Vous êtes sur la page 1sur 3

Asuhan Keperawatan Anak Pada ISPA

Hanya Iinfo
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Umur : Kebanyakan infeksi saluran pernafasan yang sering mengenai anak usia dibawah 3 tahun,
terutama bayi kurang dari 1 tahun. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak pada usia
muda akan lebih sering menderita ISPA daripada usia yang lebih lanjut(Anggana Rafika, 2009).
Jenis kelamin : Angka kesakitan ISPA sering terjadi pada usia kurang dari 2 tahun, dimana angka
kesakitan ISPA anak perempuan lebih tinggi daripada laki-laki di negara Denmark (Anggana
Rafika, 2009).
Alamat : Kepadatan hunian seperti luar ruang per orang, jumlah anggota keluarga, dan
masyarakat diduga merupakan faktor risiko untuk ISPA. Penelitian oleh Kochet al (2003)
membuktikan bahwa kepadatan hunian (crowded) mempengaruhi secara bermakna prevalensi
ISPA berat .Diketahui bahwa penyebab terjadinya ISPA dan penyakit gangguan pernafasan lain
adalah rendahnya kualitas udara didalam rumah ataupun diluar rumah baik secara biologis, fisik
maupun kimia. Adanya ventilasi rumah yang kurang sempurna dan asap tungku di dalam rumah
seperti yang terjadi
di Negara Zimbabwe akan mempermudah terjadinya ISPA anak (Anggana Rafika, 2009)
2.Riwayat Kesehatan
a). Keluhan Utama : Klien mengeluh demam.
b). Riwayat penyakit sekarang : Dua hari sebelumnya klien mengalami demam mendadak, sakit
kepala, badan lemah, nyeri otot dan sendi, nafsu makan menurun, batuk,pilek dan sakit
tenggorokan.
c). Riwayat penyakit dahulu : Klien sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit sekarang
d). Riwayat penyakit keluarga : Menurut anggota keluarga ada juga yang pernah mengalami
sakit seperti penyakit klien tersebut.
e). Riwayat sosial :Klien mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan yang berdebu dan padat
penduduknya
3. Pemeriksaan Persistem
(Breath) :
a) Inspeksi:
Membran mucosa hidung faring tampak kemerahan
Tonsil tanpak kemerahan dan edema
Tampak batuk tidak produktif
Tidak ada jaringna parut pada leher
Tidak tampak penggunaan otot- otot pernapasan tambahan,pernapasan cuping
hidung, tachypnea, dan hiperventilasi
b) Palpasi
Adanya demam
Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher / nyeri tekan pada
nodus limfe servikalis
Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
c) Perkusi : Suara paru normal (resonance)
d) Auskultasi : Suara napas vesikuler / tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru
(Blood) : kardiovaskuler Hipertermi
(Brain) : penginderaan Pupil isokhor, biasanya keluar cairan pada telinga, terjadi gangguan
penciuman
(Bladder) : perkemihan Tidak ada kelainan
(Bowel) : pencernaan Nafsu makan menurun, porsi makan tidak habis Minum sedikit, nyeri telan
pada tenggorokan
(Bone) : Warna kulit kemerahan. (Benny:2010)
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah biakan
kuman (+) sesuai dengan jenis kuman.
Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat disertai
dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya
thrombositopenia
Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan (Benny:2010)
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul, tujuan dan
intervensi
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan proses inflamasi pada saluran pernafasan,
nyeri.
Tujuan : Pola nafas kembali efektif dengan kriteria: usaha nafas kembali normal dan
meningkatnya suplai oksigen ke paru-paru.

Intervensi :
a. Berikan posisi yang nyaman sekaligus dapat mengeluarkan sekret dengan mudah.
b. Ciptakan dan pertahankan jalan nafas yang bebas.
c. Anjurkan pada keluarga untuk membawakan baju yang lebih longgar, tipis serta menyerap
keringat.
d. Berikan O2 dan nebulizer sesuai dengan instruksi dokter.
e. Berikan obat sesuai dengan instruksi dokter (bronchodilator).
f. Observasi tanda vital, adanya cyanosis, serta pola, kedalaman dalam pernafasan.
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi mekanik dari jalan nafas
oleh sekret, proses inflamasi, peningkatan produksi sekret.
Tujuan : Bebasnya jalan nafas dari hambatan sekret dengan kriteria: jalan nafas yang bersih dan
patent, meningkatnya pengeluaran sekret.

Intervensi :
a. Lakukan penyedotan sekret jika diperlukan.
b. Cegah jangan sampai terjadi posisi hiperextensi pada leher.
c. Berikan posisi yang nyaman dan mencegah terjadinya aspirasi sekret (semiprone dan side
lying position).
d. Berikan nebulizer sesuai instruksi dokter.
e. Anjurkan untuk tidak memberikan minum agar tidak terjadi aspirasi selama periode tachypnea.
f. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan perparenteral yang adekuat.
g. Berikan kelembaban udara yang cukup.
h. Observasi pengeluaran sekret dan tanda vital.
3. Cemas berhubungan dengan penyakit yang dialami oleh anak, hospitalisasi pada anak
Tujuan : Menurunnya kecemasan yang dialami oleh orang tua dengan kriteria: keluarga sudah
tidak sering bertanya kepada petugas dan mau terlibat secara aktif dalam merawat anaknya.

Intervensi :
a. Berikan informasi secukupnya kepada orang tua (perawatan dan pengobatan yang diberikan).
b. Berikan dorongan secara moril kepada orang tua.
c. Jelaskan terapi yang diberikan dan respon anak terhadap terapi yang diberikan.
d. Anjurkan kepada keluarga agar bertanya jika melihat hal-hal yang kurang dimengerti/ tidak
jelas.
e. Anjurkan kepada keluarga agar terlibat secara langsung dan aktif dalam perawatan anaknya.
f. Observasi tingkat kecemasan yang dialami oleh keluarga.

Read more: http://cholate-gustiar.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-anak-pada-
ispa.html#ixzz2gTge9V4C

Vous aimerez peut-être aussi