Vous êtes sur la page 1sur 34

ASFIKSIA

Oleh:
dr. Abdul H
Anoksia dan Golongannya Sesuai
Penyebabnya
Anoksia: Tubuh < O
2
Anoksia anoksik
< O
2
masuk ke jaringan paru,
O
2
tidak mencapai darah
Anoksia anemik
Darah kurang mampu menye-
rap O
2
Anoksia stagnan
Darah tidak mampu memba-
wa O
2
ke jaringan
Anoksia histotoksik
Jaringan tidak mampu menye-
rap O
2

Asfiksia
Gangguan pertukaran
udara pernafasan
< O
2
dan > CO
2
Obstruksi jalan
nafas luar
Obstruksi jalan
nafas dalam
Gangguan pengem-
bangan paru
Penyakit paru
Jalan nafas ke-
masukan air
Keracunan (in-
sektisida)
Gangguan trans-
port O
2
Penyakit jantung Lingkungan
Fase-fase asfiksia
Fase dyspneu: Pergerakan dan frekuensi pernafasan
meningkat, denyut nadi meningkat, tekanan darah
meningkat, sianosis terutama pada muka dan tangan
Fase konvulsi: Kejang klonik diikuti kejang tonik dan
akhirnya spasme opistotonik. Pupil dilatasi dan denyut
jantung lebih lambat.
Fase apneu: Depresi pusat pernafasan lebih hebat;
penderita tidak sadar; pengeluaran urine, sperma atau
feses akibat relaksasi sfingter ani.
Fase akhir: Paralisis pusat pernafasan lengkap,
pernafasan berhenti. Jantung masih berdenyut.
Tanda-tanda asfiksia
Sianosis: bibir, ujung-ujung jari dan kuku.
Bendungan sistemik: Kongesti vena.
Pembendungan khas di kulit dan organ selain
paru-paru. Petechiae haemorrhagic atau tardieu
spot, dijumpai juga pada selaput kelopak mata,
selaput biji mata, dsb.
Lebam mayat: merah kebiruan gelap
Edema: terutama edema paru-paru
Buih halus pada hidung dan mulut
Gantung (Hanging)
Peristiwa dimana seluruh atau sebagian dari berat
tubuh seseorang ditahan di bagian lehernya oleh
sesuatu benda dengan permukaan yang relatif sempit
dan panjang (umumnya tali) sehingga daerah tersebut
mengalami tekanan.
Tidak harus seluruh tubuh berada di atas lantai.
Ciri-ciri:
Jejas jerat tidak begitu nyata
Letak jejas jerat di leher lebih rendah
Arah jejas jerat cenderung miring (ke atas)
Muka sembab, warna merah kebiruan, bintik-bintik
perdarahan.
Penyebab
kematian
Mati lemas
Gangguan sirku-
lasi darah ke otak
Syok karena
vagal reflex
Dislokasi sendi
atlantoaxial
Tanda-tanda umum:
Cyanosis;
Bintik-bintik perdarahan
dan pelebaran pembuluh
darah;
Kongesti di daerah kepala,
leher, dan otak;
Darah lebih gelap dan
encer

Tanda-tanda khusus:
Jejas jerat berupa lekukan
melingkari leher;
Resapan darah pada jari-
ngan bawah kulit dan otot;
Patah tulang cincin lidah
(os hyoid);
Lebam mayat di kedua ta-
ngan, kedua kaki, kantung
buah zakar (laki-laki);
Lidah, bila tali di bawah tu-
lang rawan tiroid tampak
menjulur keluar.

Cara kematian:
Bunuh diri
Pembunuhan
Kecelakaan

o Tipe gantung:
Typical: titik gantung di atas darah oksiput
(bagian atas belakang leher)
Atypical: titik gantung di bagian samping
leher

Jeratan dengan Tali (Strangulasi)
Kekuatan jeratan tali berasal dari tarikan pada
kedua ujungnya.
Pembuluh darah balik atau jalan nafas tersumbat.
Jeratan pada bagian depan leher hampir selalu
melewati membrana yang menghubungkan tulang
rawan hyoid dan tulang rawan thyroid.

Sebab kematian:
Tertutupnya jalan nafas, timbul anoksia atau
hipoksia.
Tertutupnya vena sehingga timbul anoksia otak.
Vagal reflex.
Arteri karotis tertutup sehingga jaringan otak <
darah.
Kelainan post mortem
Leher:
Jejas jerat: tidak sejelas jejas gantung, arah
horizontal, kedalaman reguler, tinggi kedua
ujung jejas tidak sama.
Memar atau lecet.
Kepala: tanda-tanda asfiksia, kongesti dan
bintik-bintik perdarahan pada daerah di atas
jejas.

Tubuh bagian dalam:
Leher bagian dalam: resapan darah pada
jaringan ikat dan otot; fraktur tulang rawan
thyroid; kongesti jaringan ikat, kelenjar limfe
dan pangkal lidah.
Paru-paru: edema, buih halus pada jalan nafas

Cara kematian: Pembunuhan, kecelakaan
Cekikan (Manual strangulation)
Hampir selalu disebabkan
oleh pembunuhan.
Dilakukan dengan satu
atau kedua tangan.
Lengan bawah untuk
membantu menekan
leher dari samping.
Sebab kematian:
Tertutup jalan nafas,
anoksia
Tertutupnya vena,
anoksia otak
Tertutupnya arteri
karotis, otak < darah
Kelainan post mortem
Leher:
Luar: Memar bentuk bulat atau lonjong, lecet
bentuk bulan sabit.
Dalam: Resapan darah lebih jelas pada jaringan
ikat bawah kulit, belakang kerongkongan, dasar
lidah dan kelenjar thyroid.
Paru-paru: Edema

Sufokasi
O
2
di udara lokal kurang memadai, mis: tempat
penambangan runtuh, tempat tahanan yang tidak
ada ventilasi.
Kombinasi dari anoksia, keracunan CO
2
, hawa
panas dan luka-luka akibat runtuhnya tempat
penambangan.
Post mortem: tanda-tanda asfiksia serta luka-luka
akibat tertimpa runtuhan.

Pembekapan (Smothering)
Disebabkan oleh penutupan lubang hidung dan
mulut dapat dengan tangan atau bantal.
Akibat kecelakaan pada anak-anak ketika bermain
dengan memasukkan kepala ke dalam kantong
plastik.
Tanda-tanda asfiksia sangat jelas.

Choking dan Gagging
Disebabkan oleh blokade jalan nafas oleh benda
asing yang datang dari luar maupun dalam tubuh.
Choking: sumbatan di laringofaring. Gagging:
sumbatan di orofaring.
Post mortem: tanda-tanda asfiksia, material
penyebab blokade jalan nafas.
Kematian karena vagal refleks akibat inhalasi
makanan dan memberikan kesan adanya serangan
jantung, disebut Cafe Coronaries.
Asfiksia Traumatik (Crush Asphyxia)
Tekanan dari luar pada dinding
dada dan perut. Misal: terkena
pohon tumbang, tertimbun
pasir, tergencet saat
berdesakan, dan sebagainya.
Dada dan perut terkompresi,
sehingga diafragma terfiksir.
Post mortem: sianosis, bintik-
bintik perdarahan pada bagian
atas tubuh, edema,
pembengkakan bola mata dan
bendungan pada tubuh sebelah
atas akibat darah terdorong ke
atas oleh kompresi pada perut.
Asfiksia Seksual
Akibat penyimpangan perilaku seksual untuk
memperoleh kepuasan seksual dengan cara gantung
atau jerat, menimbulkan penekanan pada sinus
karotikus. Terjadi gangguan kesadaran yang
menimbulkan halusinasi.
Umumnya lelaki dewasa muda.
Kematian terjadi akibat terlambat mengendurkan tali.
Diagnosis: pada TKP ditemukan korban dalam
keadaan telanjang dengan materi pornografi di
sekitarnya.
Bentuk sufokasi yang terjadi ketika korban berada di
bawah permukaan air ataupun cairan lain yang
terhirup masuk ke dalam saluran pernafasan dan
alveoli pulmonal.
Kriteria: lubang hidung dan mulut berada di bawah
permukaan air.
Sebab kematian:
Vagal reflex (tenggelam tipe I = dry drowning)
Spasme laring (tenggelam tipe I)
Pengaruh air yang masuk paru: tenggelam di air
tawar (II A) dan air asin (II B)



Tenggelam (Drowning)
Tenggelam di Air Tawar dan Air Asin
Air tawar (II A) Air asin (II B)
Absorbsi cairan masif melalui
kapiler pada alveoli akibat
konsentrasi elektrolit air tawar <
darah sehingga terjadi hemodilusi.
Pelepasan K
+
dari serabut otot
jantung mengakibatkan pe> K
+
plasma.
Ketidakseimbangan K
+
dan Ca
+

menimbulkan fibrilasi ventrikel dan
pe< tekanan darah.
Anoksia otak penyebab kematian
dalam waktu 5 menit setelah
tenggelam.
Konsentrasi elektrolit air asin >
darah.
Air ditarik dari sirkulasi pulmonal
ke jaringan interstitial paru
sehingga menimbulkan edema
pulmonal, hemokonsentrasi,
hipovolemia, hipermagnesemia.
Hemokonsentrasi memperlambat
sirkulasi dan mengakibatkan gagal
jantung, kematian terjadi dalam
waktu 8-9 menit setelah tenggelam.

Air tawar (II A) Air laut (II B)
1. Paru-paru kering
2. Paru-paru besar tapi ringan
3. Batas anterior menutupi
jantung
4. Warna merah pucat dan
emphysematous
5. Paru-paru bila dikeluarkan dari
dada tidak kempes
6. Bila diiris terdengar krepitasi,
tidak mengempis, tidak
mengandung cairan, dipijat
keluar buih
1. Paru-paru basah
2. Paru-paru besar dan berat
3. Batas anterior menutupi
mediastinum
4. Warna ungu/kebiruan,
permukaan mengkilat
5. Paru-paru bila dikeluarkan dari
thorax, bentuknya mendatar
dan bila ditekan menjadi
cekung
6. Bila diiris terdengar krepitasi
menurun, tanpa ditekan akan
keluar banyak cairan
Kelainan post mortem
Pemeriksaan luar
Washer womans hand
and feet; cutis anserine
Pakaian basah dan ber-
lumpur
Lebam mayat terutama kepala
dan leher; memar dan lecet
Cadaveric spasme
Buih halus akibat ede-
ma pulmonal akut war-
na putih dan persisten
Pemeriksaan dalam
Buih pada tenggorokan
dan bronkus
Paru membesar dan pu-
cat, gambaran seperti
marmer, permukaan dite-
kan meninggalkan leku-
kan, bila diiris terlihat
buih berair (emphysema
aquosum)
Lambung dan kerongko-
ngan berisi air dan butir-
butir pasir
Bercak hemolisis pada
dinding aorta
Tes Konfirmasi pada Tenggelam
Tes getah paru
Tes asal air:
Air dalam paru berasal dari luar atau proses edema.
Mencocokkan air dalam paru dengan air di lokasi
tempat tenggelam, dengan meneliti species diatom.
Dilakukan secara mikroskopik.
Tes kimia darah:
Tes Gettler Chloride : membandingkan kadar klorida
jantung kanan dan kiri.
Tes Durlacher : berat jenis plasma jantung kanan dan
kiri.
Tes Diatom Jaringan
Tes destruksi asam (paru, hati, otak, ginjal, otot
rangka dan sumsum tulang). Hasil positif: 4-5/LPB
atau 10-20 / satu sediaan, 1 diatom pada sumsum
tulang.
Tes getah paru. Hasil positif: diatom dengan
benda-benda air (plankton, dsb)

Vous aimerez peut-être aussi