Vous êtes sur la page 1sur 29

ASPEK HUKUM PENATAAN RUANG

KAWASAN STRATEGIS NASIONAL


DI KAWASAN PERBATASAN NEGARA
Oleh
RR. Rita Erawati, S.H., LL.M.
Asdep Bidang Prasarana, Riset, Teknologi dan Sumber Daya
Alam, Kedeputian Bidang Perekonomian
Sekretariat Kabinet
Bali, 27 Mei 2014
SEKRETARIAT KABINET
KEDUDUKAN
Lembaga pemerintah yang berkedudukan dibawah
dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden.

TUGAS
Memberikan dukungan staf, administrasi, teknis, dan
pemikiran kepada Presiden selaku Kepala
Pemerintahan.

PERAN SETKAB DALAM PEMBENTUKAN
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Pasal 3 Huruf c Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2010
tentang Sekretariat Kabinet
Penyiapan persetujuan prakarsa, penyusunan dan
penyampaian Rancangan Peraturan Presiden, Keputusan
Presiden dan Instruksi Presiden, serta penyiapan pendapat
atau pandangan hukum kepada Presiden dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan di bidang politik, hukum,
dan keamanan, perekonomian dan kesejahteraan rakyat.
Website: www.setkab.go.id

SISTEM PERUNDANG-UNDANGAN MENURUT
UU NO. 12 TAHUN 2011 TENTANG
PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan terdiri atas:
1) UUD 1945;
2) Ketetapan MPR;
3) Undang-Undang/PERPU;
4) Peraturan Pemerintah ;
5) Peraturan Presiden;
6) Peraturan Daerah Provinsi;
7) Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

Jenis Peraturan Perundang-undangan lainnya adalah
Peraturan MPR, DPR, MA, MK, BPK, KY, Menteri, Badan,
Lembaga atau Komisi, yang setingkat yang dibentuk dengan
UU atau Pemerintah atas perintah UU, DPRD Provinsi,
Gubernur, DPRD Kab./Kota, Bupati/Walikota, Kepala Desa
atau yang setingkat.

Lanjutan...
Peraturan-peraturan tersebut diakui
keberadaannya dan mempunyai kekuatan
hukum mengikat sepanjang di-
perintahkan oleh Peraturan Perundang-
undangan yang lebih tinggi atau dibentuk
berdasarkan kewenangan

Kekuatan hukum PUU sesuai dengan
hierarki di atas, oleh karenanya PUU
yang hierarkinya di bawah tidak boleh
bertentangan dengan yang di atasnya.

Persyaratan Pembentukan PUU
1. Governance (pemenuhan proses penyusunan PUU);
2. Substansi PUU.
Dampak tidak terpenuhinya persyaratan:
A. Judicial Review
UU Mahkamah Konstitusi
PUU dibawah UU Mahkamah Agung
B. Tidak Implementatif/terdapat kendala dalam
pelaksanaannya.
C. Adanya celah pelanggaran terhadap PUU ybs.

Proses Penyusunan PUU Bidang Penataan Ruang
(Berdasarkan Perpres Nomor 68 Tahun 2005)







Forum Harmonisasi
Kementerian
Hukum dan HAM
BKPRN dibentuk
berdasarkanKeppres 4 Tahun 2009
Tugas: koordinasi penyusunan
PUU bidang penataan ruang
Penyampaian RPerpres
kepada Presiden melalui
Setkab oleh BKPRN (Menko
Bid. Perekonomian)
Penetapan Oleh
Presiden
Pengundangan oleh
MENTERI HUKUM DAN HAM
Penyebarluasan oleh
SEKRETARIAT KABINET
Hierarki Rencana Tata Ruang
LEGAL STANDING
PENETAPAN KSN
Pasal 21 Ayat (1) UUPR dan Pasal 123 ayat (4) PP
RTRWN menetapkan bahwa Rencana Tata Ruang KSN
diatur dengan Perpres.
Pasal 8 ayat (3) UUPR dan Pasal 4 ayat (1) PP
Penyelenggaraan Penataan Ruang menetapkan bahwa
Pemerintah berwenang menyusun dan menetapkan
rencana tata ruang KSN yang selanjutnya ditetapkan
dengan Perpres
Inpres Nomor 1 Tahun 2010 tentang Percepatan
Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun
2010 mengamanatkan percepatan penyelesaian RTRW
Provinsi, Kabupaten/Kota, serta KSN sampai dengan
Desember 2010.
PP RTRWN menetapkan 76 KSN termasuk 9 KSN Kawasan Perbatasan
Negara yang rencana tata ruang wilayahnya ditetapkan dengan Perpres,
yaitu:
1. Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 2 Pulau Kecil Terluar
(Prov. NAD dan Prov. Sumut).
2. Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 20 Pulau Kecil Terluar
(Prov. Riau dan Prov. Kepulauan Riau).
3. Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 5 Pulau Kecil Terluar
(Prov. NTT).
4. Kawasan Perbatasan Darat RI dan Jantung Kalimantan.
5. Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 18 Pulau Kecil Terluar
(Prov. Kaltim, Prov. Sulteng, dan Prov. Sulut).
6. Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 20 Pulau Kecil Terluar
(Prov. Maluku dan Prov. Papua).
7. Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 8 Pulau Kecil Terluar
(Prov. Maluku Utara, Prov. Papua dan Prov. Papua Barat).
8. Kawasan Perbatasan Darat RI dengan Negara Papua Nugini.
9. Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 19 Pulau Kecil Terluar
(Pulau Jawa dan Pulau Sumatera)



PROGRES PROSES 9 KSN PERBATASAN NEGARA
MENJADI PERPRES
Rperpres Kawasan Perbatasan Kalimantan dan Nusa
Tenggara Timur sedang dimintakan paraf Menko Bidang
Perekonomian,
Kawasan Perbatasan Papua, Maluku Utara-Papua Barat,
dan Maluku sedang dimintakan paraf Menteri PU.
Kawasan Perbatasan Aceh-Sumatera Utara, Riau-
Kepulauan Riau, dan Sulawesi Utara-Gorontalo-Sulawesi
Tengah-Kalimantan Timur-Kalimantan Utara, sedang
dalam proses harmonisasi di Kementerian Hukum dan
HAM
Kawasan Perbatasan yang berhadapan dengan Laut
Lepas termasuk 19 Pulau Kecil Terluar (Pulau Jawa dan
Pulau Sumatera) sedang disiapkan materi teknis oleh
Kementerian PU.
KEKHUSUSAN KSN PERBATASAN
Apabila 9 RPerpres tentang RTR Kawasan Perbatasan telah
tersusun, maka seluruh batas NKRI dengan negara lain akan
terhubung menjadi satu kesatuan batas negara (yang tidak
terputus).
Selain mengatur sampai Laut Teritorial Indonesia, Zona Ekonomi
Eksklusif (ZEE), dan Landas Kontinen Indonesia, batas negara
tersebut juga mencakup pula garis batas klaim maksimum,
yaitu garis batas maksimum laut yang belum disepakati Indonesia
dengan negara lain atau yang berbatasan dengan laut lepas (high
seas) yang diklaim secara unilateral oleh Indonesia.
Batas negara tersebut akan menjadi acuan bagi penyusunan
RTRW dan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
(WP3K) Provinsi dan Kabupaten/Kota yang berbatasan dengan
negara lain, serta ketentuan puu lainnya, misalnya RPP tentang
Wilayah Pertahanan dan RUU Wilayah Udara RI.
Hal yang masih harus diatur dalam puu tersendiri adalah wilayah
laut dalam NKRI di atas 12 mil laut yang menjadi kewenangan
Pemerintah (Pusat), mengingat pengaturannya di luar ketentuan UU
Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang maupun UU Nomor
27 Tahun 2007 tentang WP3K. Saat ini, Kementerian Kelautan dan
Perikanan sedang menginisiasi RUU tentang Wilayah Laut, yang
diharapkan substansinya mencakup pula wilayah laut dalam NKRI di
atas 12 mil laut tersebut.
untuk mewujudkan:
1. kawasan berfungsi pertahanan dan keamanan
negara yang menjamin keutuhan, kedaulautan,
dan ketertiban Wilayah Negara yang berbatasan
dengan negara lain (security);
2. kawasan berfungsi lindung di Kawasan Perbatasan
Negara yang lestari(sustainability); dan
3. Kawasan budi daya ekonomi perbatasan yang
mandiri dan berdaya saing (prosperity).

Tujuan Penataan Ruang Kawasan
Perbatasan Negara

FUNGSI RENCANA TATA
RUANG KSN PERBATASAN


Materi Pokok KSN Perbatasan

1. Perencanaan tata ruang yang memuat
struktur ruang dan pola ruang
2. Arahan pemanfaatan ruang yang memuat
penyusunan dan pelaksanaan indikasi
program
3. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang
4. Peran serta masyarakat
5. Jangka waktu dan peninjauan kembali
rencana tata ruang


Materi Perpres RTR
Kawasan Perbatasan perlu
mendapat perhatian
Arahan Pemanfaatan Ruang
Penetapan arahan pemanfaatan ruang berupa indikasi program
utama, sumber pendanaan, instansi pelaksana, dan waktu
pelaksanaan perwujudan struktur ruang dan pola ruang
periode 2011-2027 (20 tahun), dengan tahapan:
tahap pertama periode 2011-2014;
tahap kedua periode 2015-2019;
tahap ketiga periode 2020-2024;
tahap keempat periode 2025-2027.
Konsekuensi:
Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab
merealisasikan program-program yang tercantum dalam
matrik Indikasi Program Utama sesuai dengan waktu
pelaksanaan.

Lanjutan...
Penyusunan Indikasi Program selaras harus
dengan:
UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN)
UU Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-
2025
Perpres Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah 2010-2014
Perpres 32 Tahun 2011 tentang Masterplan
Pembangunan dan Perluasan Ekonomi Indonesia
2011-2025 (MP3EI)

Arahan Perizinan
Setiap pemanfaatan ruang harus mendapatkan izin
dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi atau
Kab/Kota sesuai dengan Perda RTRW Kab/Kota
beserta rencana rinci dan peraturan zonasi yang
didasarkan pada RTR
Setiap pemanfaatan ruang harus mendapatkan izin
sesuai ketentuan sektor/bidang yang mengatur
jenis kegiatan pemanfaatan sesuai puu
sektor/bidang.

Arahan Insentif dan Disinsentif

Insentif dan disinsentif dapat diberikan
oleh Pemerintah kepada Pemda, Pemda
kepada Pemda lainnya, dan Pemerintah
atau Pemda kepada masyarakat sebagai
upaya pengendalian pemanfaatan ruang
KSN.
Arahan Sanksi
Arahan sanksi diberikan dalam bentuk
sanksi administratif dan/atau sanksi
pidana sesuai puu bidang penataan ruang
PENGELOLAAN KAWASAN PERBATASAN NEGARA
Dalam rangka mewujudkan Rencana Tata Ruang
Kawasan Perbatasan Negara dilakukan pengelolaan
Kawasan Perbatasan Negara.
Pengelolaan Kawasan Perbatasan Negara
dilaksanakan oleh Menteri, menteri/pimpinan
instansi Pemerintah terkait, termasuk badan yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam
bidang pengelolaan batas Wilayah Negara dan
kawasan perbatasan Negara, Gubernur, Bupati,
dan pimpinanbadan/lembaga sesuai dengan
kewenangannya berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan
Sanksi Pidana Berdasarkan UU Penataan
Ruang (UU Nomor 26 Tahun 2007)
Pasal 69
Setiap orang yang tidak mentaati rencana tata ruang yang telah di
tetapkan yang mengakibatkan perubahan fungsi ruang, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 3 tahun dan denda paling
banyak Rp500 juta, apabila mengakibatkan kerugian terhadap harta
benda atau kerusakan barang, dipidana penjara paling lama 8 tahun
dan denda paling banyak Rp 1,5 Milyar, apabila mengakibatkan
kematian orang, dipidana penjara paling lama 15 tahun dan denda
paling banyak Rp. 5 milyar.
Pasal 70
Setiap orang yang memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan izin
pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang dipidana dengan
pidana penjara paling lama 3 tahun dan denda paling banyak Rp500
juta, apabila mengakibatkan perubahan fungsi ruang, dipidana
penjara paling lama 5 tahun dan denda paling banyak Rp1 Milyar,
apabila mengakibatkan kerugian terhadap harta benda atau
kerusakan barang dipidana penjara paling lama 5 tahun dan denda
paling banyak Rp 1,5 Milyar, apabila mengakibatkan kematian orang
dipidana penjara paling lama 15 tahun dan denda paling banyak Rp
5 Milyar.


Lanjutan
Pasal 71
Setiap orang yang tidak mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin
pemanfaatan ruang, dipidana penjara paling lama 3 tahun dan denda paling banyak
Rp500 juta.
Pasal 72
Setiap orang yang tidak memberikan akses terhadap kawasan yang oleh peraturan
perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum, dipidana penjara paling lama
1 tahun dan denda paling banyak Rp 100 juta.
Pasal 73
Setiap pejabat pemerintah yang berwenang yang menerbitkan izin tidak sesuai
dengan rencana tata ruang, dipidana penjara paling lama 5 tahun dan denda paling
banyak Rp500 juta(2) dan dapat dikenai pidana tambahan berupa pemberhentian
secara tidak dengan hormat dari jabatannya.
Pasal 74
Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69, Pasal 70, Pasal 71, dan Pasal
72, dilakukan oleh suatu korporasi, selain pidana penjara dan denda terhadap
pengurusnya, pidana yang dapat dijatuhkan terhadap korporasi berupa pidana denda
dengan pemberatan 3 kali dari pidana denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69,
Pasal 70, Pasal 71, dan Pasal 72. Dan korporasi dapat dijatuhi pidana tambahan
berupa pencabutan izin usaha; dan/atau pencabutan status badan hukum.
Pasal 75
Setiap orang yang menderita kerugian akibat tindak pidana sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 69, Pasal 70, Pasal 71, dan Pasal 72, dapat menuntut ganti kerugian
scara perdata kepada pelaku tindak pidana, tuntutan ganti kerugian secara perdata
dilaksanakan sesuai dengan hukum acara pidana.


Ketentuan Peralihan
Perda RTRW provinsi, peraturan RTR kabupaten/kota,
dan perda tentang rencana rinci tata ruang beserta
peraturan zonasi termasuk RZWP3K provinsi dan
kabupaten/kota yang bertentangan dengan harus
disesuaikan pada saat revisi sesuai dengan ketentuan
peraturanperundang-undangan
Sepanjang rencana tata ruang wilayah provinsi dan
kabupaten/kota dan/atau rencana rinci tata ruang
berikut peraturan zonasi termasuk termasuk RZWP3K
provinsi dan kabupaten/kota di Kawasan Perbatasan
Negara belum ditetapkan dan/atau disesuaikan dengan
Peraturan Presiden digunakan Rencana Tata Ruang
Kawasan Perbatasan Negara sebagai acuan pemberian
izin pemanfaatan ruang.
Ketentuan Penutup
Jangka waktu Rencana Tata Ruang Kawasan Perbatasan
Negara 20 (dua puluh) tahun.
Peninjauan kembali Rencana Tata Ruang Kawasan
Perbatasan Negaradilakukan 1 (satu) kali dalam 5 (lima)
tahun.
Peninjauan kembali Rencana Tata Ruang Kawasan
Perbatasan Negara dapat dilakukan lebih dari 1 (satu) kali
dalam 5 (lima) tahun:
a. dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang
berkaitan dengan bencana alam skala besar yang
ditetapkan puu;
b. dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang
berkaitan dengan batas teritorial negara yang ditetapkan
dengan UU; dan/atau
c. apabila terjadi perubahan RTRWN terrkait dengan RTR
Kawasan Perbatasan Negara
lanjutan
Ketentuan dalam Perda RTRW provinsi,
peraturan RTR kabupaten/kota, dan perda
tentang rencana rinci tata ruang beserta
peraturan zonasi termasuk RZWP3K
provinsi dan kabupaten/kota di Kawasan
Perbatasan Negara yang telah ada
dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dan belum diganti
berdasarkan Perpres.

Harapan Pelaksanaan Perpres
Kawasan Perbatasan Negara
1. Terwujudnya keterpaduan antara RTR
Kawasan Perbatasan Negara, RTRW
Provinsi, RTRW/Kabupaten, dan RTR
Pulau/Kepulauan, dan RTRWN
2. Perpres RTR Kawasan Perbatasan Negara
dijadikan acuan rencana pembangunan
sektor.
3. Terwujudnya kawasan perbatasan negara
yang aman, produktif dan berkelanjutan.



HARAPAN PENINGKATAN KAPASITAS
APARATUR, TATA LAKSANA, & KELEMBAGAAN


1. Peserta membaca Perpres RTR KSN Perbatasan kemudian
memahami.
2. Menjadi penggerak penyusunan atau penyesuaian RTR
Prov., RTR Kab./Kota dan mengawal
penyusunan/penyesuaian tersebut sesuai/selaras dengan
Perpres RTR KSN Perbatasan.
3. Berperan aktif dalam memberikan masukan penyusunan
Rencana Induk dan Rencana Aksi pembangunan batas
wilayah negara dan kawasan perbatasan.
4. Mengkoordinasikan pelaksanaan Rencana Induk dan
Rencana Aksi (sinergi dengan Indikasi Program dalam
lampiran Perpres).
5. Ikut berperan aktif dalam pengawasan pelaksanaan
pembangunan yang dilakukan oleh sektor/Pemda/Pelaku
Usaha.
6. Mengevaluasi pelaksanaan pembangunan di kawasan
perbatasan yang didasarkan pada RTR KSN Perbatasan.

TERIMA KASIH

Vous aimerez peut-être aussi