonal.
c. Dispnea Nokturnal Paroksismal
Dispnea Nokturnal Paroksismal (DNP) adala keluhan yang dikenal baik oleh klien
yaitu klien biasannya terbangun ditengah malam karena mengalami napas pendek
yang hebat. Dispnea nocturnal paroksismal ddiperkirakan disebabkan oleh
perpindahan cairan dari jaringan kedalam kompartemen intravaskuler sebagai
akibat dari posisi telentang.
Mengingat bahwa DNP terjadi bukan hanya pada malam hari tetapi dapat terjadi
kapan saja, klien harus diberikan tirah baring selama perawatan akut di rumah
sakit.
d. Batuk
Batuk iritatif adalah salah satu gejala dari kongesti vaskular pulmonal yang sering
tidak menjadi perhatian tetapi dapat merupakan gejala dominan. Batuk ini dapat
produktif tetapi biasanya kering dan batuk pendek. Gejala ini dihubungkan
dengan kongesti mukosa bronkial dan berhubunngan denngan peningkatan
produksi mucus.
e. Edema Pulmonal
Edema pulmonal akut adalah gambaran klinis paling bervariasi dihubungkan
dengan kongesti vaskular pulmonal. Edema pulmonal akut ini terjadi bila tekanan
kapiler pulmonal melebihi tekanan yang cenderung mempertahankan cairan
didalam saluran vaskuler (kurang lebih 30 mm Hg). Pada tekanan ini, akan terjadi
transduksi cairan kedalam alveoli, namun sebaliknnya tekanan ini akan
menurunkan tersedianya area untuk transport normal oksigen dan karbon dioksida
dari darah dalam kapiler pulmonal.
Edema pulmonal akut dicirikan oleh dispnea hebat, batuk, ortopnea, ansietas,
sianosis, berkerinngat,kelainan bunyi pernapasan, dan sangat serimh nyeri dada
dan sputum berwarna merah muda, berbusa yang keluar dari mulut. Ini
memerlukan kedaruratan medis dan harus ditangani dengan cepat dan tepat.
2. B2 (Blood)
Inspeksi
Lihat adanya dampak penurunan curah jantung. Selain gejala-gajala yang
diakibatkan dan kongesti vaskular pulmonal, kegagalan ventrikel kiri juga
dihubungkan dengan gejala tidak spesifik yang berhubungan dengan penurunan
curah jantung. Klien dapat mengeluh lemah, mudah lelah, apatis, letargi, kesulitan
berkonsentrasi, difisit memori, dan penurunan toleransi latihan. Gejala ini
mungkin timbul pada tingkat curah jantung rendah kronis dan merupakan keluhan
utama klien. Sayangnya,gejala ini tidak spesifik dan sering dianggap depresi,
neurosis, dan keluhan fungsional. Oleh karena itu, secara potensial hal ini
merupakan indicator penting penyimpangan pungsi pompa yang sering tidak
dikenali kepentingannya, dank lien juga diberi keyakinan dengan tidak tepat atau
diberi tranquilizer (sediaan yang meningkatkan suasana hati-mood). Ingat,
adannya gejala tidak spesifik dari curah jantung rendah memerlukan evaluasi
cermat terhadap jantung serta pemeriksaan psikis yang akan member informasi
untuk menentukan penatalaksanaan yang tepat.
Palpasi
Oleh karena peningkatan frekuensi jantung merupakan respons awal jantung
terhadapp stress, sinus takikardia mungkin dicurigai dan sering ditemukan pada
pemeriksaan klien denngan kegagalan pompa jantung. Irama lainyang
berhubungan dengan kegagalan pompa meliputi: kontraksi atrium premature,
takikardiaatrium paroksimal, dan denyut ventrikel premature.
Perkusi
Perkusi dilakukan dengan meletakkan jari tengah tangan kiri sebagai plesimeter
(landasan) rapat-rapat pada dinding dada. Perkusi dapat dilakukan dari semua
arah menuju letak jantung. Untuk menentukan batas sisi kanan dan kiri, perkusi
ddilakukan dari arah samping ditengah dada. Batas atas jantung dikettahui dengan
melakukan perkusi perkusi dari atas kebawah.
Perkusi dapat pula dilakukan dari arah sternum keluar dengan jari yang stasioner
secara parallel pada ruang interkostal sampai suara redup tidak terdengar. Ukur
jarakpada garis midsternal dan tentukan dalam sentimeter. Dengan adanya foto
rontgen, perkusi area jantung jarang dilakukan karena gambaran jantung dapat
dilihat pada hasil foto toraks anteroposterior.
Pada pemerikasaan ini menunjukkan batas jantung ada pergeseran yang
menandakan adannya hipertropi jantung (kardiomegali).
Auskultasi
Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan volume sekuncup. Bunyi
jantung tambahan akibat kelainan katup biasanya ditemukan apabila penyebab
gagal jantung adalah kelainan katup.
Tanda fisik yang berkaitan dengan kegagalan ventrikel kiri dapat dikenali dengan
mudah dibagian yang meliputi: bunyi jantung ketiga dan keempat ( S3, S4)serta
crackles pada paru-paru.S4 atau gallop atrium, mengikuti kontraksi atrium dan
terdenngar paling baik dengan bel stetoskop yang ditempelkan dengan tepat pada
apeks jantung.
Posisi lateralkiri mungkin diperlukan untuk mendapatkan bunyi. Iini terdengar
sebelum bunyi jantung pertama (S1) dan tidak selalu tanda pasti kegagalan
kongestif, tetapi dapat menurunkan komplains (peningkatan kekakuan) miokard.
Ini mungkin indikasi awal premonitory menuju kegagalan. Bunyi S4 adalah bunyi
yang umum terdengar pada klien dengan infarkmiokardium akut dan mungkin
tidak mempunyai prognosis bermakna, tettapi mungkin menunjukkan kegagalan
yang baru terjadi.
S3 atau gallop ventrikel adalah tanda penting dari gagal ventrikel kiri dan pada
orang dewasa hampir tidak pernah ada pada adanya penyakit jantung signifikan.
Kebanyakan dokter akan setuju bahwa tindakan terhadap gagal kongestif
diindikasikan dengan adannya tanda ini. S3 terdengar pada awal diastolik setelah
bunyi jantung kedua (S2), dan berkaitan dengan periode pengisian ventrikel pasif
yang cepat. Ini juga dapat didenngar paling baik dengan bel stetoskop yang
diletakkan tepat diapeks,, dengan klien pada posisi lateralkiri dan pada akhir
ekspirasi. Bunyi jantung tambahan akibat kelainan katup biasanya dipatkan
apabila penyebab gagal jantung karena kelinan katup.
Penurunan Curah Jantung
Selain gejala-gejala yang diakibatkan gagal ventrikel kiri dan kongesti vaskular
pulmonal, kegagalan ventrikel kiri,, juga dihubunggkan dengan gejala tidak
spesifik yang berhubungan dengan penurunan curah jantung. Klien dapat
mengeluh lemah, mudah lelah, apatis, letargi, kesulitan berkonsentrasi, difisit
memori, atau penurunan toleransi latihan.
Bunyi Jantung
Auskultasi dada memungkinkan pengenalan bunyi jantung normal, bunyi jantung
abnormal, bising, dan bunyi-bunyi ekstrakardia. Bunyi jantung normal timbul
akibat getaran volume darah dan bilik-bilik jantung pada penutupan katup. Bunyi
jantung pertama berkaitan dengan penutupan katup arterior ventrikularis (AV),
sedangkan bunyi jantung kedua berkaitan dengan penutupan katup seminularis.
Bunyi jantung perlu dinilai kualitas dan frekuensinya. Bunyi jantung merupakan
refleksi dari membuka dan menutupnya katup dan terdengar di titik spesifik dari
dinding dada
Bunyi jantung I (S1) dihasilkan oleh penutupan katup atrioventrikuler (mitral dan
trikuspidalis).
Bunyi jantung II (S2) disebabkan oleh penutupan katup semilunar (aorta dan
pulmonal).
Bunyi jantung III (S3) merupakan pantulan vibrasi ventrikuler dihasilkan oleh
pengisian ventrikel ketika diastole dan mengikuti S2.
Bunyi jantung IV (S4) disebabkan oleh tahanan untuk mengisi ventrikel pada
diastole yang lambat karena meningkatnya tekanan diastole ventrikel atau
lemahnya penggelembungan ventrikel.
Bunyi bising jantung disebabkan oleh pembukaan dan penutupan katup jantung
yang tidak sempurna.
Distrimia
Karena peningkatan frekuensi jantung adalah respons awal jantung terhadap
stress, sinus takikardia mungkin dicurigai ddan sering ditemukan pada
pemeriksaan klien dengan kegagalan pompa jantung. Irama lain yang
berhubungan dengan kegagalan pompa meliputi kontraksi atriumprematur,
takikarrdia atrium paroksismal, dan denyut ventrikel premature. Kapanpun
abnormalitas irama terdeteksi, seseorang harus berupaya untuk menemukan
mekanisme dasar patofisiologisnya, kemudian terapi dapat direncanakan dan
diberikan dengan tepat.
Kulit Dingin
Kegagalan arus darah kedepan (fordward failure) pada ventrikel kiri
menimbulkan tanda-tanda yang menunjukkan berkurangnya perfusi keorgan-
organ. Karena darah dialihkan dari organ-organ non vital ke organ-organ vital
seperti jantung dan otak untukmempertahankan perfusinya maka maniifestasi
paling awal dari gagal kedepan yang lebih lanjut adalah berkurangnya perfusi
organ-organ seperti kulit dan otot-otot rangka. Kulit tanpak pucat dan terasa
dingin karena pembuluh darah perifer mengalami vasokontriksi dan kadar
hemoglobin yang tereduksi meningkat sehingga akan terjadi sianosis.
3. B3 (Brain)
Kesadaran klien biasanya compos mentis. Sering ditemukan sianosis perifer
apabila terjadi gangguan perfusi jaringan berat. Pengkajian objektif klien meliputi
wajah meringis, menangis, merintih, meregang, dan menggeliat.
4. B4 (Bladder)
Perfusi ginjal yang menurun mengakibatkan anuria dengan keluaran kemihkurang
dari 20 mV jam. Dengan semakin berkurangnya curah jantung , biasanya
menurunkan pula keluaran kemih. Oleh karena adanya respons kompensatorik
retensi natrium dan air, maka kadar natrium dalam kemih juga berkurang.
5. B5 Bowel)
Hepatomegali
Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi akibat
pembesaran vena dihepar.
Anoreksia
Anoreksia (hilangnya selera makan ) dan mual terjadi akibat pembesaran venna
dan statis vena didalam rongga abdomen.
6. B6 (Bone)
Edema
Edema sering dipertimbangkan sebagai tanda gagal jantung yang dapat dipercaya
dan tentu saja, ini sering ditemukan bila gaggal ventrikel kanan telah terjadi

Mudah Lelah
Klien dengan gagal jantung akan cepat merasa lelah, hal ini terjadi akibat curah
jantung yang bekurang yang dapat menghambat pembuangan sisa hasil
katabolisme.

Tes diagnostic pasien kardiorespirasi adalah sebagai berikut :
Pemeriksaan Non Invasive
1. Foto Thorax
2. EKG
3. Treadmill exercise Chest test/ Treadmill test
4. Echocardiography
5. Nuclear cardiology
6. MRI / CT imaging




DAFTAR PUSTAKA
Corwin J,Elisabeth. (2009). Buku Saku patofisiologi. Ed 3. Jakarta: EGC.
Mutaqin, Arif. (2009). B.A Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Kardovaskuler dan Hematologi.Jakarta: Salemba Medika.
Mutaqin, Arif. (2009). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Kardovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.
Priharjo, Robert. (2006). Pengkajian Fisik Keperawatan. Ed 2. Jakarta : EGC.
Price A.S,Wilson L.M. (2005). Patofisiologi. Ed 6. Jakarta: EGC.

Vous aimerez peut-être aussi