Vous êtes sur la page 1sur 20

ASUHAN KEPERAWATAN

PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tingkah laku seseorang dipelajari sepanjang proses
kehidupannya ketika menghadapi krisis dan kecemasan akibat
stressor. Menurut teori keperawatan, sehat dan sakit jiwa
merupakan suatu rentangan yang sangat dinamis dari
kehidupan seseorang.
Saat telah menginjak usia dewasa terlihat adanya
kematangan jiwa mereka dimana sudah memiliki tanggung
jawab serta sudah menyadari makna hidup. Menyiapkan diri
menjadi dewasa, karena menjadi dewasa adalah sebuah
pilihan, maka tentunya harus direkayasa atau disiapkan.
Tidak bisa dibiarkan alami. Karena memang menjadi dewasa
dalam cara berpikir itu bukan kebetulan, tapi merupakan
pilihan.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa.
2. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Psikososial Pada Masa Dewasa.
3. Untuk lebih memahami tentang Asuhan Keperawatan Psikososial Pada Masa
Dewasa..
C. Ruang Lingkup Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini, ruang lingkup pembahasannya adalah
Asuhan Keperawatan Psikososial Pada Masa Dewasa.

D. Metode Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini, kami menggunakan metode deskriptif dan
disesuaikan dengan literatur yang digunakan.
E. Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun secara sistematis terdiri dari 3 bab yaitu sebagai
berikut:
BAB I : Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup
penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan teoritis, yang terdiri dari pengertian, masalah-masalah kesehatan pada
masa dewasa, masalah psikososial
BAB III : Asuhan keperawatan psikososial pada masa dewasa yang terdiri dari pengkajian,
diagnosa keperawatan, dan intervensi
BAB IV : Penutup, yang terdiri dari kesimpulan dan saran.











BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengetian
Masa ini sering disebut adult, masa dewasa, masa
dimana usia sudah berkisar ke angka di atas 21 tahun. Masa
dewasa merupakan periode yang penuh tantangan,
penghargaan dan krisis. Selain itu masa dimana
mempersiapkan masa depan, penentu karier dan masa usia
memasuki dunia pekerjaan dan masa dunia perkarieran, masa
mempersiapkan punya keturunan dan masa usia matang, masa
penentuan kehidupan, dan prestasi kerja di masyarakat, masa
merasa kuat dalam hal fisik, masa energik, masa kebal, masa
jaya dan masa merasakan hasil perjuangan .
Masa dewasa ditandai kemampuan produktif dan
kemandirian. Menurut Prof. Dr. A.E Sinolungan (1997), masa
dewasa dapat di bagi dalam beberapa fase yaitu:
1. Fase dewasa awal
Fase dewasa awal (20/21-24 tahun), seorang mulai
bekarya dan mulai melepaskan ketergantungan kepada orang
lain. Tugas-tugas perkembangan pada masa dewasa awal
yaitu:
a. mereka mendapat pengawasan dari orang tua
b. mereka mulai mengembangkan persahabatan yang akrab dan
hubungan yang intim di luar
c. mereka membentuk seperangkat nilai pribadi
d. mereka mengembangkan rasa identitas pribadi
e. mereka mempersiapkan untuk kehidupan kerja
2. Fase Dewasa tengah
Fase dewasa tengah (25-40 tahun) ditandai sikap
mantap memilih teman hidup dan membangun keluarga.
Dewasa tengah menggunakan energy sesuai kemampuannya
untuk menyesuaikan konsep diri dan citra tubuh terhadap
realita fisiologis dan perubahan pada penampilan fisik. Harga
diri yang tinggi, citra tubuh yang bagus dan sikap posiif
terhadap perubahn fisiologis muncul jika orang dewasa
mengikuti latihan fisik diet yang seimbang, tidur yang adekuat
dan melakukan hygiene yang baik.
a. Teori-teori tentang masa dewasa tengah
1) Teori Erikson
Menurut teori perkembangan Erikson, tugas
perkembangan yang utama pada usia baya adalah mencapai
generatifitas (Erikson, 1982). Generatifitas adalah keinginan
untuk merawat dan membimbing orang lain. Dewasa tengah
dapat mencapai generatifitas dengan anak-anaknya melalui
bimbingan dalam interaksi sosial dengan generasi berikutnya.
Jika dewasa tengah gagal mencapai generatifitas akan terjadi
stagnasi. Hal ini ditunjukkan dengan perhatian yang berlebihan
pada dirinya atau perilaku merusak anak-anaknya dan
masyarakat.



2) Teori Havighurst
Teori perkembangan Havighurst telah diringkas
dalam tujuh perkembangan untuk orang dewasa tengah
(Havighurst, 1972). Tugas perkembangan tersebut meliputi:
a) Pencapaian tanggung jawab social orang dewasa
b) Menetapkan dan mempertahankan standar kehidupan
c) Membantu anak-anak remaja tanggung jawab dan bahagia
d) Mengembangkan aktivitas luang
e) Berhubungan dengan pasangannya sebagai individu
f) Menerima dan menyesuaikan perubahan fisiologis pada usia
pertengahan
g) Menyesuaikan diri dengan orang tua yang telah lansia.
b. Tahap-tahap perkembangan
1) Perkembangan fisiologis
Perubahan ini umumnya terjadi antara usia 40-
65 tahun. Perubahan yang paling terlihat adalah rambut
beruban, kulit mulai mengerut dan pinggang membesar.
Kebotakan biasanya terjadi selama masa usia pertengahan,
tetapi juga dapat terjadi pada pria dewasa awal. Penurunan
ketajaman penglihatan dan pendengaran sering terlihat pada
periode ini.



2) Perkembangan kognitif
Perubahan kognitif pada masa dewasa tengah
jarang terjadi kecuali karena sakit atau trauma. Dewasa tengah
dapat mempelajari keterampilan dan informasi baru. Beberapa
dewasa tengah mengikuti program pendidikan dan kejuruan
untuk mempersiapkan diri memasuki pasar kerja atau
perubahan pekerjaan.
3) Perkembangan psikosial
Perubahan psikososial pada masa dewasa
tengah dapat meliputi kejadian yang diharapkan, perpindahan
anak dari rumah, atau peristiwa perpisahan dalam pernikahan
atau kematian teman. Perubahan ini mungkin mengakibatkan
stress yang dapat mempengaruhi seluruh tingkat kesehatan
dewasa.
3. Fase dewasa akhir
Fase dewasa akhir (41-50/55tahun) ditandai karya
produktif, sukses-sukses berprestasi dan puncak dalam karier.
Sebagai patokan, pada masa ini dapat dicapai kalau status
pekerjaan dan sosial seseorang sudah mantap.
Masalah-masalah yang mungkin timbul yaitu:
a. Menurunnya keadaan jasmaniah
b. Perubahan susunan keluarga
c. Terbatasnya kemungkinan perubahan-perubahan baru dalam
bidang pekerjaan atau perbaikan kesehatan yang lalu
d. Penurunan fungsi tubuh
Selain itu, masa dewasa akhir adalah masa pensiun bagi
bagi pegawai menghadapi sepi dan masa masamemasuki
pensiun. Biasanya ada PPS ( Post Power Sindrom) misalnya
biasa seseorang menjabat kemudian tidak, rasanya ada
perasaan down sindrom.
Faktor faktor yang mempengaruhi pengawasan tugas
perkembangan ini, individu mengalami PPS. Misalnya
penghalangnya adalah:
1. Tingkat perkembangan yang mundur
2. Tidak ada kesempatan untuk mempelajari tugas-tugas
perkembangan
3. Tidak ada motivasi
4. Kesehatan yang buruk
5. Cacat tubuh
6. Tingkat kecerdasan yang rendah
7. Tingkat adaptasi yang jelek
8. Selain itu, masa dewasa akhir adalah masa pensiun bagi bagi
pegawai menghadapi sepi dan masa masamemasuki pensiun.
Biasanya ada PPS ( Post Power Sindrom) misalnya biasa
seseorang menjabat kemudian tidak, rasanya ada perasaan
down sindromAdanya penyakit kronis
Tingkat ketidakmampuan dan persepsi klien pada penyakit
dan ketidakmampuan menentukan sampai mana perubahan
gaya hidup akan terjadi.
9. Tingkat kesejahteraan
Perawat mengkaji status kesehatan pada klien dewasa
tengah. Pengkajian tersebut member arah untuk merencanakan
asuhan keperawatan dan berguna dalam mengevaluasi
keefektifan intervensi keperawatan.
10. Membentuk kebiasaan sehat yang positif
Kebiasaan adalah sikap atau perilaku seseorang yang biasa
dilakukan. Pola perilaku ini didorong oleh seringnya
pengulangan sehingga menjadi cara perilaku individu yang
biasa.
B. Masalah-masalah psikososial
1. Ansietas
Ansietas adalah fenomena maturasi kritis yang berhubungan
dengan perubahan, konflik, dan penegndalian lingkungan yang
diterima (Haber at al, 1992).
2. Depresi
Depresi adalah gangguan alam perasaan yang
dimanifestasikan dalam berbagai cara. Walaupun usia yang
paling banyak mengalami depresi adalah usia 24-25 tahun, tapi
juga biasa terjadi pada usia dewasa baya dan mungkin banyak
memiliki penyebab (Haber at al, 1992).

Dengan memahami usia/ masa, tahapan hukum dengan ciri-
ciri perilaku di masing-masing tahapan perkembangan perawat
sedini mungkin dapat mendeteksi secara dini langkah/ upaya
perawatan apa yang harus dilakukan sesuai dengan masa
tahapan perkembngan manusia. Bagi perawat pribadi teori
perkembangan manusia dapat dijadikan masukan pribadi
berada pada masa usia tahapan yang mana dirinya pada saat
ini maupun pada saat yang akan datang maupun waktu saat
sekarang ini ada perilaku khusus yang yang pernah dilalui.
Perawat perlu memahami, mempelajari teori-teori
perkembangan manusia atau individu karena tugas perawat
dalam merawat individu tentunya dari masa konsepsi yang
dialami individu, kehamilan, lahir sampai sakaratul maut.
Perkembangan manusia memiliki tahapan keluasan masa.
Masa kematangan sehingga dideteksi dini terhadap masa-
masa tertentu dihubungkan dengan teori











BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PERKEMBANGAN
PSIKOSOSIAL
PADA MASA DEWASA
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan untuk mengetahui masalah
keperawatan yang terjadi pada klien secepat mungkin sesuai
dengan keadaan klien. Pengkajian dapat dilakukan dengan
beberapa cara yakini ; wawancara, observasi dan menuju
dokumen medik.
Pengkajian ini dilakukan denagan melibatkan keluaraga
sebagai orang terdekat yang mengetahui tentang masalah
kesehatan klien. Format pengkajian yang digunakan adalah
format pengkajan pada klien yang dikembangkan sesuia
dengan keberadaaan klien. Format pengkajian yang
dikembangkan minimal terdiri atas:
1. Data dasar
a. Identitas
b. Alamat
c. Usia
d. Pendidikan
e. Pekerjaan
f. Agama
g. Suku bangsa
2. Data biopsikososial spiritualkultural
3. Lingkungan
4. Status fungsional
5. Fasilitas penunjang kesehatan
6. Pemerikasaaan fisik
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan proses pikir berhubungan dengan ansietas
Tujuan: proses pikir pasien akan meningkat dengan terapi
ansietas
2. Ketidak efektifan koping yang berhubungan dengan ansietas
Tujuan: pasien akan meningkatkan mekanisme koping untuk
mengatasi ansietas.
3. Konflik pengambilan keputusan berhubungan dengan ganti
karier/ pengunduran diri
Tujuan: menghubungkan keuntungan-keuntungan dan kerugian-
kerugian dari pilihan-pilihan, menceritakan ketakutan dan
keprihatinan mengenai pilihan-pilihan dan respons dari orang
lain, dan membuat sebuah pilihan yang diketahui/diberitahu.
4. Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan ketakutan
akan kegagalan seksual
Tujuan: menceritakan kepedulian/ masalah mengenai fungsi seksual,
mengekspresikan peningkatan kepuasan dengan pola seksual,
mengidentifikasi stressor dalam kehidupan, melanjutkan
aktivitas seksual sebelumnya, dan melaporkan suatu keinginan
untuk melanjutkan aktivitas seksual.

C. Intervensi
Dx 1 & 2
1. Kaji pasien secara cermat untuk memastikan bahwa ansietas
pasien bukan gejala yang mendasari proses penyakit, seperti
nyeri atau hipoksia
2. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan dan
ketakutannya secara verbal
3. Tanyakan pada pasien keterampilan koping yang biasa
berhasil digunakan untuk mengatasi stress sebelumnya
4. Berikan obat antiansietas sesuai program dan perhatikan
efektifitasnya
5. Tanyakan pada pasien obat apa yang sedang digunakan.
Gejala ansietas dapat diakibatkan penggunaan obat-obatan,
mencakup kafein, hormone tiroid, aminofilin, obat antidiabetik
oral, obat antiinflamasi nonsteroid, steroid, glikosida jantung,
dan inhibitor ambilan ulang serotonin selektif. Lebih baik
tanyakan pada dokter untuk mengganti dengan obat yang
menghasilkan lebih sedikit efek ansietas daripada menambah
obat-obatan lain hanya untuk mengatasi tanda dan gejala
ansietas
6. Alkohol adalah cara yang biasa digunakan orang untuk
pengobatan ansietas, tetapi bukan cara yang baik tidak
berbahaya. Pastiakn untuk menanyakan pasien menegani
kebiasaannya menggunakan alkohol-jenis apa yang ia minum
(bir, anggur, wiski), kira-kira berapa banyak dalam sehari dan
sudah berapa lama.


Dx 3
1. Menetapkan hubungan saling percaya dan berarti yang
meningkatkan saling pengertian dan perhatian.
2. Memfasilitasi proses pengambilan keputusan yang logis
a. Bantu individu dalam mengenali apa masalah-masalahnya dan
dengan jelas mengidentifkasi keputusan yang harus dibuat
b. Gali apa resiko terhadap apa yang timbul dari tidak membuat
keputusan
c. Mintalah individu untuk membuat daftar dari semua alternatif
atau pilihan yang mungkin
d. Bantu mengidentifikasi kemungkinan hasil dari berbagai
alternative
e. Bantu individu untuk menghadapi ketakutan
f. Benahi kesalahan informasi
g. Bantu dalam mengevaluasi alternatif-alternatif berdasarkan
pada ancaman potensial atau actual terhadap keyakinan/ nilai-
nilai
h. Beri dorongan pada individu untuk membuat keputusan
3. Beri dorongan pada orang terdekat individu untuk terlibat
dalam keseluruhan proses pengambilan keputusan
4. Bantu individu dalam proses menggali nilai-nilai dan hubungan
pribadi yang mungkin mempunyai dampak pada pengambilan
keputusan
5. Dukung individu dalam membuat keputusan yang diketahui
meskipun kebutuhan konflik dengan nilai-nilainya sendiri
a. Rundingkan pemuka agamanya sendiri
6. Dengan aktif yakinkan individu bahwa keputusan sepenuhnya
ditangan dia dan adalah menjadi haknya untuk melakukan
demikian
7. Jangan biarkan orang lain untuk merusak rasa percaya
individu dalam pengambilan keputusannya sendiri
8. Kolaborasikan dengan keluarga untuk mengklarifikasi proses
pengambilan keputusan
Dx 4
1. Dapatkan riwayat seksual
a. Pola seksual biasanya
b. Kepuasan (individu, pasangan)
c. Penegtahuan seksual
d. Masalah-masalah (seksual, kesehatan)
e. Harapan-harapan
f. Suasana hati, tingkat energy
2. Berikan dorongan untuk bertanya tentang seksualitas atau
fungsi seksual yang mungkin mengganggu pasien
3. Gali hubungan pasien dengan pasangannya
4. Jika stressor atau gaya hidup yang penuh stressor berdampak
negative terhadap fungsi:
a. Bantu individu dalam memodifikasi gaya hidup untuk
mengurangi stress
b. Dorong identifikasi stressor yang ada dalam kehidupan;
kelompokkan menurut individu sebagai dapat mengontrol dan
tidak dapat mengontrol:
1) Dapat mengontrol
Keterbelakangan pribadi
Keterlibatan dalam aktivitas komunitas
2) Tidak dapat mengontrol
Mengeluh
Penyakit anak perempuan
c. Lakukan program latihan teratur untuk reduksi stress.
Lihat perilaku mencari bantuan kesehatan untuk intervensi
5. Identifikasi pilihan metode untuk melampiaskan energ seksual
bila pasangan tidak ada atau tidak ada keinginan
a. Gunakan masturbasi, jika dapat diterima individu
b. Ajarkan keuntungan fisik dan psikologis tentang aktivitas fisik
teratur (sedikitnya 3 kali seminggu selama 30 menit
c. Jika pasangan meninggal, gali kesempatan untuk bertemu dan
bersosialisasi dengan orang lain (sekolah malam, klub janda/
duda, kerja komunitas)
6. Jika suatu perubahan atau kehilangan bagian tubuh
mempunyai dampak negtif terhadap fungsi:
a. Kaji tahapan adaptasi dari individu dan pasangan terhadap
kehilangan (mengingkari, depresi, marah)
b. Jelaskan kenormalan dari respon kelanjutan dari kehilangan
c. Jelaskan kebutuhan untuk membagi perhatian dengan
pasangan





















BAB IV
PENUTUP
A. maupun Kesimpulan
Tingkah laku seseorang dipelajari sepanjang proses
kehidupannya ketika menghadapi krisis dan kecemasan akibat
stressor. Menurut teori keperawatan, sehat dan sakit jiwa
merupakan suatu rentangan yang sangat dinamis dari
kehidupan seseorang.
Saat telah menginjak usia dewasa terlihat adanya
kematangan jiwa mereka dimana sudah memiliki tanggung
jawab serta sudah menyadari makna hidup.Menyiapkan diri
menjadi dewasa, karena menjadi dewasa adalah sebuah
pilihan, maka tentunya harus direkayasa atau disiapkan.
Tidak bisa dibiarkan alami. Karena memang menjadi dewasa
dalam cara berpikir itu bukan kebetulan, tapi merupakan
pilihan.
B. Saran
Di dalam perkembangan dewasa terdapat berbagai masalah
yang apabila tidak diperhatikan maka akan berdampak buruk
pada perkembangan dewasa itu sendiri, sehingga sudah
seharusnya perkembangan pada dewasa itu dijadikan bahan
pikiran pada individu,keluarga masyarakat.












DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 1998. Diagnosa Keperawatan Edisi
6. Jakarta: EGC
Stockslager, Jaime L., 2008. Asuhan Keperawatan Geriatrik Edisi 2.
Jakarta: EGC

Vous aimerez peut-être aussi