Vous êtes sur la page 1sur 56

A Brazil Without Marco: Daily Days Of Mario

Mario Gtze, Marco Reus, Toni Kroos, Andr Schrrle, Lukas Poldi Podolski, Bastian Basti Schweni,
Philipp Fips Lahm. Julian Jules Drake. Matthias Matze Ginter.

Dua hari sebelum timnas Jerman bertolak ke Brazil, itu saat semua bermula.

08:00 Wake up 10:30 Breakfast 12:30 Meeting 13:00 training 15:00 Lunch 15:30 Charity Action
19:00 Dinner

08062014

SCENE #3
ACT #1
::
Setting: Di rumah sakit, habis Reus dirujuk ke sana, habis pertandingan lawan Armenia. Gtze
langsung nyusul ke sana, ceritanya.
Tokoh: Marco Reus, Mario Gtze.
::
(Marco duduk di tempat tidur; kaki kiri terbungkus perban. Mario duduk di sebelahnya; dua tangan
menggenggam tangan Marco. Kamera zoom out dari pintu, lalu zoom in ke arah dua pasangan itu.
Sayup-sayup terdengar musik instrumental piano. (Yeah, fangirls love this kind of angsty stuff, so
shut up.))
(Marco, kau tolong bisa pasang muka frustasi? Yak, begitu, terima kasih.)
(Mario, kau harus terlihat seperti habis menangisoke, bagus.)
::
Action!
::
Mario: Are you okay tho?
Marco: NoyesI dont know. They said its not sprained ankle apparently. Its partial tear
ligamentshitsomething. Three fucking months tops. I dont know, Mario. Im not going to play in
World Cup. I wont be able to.
Mario: Fuck. Dontdont you say that now. Well make sure you can. Ill bring us to final. And you
can play there. And we will score a goal, you and I. And do our celebration together. Andgod, just
dont you dare to give up, Marco. Not now. Not after everything.
Marco: But you know its not
Mario: Youll be fine.
Marco: Mario, I
Mario: will be fine.
::
Cut!
::
(Marco mengambil napas dalam, memejamkan mata. Mario menggenggam tangannya lebih erat.
Kamera zoom in ke air mata Reus yang mulai menetes, lalu zoom out ke dua sejoli itu. Instumental
'My Heart Will Go On' versi piano terdengar kembali (No way, Marco, kita gak bakal pasang lagu
Justin Bieber di sini.))
(Marco menghela napas. Mario mengangkat kepala. Marco mendekatkan wajahnya ke Mario dan)
(Okay, guys, you have to kiss now.)
::
End.

090962014
RIINGRIINGRII
KLIK.
/Halo?/
Hei.
/Mario?/
Hei. Ah, dang, aku lupa timezone. Aku tidak membangunkanmu atau apa kan? Jam berapa sekarang
di Jerman? Sedang apa kau, omong-omong? Ingat kata dokter, Marco, jangan banyak berge
/jangan banyak bergerak, jangan dipakai untuk berjalan terlalu sering, jangan main bola dulu,
Marco./ /Ya, ya, ya. Aku tahu, aku tahu./
... Aku cuma ingin kau cepat pulih, oke?
/ Aku tahu. God. Maaf./
...
/.../
Uhm. Jadi, apa yang kau lakukan seharian ini?
/FIFA. Maraton Star Trek. FIFA lagi. Tidur. Makan. Acara gosipEmma Stone dan Andrew Garfield
tunangan, katanya./ /Kau?/
Hm? Latihan. Latihan. Latihan. Rutinitas lama biasa, kau tahu lah.
/Sepertinya menyenangkan./
Ah. Tidak semenyenangkan itutanpamu.
/Hei, hei. Kupikir kita sudah selesaikan pembicaraan ini kemarin./
Aku tahu. Aku cuma Ya Tuhan, aku merindukanmu, Marco. Sangat.
/... Ini baru hari ketiga./
Aku tahu. Tapi
/Kau bilang kau bakal bertahan sampai final, Mario./
Aku tahu. Tapi
/Tenang saja. Kita punya Lukas, dan Basti, dan Miro, danThomas, Mesut, Neuer, semua. Kita
punya pemain-pemain hebat tahun ini. Kalian bisa melakukannya tanpaku. Kau bisa melakukannya
tanpaku./
tapi mereka bukan kau.
/Mario./ /Kau tahu aku menginginkan piala dunia lebih dari apapun./ /Kau tahu kecelakaan
macam ini bisa terjadi kapan saja dan tidak ada satu pemainpun yang mengharapkannya./ /Kau
tahu kalau aku bisacedera bodoh sialanaku bakal terbang ke Brazil untuk mendukung kalian./
/Untuk bersamamu./ /Tapi semua sudah terjadi dan tidak ada yang bisa dilakukan./
Marco...
/Ah, dan tentu saja aku merindukanmu juga, Bodoh. Setiap saat. Setiap detik./
...
/.../
...
/Halo? Masih di situ, Mario?/
Yeah. Ya. Hai.
/Kau tidak ada jadwal latihan atau photoshoot atau apa kah?/
Hmmh. Sebentar lagi. Aku mau dengar suaramu dulu.
/Geez. Apa yang mau kau dengar? Mau kunyanyikan Baby Baby, huh?/
Boleh. Kalau kau mau.
/Heh. You wish./
Ahaha.
/.../
...
/.../
... Huff. Oke. Aku harus pergi sekarang. Lukas sudah teriak-teriak dari luar kamar dari tadi. Dia
bilang dia bakal dobrak pintunya kalau aku tidak keluar dalam sepuluh detik.
/Ha ha ha. Oh, kalau dia sih, bakal benar-benar melakukannya./
Hm-hm.
/... Sudah baikan?/
Hmm. Tagihan pulsaku bakal membengkak akhir bulan ini. Aku butuh telepon kau setiap hari.
/Aku yang telepon kau besok, deh./
Oke. Janji? Dammit, iya Lukas! Iya! Sebentar lagi! Marco, aku benar-benar harus pergi sekarang.
Lukas mulai membuka paksa pintu kamar tuh. Dasar barbar.
/Hahaha. Oke. Dan jangan lupa senyum, Mario. Kau kelihatan seperti habis ditinggal pacar di foto
resmi keberangkatan tim kemarin./
Yeah, well, aku memang habis ditinggal pacar. Apa boleh buat.
/Hei, hei./
... Still love you tho.
/Aww, love you too./
Love you more~ IYA LUKAS! YA AMPUN
PIIP.

10042014

Brazil, sejauh ini, cukup menyenangkan.
Mereka tiba di hotel. Mereka briefing sebentar. Mereka latihan. Mereka keluar dan bertemu dengan
warga lokalbernyanyi, menari, senyum, Mario, senyum. Pergi ke pantai, berlayar di tengah
lautansenyum, Mario, jangan lupa senyum.
Bastian menyeretnya hampir kemana-mana. Berkata lantang, Hei, jangan murung begitu dong. Ini
World Cup, kiddo! Live a little! Have fun! kemudian melingkarkan lengan di pundaknya dan menarik
kawan setimnya itu ke kerumunan orang selanjutnya.
(Sejauh ini ada kerumunan penari samba, kerumunan fangirl, kerumunan anak-anak Brazil yang
menyodorkan bola untuk minta ditandatangani. Dan jujur, Mario nyaris kehabisan waktu untuk
bernapas.)
Lukas menepuk kepalanya sewaktu mereka berada di bus. Mario sedang separo tidur, separo
mendengarkan reff That Should Be MedammitMarcoMario ingat pemain Dortmund itu
sempat memasukkan playlist satu album milik Justin Bieber ke Ipodnya pagi sebelum pertandingan
persahabatan terakhir kemarinsaat wajah tersenyum Lukas tiba-tiba berada di sebelahnya.
Dia pasti ingin kau menikmati Brazil, Gtze, katanya, masih dengan cengiran kelewat lebaryang
selalu membuat Mario bertanya bagaimana awak Arsenal itu bisa bahagia sepanjang hari sepanjang
tahun. Kemudian dua tangan Lukas berada di pipi Mario dan seniornya itu melebarkannya tanpa
peringatan, memaksa bibir Mario membentuk senyuman. Smile, Baby. Jangan kelihatan seperti
orang habis patah hati, eh.
(Mario tidak patah hati, fyi.)
Toni hampir selalu menempel padanya. Begitu juga dengan mata Thomas yang mengikuti dari
kejauhan. Antara Thomas dan Toni, Mario berani bertaruh Marco menyuruh dua pemuda itu untuk
mengawasinya. Thomas cuma angkat bahu waktu Mario menanyakan hal itu. Tapi Toni berdecak
sambil menggaruk kepala, Dia cuma ingin memastikan kau baik-baik saja, Mario.
Dia baik-baik saja. Kenapa dia tidak baik-baik saja. Dia ada di performa terbaiknya, terima kasih.
Well, oke, dia memang sedikit kecewa karena seharusnya ajang ini bisa jadi bersinarnya duo golden
mereka. Yeah, oke, lalu kenapa kalau di sebagian besar waktunya, dia hanya ingin menempelkan diri
di layar telepon genggamnyapesan singkat, email, telepon, semua tidak cukup. Dia ingin objek
yang nyata. Dia ingin Marco.
Dan dia ingin memastikan kalau kau tidak cuma bersungut macam ini. Ah, Toni masih ada rupanya.
Mario tidak menanggapi. Tangannya merogoh saku celana, meraih handphonenya dan menyerahkan
Apple putih itu pada Toni.
Toni menaikkan alis. Mario mengambil pose dengan mengacungkan ibu jari, Kalau kau mau berguna,
klk menu kamera dan ambil fotoku, Toni.
Toni Kroos melakukannya.

From: MarioGoetze@germany.nt
To: woodyinho@germany.nt
Subject: Hei
1 attached photo
Went to the beach today. Hows your day? .xx


11062014

Direct message with Andr Schrrle (@Andre_Schuerrle)
@woodyinho: GET
@woodyinho: YOUR
@woodyinho: HANDS
@woodyinho: OFF MY BELOVED
@woodyinho: MY MARIO
@woodyinho: MINE MINE MINE MINE
@woodyinho: OR ELSE
@woodyinho: IS2G SCHUERRLE
@woodyinho: I WILL LOOK FOR YOU
@woodyinho: I WILL FIND YOU
@woodyinho: AND I WILL KILL YOU
@Andre_Schuerrle: ...
@Andre_Schuerrle: r u quoting taken mate

Direct message with Marco Reus (@woodyinho)
@Andre_Schuerrle: and im not touching 'ur' mario jfc
@Andre_Schuerrle: calm ur tits

Direct message with Mario Gtze (@MarioGoetze)
@woodyinho: bby ilu


12062014

Telepon. Tidak. Telepon. Tidak. Teleponeh, atau kirim sms saja, ya. Kalau-kalau dia sedang sibuk
dan tidak bisa mengangkat telepon.
Oke. Sms kalau begitu. Uhm.
<Hei, Marco, lagi apa? Sudah makan belu>
Mario menggeleng, menghapus hurufnya satu per satu. Tidak, tidak, tidak. Itu kelihatan seperti
pacar yang kelewat protektif. Lagipula pertanyaan basa-basi macam apa itu. Mario sudah tahu
jawabannyaFIFA. Maraton Star Trek. FIFA lagi. Tidur. Makan. Acara gosipdan rehab.
<Hei, Marco. Kangen~ >
Aaaargh!! Nein! Pemain Bayern itu buru-buru menekan pilihan clear, pipinya bersemu. Apa-apaan,
Mario? Ew, itu memalukan. Dia cuma bakal jadi bahan tertawaan Marco kalau pesan itu benar dia
kirimoh, well, mungkin tidak juga, sih. Mungkin Marco bakal membalasanya dengan sesuatu yang
lebih memalukan dari itu. Tapi tetap saja. Its too cheesyeven for them.
<Hei, Marco.>
... Uh, lalu apa. Pesan tidak penting seperti ini, paling cuma diabaikan oleh Marco. Huff. Mario
menghela napas, kemudian menghapus dua kata itu.
Lima menit berlalu dan Mario masih menatap layar ponselnya dengan kening berkerut.
Atau dia telepon saja?
Tapi bagaimana kalau Marco sedang ada di rehab. Atau sedang istirahat. Atau tidur. Atau
handphonenya ada di kamar dan dia sedang ada di ruang tamuMarco tidak mungkin bisa
mengambilnya, Mario, kakinya masih digips.
Mario mengacak rambutnya frustasi.
Ya sudahlahponsel putihnya dia lempar ke kasur hotel. Hari ini dia tahan diri dulu untuk tidak
menghubungi Marco.

Di luar kamar, mengintip dari celah pintu, Toni Kroos mengetikkan sesuatu di Samsungnya.

<Lu telpon dia dah. Kesian tuh si Mario kayaknya gak kuat nungguin kabar dari elu.>
Sent to: Marco Reus.

13062014

From: woodyinho@germany.nt
To: MarioGoetze@germany.nt
Subject: Re: Hei
1 attached photo
Guess who went to the beach today? Hehe .xxx

Untuk kali pertama dalam minggunya, Mario tersenyum.
(Marco sedang berlibur.)
(Marco sedang bersenang-senang di Jerman sana.)
(Marco tidak terpuruk lagi, dia tidak terlihat sedih lagi. Pemuda Dortmund yang kemarin lalu cedera
itu sudah move ondan itu yang terpenting buat Mario sekarang.)
Mario mengetikkan balasannya, Have a nice holiday, baby! Miss you! Love you! .xxxx, kemudian
menyimpannya di draft. Hmph. Dia masih punya urusan yang harus diselesaikan dengan seseorang
dulu.

<You may be his best friend but I am his boyfriend. Back off, Fornell.>
Sent to: Marcel Fornell

(1) Message from: Marcel Fornell
<For gods sake, Gtze. Gua ikut dia cuma jadi kuli angkut koper doang. Sama jadi pegangan kalo pas
dia lagi jalan. Lagian dikasih duit juga ogah lah. Gua bukan hombreng, makasih.>

(2) Message from: Marcel Fornell
<And, ew, its kinda like an incest. Lu tau kalo Marco sama gua udah kayak sodara.>


14062014, S Mustafi POV

Impian paling besar Shkodran Mustafi, sama seperti kebanyakan pemuda Jerman lain, adalah
bermain membela Die Mannschaft di Piala Dunia.
Dia tidak dipanggil sebagai tim inti awalnya. Hanya sekali, sewaktu pertandingan persahabatan
melawan Chile. Its okay, Mustafi, its okaymengecewakan memang, tapi bukan masalah besar.
Joachim Lw adalah pelatih hebat, beliau pasti tahu yang terbaik untuk tim. Lagipula, dia masih bisa
berjuang lebih keras untuk Euro dan World Cup selanjutnya. Shkodran Mustafi toh baru 22 tahun.
Tapi kemudian Marco Reus cedera, dan di detik terakhir itu, impian Mustafi terwujud.

(Seharusnya, pembagian ruang mereka seperti ini: Klose, Weidenfeller, Kroos, Schrrle, Gtze, Reus.)
(Akhirnya, pembagian ruang mereka jadi seperti ini: Klose, Weidenfeller, Kroos, Schrrle, Gtze,
Mustafi.)

Shkodran Mustafi tidak begitu akrab dengan pemain lain di timnas inti. Mereka kebanyakan anak
Bayern (atau Dormund) dan dia sama sekali tidak bermain di dua tim besar Jerman itu. Jadi ketika di
waktu luang Bastian Schweni dan kawan-kawan berkumpul untuk sekedar menonton pertandingan
bersama-samaatau keluar bertemu fans bersama-samaatau apalah yang mereka lakukan
bersama-sama, maka Mustafi lebih memilih berada di kamar.
Sore sehabis latihan, biasanya pemuda keturunan Albania itu langsung menuju ke ruangannya dan
duduk santai menonton acara tv lokal sampai saat makan malam tiba. Tapi sore itu, tidak seperti
biasa, sudah ada orang lain di sana.
Mario Gtze, the one and only one, meringkuk di sofa besar di ujung kamar. Telepon genggam
tertempel di telinga.
Humm, love you too, Marco.
Dan pemain Bayern itu mengatakannya dengan senyum terkembang, mata berbinar, rona merah di
pipi. Kelihatan sekali seperti orang yang sedang jatuh ci
Mustafi mengerjap.
Oh. Oh.

Shkodran Mustafi tidak begitu akrab dengan pemain lain di timnas inti. Tapi dia tahu ada sesuatu
yang lebih dari sekedar teman antara Mario Gtze dan Marco Reus.

15062014
RIINGRIINGRII
KLIK.
Halo?
/Hei! Mario! Dengar/
Hei, Marco. Aku juga cinta kau, terima kasih.
/Ah, kau ini. Iya, iya, I love you more, darling. I love you forever and ever and ever!/ /Betewe,
tebak aku di mana sekarang?/
Uhm, resort pantai di Jerman Barat?
/Itu kemarin! Yang sekarang, dong, tebak?/
... Brazil? Jangan bilang kau ke Brazil mau menonton pertandingan kami?!
/Ahh, seandainya saja. Kau tahu aku tidak bisa pergi sejauh itu ke benua lain./ /Aku di Yunani,
Mario! Yunani!/
Yunani? Buat apa kau sampai di Yunani?
/Liburan dooooooong!/ /Kau sendiri yang menyuruhku berlibur, eh?/
Hm-hm. Bagaimana kakimu?
/Baik. Masih pakai penopang kalau jalan. Tapi mendingan daripada yang kemarin./ /Bagaimana
kabar tim?/
... Basti belum fit seratus persen.
/Oh? Well, damn./ /Philip dipindah ke tengah kalau begitu?/
Yep. Dan Jrme dimainkan di belakang. Jrme, Marco! Jrme! Aku tahu dia bagus tapi, no,
larinya tidak bakal bisa mengimbangi Ronaldo. Arrgggh, aku punya firasat buruk soal
pertandingan besok.
/Hei, hei, tenang. Tim kita tim yang hebat, Mario./ /Kau hanya harus percaya pada dirimu dan
pada teman-temanmu./
Aku tahu. Tapi
/Aku bersamamu, oke?/ /Kalah atau menang, aku ada di belakangmu./
God, Marco. I really wish you were here...
/... Yeah, aku juga./
...
/.../
...
/Uhm./ /Dengar Mario, kalau kau butuh pelukan, kau boleh minta peluk Lukas atau Basti./
Hah?
/Aku rela./
Tungguapa?
/Asal jangan ke Andr, oke?/ /Kalau dia, aku bakal cari cara terbang ke Jermanapapun itu
cuma buat mencekiknya./
Geez. Pelukan yang lain tidak mempan, Marco. Hanya kau.
/Heheh. Bagus lah./
...
/Hei, I love you./
I love you too.
/Not as much as I do~ /
... Pft. Cheesy.
/Aha ha ha, but you love me!/ /Santai, Sayang. Lakukan saja seperti yang biasa kau lakukan./
Hmmh. Kay.
/Sudah, cukup?/ /Aku mau lanjut tanning, nih./
... Kau bercanda. Menyerah saja lah. Kau tidak ditakdirkan untuk punya kulit coklat seksi macam
milikku.
/Oh, just you wait, Baby./ /Saat kau bertemu lagi denganku, bahkan Jrme pun bakal terlihat
lebih putih./
Yea, yea, teruslah bermimpi. ... Talk to you later?
/Always, Munchkin./ /Always./
... Bye.
/Good luck./
PIIP.

160612014, part a

Cie, yang bales-balesan twitter. Seharian telpon sama sms gak cukup, nih?
Mario cuma memutar mata, mengabaikan komentar Toni barusan. Terserahlah orang mau bilang
apa. Dia sedang senang, tbh.

160612014, part b

Direct message with Mario Gtze (@MarioGoetze)
@woodyinho: i told you! i fucking told youuu!
@woodyinho: congratss babe!
@woodyinho: 4-0 is ah-we-so-me!!!
@woodyinho: ALSO TELL THOMAS HE IS MY MAIN MAN
@woodyinho: DUDE WAS SO AMAZING GOOOOOOOOSHHHH
@woodyinho: I THINK I HAVE A MANCRUSH ON HIM AHGSFAHDS
@woodyinho: MAAAAAAAAAAANN! THE HATTRICK! AAAH!!
@woodyinho: ... darn now i sound like my sisters
@woodyinho: how are you doing btw?
@woodyinho: dont train too hard
@woodyinho: ilu <3

Direct message with Andr Schrrle (@Andre_Schuerrle)
@woodyinho: wtf! you are so touching him!
@woodyinho: im watching you schuerrle
@woodyinho: im watching you!!
@woodyinho: GRAWR!

Message from: Thomas Mller
<Reus. Lo habis bilang apa ke Mario kok dia tau-tau ngambek gitu sama gue.>


17062014

Mario baru menjejakkan satu kakinya ke kamar begitu dia sadar ada ponsel terlempar tepat ke
arahnya. Whoaberuntung refleksnya bagus, atau Nokia biru milik entah siapa itu sudah bakal
hancur berkeping menabrak tembok.
Pelakunya, setelah Mario mengerjap beberapa kali untuk memastikan dia tidak salah lihat, adalah
Andr Schrrle.
Kau sudah bosan dengan handphonemu atau bagaimana, huh?
Andr cuma angkat bahu. Cowokmu kelewatan, Mario.
Oke. Dia tidak tahu ke mana arah pembicaraan ini. Mario hanya ingin sore yang santai setelah
latihan sesiangan. Andr berbicara dengan bahasa tebakan jelas tidak masuk jadwalnya. Lagipula
kenapa tiba-tiba temannya itu mengungkit soaltunggu, cowoknya?
Siapa? Marco?
Kali ini alis Andr naik satu, Kau punya cowok lain selain Marco?
Otak Mario masih meleleh akibat matahari Brazil, dia tidak menanggapi. Andr memutar mata, Oke
tidak perlu dijawab. Lihat sajalah apa yang dia kirim padaku.
Rentetan direct message muncul di layar begitu Mario membuka kunci handphone milik kawannya
itu. Awalnya cuma pesan normal, Si Mario apa kabar? dan Tolong jaga Mario untukku, mate dan
Panas ya di sana Mario gimana. Ah. Pertanyaannya terjawab kalau begitu. Marco memang
menyuruh seseorang (lebih) untuk mengawasinya di sinitanpa sadar Mario tersenyum.
Tapi kemudian dia membaca deretan DMnya semakin ke bawah dan pemuda Bayern itu tercabik
antara kasihan dengan Andr dan terkekeh geli:

@woodyinho: i told u to look for him
@woodyinho: not to touch him
@woodyinho: is that necessary schuerrle
@woodyinho: I FORBID U TO BE 1 METER FROM MARIO
@woodyinho: THATS IT GODDAMMIT
@woodyinho: DONT LOOK AT HIM LIKE THAT
@woodyinho: U PERVERT !!!
@woodyinho: HES MINE

Oh, Marco. Mario baru tahu dia bisa seposesif ini ternyata.
Sudah puas tertawanya? Suara Andr membawa mata Mario kembali ke si empunya handphone.
Kali ini Mario tidak bisa menahan, dia terbahak keras.
BAHAHAHAHA! Oh, God, dia mengirimu beginian setiap hari? Seriusan?
Andr mengangguk melas, Bisa bilang padanya untuk berhenti menerorku? Kemarin dia telepon
tengah malam cuma mau bilang Kalau sampai kau memimpikan Mario you are so dead Schrrle.
Plis. Aku tahu kau tampan dan yeahtapi kau bukan tipeku, oke? Aku masih suka bodi cewek.
Mario mengulum senyum saat dia membalas pesan beruntun Marco itu lewat akun Andr. Jangan
dulu, deh. Ini menyenangkan.

@Andre_Schuerrle: hei babe guess who
@Andre_Schuerrle: ini mario loh
@Andre_Schuerrle: *wink*

18062014

Pinjam hape, dong.
Yang diajak bicara cuma merogoh kantongnya malas dan melempar Apple putih itu setengah hati,
enggan beranjak dari posisi tengkurapnya di tempat tidur. Kenapa memang handphonemu?
Toni menangkapnya dengan satu tangan. Gak ada pulsa.
Dan dia butuh telepon rumah untuk tahu apa anjing-anjingnya sudah diberi makan teratur, dan
heisekarang jadwal mereka untuk diajak jalan-jalan ke taman. Toni menggeser icon gembok di
layar ponsel Mario. Oh.

(Dasar mereka berdua itu.)
(Kadang Toni merasa dia sedang berkawan dengan dua gadis dimabuk cinta dan bukannya dengan
dua pemuda pesepak bola profesional.)


19062104

From: matshummels@germany.nt
To: woodyinho@germany.nt
Subject: Important
1 attached photo
Babe, he's so sexy isnt he? Dayum~ :'*

From: woodyinho@germany.nt
To: matshummels@germany.nt
Subject: Re: Important
1 attached photo
... Mats?

From: matshummels@germany.nt
To: woodyinho@germany.nt
Subject: Re: Re: Important
1 attached photo
?!?!?!?
Eh. Lah. Sori. Sori. Salah kirim. Mau kirim ke si Cathy itu aslinya.


20062014

Sore yang indah di Fortaleza.
Lupakan panasnya Brazil, lupakan teriknya matahari, karena saat ini, angin sedang bertiup sepoi-
sepoi. Menatap ke kejauhan, langit senja yang berwarna lembayung jingga bercampur dengan
semburat putih awan. Puluhan burung camar terbang bergerombol, pulang. Dan kalau melayangkan
pandang ke arah hamparan pantai di timur laut, kapal nelayan berlomba merapat ke pelabuhan. Ahh.
Pemandangan yang cocok untuk
Oke. Aku tahu bentuk wajah itu. Suara seseorang memotong narasi Mario. Thomas Mller berdiri
bersandar di pintu kamar hotelnya, nyengir lebar.
Kau pasti lagi mikir buat ambil selfie, eh? Buat anak Dortmund yang lagi entah ada di mana? Cie,
Mario, cieeewhops!
Lemparan sandal hotel meleset dua senti dari kepala si pencetak hattrick.

From: MarioGoetze@germany.nt
To: woodyinho@germany.nt
Subject: Hi from Fortaleza!
1 attached photo
Dont listen to Thomas hes annoying. Hmpfh.
Wish me luck tomorrow! :>
.xxx

21062014

Mario langsung kembali ke kamar hotel dan merebahkan diri di kasurnya begitu evaluasi post-game
dari Joachim selesai. Dia lelah. Dia ingin tidur. Dia butuh melupakan hasil seri dari Ghana dan
berpikir cara untuk merebut poin dari USA besok.
Man of The Match. Hah. What a joke.
Apa gunanya penghargaan kalau timnya tidak menang.
Mario tahu dia punya banyak kesempatan yang dia sia-siakan di pertandingan itutembakan point
blank yang meleset, operan dari Lahm yang terlewat karena dia lari terlalu lambat, tendangan
melambung yang terlalu lemah. Fuck. Satu gol tidak cukup. Mereka butuh tiga.
Mario membenamkan wajah di lipatan tangannya. Pertandingan selanjutnya, Mario, pertandingan
selanjutnya kau harus bisa.

Dia mengabaikan lima panggilan masuk dan tiga pesan di ponselnya malam itu.

22062014

(3) Message from: Marco Reus
<Hey, Mario. Dont beat yourself. Its okay. It could be worse, ya know. We couldve lost. Draw is
goodnot great, but good nonetheless.>
(2) Message from: Marco Reus
<Go get some rest for now. And remember that Im with you. Whatever happens, Im with you.
Always.>
(1) Message from: Marco Reus
<Good night. Sleep tight. Love you.>

Message from: Marco Reus
<Rise and shine, Darling! How are you feeling today? Send hugs and kisses from here! .xxx>

Mario bangun dengan senyum terkembang. Hari baru, babak baru.
Aaahhhdia merenggangkan otot, menarik tangannya ke atas. Kalau Marco ada di sini sekarang,
mereka sudah pasti bakal tidur berpelukan tadi malam, kemudian sedikit pegang-pegang di bawah
selimut, sekali dua kali curi kesempatan buat ciuman, dan sengaja masuk ke shower bareng cuma
buat bikin Toni dan Andr ilfil.
Pftt. Membayangkannya saja sudah membuat Mario terkikik geli.

Yang pemuda Bayern itu tidak tahu, Miroslav Klose sempat lewat di depan kamarnya dengan
secangkir kopi di tangan dan satu alis naikitu bocah kenapa bangun-bangun terus ketawa-ketiwi
sendiri, eh? Anak jaman sekarang, memang. Makin hari makin aneh.

23062014

From: woodyinho@germany.nt
To: AndreSchuerrle@germany.nt
Subject: Stop Nempel-Nempel Ke Cowok Gue Njir!
1 attached photo

From: AndreSchuerrle@germany.nt
To: woodyinho@germany.nt
Subject: My GF Is Bajillion Times Hotter Than Your BF!
1 attached photo
Ane gak doyan batangan, you are welcome.

From: woodyinho@germany.nt
To: AndreSchuerrle@germany.nt
Subject: Re: My GF Is Bajillion Times Hotter Than Your BF!
1 attached photo
... Bener ya? Awas kalo lo sampe minta trisome sama Mario ato gue.

From: AndreSchuerrle@germany.nt
To: woodyinho@germany.nt
1 attached photo
Subject: Re: Re: My GF Is Bajillion Times Hotter Than Your BF!
WTF, REUS!

24062014

Miroslav Klose seolah merasa de javu saat pertama tahu tentang Mario Gtze dan Marco Reus.
Ah, ya, dia pernah mengalaminya jauh-jauh tahun sebelum ini. Sebelum Gtze dan Reus. Sebelum
hubungan sesama jenis adalah hal yang lebih lumrah. Sebelum dua orang itu memutuskan memilih
jalannya sendiri masing-masing.
Basti dan Lukas, Miro ingat, punya plot cerita yang sama persis dengan mereka.

Kau tidak paham kalau kau tidak mengalaminya, Miro. Lukas mengatakan itu di hari sebelum dia
memutuskan untuk menikah dengan Monika. Fuck. I love him, okay? I love him so much you have
no idea."
Pemuda Polandia itu menutup wajahnya dengan tangan, berkata dengan suara tercekat
kemudian. "But, Miro, I cannot let her go to be with him. I I love her too.
Miroslav dapat satu poin tentang hidup dari Lukas saat itu.
Kadang kau bisa mencintai dua orang yang berbeda dengan rasa cinta yang samatapi tak bisa
bersama keduanya. Kau harus memilih salah satu. Dan itu menyakitkan.

Mario dan Marco belum sampai di tahap itu. Mereka masih mentah. Masih muda. Masih di titik di
mana cinta adalah kupu-kupu berterbangan dan kelopak bunga yang mekar di musim semi dan lagu
romantis terputar setiap detik dan pink.
Mereka masih Basti dan Lukas sebelum kenyataan menampar.

Akui saja lah. Sebesar apapun keinginanku bersamanya, dia pasti lebih memilih Monika. Kali ini
Miroslav duduk bersama dengan Basti. Dengan gelas besar bir di tangan dan musik sendu mengalun
samar dari penyanyi bar di belakang mereka.
Kau tahu sendiri bagaimana keluarga sangat berarti buatnya. Aku tidak bisa merampas itu, Miro.
Tidak saat dia punya kesempatan untuk memilikinya dengan orang lain. Pemuda pirang itu
menegak separo isi birnya dalam satu teguk. Miro menyeruput miliknya pelan-pelan.
Aku mencintainya dan kalau yang harus kulakukan adalah melepasnya maka, yeahso be it then.
Miroslav dapat poin lain tentang hidup dari Basti saat itu.
Kadang kau sangat mencintai seseorang hingga kau rela melakukan apapun untuknyaapapun
termasuk menyingkir dari hidupnya. Mencintai tidak harus berarti memiliki, mereka bilang. Dan itu
menyakitkan.

Lukas dan Basti masih berteman baik, tentu saja. Dan kadang kalau mereka berpikir tidak ada yang
melihat, Miro masih bisa menangkap sisa-sisa apa yang pernah terjadi lebih dari empat tahun lalu itu.
Senyum yang sama, cara memandang yang sama.
Kadang Miro bertanya dalam hati, apa mereka masih saling mencintai satu sama lain seperti yang
mereka pernah lakukan dulu.
Oh, what even are you thinking about, Miro, of course they are.

Kau mencintainya?
Miro melempar pertanyaan itu saat anak-anak satu rumah nonton bareng pertandingan Italia lawan
Uruguay dan dia dapat tempat untuk duduk di sebelah Mario. Pemuda Bayern itu memegang
handphone di tangannya, sekali dua kali melirik ke layar dan tersenyum lebar.
Mario memiringkan kepala menanggapinya. Hmm? Siapa?
Kau. Dan Marco. Apa kau mencintainya?
Pirlo memegang bola, melempar operan panjang ke Immobile. Pass ke Baloteli. Tendangan. Meleset.
Corner. Ah, berhasil diblock. Mario diam cukup lama sebelum Miro mendapat jawabannya.
Kurasa. Ya. Aku cinta dia. Kenapa?
Miroslav menggeleng, tersenyum kecil. Nah. Jaga baik-baik apa yang kau punya sekarang, Mario.
Empat tahun lagi mungkin semuanya sudah berubah.
Baloteli kartu kuning. Free kick. Suarez. Sudut bibir Mario terangkat saat dia berkata kemudian.
... Yeah." Katanya. Dan, "Aku tahu, Miro.

Miroslav Klose seolah merasa de javu saat pertama tahu tentang Mario Gtze dan Marco Reus.
Ah, tapi sekarang kalau dia ingat-ingat lagi, plot cerita Basti dan Lukas tidak persis sama dengan jalan
cerita duo Gtzeus itu.
Marco dengan gamblang bilang kalau dia single dan masih ingin fokus ke karir, di satu sisi. Dan Mario
meyakinkan publik kalau dia tidak sedang mencari hubungan yang serius, di sisi lain.
Semoga, Miro harap, yang kali ini dia bisa lihat satu happy ending.


25062014

Andr melirik ke Mario, kemudian ke layar handphonenya, ke Mario lagi, ke layar handphone, dan
hell no. Pemain Chelsea itu mendengus, melempar Nokia birunya ke sofa kosong di sebelah Mario.
Tidak. Katanya.
Mario langsung manyun, balik melempar handphone itu ke arah Andr. Oh, ayolah. Kau cuma
butuh mepostingnya saja. Apa susahnya, sih? Aku sudah susah payah minta cariin foto kita bertiga
ke om fotografer sepagian tau.
Post sendiri lah kalau begitu. Kenapa pula harus aku?
Mario mengedipkan mata, melempar tatapan penuh pinta ke Andr. Kumohon, Andr? Please?
Pretty pretty please with cherry on top? Dan kau tahu aku tidak bisa melakukannya karenawell,
karena.
Andr Schrrle, dua puluh tiga tahun, mengerang kalah.

Direct message with Andr Schrrle (@Andre_Schuerrle)
@woodyinho: uuuh
@woodyinho: erm i miss you too?
@woodyinho: and good luck with the game tmr?

Direct message with Andr Schrrle (@Andre_Schuerrle)
@woodyinho: wait a min is that you mario?!

26062014
RIINGRIINGRII
KLIK.
/Hal/
MARCO! MARCO! WE DID IT OH MY GOD!!! WE DID IT! WE FREAKING DID IT!!
/lo juga, Mario. Aku sedang duduk-duduk di beranda, terima kasih sudah bertanya./ /Dan
selamat buat perdelapan finalnya, btw! Aku sudah bilang kalian akan baik-baik saja tanpaku. Ya
kan?/
Kau lihat pertandingannya, Marco? Oh, well, aku tidak main dari awal, sih, tapi kita menang!
Hurrah! Thomas, astaga, Thomas memang gak ada duanya! Hujan parah pas itu, gila. Anak-anak
di bench udah pada pesimis dan yakin kita cuma bakal seri, tapi Thomaaaaaaaas, gosh! Thomas
Effing Mller! I swear I could kiss him right there on the pitch. Hes just so bloody awesome!
You feel me?!
/.../ /.../ /... Uhm, ingat pembicaraan kita kemarin dulu? Yang kita ngomongin kalau Mario
Gomezpernah nawarin threesome sama istrinya ke Thomas?/
Huh
/... Gimana kalau kita juga?/
Ya ampun! Marco!! Dasar mesum kau!
/Lah kan situ yang mulai tadi?/
Iya bukan gitu juga maksudnya kali.
/Tapi gak nolak kalau di-iya-in sama si Thomas?/
Oh my god!! Ganti topik, ah. Ganti topik.
/Hahahaha, oke, oke, sok polos kau! Biasanya juga ngomongin yang beginian./ /Jadi, apa kabar,
Mario-ku Sayang?/
Brilliant! Berasa bisa lari keliling lapangan lima puluh kali. Haha. Kau sendiri? Kakimu ada
perkembangan?
/Hm-mh. Besok mau lepas gips ini./ /Oh, dan aku juga sudah balik ke Dortmund, omong-omong.
Ketemu Kloppo kemarin. Salam buat anak-anak di Brazil, katanya./
Ah, Kloppo. Lama gak ketemu. Salam balik juga.
/Kay./
...
/.../
... Kangen.
/Huh? Kangen ke siapa?/ /Kloppo?/
Ehem.
/Haha. Bercanda, bercanda./ /Miss you too, Baby~ Beda ya rasanya LDR satu negara sama beda
benua./
Iyah kalau cuma Mnchen-Dortmund mah pakai kereta juga langsung sampai. ... ... Dan kalau
cuma Mnchen-Dortmund, kita gak mungkin sampai tiga minggu gak saling tatap mata begini.
/Aih, jangan ngomong begitu, dong./ /Bikin makin kangen./
... Tapi kamu bakal ke sini, kan, besok-besok? Cus I really, really, really miss you. Your hugs,
your kisses, justyou.
/Oh, Mario./ /Aku pasang fotomu buat wallpaper laptop, kau tahu? Buat screensaver hape. Buat
kuprint terus kutempel di dashboard mobil./ /Heh. Marcel beli majalah bola kemarin dan
bonusnyaada postermu besarkuminta paksa./ /... I miss you too, Baby. You have no idea./
/But I couldntnot yet. Secepatnya, nanti saat aku bisa, aku akan langsung terbang ke
tempatmu./
...
/.../
... Oke.
/Oke apa?/
Oke. Itu cukup untuk tiga hari ke depan. Sekarang bilang Aku cinta kau, Mario.
/Hah?/ /Apanya yang untuk tiga hari ke depan?/
Suaramu. Gombalanmu. Amunisiku. Bilang Aku cinta kau, Mario. tiga kali, oke? Mau aku save, nih.
/... Seriusan?/
Iya. Buat good luck charm, or something. Plis?
/Mau kau bikin jadi ringtone?/
What? No way. Andr sama Toni bakal membullyku habis-habisan kalau mereka tahu. Yang ini
cuma buat telingaku sendiri. Aku cinta kau, Mario.? Tiga kali?
/Tiga kali doang? Yakin? Aku bisa bilang itu sampai ratusan kali./
Aku dengan senang hati akan mendengarnya, kalau punya cukup waktu. Sekarang tiga kali cukup.
Jogi minta briefing sebentar sebelum kami pergi tidur.
/.../
... Marco?
/Aku cinta kau, Mario./ /Aku cinta kau, Mario./ /Aku cinta kau, Mario./
... Thanks. Love you too.
/Itu saja?/
Yep. Gotta go for now. ... Dah, Marco.
/Bye, Love./ /Good luck with the next game./
Good luck buat rehabnya juga. Love you more!
PIIP.

27062014 AK Brmmel POV

Ada dua hal tentang cowok yang Ann-Kathrin Brmmel tahu pasti dari pengalamannya sebagai
model selama ini. Satu, mereka tidak bisa menolak cewek cantik. Dua, mereka tidak bisa menolak
cewek seksi.
Fakta bahwa dirinya cantik dan seksi, adalah poin besar.
Jadi saat dia sedang berada di sebuah klub bersama temannya malam itu dan matanya menangkap
satu sosok cowok manis dengan kaos kuning berlapis jaket hitam sedang duduk sendirian di meja bar,
oh boy, Ann-Kathrin langsung tancap gas.
Cantik dan seksi, ingat? Hmmh. Tidak ada yang bisa menolak.

(Dia baru tahu kalau cowok yang lebih muda dua tahun darinya itu bernama Mario Gtze, seorang
pemain bola di klubuh, Dormant? Dormunt? Whatever. Sesuatu seperti itu lahkeesokan
paginya.)

(Dia juga baru tahu kalau, well, dia salah pilih target ternyata. Mario Gtze, Ann-Kathrin menyadari
dari kerjaannya yang berkutat dengan pria-pria metroseks, tidak seratus persen straight seperti yang
dia klaim.)

Darling, kau bingung. Itu biasa. Berapa umurmu? Delapan belas?
Ann-Kathrin berdiri dari tempat tidur, mencari potongan pakaiannya yang terlempar semena-mena
ke lantai. Tiga puluh menit bercakap, empat belas menit bergoyang dengan musik klub, lima menit
berikutnya mereka sudah berada di apartemen Mario, dan, eh, you know what happens next.
dua puluh.
Dua puluh tahun, oke. Dia menyibakkan rambut untuk memasang tautan branya. Cowok normal
tidak mungkin tidakuh, sorry to say this, Sexy, but you just cant get hard with me.
Mario memainkan rambutnya sendiri, mengerucutkan bibir.
Seriusan, Ann-Kathrin merasa sangat bersalah sudah mencoba mengambil kepolosan bocah satu ini.
Dengar, Mario, kau jelas bukan tipe orang yang cari cinta satu malam. Kau juga tidak terlihat seperti
seseorang yang berpengalaman dalamoh, kindly do shut up dan jangan menyelaku dulu. Sahutnya
saat bocah Dorman itu buka mulut untuk membantah. Dalam ini. This whole sex things.
Gumaman Mario terdengar seperti, Aku pernah melakukannya, kok.
... Yeah? Dengan cowok, kutebak?
Eh. Kena sasaran. Rona merah langsung menjalar dari wajah si pemain bola, dari leher sampai ke
kuping. Oh, ini menarik. Ann-Kathrin mengancingkan resleting gaun pendeknya, ujung bibir
terangkat.
Teman satu tim, huh?
Mario menutup wajahnya dengan bantal. Bukan. Well, iya. Tapi bukan teman satu timklub.
Kemudian dia mengerang. Kalau sudah selesai berpakaian, pulanglah cepat. Shit. Seharusnya aku
tahu dari awal kalau ini ide yang buruk.
Ann-Kathrin tertawa, menemukan stiletto merahnya di kolong tempat tidur. Oke, deh, oke, aku
sudah masukkan nomerku di handphonemu, omong-omong. Kau tahu kau bisa menghubungiku
kalau ingin bicara tentangyou know, pencarian jati diri? Embracing your inner gay?
Gadis model itu menutup pintu kamar tepat sebelum bantal Mario terlempar.

(Pesan singkat dari pemuda Dortmund itu datang seminggu setelahnya: Hey. Ini Mario. Can we talk
asap?)

Uh, jadi intinya, kau butuh cewek... untuk jadi pacarmu?
Mereka ada di kafe sore itu. Mario mengenakan kaca mata hitam dan topi basket, Ann-Kathrin cuma
mengubah gaya rambutnya dan tidak memakai make-up. Di sela-sela omongan tidak jelas Mario,
somehow Ann-Kathrin dapat poinnya.
Mario menghela napas. Ada aturan tidak tertulis di dunia bola, kau tahu. Satu, pemain harus punya
pacar paling tidak sebelum umur dua puluh. Dan dua, pacar pemain harus model dan atau ada
hubungannya dengan dunia entertain.
Kali ini Ann-Kathrin menaikkan alis, Oh, ya?
Tidak semua, tentu saja. Mario memainkan sedotan di gelas jus apelnya, kemudian mencomot
pretzel dari mangkuk Ann-Kathrin setelah pizza bagiannya habis. Heh. Untuk seseorang yang
menyebut dirinya seorang atlet, bocah satu ini kelewat cinta dengan makanan.
Tapi, Ann, media sudah mulai mengendus ada sesuatu yang salah denganku.
Dan kau butuh aku karena?
Mario tersenyum kecut. Aku tidak kenal model lain selain kau? Dan kau bilang akan membantuku?
Sejujurnya, Ann-Kathrin tidak tahu kenapa dia mengiyakannya saat itu.

(Tapi dia dapat free pass buat ikut event besar yang diikuti Mario. Dan Mario membelikannya
barang-barang yang dia mauoh, tas Gucci kemarin itu dari Mario, btw. So. All is well, buat Ann-
Kathrin.)

Mereka tidak bilang ke satu orang pun kalau mereka sudah jadian. Cuma sekali perjalanan berlibur
ke pantai di Brazil dan tiba-tiba fotonya sudah tersebar kemana-mana. Foto Ann-Kathrin dengan
bikiniyeah, nothing new. Dan foto Mario dengan, pft, hard-on.
Ann, sialan, kau masukkan viagra ke minumanku?!
Ann-Kathrin cuma angkat bahu, Sori, Love, tapi aku punya reputasi untuk dijaga.
Mata cokelat Mario melebar tidak percaya. Dan harus begini gitu caranya?! Mereka memanggilku
The Boner Guy, for fucks sake, Ann!
Ann-Kathrin menghela napas. Always the drama queen, Gtze.
Kalau kau bersikap normal saat aku setengah telanjang, Mario, itu bakal kelihatan lebih aneh lagi,
oke?

(Dia sukses muncul di kover-kover majalah sebagain The Girlfriend of Mario Gtze. Fine. Rada
menyebalkan memang, karena sebenarnya dia sudah punya nama sendiri dan tidak ingin terus-
terusan disandingkan dengan nama Mario, tapioh, well, oke lah. Ini toh hubungan timbal balik
yang saling menguntungkan buat mereka.)

Satu hal yang Ann-Kathrin belum tahu, karena Mario tidak pernah sekali pun cerita tentangnya,
adalah sosok cowok yang Mario sukaiatau mungkin masih dia suka, entahlah.
Mario menyinggungnya sekali dua kali, ya. Tapi tidak pernah secara gamblang menyebutnya.
Siapa namanya? Ann-Kathrin bertanya saat mereka duduk di tribun penonton arena basket,
sepuluh menit sebelum pertandingan dimulai. Paparazi butuh berita, Ann-Kathrin dan Mario
menyediakannya. Kurang baik apa coba mereka, eh.
Siapa apa?
Ann-Kathrin memutar mata. Cowokmu. Kau bilang kalian satu tim? Tim mana? Jerman? Dortmund?
Tampan kah dia?
Mario, bisa ditebak, langsung gelagapan mengubah topik dengan wajah memerah. Ann-Kathrin
separo kasihan melihatnya, jadi dia ikut saja saat Mario tiba-tiba cerita tentang episode terakhir
Prison Break yang baru dia tonton meski Ann-Kathrin tidak paham apapun tentang itu.
Pembicaraan mereka terlupakan sampai saat pertandingan selesai dan mereka berjalan balik ke
tempat parkir. Mario menyalakan mesin mobil. Gumamannya nyaris tidak terdengar kemudian.
Namanya Marco Reus. Dan yeah, dia tampan.

(Ann-Kathrin baru bertemu dengan Marco Reus tahun berikutnya, ketika cowok gebetan cowoknya
ituwait, this is weirdpindah ke klub yang sama.)

Marco Reus.
Ann-Kathrin Brmah, jadi kau Marco Reus-nya Mario!

(Mereka berdua adalah, ah, dia harus bilang bagaimana istilahnyathe pair made in heaven. Selera
musik yang sama. Selera film yang sama. Selera gel rambut yang lamademi apa coba. Sama-sama
alay. Sama-sama aneh juga. Satu kali lihat mereka sedang bersama dan Ann-Kathrin langsung tahu:
Mario tidak bertepuk sebelah tangan.)

Drama. Bola. Foto instagram. Interview majalah gosip. Modelling. Muncul sedikit di sana sini. Dan
sekarangAnn-Kathrin sedang menjelajah bersama Cathy dan Montana di sepanjang jalanan Rio de
Janero, btwdan ew, Brazil sangat panasgadis model itu cuma mengangkat ujung bibir saat
mengirim pesan ke cowok-nya.

<Put a happy smile for me, M. I know you miss your Reus, but Im here and you need to do what you
have to.>
Sent to: Mario Gtze

28062014
Direct message with Mario Gtze (@MarioGoetze)
@woodyinho: sigh
@woodyinho: that should be me
@woodyinho: holding your hand
@woodyinho: that should be me
@woodyinho: making you smile
@woodyinho: that should be me
@woodyinho: this is so sad
@woodyinho: that should be me
@woodyinho: that should be me

Direct message with Marco Reus (@woodyinho)
@MarioGoetze: freaking belieber both of ya - AK
@MarioGoetze: and your loss btw :p AK

29062014

Kalau kalian pergi ke rumah #3rumah Miroslav Klose dkkkalian bakal tahu tentang adanya
insiden tempelan Post-It kuning di pintu kamar seorang Mario Gtze.

Awalnya cuma bercandaan begini:
SEBUT ALASAN KENAPA MARIO MAIN EHEM TIDAK BAGUS DI PD 2K14, tulisannya dengan huruf
bold, kapital, dan spidol marker hitam tebal. Oh, god. Ini kerjaan kalau bukan Lukas, ya Basti. Mario
cuma bisa face-palmed.

Dan karena teman setimnya sebenarnya adalah anak-anak imbisil dengan topeng luar pemain sepak
bola, daftar itu bertambah jadi begini:
SATU, DIA KANGEN MARCO, yang ini jelas tulisan Toni. Mario hafal bentuk huruf M-nya.
DUA, SECONDED THAT BRUUUUUH! ANDR., anak satu ini malah tidak repot-repot
menyembunyikan keanonimitasannya.
TIGA, THIRDED THAT DUUUUDE, wait, is that even a word??, Mario mengernyit. Dia tidak kenal
yang ini. Mungkin Roman. Mungkin, well, semua orang adalah mungkin.
Empat, uhm... bukan karena aku pakai jersey 21 kan ya? Mustafi. Sighs.

Sampai di situ, Mario tidak ambil pusing. Anjing menggonggong, abaikan saja, eh.
Tapi kemudian, entah siapa menambahi lambang hati dengan marker pink nyeter di antara nama
Mario dan Marco. Dan kemudian entah siapa (lagi, ya ampun, kurang kerjaan amat sih orang-orang
ini) menulis Mario loves Marco beratus kali di margin kosong di pinggiran kertas-kertas kuning itu.
Dan fine, enough is enough.
Dia tahu dia bakal bisa main lebih bagus kalau ada Marco (percayalah, tidak terhitung berapa kali di
lapangan dia menoleh untuk mencari passing dari Marco sebelum menyadari bahwa, oh, Mario,
Marco tidak di sini... ) tapi tidak perlu menabur garam di atas luka begitu, kan.
Mario merobeknya.

(... Kalau bocah Bayern itu manyun seharian sebelum Miro menyuruh mereka-mereka yang
bersangkutan itu minta maaf padanya, ah, well, maklumi saja lah.)

30062014

Marco Reus (@woodyinho) . 5 mins
Next step Algerien!

Andr tidak berkomentar apapun saat pagi itu Mario bangun dan langsung merogoh handphone di
bawah bantalnya cuma buat ambil foto selfie. Andr bahkan bisa menahan diri untuk tidak bilang
Cie cieee waktu Mario senyum-senyum sendiri sambil menggumam, Kirim ke Marco aaah~
Andr Schrrle, dua puluh tiga tahun, sepertinya sudah kebal dengan ke-alay-an sahabatnya itu.

From: MarioGoetze@germany.nt
To: woodyinho@germany.nt
Subject: Hei
1 attached photo
Its match day, Marco! Wish us all the best! .xxx

01072014

Toni Kross menemukannya duduk bergelung di sudut balkon kamar.
Setelah semalaman Andr mati-matian mencarinya ke semua rumah, separo shock saat tahu Mario
tidak membawa handphonenya, dan hampir memanggil polisi lokal untuk mengisi file orang hilang
(yang buru-buru ditahan Miro, karena, Tenang, Andr, dia mungkin hanya keluar cari angin
sebentar.Tenang.) (Tenang? Tenang?!? Mampus aku kalo sampai dia kenpa-napa. Marco bakal
mencincangku, Miro!) TernyataToni menepuk jidatsi pelaku cuma sedang mojok. Hah.
Hei. Dia berjalan mendekat.
Mario menoleh. Mengusap matanya begitu tahu Toni datang. Hei, Toni.
Suaranya sedikit bergetar. Cowok satu itu jelas habis menangis. Toni mengernyit, tapi memilih untuk
tidak berkomentar. Dia duduk di sebelahnya. Habis teleponan sama si Marco?
Mario menggeleng.
Oke. Kali ini Toni mengangkat alis. Enggak ikut anak-anak di dalam? Mereka lagi senang-senang kita
bisa lolos ke perdelapan tuh.
Mario tidak menjawab, cuma menghela napas panjang. Toni menunggu beberapa saat sampai
pemuda baby face itu angkat bicara. Ingat yang kemarin Lukas dan Basti tulis di pintu kamarku?
Kenapa Mario main jelek?
Oh tidak. Jangan masalah ini lagi. Sudah cukup hari itu saja mereka kena damprat Miro dan Philipp.
Jangan hari ini juga. Mereka bercanda, Mario. Kau tahu, kan?
Mario tersenyum getir. Aku tahu, Toni. Tidak berarti itu tidak benar.
Matanya kembali berair, dia buru-buru mengusapnya. Kau ikut menulisnya, kau bilang itu karena
Marco tidak di sini Toni buka mulut untuk memprotes, tapi tatapan tajam Mario memaksanya
diam. dan karena aku merindukannya.
Mario ambil napas sebelum melanjutkan. Dari yang kaudan merekatulis, seberapa yakin kau
tahu itu alasannya?
Seratus persen, Toni ingin bilang. Tapi dia tahu Mario tidak main seburuk ini saat dia di Bayern, jadi,
uh. Mungkin tiga puluh persen? Empat puluh? Marco tidak di sini jelas mempengaruhimu, Mario.
Tapi tidak semua karena itu. Mungkin gara-gara Jogi menaruhmu di posisi yang keliru, mungkin
akibat kita tidak biasa main di udara sepanas ini. Mungkin karenaoke, lupakan, itu tidak penting.
Poinnya adalah, kau, Mario
Toni menarik teman timnya itu mendekat, memaksa mata cokelat Mario bertemu dengan iris
birunya. Kau tidak main jelek, oke? Kau main tidak sebagus yang diharapkan, ya, tapi kau tidak main
jelek. Jangan bilang kau main jelek. Yang berikutnya lawan Perancis, kita pasti bisa lebih baik, ya?
Dan karena sepertinya Mario membutuhkannya, Toni lalu memeluknya erat-erat.

... Thanks, Toni.
Hn. Asal jangan bilang ke Marco, dah.

AH! MIRO! MIRO! ITU SI MARIO KETEMUWAIT, LAGI BERDUAAN SAMA TONI?!

02072014

From: woodyinho@germany.nt
To: MarioGoetze@germany.nt
Subject: Oh darling I wish I was there
1 attached photo

From: woodyinho@germany.nt
To: MarioGoetze@germany.nt
Subject: Re: Oh darling I wish I was there
1 attached photo

03072014

Erik Durm tidak kenal dekat dengan Mario Gtze.
Oh. Erik tahu siapa dia, tentu saja. Penghianat, satu kata itu terlempar dari tiap fans Dortmund yang
bertemu dengannya. Messi-nya Jerman, via komentator pertandingan dan puluhan pengamat bola.
Jenius, begitu seniornya di tim nasional bilang.

(Ah, dia, adalah yang keluar dari bibir Marco Reus.)
(Dengan pandangan menerawang dan binar aneh di matanya tiap kali topik tentang Gtze diungkit.)

Kalau dipikir, saat Piala Dunia inilah untuk pertama kalinya Erik bisa bertemu langsung dengan sosok
yang namanya berkali disebut di obrolan ruang ganti Dortmund itu. Erik masuk saat Gtze pindah ke
Bayern. Dan Gtze berlaga untuk timnas inti saat Erik masih di U-20.
Latihan pertama bersama Joachim Lw, Mario Gtze berlari kecil ke arahnya, tersenyum lebar dan
mengulurkan tangan, Hei, kau Erik Durm, benar? Senang akhirnya bisa bertemu denganmu.
Erik cuma mengangguk waktu itu.

MatzeMatthiasyang awalnya memberitahu Erik. Mereka sedang berlari bersisian untuk
pemanasan mengelilingi lapangan saat bocah Freiburg itu tiba-tiba berbisik padanya.
Aku tidak sengaja lihat handphone Mario tadi.
Erik menoleh. Kau apa?
Bukannya mendapat jawaban, tangan Matthias malah langsung membekap mulutnya. Sshhh,
desisnya. Jangan keras-keras, nanti ketahuan.
Alis mata Erik naik. Ini pembicaraan apa cobakenapa harus sembunyi-sembunyi begini, eh.
Aku tidak sengaja, oke? Handphonenya bunyi berkali-kali dan dia sedang ada di toilet, jadi aku
angkat. Bukan salahku juga, kan? Erik mengangguk, Matthias menarik balik tangannya. Mereka
kembali berlari. Tebak siapa yang telepon?
Uh... ibunya? Erik menjawab asal. Kakaknya? Ayahnya? Pacarnya, mungkin?
Matthias menggeleng. Marco Reus, katanya. Oh. Itu masuk akal. Mereka berdua adalah sahabat,
sepengetahuan Erik. Sebelum Erik sempat berkomentar, Matthias cepat-cepat menambahi, Terus,
coba tebak apa fotonya di kontak Mario?
Kali ini Erik mengernyit. Apa? Ya fotonya kan? Apa lagi memang? Woody Woodpecker?
Matthias menggeleng keras, mata biru melebar. Saat dia berkata kemudian, suaranya dia turunkan
beberapa oktaf. Itu foto dia dan Mario, Erikberdua, berciuman.
Erik berhenti berlari beberapa detik.

Pembicaraannya dengan Matze terlupakantidak dia ungkit lagi sampai beberapa hari setelah
pertandingan kontra Aljazair sebelum melawan Perancis, Erik duduk di kursi bus sebelah Mario.
Timnas Jerman bersama-sama pergi untuk kunjungan amal saat itu.
Dan, God, Erik bukan orang yang suka ikut campur, oke? Dia sangat menghargai privasi. Dia tidak
sama seperti Matze yang bisa dengan semena-mena membuka handphone yang bukan miliknya.
Kalau ada orang yang sedang telepon, dia lebih memilih untuk menyingkir. Seperti itu lah. Tapi tentu
saja, ada saat di mana Erik tidak punya pilihan lain selaintahu.
Seperti saat ini.
Saat handphone Mario berdering dan mata Erik tidak sengaja teralih ke layar Ipod milik pemain
Bayern itu danwell, well, well, there it is. Hal pertama yang ada di pikirannya adalah, Dang, Matze
benar. Lalu dia berdecak kecil dan, Ah tapi dia terlalu melebih-lebihkan.

(Oke, teknikalnya, itu memang selfie mereka sedang berciuman.)
(Tapi bukan ciuman, ciuman, seperti yang dibilang Matze. Just a peck in the cheek, mind you.)

Sekarang kalau Erik ingat-ingat lagi, rasanya dia pernah lihat print-printan foto itu tertempel di loker
Marco di ruang ganti Dormunddi antara puluhan foto seniornya itu bersama pemain lain.

04072014

Mario baru selesai mengirim pesan singkat ke Marco (Take off now, Going to Rio, Wish us luck for
tomorrow match, I love you, I miss you, Take care of yourself, Stay healthy, Love you.) saat Manuel
Neuer menghempaskan diri di seat kosong di sebelahnya.
Oh, hei Mario! sapa Manu. Kiper timnas itu melepas headset yang terpasang di telinganya
sebelum kembali beralih ke Mario. Habis teleponan sama Marco, eh? Gimana kabar bocah itu?
Mario tertawa kecil. Kau juga, Manu? Tsk. Kenapa semua tanya begitu tiap aku pegang hape, sih?
Dari Toni, Andr, Miro, sekarang Manu juga. Hah. Besok mungkin giliran Philipp yang tanya. Dan
Marco baik-baik saja, terima kasih. Dia udah mulai latihan normal di Dortmund, kok. Salam buat
kalian, katanya.
Manu nyengir. Oke, salam balik. Tapi iya, kan? Kau habis teleponan sama dia kan? Cieh, dasar kalian
anak muda.
Mario baru mau buka mulut untuk membela diri (Maaf, saya gak teleponan ya. Yang barusan saya
cuma kirim sms kok.) saat suara intruksi dari pramugari memotong pembicaraan mereka. Pemuda
Bayern itu langsung berhenti untuk memasang sabuk pengamannya. Manu melakukan hal yang
sama. Pesawat yang mereka tumpangi lepas landas beberapa saat kemudian. Lukas, Basti dan Kevin
mulai ngobrol bertigaan di tempat duduk di depan mereka. Andr berkutat dengan handphonenya
di seat sebelah. Dan di belakang Mario, Erik malah sudah terlelap di pundak Matze.
Jadi. Manu buka suara lagi. Mata biru besarnya berkilat saat berkata ke Mario. Uh, wait, dia tahu
bentuk muka itubentuk muka yang dipasang anak-anak Bayern saat ada siapa pun itu yang
membawa majalah Playboy unsensored ke ruang ganti klub. Perempat final, huh?
Mario berkedip. Ini pembicaraan Uh-huh.
Marco, eh?
Uh-huh? arahnya ke mana coba, Mario tidak bisa menebak.
Si penjaga gawang nomor satu itu menyipitkan mata. Mario mengerjap. Manu memiringkan kepala.
Mario mengernyit. Manu berdecak akhirnya, entah kenapa terlihat kecewa. Kalian berdua gak bikin
reward punishment game gitu? No sex for a week kalau gak lolos fase grup. Yes sex for a week kalau
lolos ke semifinal? ... wait, what. Yaaaah, kupikir kehidupan cinta kalian bakal banyak bumbu-
bumbunya. Che. You dissapoint me, Gtze.
Butuh waktu cukup lama sebelum Mario bisa mencerna apa yang dikatakan Manu barusan.

Dan btw, I can neither confirm nor deny. adalah responnya.

05072014

Direct message with Andr Schrrle (@Andre_Schuerrle)
@woodyinho: WE ARE THE CHAMPIOOOONNNN
@woodyinho: MY FRIEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEENNDDD
@woodyinho: AND WEEEEELL KEEP FIGHTING
@woodyinho: TILL THE EEEEEEENDD
@woodyinho: DUDU-RU-DUUUU-DUU
@woodyinho: WEEEEE ARE THE CHAAAAAMPION
@woodyinho: WEEEEEEEE ARE THE CHAAAAAMMMPIOOOOONNN
@woodyinho: NOOOOOOOOO TIME FOR LOOOOOOOSERR
@woodyinho: CUZ WE ARE THE CHAAAAAAMPIOOON
@woodyinho: OF THE WORLD !!!

Andr cuma mengernyit sebelum melempar Nokia birunya ke Mario.
Bro, si Marco kayaknya mabok, deh.

06072014

Kisah percintaan Thomas Mller sangat sederhana.
Dia bertemu dengan Lisa Trede saat mereka berdua masih sama-sama duduk di bangku sekolah
menengah atas. Thomas cuma bocah Bayern biasa yang bermimpi bisa main di tim pro-nya Mnich
waktu itu. Lisa adalah gadis manis dengan obsesi berlebih terhadap kuda. Despite their difference,
mereka jatuh cinta.

(Bilang ini cerita dongeng klise atau apa, tapi Lisa adalah cinta pertama Thomas dan Thomas adalah
cinta pertama Lisa.)

Empat tahun bersama dan mereka memutuskan untuk menikah. Pernikahannya pun tidak muluk,
hanya di kantor registrasi di Istmaning dan pesta kecil-kecilan bersama teman dan saudara. Thomas
dan Lisa kemudian pindah ke sebuah rumah besar yang jauh dari hiruk pikuk kota di selatan Mnich,
membiakkan kuda di sana, dan hidup bahagia sampai sekarang.
Yep. As simple as that.

Jadi ketika Thomas Mller dihadapkan dengan cerita cinta terlarang Marco Reus dan Mario Gtze,
pemain bernomor punggung tiga belas itu cuma mengernyit tidak paham.
Kalau kau jatuh cinta pada seseorang, dan orang itu juga jatuh cinta padamuerr, selesai masalah,
kan? Itu yang terjadi padanya dan Lisa lagipula.
Kau lupa ada perbedaan antara kami dan kalian, Thomas. Mario berkata saat sehabis latihan siang
itu, mereka berdua duduk-duduk di pinggir lapangan. Kau cowok, Lisa cewek. Aku cowok, Marco
cowok. See the problem here?
Hanya karena mereka sama-sama cowok, kah. Tapi sekarang bukan tahun 70an lagi. Bukan jaman
orang-orang berpikir kuno lagi. Sekarang sudah abad 21, Mario. Lihat, bendera warna pelangi
berkibar di mana-mana.
Mario memainkan bola sepak di tangannya, melanjutkan. Lalu, kami berdua adalah pemain football
profesional. Menurutmu apa yang bakal terjadi kalau aku bilang aku gay dan sudah berhubungan
dengan Marco selama hampir tiga tahun ini, huh?
Ah. Publik. Tentu saja.
Dan lagi, aku sudah cukup bahagia, kok, dengan yang sekarang. Pemuda baby face itu tersenyum
kemudian. Setidaknya Jogi tidak mencoretku dan Marco dari daftar tim. Dan kalian tidak menjauh
dari kami.
Thomas baru akan membuka mulut untuk membalas bahwawhat the hell are you talking about,
Mario, kalian adalah sahabat. Mana mungkin teman satu tim menjauhi kalian hanya karena kalian
jatuh cinta pada gender yang samaketika ponsel Mario berdering.
Senyum di wajah Mario melebar. Thomas langsung tahu siapa si penelepon.
Speak of the devil. Mario bilang, masih dengan senyum seratus watts-nya.
Thomas cuma berdecak kecil. Well, pembicaraan mereka selesai sampai di sini, berarti. Mario jelas
lebih memilih bercakap dengan cowoknya dibanding diberondong pertanyaan oleh Thomas.

Jadiya, kisah percintaan Thomas Mller sangat sederhana.
Kisah cinta milik Marco dan Mario, di sisi lainah, Thomas harap bisa sesederhana itu juga.

07072014

http://neuerparadise.tumblr.com/tagged/hug

Manuel Neuer punya hobi memeluk orang.
Mulai dari Per, Miro, Erik, Toni, Mesut, sebut deh semua daftar anak timnas dan mereka pasti
pernah tahu rasanya dipeluk seorang Manu. Dan dia melakukannya tidak lihat tempat. Kebanyakan
di lapangan, memang. Tapi sering juga pemuda pirang itu tiba-tiba muncul dari belakang dan
langsung melingkarkan tangan di pinggang orang. Pluk. Huggles.
Fips cuma memutar mata. Thomas balas memeluk. Toni, sih, diam saja.
Cuma satu yang belum pernah Manuel peluk sampai sekarang: Mario. Gtze.
Alasannya gampang. Karena tiap kali dia mencoba mendekati bocah itu kurang dari satu meter, mata
Marco pasti menyipit ke arahnya. Manu tidak mau ambil resiko, terima kasih. Marco Reus punya
radar jealous berlebih kalau menyangkut Mario. Bahkan meski jarak mereka terpisah ribuan
kilometer.

Siang itu, Manu baru akan berlari ke arah Mario (mereka sedang latihan terakhir untuk persiapan
melawan Brazil, btw) saat Andr berdehem dari sebelahnya. Ehem. Cuma nyampain pesennya
Marco, lho, ya. Jangan.

Nah. Kan.


08072014

Cuma satu pesan singkat yang dikirim Mario malam itu.

<We won, Marco. We gave you the final. Just one step more now. xxx>
Sent to: Marco Reus

09072014

Mesut zil mungkin satu-satunya orang yang paling mengerti isi hati Mario.
Toni sudah bosan dengan curhatannya. Andr bilang sendiri kalau No more Marco talk, please. No
more. Mario sempat berpikir untuk bicara ke Mustafi, tapi sepertinya level pertemanan mereka
belum sampai tahap itu. Mats Hummels, saat Mario mendatanginya, sedang sibuk dengan pacarnya.
Cuma Mesut yang bersedia dengan senang hati dia tarik ke bawah pohon kersen di belakang
penginapan timnas (setelah sempat susah payah berebut dengan Sami Khedira, meh.) (Mesut is
mine, Gtze. Go bother someone else!)
Mario bicara panjang lebar tentang performa tidak maksimalnya di pertandingan sejauh ini. Tentang
Jogi yang berharap banyak padanya tapi tidak bisa dia lakukan. Tentang tulisan-tulisan di media yang
memojokkannya.
Mesut mengagguk.
(Aku tahu perasaan itu, Mario. Jangan didengarkan. Terus lakukan yang terbaik saja. Kau bisa.)
Mario bicara banyak tentang Marcotentu saja. Tentang bagaimana semua pasti berbeda kalau dia
ada di sini bersama mereka. Tentang pertandingan persahabatan nista itu. Tentang cederanya.
Tentang janjinya tempo lalu untuk membawa piala dunia pada Marco yang sekarang dia tidak yakin
bisa memenuhinya.
Mesut menariknya mendekat.
(Kita masuk ke final, bukan? Masih ada kesempatan untuk itu, Mario.)
Mario bicara lagi tentang Marco. Tentang bagaimana dia sangatsangat merindukannya. Tentang
Lukas dan Basti yang bisa berduaan terus sepanjang hari dan oke, fine, Mario cemburu. Dia juga
ingin bisa macam itu dengan Marco.
Mesut memeluknya.
(Kalian masih punya Euro besok. Dan Piala Dunia selanjutnya. Dan kupikir kau sering main ke
Dortmund, huh?)

"Lagipula, setidaknya kalian masih berada di satu negara. Jerman dan Inggris itu jauh, Mario. Spanyol
dan Inggris juga."
"... Ah."

10072014

Lukas! Lukas! Kucingmu nih masuk-masuk ke kamar orah.
Mestinya Mario tahu untuk selalu mengetuk pintu tiap kali mau masuk ke kamar Lukas atau Basti.
(Kemarin dia memergoki mereka sedang berpelukan di kasurIni tidak seperti yang kau pikirkan,
Mario! Kita habis main PES, oke!) (Kemarinnya lagi dia lihat mereka keluar dari kamar mandi
bebarenganUh, ini karena air di showerku habis?) (Kemarin dulu dia dan Andr sempat salah
masuk kamar hotel dan disambut dengan bentukan Lukas dan Basti yang masing-masing wajahnya
hanya berjarak dua senti satu sama lainIni bukan apa-apa!Kami tidak sedang ciuman!)
Mario mengeluarkan handphonenya diam-diam. Yang kali ini tidak seekstrem seperti sebelum-
sebelumnya, memang. Tapi lumayan untuk tambahan foto di folder Schweinski-nya.

11072014

From: woodyinho@germany.nt
To: MarioGoetze@germany.nt
Subject:

Why, Mario, why. Why would you let Andr hugs you everyfuckingday? A month and you already
replacing me with that eyebrowless lad?
Im hurt, baby :(

12072014

RIINGRIINGRII
KLIK.

/Hal/
Aku tidak berpelukan dengan Andr tiap hari, Marco!
/lo juga, Mario./ /Kau apa?/
Imel terakhirmu. Kau bilang aku pelukan tiap hari dengan Andr. ... Aku tidak.
/.../
Tapi, tapi... dia tahu aku kangen denganmu, jadi kadang-kadang dia memelukku?
/.../
Uhm, dan Mesut juga? Dan Toni juga?
/.../
... Marco? Err, tapi Manu tidak, kok?
/Dammit Mario./ /"Kapan kamu balik ke Jerman?! Kangen maksimal sumpah!/ /Pertandingan
terakhir besok, kan? Semangat!/
Hahaha kau seperti si Mustafi. Dari kemarin teriak-teriak Semangat! Semangat! ke semua
rumah. Omong-omong, sedang apa kau?
/Aku? Habis balik dari latihan. Rehab. Biasa./ /Kau?/
Hmm? Hari ini kosong. Aku habis tidur seharian.
/Hei! Jangan dong!/ /Lari-lari keliling lapangan sana! Tambah gendut ntar kamu ngebo mulu
kerjaannya./
HEEEEEII~~!
/Aku dikabari Erik. Makanmu yang paling banyak dia bilang.
Tapi aku bukan gendut! Ini chubby, Marco! Chubby!
/Tsk. Dasar kau cari alasan./ /But boy, youre amazing~ just the way you are~~/
Awww~
/Hahaha./ /.../ /Uhm, maaf ya aku tidak bisa datang sama sekali ke Brazil./ /Kupikir kemarin
aku bisa terbang ke sana untuk final, tapi dokter bilang jangan dulu./ /Padahal aku benar-benar
ingin mendukung langsung pertandingan kalian./
Tidak apa. Aku paham, kok.
/Tapi/
Aku paham. Anak-anak tim paham. Tenang saja. Kalau kita menang, ini bakal jadi kemenanganmu
juga. Oke?
/.../ /God, Mario./ /I love you so much./
Hei, I love you too.
/Haaaaaah. Sebulan, man./ /"Miss you so so so so much."/
"... Aku juga."
/"..."/
"..."
/"..."/ /"Huff."/ /Sudah sana, latihan. Biar besok bisa bikin gol di final./
Bzzt.
/Lah, kenapa? Kan keren kalau kau yang masukin satu-satunya gol kemenangan Jerman besok!/
Geez. Masuk starting line saja belum tentu.
/Lalu? Setidaknya kau di sana dan bisa bermain, kan?/ /Do your best, baby./
... Fine. Just you, Marco." "Just for you.
/Hahaha fair enough./
...
/.../
... I love you?
/Hmm? I love you more!/ /Bye?/ /See you back home with the cup!/
Oi! Gak janji ya!

PIIP.


13072014

... We did it, Marco. Its your win too, right? .xxx
Sent to: Marco Reus

From: Marco Reus
Danke schon, Liebe. xxx

Vous aimerez peut-être aussi