Vous êtes sur la page 1sur 52

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny.

A dengan
Apendiksitis di Ruangan Merpati Rumah Sakit Tulus
Ayu Tanggal 18 21 Januari 2014


OLEH :
1. Esha Galinda Aprini (12C10797)
2. Gita Padma Dewi (12C10803)
3. Maria Yoheni Harnila (12C10821)
4. Maya Rossicha Dewi (12C10827)
5. Nanik Setriami (12C10818)
6. Pande Budi Sukariani (12C10851)
7. Ratih Lestari (12C10866)
8. Vivi Karlianti (12C10914)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BALI
(STIKES BALI)
2014

BAB II
KONSEP TEORITIS KDM PEMENUHAN ISTIRAHAT TIDUR
2.1 Definisi Tidur
Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang mutlak harus dipenuhi
oleh semua orang. Dengan istirahat dan tidur yang cukup, tubuh baru dapat
berfungsi secara optimal. Secara umum, istirahat berarti suatu keadaan tenang,
relaks, tanpa tekanan emosional, dan bebas dari perasaan gelisah. Jadi, beristirahat
bukan berarti tidak melakukan aktivitas sama sekali. Terkadang, berjalan-jalan di
taman juga bisa dikatakan sebagai suatu bentuk istirahat (perry & potter,2006).
Sedangkan tidur adalah status perubahan kesadaran ketika persepsi dan
reaksi individu terhadap lingkungan menurun. Tidur dikarakteristikkan dengan
aktivitas fisik yang minimal, tingkat kesadaran yang bervariasi, perubahan proses
fisiologis tubuh, dan penurunan respons terhadap stimulus eksternal. Hampir
sepertiga dari waktu kita, kita gunakan untuk tidur. Hal tersebut didasarkan pada
keyakinan bahwa tidur dapat memulihkan atau mengistirahatkan fisik setelah
seharian beraktivitas, mengurangi stress dan kecemasan, serta dapat meningkatkan
kemampuan dan konsenterasi saat hendak melakukan aktivitas sehari-hari (perry
& potter, 2006).
Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia yang bersifat fisiologis, atau
kebutuhan paling bawah dari piramida kebutuhan dasar. Tidur adalah suatu
kegiatan relatif tanpa sadar yang penuh, ketenangan tanpa kegiatan yang
merupakan kegiatan urutan siklus yang berulang-ulang dan masing-masing
menyatakan fase kegiatan otak dan jasmaniah yang berbeda (Tarwoto &
Wartonah, 2004).
Tercukupinya kebutuhan tidur bisa membuat seseorang aktif dan fresh
dalam menjalankan aktivitasnya. Tercukupi disini lebih pada persoalan
kualitas daripada kuantitas. Artinya, orang yang tidur lima jam tapi
kualitasnya bagus, lebih baik dari pada orang yang tidurnya tujuh jam tapi

kualitasnya jelek. Kebutuhan tidur sangat tergantung usia, aktivitas, dan pekerjaan
seseorang (Aman, 2005).
2.2 Klasifikasi Pola Tidur
Fase tidur terbagi menjadi 2 macam yaitu rapid eye movement (REM) dan
non-rapid eye movement (NREM).
a. Tidur REM (rapid eye movement)
Tidur REM merupakan tidur dalam kondisi aktif atau tidur paradoksial
yang ditandai dengan mimpi yang bermacam-macam, otot-otot yang
meregang, kecepatan jantung dan pernafasan tidak teratur (sering lebih cepat),
perubahan tekanan darah, gerakan otot tidak teratur, gerakkan mata cepat,
pembebasan steroid, sekresi lambung meningkat dan ereksi penis pada pria.
Saraf-saraf simpatetik bekerja selama tidur REM, diperkirakan terjadi proses
penyimpanan secara mental yang digunakan sebagai pelajaran, adaptasi
psikologis dan memori (Potter, 2005).
Pada tidur REM, otak bekerja sangat aktif dan metabolisme otak
meningkat sampai 20 %. Pada fase ini orang yang tidur agak susah
dibangunkan atau spontan terbangun (Kozier, 2004).
b. Tidur NREM (non rapid eye movement)
Tidur NREM merupakan tidur yang nyaman dan dalam tidur
gelombang pendek karena gelombang otak selama tidur NREM lebih lambat
dari pada gelombang alpha dan beta pada orang yang sadar atau tidak dalam
keadaan tidur. Tanda tidur REM adalah mimpi berkurang, keadaan istirahat,
tekanan darah dan kecepatan pernafasan turun, metabolisme turun dan
gerakkan mata lambat (Potter, 2005).
Biasanya tidur pada malam hari itu adalah tidur NREM. Tidur ini
sangat dalam, tidur penuh dan dapat memulihkan kembali beberapa fungsi
fisiologis. Pada umumnya, semua proses metabolisme mengacu pada tanda-
tanda vital, metabolisme turun dan aktivitas otot menurun (Kozier, 2004).
Tidur NREM mempunyai empat tahap:

1. Tahap I
Merupakan tahap transisi, berlangsung selama lima menit yang mana
seseorang beralih dari sadar menjadi tidur. Seseorang merasa rileks,
mata bergerak, kecepatan jantung dan pernafasan turun secara jelas.
Gelombang alpha sewaktu seseorang masih sadar diganti dengan
gelombang beta yang lebih lambat dan dapat dibangunkan dengan
mudah.
2. Tahap II
Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh menurun. Mata masih
bergerak, kecapatan jantung dan pernafasan turun secara jelas, suhu
tubuh dan metabolisme menurun. Gelombang otak ditandai dengan
sleep spindles dan gelombang K komplek yang berlangsung pendek
dalam waktu 10 15 menit.
3. Tahap III
Pada tahap ini kecepatan jantung, pernafasan serta proses tubuh
berlanjut mengalami penurunan dan sulit dibangunkan. Gelombang
otak menjadi lebih teratur dan terdapat penambahan gelombang
delta yang lambat.
4. Tahap IV
Merupakan tahap tidur dalam, yang ditandai dengan predominasi
gelombang delta yang melambat. Kecepatan jantung dan pernafasan
turun, rileks, jarang bergerak dan sulit dibangunkan dan mengalami 4
sampai 6 kali siklus tidur dalam waktu 7 8 jam.
Pola Tidur Normal
Tidur dengan pola yang teratur ternyata lebih penting jika
dibandingkan dengan jumlah jam tidur itu sendiri. Pada beberapa orang, mereka
merasa cukup dengan tidur selama 5 jam saja pada tiap malamnya (Kozier, 2004).
Secara umum, durasi atau waktu lama tidur mengikuti pola sesuai dengan tahap
tumbuh kembang manusia.



1. Bayi.
Pada bayi baru lahir membutuhkan tidur selama 14 18 jam sehari,
pernafasan teratur, gerak tubuh sedikit 50% tidur NREM dan terbagi dalam
7 periode. Dan pada bayi tidur selama 12 14 jam sehari, sekitar 20 30 %
tidur REM, tidur lebih lama pada malam hari dan punya pola terbangun
sebentar (Asmadi, 2008).
2. Toddler.
Kebutuhan tidur pada toddler menurun menjadi 10 12 jam sehari.
Sekitar 20 30 % tidurnya adalah tidur REM, banyak. Tidur siang dapat
hilang pada usia 3 tahun karena sering terbangun pada malam hari yang
menyebabkan mereka tidak ingin tidur pada malam hari (Asmadi, 2008).
3. Preschool.
Pada usia prescool biasanya memerlukan waktu tidur 11 12 jam
semalam. Kebanyakan pada usia ini tidak menyukai waktu tidur. Bisa jadi
anak usia 4 5 mengalami kurang istirahat tidur dan mudah sakit jika
kebutuhan tidurnya tidak terpenuhi. Sekitar 20 % tidurnya adalah tidur REM
(Asmadi, 2008).
4. Anak usia sekolah.
Anak usia sekolah tidur antara 8 12 jam semalam tanpa tidur siang.
Anak usia 8 tahun membutuhkan waktu kurang lebih 10 jam setiap malam.
Tidur REM pada anak usia ini berkurang sekitar 20 % (Asmadi, 2008).
5. Adolesen.
Kebanyakan remaja memerlukan waktu tidur sekitar 8 10 jam tiap
malamnya untuk mencegah terjadinya kelemahan dan kerentaan terhadap
infeksi. Tidur pada usia ini 20 % adalah tidur REM. Pada remaja laki-laki
megalami Nocturnal Emission (orgasme dan mengeluarkan cairan semen
pada tidur malam hari) yang biasanya kita kenal dengan istilah mimpi basah
(Potter, 2005).
6. Dewasa muda.
Pada masa ini umumnya mereka sangat aktif dan membutuhkan waktu
tidur antara 7 8 jam dalam semalam. Kurang lebih 20 % tidur mereka

adalah tidur REM. Dewasa muda yang sehat membutuhkan cukup tidur
untuk berpartisipasi dalam kesibukan aktifitas karena jarang sekali mereka
tidur siang (Asmadi, 2008).
7. Dewasa tengah.
Pada masa ini mungkin akan mengalami Insomnia atau sulit tidur,
mungkin disebabkan oleh perubahan atau sters usia menegah. Mereka
biasanya tidur selama 6 8 jam semalam (Asmadi, 2008).
8. Dewasa akhir.
Pada dewasa akhir kebutuhan akan tidurnya kurang dari 6 jam
semalamnya. Periode tidur REM cenderung memendek sekitar 20 25 %
dan tidur tahap IV mengalami penurunan (Asmadi, 2008). Menurut Aman
(2005), untuk itu diperlukan sebuah pola tidur yang sehat. Ada beberapa hal
yang bisa dilakukan untuk mencapai itu :
a. Disiplin waktu, sebaiknya tentukanlah kapan kita harus tidur dan kapan
harus bangun. Para ahli tidur menyakini ritme dan jadwal tidur yang tetap
serta teratur akan memberikan kontribusi positif terhadap tidur yang sehat.
b. Lakukan olahraga secata teratur, olahraga ini diyakini sebagai obat yang
ampuh untuk menetralisir ketegangan fisik dan pikiran. Waktu yang ideal
adalah pagi hari atau sore hari.
c. Perhatikan kondisi ruang tidur. Suasana yang nyaman di dalam kamar
akan sangat menentukan kualitas tidur maka jagalah suasana di dalam
kamar agar selalu nyaman.
d. Usahakan tidak makan sebelum tidur sebab makan pada saat larut malam
atau menjelang tidur, bisa merangsang pencernaan dan membuat kita
sulit untuk memejamkan mata.
2.3 Faktor-Faktor Mempengaruhi Pola Tidur
Faktor yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas tidur, yaitu (Kozier, 2004):
1. Penyakit.
Sakit yang menyebabkan nyeri dapat menimbulkan masalah tidur.
Seseorang yang sedang sakit membutuhkan waktu tidur lebih lama dari
pada keadaan normal. Sering sekali pada orang sakit pola tidurnya juga

akan terganggu karena penyakitnya seperti rasa nyeri yang ditimbulkan
oleh luka, tumor atau kanker pada stadium lanjut.
2. Lingkungan.
Lingkungan dapat mendukung atau menghambat tidur. Temperatur,
ventilasi, penerangan ruangan, dan kondisi kebisingan sangat berpengaruh
terhadap tidur seseorang.
3. Kelelahan.
Kelelahan akan berpengaruh terhadap pola tidur seseorang. Semakin
lelah seseorang maka akan semakin pendek tidur REMnya.
4. Gaya hidup.
Orang yang berkerja shift dan sering berubah shiftnya harus mengatur
kegiatannya agar dapat tidur pada waktu yang tepat. Keadaan rileks
sebelum istirahat merupakan faktor yang berpengaruh terhadap
kemampuan seseorang untuk dapat bisa tidur.
5. Stres emosi.
Depresi dan kecemasan seringkali mengganggu tidur. Seseorang
yang dipenuhi dengan masalah mungkin tidak bisa rileks untuk bisa tidur.
Kecemasan akan meningkatkan kadar norepinephrin dalam darah yang
akan merangsang sistem saraf simpatetik. Perubahan ini menyebabkan
berkurangnya tahap IV NREM dan tidur REM.
6. Obat-obatan dan alkohol.
Beberapa obat-obatan berpengaruh terhadap kualitas tidur. Obat-
obatan yang mengandung diuretik menyebabkan Insomnia, anti depresan
akan memsupresi REM. Orang yang minum alkohol terlalu banyak
seringkali mengalami gangguan tidur.
7. Diet.
Diet L-troptophan seperti terkandung dalam keju dan susu akan
mempermudah orang untuk tidur. Hal ini bisa menjelaskan mengapa
seorang yang sebelum tidur meminum susu hangat, karena bisa
membantu seseorang untuk jatuh tidur.


8. Merokok.
Nicotin mempunyai efek menstimulasi tubuh dan perokok seringkali
mempunyai lebih banyak kesulitan untuk bisa tidur dibandingkan
dengan yang tidak perokok. Dengan menahan untuk tidak merokok setelah
makan malam orang biasanya akan tidur lebih baik. Banyak perokok
melaporkan pola tidurnya menjadi lebih baik ketika mereka berhenti
merokok.
9. Motivasi.
Keinginan untuk tetap terjaga seringkali berpengaruh terhadap tidur
seseorang. Sebagai contoh adalah saat dimana seorang ingin tetap terjaga
ketika melihat pertunjukkan musik, maka orang tersebut akan tetap terjaga
meskipun dalam keadaan lelah.
2.4 Gangguan Pola Tidur
1. Insomnia.
Insomnia adalah ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur baik
kualitas maupun kuantitas. Jenis insomnia ada 3 macam yaitu insomnia inisial
atau tidak dapat memulai tidur, insomnia intermitten atau tidak bisa
mempertahankan tidur atau sering terjaga dan insomnia terminal atau bangun
secara dini dan tidak tidak dapat tidur kembali (Potter, 2005). Untuk
menyembuhkan insomnia, maka terlebih dahulu harus dikenali penyebabnya.
Artinya, kalau disebabkan penyakit tertentu, maka untuk mengobatinya maka
penyakitnya yang harus disembuhkan terlebih dahulu (Aman, 2005).
2. Hipersomnia.
Hipersomnia merupakan kebalikan dari insomnia. Hipersomnia merupakan
kelebihan tidur lebih dari 9 jam di malam hari dan biasanya berkaitan dengan
gangguan psikologis seperti depresi atau kegelisahan, kerusakan sistem saraf
pusat dan gangguan pada ginjal, hati atau gangguan metabolisme.
3. Parasomnia.
Parasomnia merupakan suatu rangkaian gangguan yang mempengaruhi
tidur anak-anak seperti somnabulisme (tidur berjalan), ketakutan dan enuresis
(mengompol). Gangguan ini sering dialami anak secara bersama, diturunkan

dalam keluarga atau genetis dan cenderung terjadi pada tahap III dan IV tidur
NREM.
4. Narkolepsi.
Narkolepsi adalah serangan mengantuk yang mendadak pada siang hari.
Sering disebut sebagai serangan tidur. Penyebabnya tidak diketahui tetapi tidak
diperkirakan akibat kerusakan genetik sistem saraf pusat.
5. Apnue saat tidur.
Apnue saat tidur adalah periode henti nafas saat tidur. Tanda-tanda yang
dapat diamati adalah mengorok dan rasa kantuk berlebihan.
6. Sudden infant death syndrom.
Gangguan ini dapat terjadi pada bayi usia 12 bulan pertama. Penyebabnya
tidak diketahui. Beberapa ahli berpendapat gangguan ini disebabkan oleh
sistem saraf tidak matang atau apne saat tidur.
Gangguan tidur lainnya adalah mengigau atau sering disebut ngelindur,
biasanya terbangun pada tengah malam, kemudian melakukan beberapa hal
dari sekadar bicara sendiri atau berjalan menuju ke suatu tempat (Riyanto,
2008).
2.5. Penatalaksanaan Gangguan Pemenuhan Pola Tidur
Secara umum, langkah awal untuk mengatasi gangguan tidur akibat
kondisi medik atau psikiatrik adalah dengan mengoptimalkan terapi terhadap
penyakit yang mendasarinya. Cara farmakologi dan nonfarmakolgi diperlukan
untuk terapi gangguan tidur, namun penatalaksanaan utama umumnya
mencakup aspek nonfarmakologik. Pada beberapa gangguan tidur tertentu,
dibutuhkan penanganan penanganan khusus.
Tata laksana nonfarmakologi gangguan tidur antara lain adalah melalui
pengaturan higiene tidur, terapi pengontrolan stimulus, terapi relaksasi.
Higiene tidur bertujuan untuk memberikan lingkungan dan kondisi yang
kondusif untuk tidur, dan merupakan aspek yang mutlak dimanipulasi pada
tatalaksana gangguan tidur. Terapi pengontrolan stimulus bertujuan untuk

memutus siklus masalah yang sering dikaitkan dengan kesulitan memulai atau
jatuh tidur.
Sleep restriction therapy merupakan pembatasan waktu ditempat tidur
yang dapat membantu mengkonsolidasikan tidur. Terapi ini bermanfaat untuk
pasien yang berbaring ditempat tidur tanpa bisa tertidur.
Terapi relaksasi dan biofeedback merupakan terapi hipnosis diri, relaksasi
progresif, dan latihan napas dalam sehingga terjadi keadaan relaks cukup
efektif untuk memperbaiki tidur. Pasien membutuhkan latihan yang cukup dan
serius.
Beberapa gangguan tidur memerlukan perhatian khusus dalam
penatalaksanaannya. Pada psychophysiologic insomnia, terapi atau
penanganannya antara lain adalah melakukan edukasi kepada individu tentang
prinsip higiene hidup, menginstruksikan kepada mereka untuk menggunakan
tempat tidur hanya untuk tidur dan keluar dari tempat tidur. Jika belum dapat
tidur (stimulus), dan diajarkan bagaimana tekhnik relaksasi untuk mengurangi
ansietasnya. Medikasi hipnosis jarang dibutuhkan. Terapi parasomnia meliputi
edukasi kepada orang tua dan memberikan dukungan, menghindari faktor yang
dapat mempengaruhi. Farmakoterapi dan atau psikoterapi jarang dibutuhkan.
Narkolepsi merupakan gangguan primer dari rasa kantuk yang berlebihan pada
siang hari. Penanganannya yaitu dengan memberikan kombinasi medikasi
untuk siang dan malam hari.
2.6 Asuhan Keperawatan Teoritis Gangguan Pola Tidur
1. Pengkajian Kebutuhan Istirahat dan Tidur
Aspek yang perlu dikaji untuk mengidentifikasi mengenai gangguan
kebutuhan istirahat dan tidur meliputi pengkajian mengenai:
a. Insomnia adalah gangguan pada kuantitas dan kualitas tidur yang
menghambat fungsi.Batasan karakteristik dari gangguan insomnia yaitu:
sering membolos, misalnya bolos kerja dan bolos sekolah, afek tampak

berubah, menyatakan perubahan alam perasaan, menyatakan penurunan
status kesehatan, menyatakan penurunan kualitas hidup, menyatakan sulit
konsentrasi, menyatakan sulit tidur, menyatakan sulit tidur nyenyak,
menyatakan kurang puas tidur ( saat ini ), menyatakan peningkatan
terjadi kecelakaan, menyatakan kurang bergairah, menyatakan sulit tidur
kembali setelah terbangum, menyatakan gangguan tidur yang berdampak
pada keesokan hari, menyatakan bangun terlalu pagi.
b. Deprivasi Tidur adalah periode waktu yang lama tanpa tidur (terputusnya
kesadaran relatif yang periodik dan alami secara terus-menerus).
Deprivasi tidur dapat disebabkan oleh konfusi akut, agitasi, ansietas,
apatis, sering memberontak, mengantuk di siang hari, penurunan
kemampuan berfungsi, keletihan, fleeting nystagmus, halusinasi, tremor
tangan, peningkatan sensitivitas terhadap nyeri, ketidakmampuan
konsentrasi, iritabilitas, letargi, lesu, malise, gangguan persepsi (mis.
Gangguan sensasi tubuh, waham, merasa melayang), gelisah, reaksi
lambat dan paranoia sementara.
c. Kesiapan Meningkatakan Tidur, Pola tidur ayam yang periodik dan
alami, yang memberi istirahat adekuat, mempertahankan gaya hidup
yang diinginkan, dan dapat ditingkatkan dengan batasan karakteristik:
Jumlah tidur sesuai kebutuhan perkembangan, mengekspresikan perasaan
dapat beristirahat setelah tidur, mematuhi rutinitas tidur yang
meningkatkan kebiasaan tidur, penggunaan obat penginduksi tidur hanya
kadang-kadang saja, menyatakan merasa cukup istirahat setelah tidur.
d. Gangguan pola tidur yakni gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur
akibat faktor eksternal. Dengan batasan karakteristik, perubahan pola
tidur normal, penurunan kemampuan berfungsi, ketidakpuasan tidur,
menyatakan sering terjaga, menyatakan tidak mengalami kesulitan tidur,
menyatakan tidak merasa cukup istirahat.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin ditemukan pada klien dengan
gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur, antara lain:

a. Insomnia
Insomnia berhubungan dengan pola aktivitas, ansietas, depresi, faktor
lingkungan (misalnya kebisingan lingkungan sekitar, pejanan terhadap
cahaya atau gelap. Suhu atau kelembapan lingkungan sekitar, tatanan
yang tidak familiar), ketakutan, tidur siang yang terlalu lama, perubahan
hormon terkait dengan jenis kelamin, berduka, gangguan pola tidur
normal (misalnya berpergian, kerja shift), higiene tidur yang tidak
adekuat (saat ini), konsumsi alkohol, konsumsi stimulan, tidur terputus,
tanggung jawab orang tua, obat, ketidaknyamanan fisik (misalnya nyeri,
nafas pendek, batuk, refluks gastroesofagus, mual, inkontinensia atau
urgensi), stres (misalnya pola atau kebiasaan merenung sebelum tidur).
b. Deprivasi Tidur
Deprivasi tidur berhubungan dengan pergeseran tahap tidur terkait
penuaan, demensia, paralisis tidur familial, hipersomnolen system saraf
pusat idiopatik, aktivitas di siang hari tidak adekuat, narkolepsi, mimpi
buruk, peran sebagai orang tua yang mengakibatkan tidak dapat tidur,
pergerakan ekstremitas periodic (mis, sindrom resah kaki, mioklonus
nocturnal), ketidaknyamanan lama (mis, fisik, psikologis), hygiene tidur
selalu tidak adekuat, penggunaan obat atau suplemen penahan kantuk,
apnea tidur, enuresis terkait tidur, ereksi nyeri terkait tidur, terror tidur,
tidur berjalan, sindrom sundowner, ketidaksinkronan irama sirkadian
yang terus-menerus, stimulasi lingkungan yang terus-menerus, hygiene
tidur tidak adekuat yang terus-menerus dan ketidaknyamanan kontinu
pada lingkungan tidur.
c. Gangguan pola tidur
Gangguan pola tidur berhubungan dengan kelembapan lingkungan
sekitar, suhu lingkungan sekitar, tanggung jawab memberi asuhan,
perubahan pajanan terhadap cahaya gelap, gangguan (misalnya, untuk
tujuan terapeutik, pemantauan pemeriksaan laboratorium), kurang
kontrol tidur, kurang privasi, pencahayaan, bising, bau gas, restrain fisik,
teman tidur, tidak familier dengan perabot tidur.

3. Intervensi Pemenuhan Kebutuhan Istirahat Dan Tidur
Pada klien yang dirawat di rumah sakit dapat mengalami masalah
istirahat dan tidur. Masalah tersebut sering berhubungan dengan lingkungan
rumah sakit, rutinitas ruangan, atau penyakit yang dideritanya. Walaupun
begitu, perawat mesti membantu klien untuk dapat istirahat dan tidur.
Berikut ini merupakan beberapa intervensi yang dapat diterapkan untuk
membantu pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur pada klien yang
dirawat.
a. Insomnia
Tujuan/ Kriteria Evaluasi
Pasien memperlihatkan tidur, yang dibuktikan oleh indikator sebagai
berikut :
- Jumlah jam tidur (sedikitnya 5 jam per 24 jam untuk orang dewasa).
- Pola, kualitas dan rutinitas tidur.
- Perasaan segar setelah tidur.
- Terbangun di waktu yang sesuai
Intervensi
Peningkatan koping : membantu pasien untuk beradaptasi dengan
persepsi stresor, perubahan, atau ancaman yang mengganggu pemenuhan
tuntutan dan peran hidup.
Manajemen Lingkungan : kenyamanan : Memanipulasi lingkungan
sekitar pasien untuk meningkatkan kenyamanan yang optimal.
Peningkatan Tidur : memfasilitasi siklus tidur-terjaga yang teratur
Penyuluhan untuk Pasien/ Keluarga
1. Jelaskan bahwa alkohol dapat membantu pasien jatuh tidur, tetapi
alkohol juga menyebabkan kualitas tidur menurun akibat sering
terbangun dan mimpi buruk; anjurkan untuk menghindari alkohol
dalan 4 sampai 6 jam sebelum waktu tidur.
2. Anjurkan untuk tidak menggunakan pil tidur yang di jual bebas;
jelaskan bahwa pil tidur dapat mengganggu kualitas tidur,
menyebabkan mengantuk sepanjang siang, dan kehilangan efektivitas

setelah beberapa minggu; sarankan pasien untuk berkonsultasi dengan
dokter.
3. Peningkatan Tidur (NIC)
- Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat selama kehamilan, sakit,
stress psikososial.
- Ajarkan pasien untuk menghindari makanan saat akan tidur yang
dapat mengganggu tidur.
- Ajarkan pasien dan orang terdekat tentang faktor lain (misalnya;
fisiologis, psikologis, gaya hidup, perubahan sif kerja yang sering,
perubahan zona waktu yang cepat, jam kerja panjang yang
berlebihan, dan faktor lingkungan lain) yang dapat menyebabbkan
gangguan pola tidur.
Aktivitas Kolaboratif
1. Diskusikan dengan dokter tentang perlunya meninjau program
pengobatan jika berpengaruh pada pola tidur.
2. Rujuk ke klinik yang mengatasi gangguan tidur, jika diperlukan.
3. Peningkatan tidur (NIC) : Dukung penggunaan obat tidur yang tidak
mengandung supresor fase tidur REM.
Aktivitas Lain
1. Hindari suara keras dan penggunaan lampu saat tidur malam,
ciptakan lingkungan yang tenang, damai, dan minimalkan gangguan.
2. Cari teman sekamar yang cocok dengan pasien, jika memungkinkan.
3. Bantu pasien untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mungkin
menyebabkan kurang tidur, seperti ketakutan, masalah yang tidak -
terselesaikan, dan konflik.
4. Yakinkan kembali pasien bahwa iritabilitas dan perubahan alam
perasaan adalah konsekuensi umum deprivasi tidur.
5. Anjurkan klien untuk mandi dengan air hangat di sore hari.
Peningkatan Tidur (NIC)
- Fasilitasi untuk mempertahankan rutinitas waktu tidur pasien,
persiapan atau ritual sebelum tidur, dan benda- benda yang familiar

( misalnya untuk anak- anak, mainan atau selimut yang disukai,
ayunan, dot atau dongeng sebelum tidur, untuk orang dewasa, buku-
buku bacaan) jika diperlukan.
- Bantu pasien untuk membatasi tidur di siang hari dengan memberikan
aktivitas yang membuat pasien tetap terjaga, jika perlu.
- Berikan atau lakukan tindakan kenyamanan seperti massage,
pengaturan posisi dan sentuhan afektif.
- Berikan waktu tidur siang, jika diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
tidur.
- Kelompokkan aktivitas perawatan untuk meminimalkan tindakan yang
dapat membangunkan, berikan siklus tidur minimal 90 menit.
b. Deprivasi Tidur
Tujuan / Kriteria Evaluasi
Contoh menggunakan bahasa NOC
Menunjukkan Tidur, yang dibuktikan oleh indicator berikut (sebutkan 1-
5 : gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak mengalami
gangguan).
Perasan segar setelah tidur
Pola dan kualitas tidur
Rutinitas tidur
Jumlah waktu tidur yang terobservasi
Terjaga pada waktu yang tepat.
Intervensi NIC
Manajemen Energi : Mengatur penggunaan energy untuk mengatasi atau
mencegah keletihan dan mengoptimalkan fungsi.
Manajemen Medikasi : memfasilitasi penggunaan obat resep dan obat
bebas yang aman dan efektif.

Manajemen Alam Perasaan: Menciptakan keamanan, kestabilan,
pemulihan, dan pemeliharaan pasien yang mengalami disfungsi alam
perasaan baik depresi maupun peningkatan alam perasaan
Peningkatan Tidur : memfasilitasi siklus tidur-bangun yang teratur
Implementasi
Penyuluhan untuk Pasien
- Ajarkan dampak apnea tidur pada keamanan dan kondisi psikologis.
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang factor yang mengganggu tidur
(misalnya, stress, gaya hidup kacau, kerja sif, suhu tubuh terlalu dingin
atau terlalu panas)
Aktivitas Kolabiratif
- Diskusikan dengan dokter tentang pentingnya merevisi program obat
jika obat tersebut menimbulkan gangguan tidur.
- Diskusikan dengan dokter tentang penggunaan obat tidur yang tidak
menekan tidur REM (rapid eye movement).
- Lakukan perujukan yang diperlukan untuk penanganan gejala
Deprivasi tidur yang parah (misalnya, Konfusi akut, agitasi, atau
Ansietas).
c. Kesiapan Untuk Meningkatkan Tidur
Tujuan/Kriteria Evaluasi
Rujuk pada hasil NOC untuk diagnosa Deprivasi Tidur.
Contoh lain, Pasien akan:
1. Mengidentifikasi tindakan yang akan meningkatkan istirahat dan tidur.
2. Mendemonstrasikan kesejahteraan fisik dan psikologis.
3. Mencapai tidur yang adekuat tanpa menggunakan obat.
Intervensi NIC
1. Manajemen Energi: Mengatur penggunaan energi untuk mengatasi
atau mencegah keletihan dan mengoptimalakan fungsi.

2. Manajemen Lingkungan: Kenyamanan: Memanipulasi lingkungan
sekitar pasien untuk meningkatkan kenyamanan optimal.
3. Peningkatan Tidur: memfasilitasi siklus tidur-bangun yang teratur
Aktivitas Keperawatan
Penyuluhan untuk pasien/ keluarga
Peningkatan tidur (NIC):
1. Anjurkan pasien untuk menghindari mengkonsumsi makanan dan
minuman yang dapat mengganggu tidur saat akan tidur.
2. Anjurkan kepada pasien dan orang terdekat tentang faktor (misalnya,
faktor fisiologis, psikologis, gaya hidup, perubahan sif kerja yang
sering, perubahan zona waktu yang cepat, jam kerja yang ekstra
panjang, dan faktor lain dalam lingkungan) yang dapat menimbulkan
gangguan pola tidur.
Aktivitas Kolaboratif
1. Diskusikan bersama dokter tentang pentingnya merevisi program
obat jika program tersebut mengganggu pola tidur.
2. Peningkatan Tidur (NIC): Dorong penggunaan obat tidur yang tidak
mengandung supresor tidur REM.
Aktivitas Lain
1. Hindari kebisingan dan penggunaan lampu ruangan pada waktu tidu,
ciptakan lingkungan yang tenang dan damai serta meminimalkan
gangguan.
2. Atur pasien dirawat sekamar dengan pasien lain yang cocok, jika
mungkin.
3. Bantu pasien mengidentifikasi dan mengantisipasi faktor yang dapat
menghilangkan rasa kantuk, seperti ketakutan, masalah yang tidak
terselesaikan, dan konflik.


4. Peningkatan Tidur (NIC):
a. Fasilitasi pemeliharaan rutinitas pasien sebelum tidur,
kecenderungan dan kesukaan sebelum tidur, dan benda yang
familiar(misalnya, untuk anak, selimut atau mainan kesukaan,
ayunan, dot, atau dongeng; untuk orang dewasa, buku bacaan,
dll.) jika perlu.
b. Bantu pasien membatasi waktu tidur siang dengan memberi
aktivitas yang meningkatkan keterjagaan, jika perlu.
4. Implementasi Pemenuhan Kebutuhan Istirahat dan Tidur
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam
Potter & Perry, 1997).
a. Menciptakan lingkungan yang nyaman, dapat dilakukan misalnya:
1. Pintu kamar klien ditutup.
2. mengurangi stimulus, misalnya percakapan.
3. Menempatkan klien dengan teman yang cocok, dan lain-lain.
b. Diet
1. Menganjurkan klien untuk memakan makanan yang mengandung
tinggi protein, seperti susu dan keju.
2. Menghindari banyak minum sebelum tidur.
3. Menganjurkan klien untuk mengurangi konsumsi kafein.
c. Menghindari latihan fisik yang berlebihan sebelum tidur.
d. Menghindari rangsangan mental yang tidak menyenangkan sebelum
tidur. Maksudnya, usahakan psikologis klien tenang, tidak cemas,
ataupun stress sebelum tidur.
e. Memberikan rasa dan rileks, misalnya dengan:
1. Mengatur posisi yang nyaman untuk tidur.
2. Anjurkan klien berkemih sebelum tidur.
3. Tempat tidur yang bersih dan tidak boleh basah.

4. Pada klien nyeri, berikan obat analgesic 30 menit sebelum tidur.
f. Menghindari kegiatan yang membangkitkan minat sebelum tidur.
g. Berdoa sesuai dengan agamanya.

5. Evaluasi
Perawat menentukan apakah hasil yang diharapkan telah terpenuhi
atau tidak. Tindakan evaluasi dapat dilakukan sesaat setelah terapi dicoba
(misalnya: mengobservasi apakah klien tertidur setelah mengurangi dan
menggelapkan ruangan). Tindakan evaluasi lain dapat dilakukan setelah
terbangun dari tidur (misalnya: meminta klien menjelaskan jumlah
terbangun pada malam sebelumnya).
a. Klien tidur 7-8 jam perhari.
b. Klien melaporkan perasaan nyaman setelah terbangun di pagi hari.
c. Klien melaporkan dapat menyelesaikan tanggung jawab pekerjaannya.
d. Klien menggunakan terapi relaksasi setiap malam sebelum tidur.
e. Klien melaporkan tidak terbangun pada saat tidur malam hari.















BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny. A DENGAN APENDIKSITIS
DI RUANGAN MERPATI RUMAH SAKIT TULUS AYU
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 18 Januari 2014 pukul 09.00 Wita di
Ruang Merpati RS Tulus Ayu dengan metode observasi, wawancara,
pemeriksaan fisik, dan dokumentasi.
1. Pengumpulan Data
A. Identitas Pasien
Pasien Penanggung
Nama Ny.A Tn.B
Umur 40 tahun 42 tahun
Jenis kelamin Perempuan Laki-laki
Status perkawinan Menikah Menikah
Agama Hindu Hindu
Pendidikan SMA SMA
Pekerjaan Wiraswasta Wiraswasta
Suku/Bangsa Bali/Indonesia Bali/Indonesia
Alamat Denpasar Denpasar
Alamat terdekat Denpasar Denpasar
Nomor telepon - -
Nomor register 121314 -
Tanggal MRS 15/01/2014 -

B. Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama masuk rumah sakit
Pasien mengeluh nyeri pada perut kanan bagian bawah.

2. Keluhan utama saat pengkajian
Pasien mengatakan susah tidur pada malam hari karena nyeri perut.
3. Riwayat penyakit sekarang
Ny.A mengeluh nyeri di bagian kanan bawah perutnya, sehingga
dia susah untuk duduk maupun berjalan. Suami Ny.A lalu
membawanya berobat ke RS Tulus Ayu tanggal 15 Januari 2014 pukul
09.00 WITA. Ny.A lalu di bawa ke UGD pada tanggal 15 januari 2914
pukul 10.00 dan di observasi TTV : TD : 120/80 mmHg, N :
110x/menit, RR : 18x/menit, S : 37,5
0
C.
Dari pemeriksaan diagnostit, Ny.A di diagnosa oleh dokter dengan
diagnosa medis Apendiksitis. Tanggal 16 januari 2014 pukul 10.00
WITA Ny.A di operasi dan pukul 13.00 WITA Ny.A di pindahkan ke
ruang rawat inap di ruang Merpati. Tanggal 18 januari 2014 pukul
09.00 WITA di dapatkan data subyektif yaitu pasien mengatakan sakit
pada bagian perut kanan bawah, pasien mengatakan sulit tidur. Pasien
mengatakan terbangun dua sampai tiga kali setiap malam disertai
kesulitan untuk tidur kembali karena nyeri perut . Pasien mengatakan
terbangun terlalu pagi. Pasien mengatakan susah miring kanan dan kiri
saat berbaring. Dan data obyektif yaitu pasien tampak gelisah, TTV:
TD : 130/90 mmHg, N : 115x/menit, RR : 24x/menit, S : 37,5
0
C
4. Riwayat penyakit sebelumnya
Pasien mengatakan belum pernah mengalami penyakit ini sebelumnya.
5. Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang pernah
mengalami penyakit ini.

C. Kebutuhan Bio Psiko Sosial Spiritual
1. Bernafas
Sebelum pengkajian : Pasien mengatakan tidak mengalami
gangguan saat menarik nafas maupun
menghembuskan nafas.

Saat pengkajian : Pasien mengatakan tidak ada keluhan sesak
saat menarik maupun menghembuskan nafas,
tidak ada nyeri saat bernafas.
2. Makan dan Minum
a. Makan
Sebelum pengkajian : Pasien mengatakan biasa makan 3x sehari
dengan 1 porsi penuh dan komposisi
makanannya yaitu : nasi, daging, sayur dan
susu.
Saat pengkajian : Pasien mengatakan tidak ada masalah
dengan makan.
b. Minum
Sebelum pengkajian : Pasien mengatakan biasa minum hanya air
mineral 8 gelas/hari (1600cc/hari), tidak
minum alkohol dan kopi.
Saat pengkajian : Pasien mengatakan minum hanya air mineral
4 gelas/hari (800cc), tidak minum alkohol
dan kopi.
3. Eliminasi
Sebelum pengkajian : Pasien mengatakan biasa buang air besar 1x
setiap harinya dan buang air kecil 5x setiap
hari dengan jumlah 200cc sekali buang air
kecil
Saat pengkajian : Pasien mengatakan tidak ada masalah dengan
eliminasinya dan pasien menggunakan alat
bantu kateter.
4. Gerak dan Aktivitas
Sebelum pengkajian : Pasien mengatakan dapat melakukan
aktifitasnya sehari-hari tanpa bantuan orang
lain.

Saat pengkajian : Pasien mengatakan aktivitasnya terganggu
karena nyeri perut pasca operasi apendiksitis.
Pasien mengatakan sulit miring kanan dan
miring kiri saat berbaring.
5. Istirahat dan Tidur
Sebelum pengkajian : Pasien mengatakan biasa istirahat tidur 7 jam
sehari dan biasa tidur siang 1 jam sehari.
Saat pengkajian : Pasien mengatakan sulit tidur sejak 2 hari
yang lalu pasca operasi apendiksitis. Pasien
mengatakan hanya bisa tidur kurang lebih 4
jam dalam sehari. Pasien mengatakan
terbangun dua sampai tiga kali setiap malam
disertai kesulitan untuk tidur kembali karena
nyeri perut. Pasien mengatakan terbangun
terlalu pagi.
6. Kebersihan diri
Sebelum pengkajian : Pasien mengatakan mandi 2x sehari
mennggunakan sabun, menggosok gigi 2x
sehari menggunakan sikat gigi dan pasta
gigi, keramas 3x seminggu menggunakan
shampo, mengganti pakaian 1x sehari, dan
potong kuku 1x seminggu tanpa bantuan
orang lain.
Saat pengkajian : Pasien mengatakan sejak sakit tidak mampu
melakukan kebersihan diri secara mandiri,
dibantu oleh keluarga, mandi hanya di lap
menggunakan air hangat dan tanpa disabuni 2x
sehari, menggosok gigi 2x sehari
menggunakan sikat gigi dan pasta gigi,
keramas hanya 1x seminggu menggunakan
shampo, belum potong kuku karena masih

bersih dan pendek, dan berganti pakaian 1x
sehari.
7. Pengaturan suhu tubuh
Sebelum pengkajian : Pasien mengatakan tubuhnya tidak terasa
panas.
Saat pengkajian : Pasien tidak tampak menggigil. Badan pasien
teraba hangat. Pasien tampak berkeringat.
8. Rasa nyaman
Sebelum pengkajian : Pasien mengatakan merasa nyaman dengan
tubuhnya.
Saat pengkajian : Pasien mengeluh nyeri pada di bagian perut
dengan skala 6 dari 0-10 skala nyeri yang
diberikan. Pasien mengatakan terbangun
pada malam hari karena nyeri perut pada
bagian kanan bawah. Pasien mengatakan
nyeri perut terus menerus seperti di tusuk
jarum.
9. Rasa aman
Sebelum pengkajian : Pasien mengatakan tidak merasa cemas dan
selalu percaya diri.
Saat pengkajian : Pasien mengatakan dirinya cemas dan takut
karena nyeri perut yang dialaminya.
10. Data sosial
Sebelum Pengkajian : Pasien mengatakan hubungan dengan keluarga,
teman dan masyarakat sekitar baik dan
harmonis.
Saat Pengkajian : Pasien mengatakan hubungan dengan keluarga,
perawat dan pasien lain baik dan harmonis.
11. Prestasi dan produktivitas
Sebelum pengkajian : Pasien mengatakan dapat melakukan
aktivitasnya sebagai wiraswasta sehari-hari.

Saat pengkajian : Pasien mengatakan tidak dapat melakukan
aktivitasnya sebagai wiraswasta sehari-hari.
12. Rekreasi
Sebelum pengkajian : Pasien mengatakan biasa berekreasi ke pantai
saat akhir pekan.
Saat pengkajian : Pasien mengatakan tidak bisa berekreasi ke
pantai lagi.
13. Belajar
Pasien mengatakan mengetahui tentang penyakitnya namun belum
mengerti tentang penanganan dan pengobatan tentang penyakitnya.
Pasien mempunyai keinginan untuk mempelajari tentang penyakitnya.
14. Ibadah
Sebelum pengkajian : Pasien mengatakan biasa sembahyang 3x
sehari.
Saat pengkajian : Pasien mengatakan ibadahnya tidak
terganggu bahkan pasien lebih sering
beribadah.
D. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum Pasien
a. Kesadaran : Compos Mentis
b. Bangun tubuh : Kurus
c. Postur Tubuh : Tegak
d. Cara Berjalan : Terganggu
e. Gerak Motorik : Terganggu
f. Keadaan Kulit :
Warna kulit : Pucat
Turgor : Elastis
Kebersihan : Bersih
g. Gejala Cardinal :
Tekanan Darah : 130/90 mmgh
Nadi : 115x/menit

Suhu : 37,5
o
C
Pernapasan : 24x/menit
h. Ukuran lain
Berat badan : - sebelum sakit : 60kg
- setelah sakit : 60kg
Tinggi badan : 164 cm
2. Kepala
a. Inspeksi
- Kulit kepala : Bersih
- Rambut : Hitam
b. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, massa dan deformitas.
3. Mata
a. Inspeksi
- Konjungtiva : Pucat
- Sklera : Putih
- Kelopak mata : Lingkaran hitam
- Pupil : Reflek pupil baik
- Lapang pandang : Normal
- Visus : 5/6
b. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
4. Hidung
a. Inspeksi
- Bentuk : Simetris
- Penciuman : Baik
- Keadaan : Bersih
- Massa : Tidak ada polip
- Luka : Tidak ada luka
b. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan sinusitis.
5. Telinga
a. Inspeksi
- Keadaan : Bersih

b. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
c. Pendengaran : Baik atau normal.
6. Mulut
a. Inspeksi
- Mukosa bibir : Mukosa lembab
- Gusi : Tidak berdarah
- Gigi : Berlubang
- Lidah : Bersih
- Tonsil : Normal
b. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan massa.
7. Leher
a. Inspeksi
- Keadaan : Baik, tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, dan
tidak ada distensi vena jugularis.
b. Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada
pembengkakan kelenjar tiroid, tidak ada distensi vena
jugularis dan tidak teraba massa.
8. Thorax
a. Inspeksi
- Bentuk : Simetris
- Gerakan dada : Bebas
- Payudara : Simetris
b. Palpasi
- Pengembangan dada : Simetris
- Vibrasi tactile premitus : Simetris
- Tidak ada nyeri tekan.
c. Perkusi
- Suara paru : Sonor atau resonan
d. Auskultasi
- Suara paru : Vesikuler atau normal, tidak ada suara nafas
tambahan seperti : ronchi, wheezing dan rales.

- Suara jantung : S1-S2 tunggal reguler, tidak ada suara tambahan
seperti: gallop dan murmur.
9. Abdomen
a. Inspeksi
- Pemeriksaan : Tidak ada ascites dan tidak ada distensi abdomen
- Terdapat luka bekas operasi pada kuadran kanan bawah.
b. Auskultasi
- Peristaltic usus : 15 x/menit
c. Palpasi
- Keadaan : Tidak ada hepatomegali, apendiksitis, tidak ada
distensi abdomen, tidak ada massa, tidak ada
ascites dan terdapat nyeri pada kuadran kanan
bawah.
d. Perkusi : Tympani
10. Genetalia
a. Inspeksi : Bersih.
b. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa, tidak ada keluar
cairan atau nanah dan terpasang catheter.
11. Anus
a. Inspeksi : Keadaan bersih.
b. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan spingter ani baik.
12. Ekstremitas
a. Ekstremitas Atas
- Inspeksi : Pergerakan bebas dan terpasang infuse, tidak ada
deformitas tidak ada clubbing finger, tidak ada
oedema, CRT 2 detik.
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan krepitasi.
b. Ekstremitas Bawah
- Inspeksi : Pergerakan bebas, tidak ada deformitas, tidak ada
clubbing finger, tidak ada oedema, CRT 2 detik dan
tidak terpasang infuse.

- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan krepitasi.

c. Kekuatan otot
444 444
444 444


















2. Data Fokus
Data Subyektif Data Obyektif
1. Pasien mengatakan sulit
tidur.
2. Pasien mengatakan terbangun
2 sampai 3 kali setiap malam
dan kesulitan untuk tidur
kembali.
3. Pasien mengatakan terbangun
terlalu pagi.
4. Pasien mengatakan sulit
miring kiri dan miring kanan.

1. Observasi perawat pasien tampak
susah mengubah posisi di tempat
tidur.
2. Observasi perawat pasien tampak
kurang bergairah.
3. Observasi perawat pasien tampak
gelisah.
4. Observasi perawat terdapat
lingkaran hitam pada mata pasien.
5. TTV : Suhu : 37,5
o
c
Nadi : 115x/ menit
RR : 24x/menit

3. Analisa Data
Analisa Data Pasien Ny. A dengan Apendiksitis di Ruangan Merpati Rumah
Sakit Tulus Ayu tanggal 17 Januari 2014

Data Subyektif Data Obyektif Masalah
1. Pasien mengatakan
sulit tidur .
2. Pasien mengatakan
terbangun 2 sampai 3
kali setiap malam dan
kesulitan untuk tidur
kembali.
1. Observasi perawat pasien
tampak kurang bergairah.
2. Observasi perawat pasien
tampak gelisah.
3. TTV : Suhu : 37,5
o
c
Nadi : 115x / menit
RR : 24x/menit.
Insomnia

3. Pasien mengatakan
terbangun terlalu
pagi.

4. Observasi perawat terdapat
lingkaran hitam pada mata
pasien.

1. Pasien mengatakan
sulit miring kiri dan
miring kanan.
1. Observasi perawat pasien
tampak susah mengubah
posisi ditempat tidur.
Hambatan
Mobilitas

4. Rumusan Masalah Keperawatan
a. Insomnia
b. Hambatan Mobilitas

5. Analisa Masalah
1. a. P : Insomnia.
b. E : Nyeri.
c. S : - Pasien mengatakan sulit tidur.
- Pasien mengatakan terbangun 2 sampai 3 kali setiap malam
dan kesulitan untuk tidur kembali.
- Pasien mengatakan terbangun terlalu pagi.
- Observasi perawat pasien tampak kurang bergairah.
- Observasi perawat pasien tampak gelisah.
- TTV : Suhu : 37,5
o
c.
Nadi : 115x / menit.
RR : 24x/menit.
- Observasi perawat terdapat lingkaran hitam pada mata pasien.
d. Proses terjadinya : Nyeri yang dirasakan oleh pasien mempengaruhi
otak bagian hipotalamus sehingga menyebabkan pasien merasa tidak
nyaman dan ini mengakibatkan pasien susah tidur.
e. Akibat Jika Tidak Ditanggulangi : Menyebabkan resiko terjadinya
serangan jantung.

2. a. P : Hambatan mobilitas.
b. E : Nyeri.
c. S : - Pasien mengatakan sulit miring kiri dan miring kanan.
- Observasi perawat pasien tampak susah mengubah posisi
ditempat tidur.
d. Proses Terjadinya : Nyeri yang dirasakan oleh pasien menyebabkan
adanya gangguan mobilitas sehingga terasa sakit saat pasien bergerak
ini yang menyebabkan pasien susah untuk miring kiri atau miring
kanan.
e. Akibat Jika Tidak Ditanggulangi : Dapat menyebabkan terjadinya
dikubitus dan penurunan metabolisme dalam tubuh.

6. Diagnosa Keperawatan
a. Insomnia berhubungan dengan nyeri ditandai dengan pasien mengatakan
sulit tidur, pasien mengatakan terbangun 2 sampai 3 kali setiap malam dan
kesulitan untuk tidur kembali, pasien mengatakan terbangun terlalu pagi,
pasien tampak gelisah, pasien tampak kurang bergairah , TTV : Suhu : 37,5
o
C, RR : 24x/menit, Nadi : 115x / menit dan terdapat lingkaran hitam pada
mata pasien.
b. Hambatan mobilitas berhubungan dengan nyeri ditandai dengan pasien
mengatakan sulit miring kanan, dan pasien tampak susah mengubah posisi
tidur.










Nama Pasien : Nyonya A No. RM :
Umur : 40
th
Ruang Rawat : Ruang Merpati
Jenis Kelamin : Perempuan Diagnosa Medis : Apendiksitis

No Diagnosa
Keperawatan
Tanggal Paraf /nama
Ditemukan Teratasi
1. Insomnia 17 Januari 2014 21 Januari 2014 Mahasiswa
2. Hambatan
Mobilitas
17 januari 2014 21 Januari 2014 Mahasiswa

B. Perencanaan
1. Prioritas Masalah Keperawatan
a. Insomnia
b. Hambatan mobilitas






2. Rencana Keperawatan
Rencana Keperawatan Pada Pasien Ny. A dengan Apendiksitis di Ruangan Merpati Rumah Sakit Tulus Ayu
Tanggal 18 21 Januari 2014
No Hari/Tgl/Ja
m
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan dan Kriteria
Hasil
Intervensi Rasional Paraf
1. Kamis/1
8 Januari
2014/09.
00
WITA
Insomnia
berhubungan
dengan nyeri
ditandai dengan
DS :
- Pasien
mengatakan sulit
tidur.
- Pasien
mengatakan
terbangun 2
sampai 3 kali
setiap malam dan
Setelah diberikan
Askep 3x24 jam
diharapkan pasien
tidak mengalami
insomnia dengan
kriteria hasil :
1. Pasien mengatakan
dapat tertidur
pulas.
2. Pasien tidak
terbangun saat
tidur dan tidak sulit
untuk tidur
Mandiri
1. Kaji TTV
pasien.



2. Kendalikan
sumber-
sumber
kebisingan di
lingkungan
dan pastikan
bahwa kamar

1. Untuk
mengetahui
kondisi atau
keadaan umum
pasien.
2. Suara yang
keras dapat
mengganggu
dan
mempengaruhi
istirahat.

Mahasiswa

kesulitan untuk
tidur kembali.
- Pasien
mengatakan
terbangun terlalu
pagi
DO :
- Observasi
perawat pasien
tampak gelisah.
- Observasi
perawat pasien
tampak kurang
bergairah.
- TTV : Suhu : 37,5
o
C, RR :
24x/menit, Nadi :
115x /menit
- Observasi
kembali.
3. Pasien bangun
sesuai dengan pola
jam tidur.
4. Pasien tidak
tampak gelisah.
5. Pasien tampak
bergairah.
6. TTV : Suhu 36
o
C ,
RR : 18x/menit,
Nadi:80x/menit.
7. Tidak terdapat
lingkaran hitam
dibawah mata
pasien.
tidur sudah
digelapkan
dan memiliki
ventilasi yang
baik.
3. Beri kompres
dingin pada
lingkaran
hitam pasien.


4. Tentukan
waktu sebelum
klien pergi
tidur untuk
latihan
relaksasi yang
tenang atau
latihan





3. Kompres
yang dingin
dapat
memberikan
kenyaman
pada mata.
4 . Teknik
relaksasi
dapat
menurunkan
insomnia.




perawat terdapat
lingkaran hitam
pada mata pasien.

relaksasi
progresif.
5. Anjurkan klien
mengikuti
ritual tidur :
naik ke tempat
tidur pada jam
yang sama
setiap malam
dan meminum
segelas susu.
Kolaborasi :
7. Kolaborasi
dalam
pemberian
obat lizopom.


5. Susu
mengandung
L-triptofan ,
asam amino
alami yang
merangsang
tidur.



7. Lizopom
dapat
mengurangi
insomnia.
2. Kamis/18
Januari
2014/09.00
Hambatan
mobilitas
berhubungan
Setelah diberikan
Askep 3x24jam di
harapakan pasien
Mandiri :
1. Observasi
pergerakan

1. Untuk
memantau
Mahasiswa

WITA dengan nyeri
ditandai dengan
Ds:
- Pasien
mengatakan sulit
miring kanan .
DO:
- Observasi
perawat pasien
tampak susah
mengubah posisi
tidur.
tidak mengalami
hambatan mobilitas
dengan kriteria hasil :
1. Pasien mengatakan
dapat memiringkan
badannya.
2. Pasien mampu
mengubah posisi
tidur tanpa bantuan
dari perawat atau
keluarga.
pasien.

2. Anjurkan klien
memakai
pakaian
longgar.
3. Memberikan
massage tepat
sesaat sebelum
pasien pergi
tidur.
Kolaborasi :
4. Kolaborasi
dengan keluarga
pasien untuk
membantu
pasien bergerak.
mobilitas
pasien.
2. Agar pasien
dapat bebas
bergerak saat
tidur.
3. Meningkatkan
sirkulasi darah
sehingga
pasien merasa
nyaman.

4.Mempermuda-
h pasien dalam
bergerak.



C. Pelaksanaan / Implementasi
Pelaksanaan Keperawatan Pada Pasien Ny. A Dengan Apendiksitis di Ruang Merpati Rumah Sakit Tulus Ayu Tanggal
18 21 Januari 2014

No Hari/Tgl/
Jam
Diagnosa
Keperawatan
Tindakan Keperawatan Evaluasi Respon Paraf
1. 18
Januari
2014,
kamis,
10.00
Wita
Dx. 1 Mandiri :
1. Mengkaji TTV pasien.
DS : - Pasien mengatakan
badannya masih terasa
panas.
DO : - Suhu : 37,5
o
c, RR :
24x/menit, Nadi : 115x
/menit.

Mahasiswa
2. 18
Januari
2014,
kamis,
13.00
Wita
Dx. 1 Mandiri
1. Memberikan kompres
dingin pada lingkaran hitam
dimata pasien.
DS: - Pasien mengatakan
matanya masih terasa
lelah.
DO : - Observasi perawat masih
terdapat lingkaran hitam
dimata pasien.
Mahasiswa

3. 18
januari,
Kamis,
13.00
Wita
Dx. 2 Mandiri
1. Mengkaji pergerakan
pasien.
DS: - Pasien mengatakan masih
susah untuk miring kiri
atau miring kanan.
DO: - Pasien tampak masih
terbaring lemas.
Mahasiswa


4. 18
Januari
2014,
Kamis,
17.00
Wita
Dx. 2 Mandiri
1. Menganjurkan pasien untuk
memakai pakaian yang
longgar agar bebas bergerak
DS : - Pasien mengatakan masih
susah bergerak.
DO : - Pasien tampak masih
susah bergerak.
Mahasiswa
5. 18
Januari
2014,
Kamis,
18.00
Wita
Dx. 2 Kolaborasi
1. Menganjurkan keluarga
pasien untuk membantu
pasien bergerak
DS: - Pasien mengatakan masih
susah untuk bergerak
DO : - Pasien tampak masih
sama seperti posisi
sebelumnya
Mahasiswa
6. 18
januari
Dx. 1 Mandiri
1. Menjaga lingkungan klien
DS: - Pasien mengatakan masih
mendengar suara bising.
Mahasiswa

2014,
Kamis,
18.30
Wita
agar jauh dari adanya
bisingan.
DO : - Observasi perawat pasien
masih nampak susah
tidur.

7. 18
januari
2014,
Kamis,
19.00
Wita
Dx. 1,2 Mandiri
1. Memberikan pijat relaksasi
kepada pasien.
DS: - Pasien mengatakan masih
susah tidur.
DO : - Pasien terlihat susah
tidur.
Mahasiswa

8. 18
Januari
2014,
Kamis,
19.30
Wita
Dx. 1 Mandiri
1. Memberikan pasien segelas
susu.
DS: - Pasien mengatakan masih
susah tidur.
DO: - Pasien masih tampak
susah tidur.
Mahasiswa

9. 18
Januari
2014,
Dx. 1 Kolaborasi :
1. Memberikan obat lizopom
kepada pasien.
DS: - Pasien masih mengatakan
sulit tidur.
DO: - Pasien masih tampak
Mahasiswa

Kamis,
20.30
Wita
susah tidur .
1. 19
Januari
2014,
Jumat,
10.00
Wita
Dx. 1 Mandiri :
1. Mengkaji TTV pasien.
DS : - Pasien mengatakan
badannya masih teraba
hangat.
DO : - Suhu : 37
o
C, RR :
23x/menit, Nadi : 110x
/menit.

Mahasiswa
2. 19
Januari
214,
Jumat,
13.00
Wita
Dx. 1 Mandiri
1. Memberikan kompres
dingin pada lingkaran hitam
dimata pasien.
DS: - Pasien mengatakan
lingkaran hitam dibawah
mata sudah sedikit
berkurang.
DO: - Masih tampak adanya
lingkaran hitam.
Mahasiswa
3. 19
Januari
2014,
Dx. 2 Mandiri
1. Mengkaji pergerakan
pasien.
DS : - Pasien mengatakan hanya
sedikit mampu
melakukan gerakan.
Mahasiswa

Jumat,
13.00
Wita
DO : - Pasien hanya mampu
sedikit melakukan
pergerakan.
4. 19
Januari
2014,
Jumat,
17.00
Wita
Dx. 2 Mandiri
1. Menganjurkan pasien untuk
memakai pakaian yang
longgar agar bebas
bergerak.
DS : - Pasien mengatakan hanya
sedikit mampu melakukan
gerakan.
DO : - Pasien hanya mampu
sedikit melakukan
pergerakan.
Mahasiswa
5. 19
Januari
2014,
Jumat
18.00
Wita
Dx. 2 Kolaborasi
1. Menganjurkan keluarga
pasien untuk membantu
pasien dalam bergerak.
DS : - Pasien mengatakan hanya
sedikit mampu melakukan
gerakan.
DO : - Pasien masih tampak
sangat membutuhkan
bantuan.
Mahasiswa
6. 19
Januari
2014,
Jumat,
Dx. 1 Mandiri
1. Menjaga lingkungan klien
agar jauh dari adanya
bisingan.
DS: - Pasien mengatakan masih
agak sulit untuk tertidur
pulas.
DO: - Pasien masih tampak agak
Mahasiswa

18.30
Wita
gelisah.
7. 19
Januari
2014,
Jumat
19.00
Wita
Dx 1,2 Mandiri
1. Memberikan pijat relaksasi
kepada pasien.
DS: - Pasien mengatakan agak
sedikit merasakan
kenyaman.
DO : - Pasien masih sedikit
susah tidur .
Mahasiswa
8. 19
Januari
2014,
jumat,
19.30
Wita
Dx. 1 Mandiri
1. Memberikan pasien segelas
susu sebelum tidur.
DS: - Pasien mengatakan
merasa sedikit agak
nyaman.
DO: - Pasien masih tampak
susah tidur.
Mahasiswa
9. 19
Januari
2014,
Jumat
20.30
Dx. 1 Kolaborasi :
1. Memberikan obat lizopom
kepada pasien.
DS: - Pasien mengatakan sedikit
bisa tidur.
DO: - Pasien masih tampak
susah tidur.
Mahasiswa

Wita
1. 20
Januari
2014,
sabtu,
10.00
Wita
Dx. 1 Mandiri
1. Mengkaji TTV pasien.
DS : - Pasien sudah terlihat
lebih cerah.
DO : - Suhu : 36,5
o
C, RR :
21x/menit, Nadi : 100x
/menit.

Mahasiswa
2. 20
Januari
2014,
sabtu
13.00
Wita
Dx. 1 Mandiri
1. Memberikan kompres
dingin pada lingkaran hitam
dibawah mata pasien.
DS : - Pasien mengatakan
matanya sudah tidak
terlalu merasa lelah.
DO : - Lingkaran hitam dibawah
mata pasien sudah mulai
menghilang.
Mahasiswa
3. 20
Januari
2014,
Sabtu,
13.00
Wita
Dx. 2 Mandiri
1. Mengkaji pergerakan pasien
DS : - Pasien mengatakan sudah
mulai mampu melakukan
pergerakan tapi belum
maksimal.
DO : - Pasien tampak mampu
mengubah posisi walau
Mahasiswa

belum maksimal.
4. 20
Januari
2014,
Sabtu,
17.00
Wita
Dx. 2 Mandiri
1. Menganjurkan pasien untuk
mengenakan baju yang
longgar.
DS : - Pasien mengatakan sudah
mulai mampu melakukan
pergerakan tapi belum
maksimal.
DO : - Pasien tampak mampu
mengubah posisi walau
belum maksimal.
Mahasiswa
5. 20
Januari
2014,
Sabtu,
18.00
Wita
Dx. 2 Kolaborasi
1. Menganjurkan keluarga
pasien untuk membantu
pasien dalam bergerak.
DS : - Pasien mengatakan sudah
mulai mampu melakukan
pergerakan tapi belum
maksimal.
DO : - Pasien tampak mampu
mengubah posisi walau
belum maksimal.
Mahasiswa
6. 20
Januari
2014,
Sabtu,
Dx. 1 Mandiri
1. Menjaga lingkungan klien
agar jauh dari adanya
bisingan.
DS : - Pasien mengatakan sudah
mampu untuk tertidur
tapi belum begitu pulas.
DO : - Pasien tampak sudah
Mahasiswa

18.30
Wita
mampu untuk tidur.
7. 20
Januari
2014,
19.00
Wita
Dx. 1,2 Mandiri
1. Memberikan pijet relaksasi
kepada pasien.
DS : - Pasien mengatakan sudah
merasa nyaman tapi belum
begitu nyaman.
DO : - Pasien tampak mampu
untuk tertidur walau
belum begitu nyenyak.
Mahasiswa
8. 20
Januari
2014,
Sabtu,
19.30
Wita
Dx. 1 Mandiri
1. Menganjurkan pasien untuk
meminum satu gelas susu
sebelum tidur.
DS : - Pasien mengatakan
merasa nyaman.
DO : - Pasien tampak sudah
mampu tertidur walau
belum begitu pulas.
Mahasiswa
9. 20
Januari
2014,
Sabtu,
20.30
Dx. 1 Kolaborasi :
1. Memberikan obat lizopom
kepada pasien.
DS: - Pasien mengatakan sedikit
bisa tidur.
DO: - Pasien tampak mulai bisa
tidur.
Mahasiswa

Wita
1. 21
Januari
2014,
Minggu,
10.00
Wita
Dx. 1 Mandiri
1. Mengkaji TTV pasien.
DS : - Pasien sudah terlihat
sangat cerah dan
bergairah.
DO : - Suhu : 36
o
C, RR :
18x/menit, Nadi : 80x
/menit.

Mahasiswa
2. 21
Januari
2014,
Minggu,
13.00
Wita
Dx. 1 Mandiri
1. Memberikan kompres
dingin lingkaran hitam
dibawah mata pasien.
DS : - Pasien mengatakan sudah
tidak tampak lagi
lingkaran hitam dibawah
mata.
DO : - Sudah tidak tampak lagi
lingkaran hitam dibawah
mata pasien
Mahasiswa
3. 21
Januari
2014,
Minggu,
Dx. 2 Mandiri
1. Mengkaji pergerakan
pasien.
DS : - Pasien mengatakan sudah
mampu melakukan
pergerakan sendiri
dengan maksimal.
Mahasiswa

13.00
Wita
DO : - Pasien tampak sudah
mampu melakukan
pergerakan dengan
leluasa.
4. 21
Januari
2014,
Minggu,
17.00
Wita
Dx. 2 Mandiri
1. Menganjurkan pasien untuk
memakai baju longgar.
DS : - Pasien mengatakan sudah
mampu melakukan
pergerakan sendiri
dengan maksimal.
DO : - Pasien tampak sudah
mampu melakukan
pergerakan dengan
leluasa.
Mahasiswa
5. 21
Januari
2014,
Minggu,
18.00
Wita
Dx. 2 Kolaborasi
1. Menganjurkan keluarga
pasien untuk membantu
pasien dalam melakukan
pergerakan.
DS : - Pasien mengatakan
mampu melakukan
pergerakan sendiri tanpa
bantuan keluarga.
DO : - Pasien tampak mampu
mengubah posisi tanpa
adanya bantuan dari
Mahasiswa

pihak lain.
6.. 21
Januari
2014,
Minggu
18.30
Wita
Dx. 1 Mandiri
1. Menjaga lingkungan klien
agar jauh dari adanya
bisingan.
DS : - Pasien mengatakan sudah
merasa sangat nyaman.
DO : - Pasien tampak mampu
tertidur pulas.
Mahasiswa
7. 21
januari
2014,
Minggu,
19.00
Wita
Dx. 1,2 Mandiri
1. Memberikan pijat relaksasi
kepada pasien.
DS : - Pasien mengatakan sudah
merasa sangat nyaman.
DO : - Pasien tampak mampu
tertidur pulas.
Mahasiswa
8. 21
Januari
2014,
Minggu,
19.30
Wita
Dx. 1 Mandiri
1. Menganjurkan pasien untuk
minum 1 gelas susu
sebelum tidur.
DS : - Pasien mengatakan sudah
merasa sangat nyaman.
DO : - Pasien tampak mampu
tertidur pulas.
Mahasiswa

9. 21
Januari
2014,
Minggu
20.30
Wita
Dx. 1 Kolaborasi :
1. Memberikan obat lizopom
kepada pasien.
DS: - Pasien mengatakan sudah
bisa tidur.
DO: - Pasien terlihat bisa tidur
dengan nyenyak.
Mahasiswa










D. Evaluasi
1. Evaluasi Sumatif
Evaluasi Keperawatan Pada Pasien Ny. A Dengan Apendiksitis di Ruang Merpati Rumah Sakit Tulus Ayu Tanggal
18 21 Januari 2014

No. Hari/Tgl/Jam Diagnosa
keperawatan
Evaluasi Respon Paraf
1. Minggu, 21 Januari
2014, 20.30 WITA
Dx. 1 S : - Pasien mengatakan dapat tertidur
pulas.
- Pasien mengatakan tidak terbangun
saat tidur dan tidak sulit untuk tidur
kembali.
O : - Pasien tidak tampak gelisah.
- Pasien tampak bergairah.
- Tidak tampak adanya lingkaran
hitam dibawah mata pasien.
- TTV: Suhu: 36
o
C
RR : 18x/menit
Nadi : 80x/menit
Mahasiswa

A : Tujuan no 1 - 7 tercapai, masalah
insomnia teratasi.
P : Pertahankan kondisi pasien.

2. Minggu, 21 Januari
2014, 20.30 WITA
Dx. 2 S : - Pasien dapat memiringkan
badannya
O : - Pasien mampu mengubah posisi
ditempat tidur.
A : Tujuan no 1 2 tercapai, masalah
hambatan mobilitas teratasi.
P : Pertahankan kondisi pasien.

Mahasiswa

Vous aimerez peut-être aussi