Vous êtes sur la page 1sur 22

TUGAS MANDIRI KD II

1. Sejak kapan ergonomi dikenal manusia? Kapankah kehadiran ergonomi di


Nusantara? Dimanakah terdapat bukti-bukti dimaksud?
Jawaban:
Perkembang ergonomi dipopulerkan pertama kali pada tahun 1949 sebagai
judul buku yang dikarang oleh Prof. Murrel. Ergonomi telah menjadi bagian dari
perkembangan budaya manusia sejak 4000 tahun yang lalu (Dan Mac Leod,
1995). Perkembangan ilmu ergonomi dimulai saat manusia merancang benda-
benda sederhana, seperti batu untuk membantu tangan dalam melakukan
pekerjaannya, sampai dilakukannya perbaikan atau perubahan pada alat bantu
tersebut untuk memudahkan penggunanya. Pada awalnya perkembangan
tersebut masih tidak teratur dan tidak terarah, bahkan kadang-kadang terjadi
secara kebetulan.
Perkembangan ergonomi modern dimulai kurang lebih seratus tahun yang
lalu pada saat Taylor (1880-an) dan Gilberth (1890-an) secara terpisah
melakukan studi tentang waktu dan gerakan. Penggunaan ergonomi secara
nyata dimulai pada Perang Dunia I untuk mengoptimasikan interaksi antara
produk dengan manusia. Pada tahun 1924 sampai 1930 Hawthorne Works of
Wertern Electric (Amerika) melakukan suatu percobaan tentang ergonomi yang
selanjutnya dikenal dengan Hawthorne Effects (Efek Hawthorne). Hasil
percobaan ini memberikan konsep baru tentang motivasi ditempat kerja dan
menunjukan hubungan fisik dan langsung antara manusia dan mesin. Kemajuan
ergonomi semakin terasa setelah Perang Dunia II dengan adanya bukti nyata
bahwa penggunaan peralatan yang sesuai dapat meningkatkan kemauan
manusia untuk bekerja lebih efektif. Hal tersebut banyak dilakukan pada
perusahaan-perusahaan senjata perang.

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK DAN KEJURUAN
FKIP UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2. Ergonomic berhubungan erat dengan productivity. Jelaskan maksud dari
pernyataan ini.
Jawaban:
Bahwa produktivitas adalah suatu perbandingan antara keluaran / output
dengan masukan / input. Produktivitas akan semakin baik jika output semakin
tinggi sedangkan input semakin kecil. Dalam kerja maka produktivitas tinggi
tercapai bila output kerja tinggi dan input kerja rendah. Output kerja tinggi adalah
ketika hasil dari kerja berada pada tingkat yang optimum baik deri segi kualitas
atau kuantitas sedangkan input kerja rendah adalah penggunaan energi yang
minimal. Energi minimal tidak mengisyaratkan seseorang harus mengerjakan
sesuatu tanpa kerja keras. Orang malah bisa kerja keras siang-malam, namun
tidak merasa sedang bekerja susah payah. Setiap orang memiliki energi
minimal, sehingga ada yang mudah mendalami filsafat, ekonomi, atau bahasa,
dan lain sebagainya yang biasanya menjadi kelebihan dirinya. Seseorang bisa
saja bekerja keras menggeluti suatu hal, tetapi lebih kepada hasrat dan ambisi
untuk meraih suatu hal atau hobi atau kecintaan bidang tertentu (walaupun pada
umumnya sesuai dengan kelebihan yang dia miliki juga) sehingga dia tidak
merasa kerja dan menggunakan energi minimal. Jadi maksud penggunaan
energi yang minimal adalah melakukan sesuatu yang dimudahkan untuknya.
Yang dimudahkan untuk manusia adalah yang paling sesuai (fit) dengan
manusia tersebut. Tidak hanya sesuai (fit) dalam hal fisik tapi juga non fisik.
Disinilah peran ergonomi, fit the job to the man artinya menyesuaikan kerja
dengan manusia yang bekerja. Tujuannya agar mendapat output kerja yang
optimal karena bila manusia diberi tugas kerja yang sesuai (fit) dengannya maka
dia akan dimudahkan dalam bekerja dan hasil kerja menjadi optimal. Jadi
kesimpulannya dengan aplikasi fit the job to the man bisa menghasilkan output
kerja yang optimal dan penggunaan input kerja yang minimal atau dengan kata
lain ergonomi dapat meningkatkan produktivitas.




3. Apakah aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam men-design sebuah
peralatan kerja di perusahaan/industri? Sesungguhnya, apakah yang menjadi inti
dari Ergonomic Design? Jelaskan!
Jawaban:
Aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam mendesain sebuah peralatan kerja
di perusahaan/industri yakni:
a. Sikap dan posisi kerja.
Mengurangi keharusan operator untuk bekerja dengan sikap dan
posisi membungkuk dengan frekuensi kegiatan yang sering atau
jangka waktu lama. Untuk mengatasi problema ini maka stasiun kerja
harus dirancang- terutama dengan memperhatikan fasilitas kerjanya seperti
meja kerja, kursi dll yang sesuai dengan
data antropometri-agar operator dapat menjaga sikap dan posisi
kerjanya tetap tegak dan normal. Ketentuan ini terutama sekali
ditekankan bilamana pekerjaan-pekerjaan harus dilaksanakan dengan
posisi berdiri.
Operator tidak seharusnya menggunakan jarak jangkauan maksimum yang
bisa dilakukan. Pengaturan posisi kerja dalam hal ini dilakukan dalam
jarak jangkauan normal (konsep/prinsip ekonomi gerakan ). Disamping
pengaturan ini bisa memberikan sikap dan posisi yang nyaman juga
akan mempengaruhi aspek-aspek ekonomi gerakan. Untuk hal-hal
tertentu operator harus mampu dan cukup leluasa mengatur tubuhnya
agar memperoleh sikap dan posisi kerja yang lebih mengenakkannya.
Operator tidak seharusnya duduk atau berdiri pada saat bekerja untuk
waktu yang lama dengan kepala, leher, dada atau kaki berada dalam sikap
atau posisi miring. Demikian pula sedapat mungkin menghindari cara kerja
yang memaksa operator harus bekerja dengan posisi telentang atau
tengkurap.
Operator tidak seharusnya dipaksa bekerja dalam frekuensi atau periode
waktu yang lama dengan tangan atau lengan berada dalam posisi diatas
level siku yang normal.


b. Antropometri dan dimensi ruang kerja.
Antropometri pada dasarnya akan menyangkut ukuran fisik atau fungsi
dari tubuh manusia termasuk disini ukuran linier, berat volume, ruang
gerak, dan lain-lain. Data antropometri ini akan sangat bermanfaat
didalam perencanaan peralatan kerja atau fasilitas-fasilitas kerja
(termasuk disini perencanaan ruang kerja ). Persyaratan ergonomis
mensyaratkan agar supaya peralatan dan fasilitas kerja sesuai dengan
orang yang menggunakannya khususnya yang menyangkut dimensi
ukuran tubuh. Dalam menentukan ukuran maksimum atau minimum
biasanya digunakan data antropometri antara 5-th dan 95-th percentile.
Untuk perencanaan stasiun kerja data antropometri akan bermanfaat baik
didalam memilih fasilitas-fasilitas kerja yang sesuai dimensinya dengan
ukuran tubuh operator, maupun didalam merencanakan dimensi ruang kerja
itu sendiri.
Dimensi ruang kerja akan dipengaruhi oleh hal pokok yaitu situasi fisik
dan situasi kerja yang ada. Didalam menentukan dimensi ruang kerja perlu
diperhatikan antara lain jarak jangkauan yang bisa dilakukan oleh
operator, batasan-batasan ruang yang enak dan cukup memberikan
keleluasaan gerak operator dan kebutuhan area minimum yang harus
dipenuhi untuk kegiatan-kegiatan tertentu.
c. Efisiensi ekonomi gerakan dan pengaturan fasilitas kerja.
Organisasi fasilitas kerja sehingga operator secara mudah akan
mengetahui lokasi penempatan material (bahan baku, produk akhir atau
limbah buangan/skrap), spare-parts, peralatan kerja, mekanisme kontrol
atau display dan lain-lain yang dibutuhkan tanpa harus mencari-cari.
Buat rancangan fasilitas kerja (mesin, meja, kursi dan lain-lain) dengan
dimensi yang sesuai data antropometri dalam range 5 sampai 95-th
percentile agar operator bisa bekerja leluasa dan tidak cepat lelah.
Biasanya untuk merancang lokasi jarak jangkauan akan dipergunakan
operator dengan jarak jangkau terpendek (5-th percentile), sedangkan
untuk lokasi kerja yang membutuhkan clearence akan
mempergunakan data yang terbesar (95-th percentile).
Atur suplai/pengiriman material ataupun peralatan/perkakas secara
teratur ke stasiun-stasiun kerja yang membutuhkan. Disini operator tidak
seharusnya membuang waktu dan energi untuk mengambil material atau
peralatan/perkakas kerja yang dibutuhkan.
Untuk menghindari pelatihan ulang yang tidak perlu dan kesalahan-
kesalahan manusia karena pola kebiasaan yang sudah dianut, maka
bakukan rancangan lokasi dari peralatan kerja (mekanisme kendali
atau display) untuk model atau type yang sama.
Buat rancangan kegiatan kerja sedemikian rupa sehingga akan terjadi
keseimbangan kerja antara tangan kanan dan tangan kiri (terutama untuk
kegiatan perakitan). Diharapkan pula operator dapat memulai dan
mengakhiri gerakan kedua tangannya tersebut secara serentak dan
menghindari jangan sampai kedua tangan menganggur (idle) pada saat
yang bersamaan. Buat pula peralatan-peralatan pembantu untuk
mempercepat proses handling. Disamping itu bila mana memungkinkan
suatu kegiatan juga dikerjakan/dikendalikan dengan menggunakan kaki-
untuk mengurangi kerja tangan hal-hal tertentu- maka bisa pula
dirancang mekanisme khusus untuk maksud ini. Apabila akhirnya kaki
juga ikut serta "meramaikan" pelaksanaan kerja, maka distribusikan
beban kerja tersebut secara seimbang antara tangan dan kaki.
Biasanya untuk mengendalikan kegiatan yang memerlukan tingkat
ketelitian yang tinggi, tanggungjawab untuk pelaksanaan untuk hal
tersebut biasanya akan dibebankan pada tangan kanan (perkecualian
untuk orang kidal hal ini haruslah dirancang secara khusus).
Atur tata letak fasilitas pabrik sesuai dengan aliran proses
produksinya. Caranya adalah dengan mengatur letak mesin atau fasilitas
kerja berdasarkan konsep "machine-after-machine" yang disesuaikan
dengan aliran proses yang ada. Prinsip tersebut adalah untuk
meminimalkan jarak perpindahan material selama proses produksi
berlangsung terutama sekali untuk fasilitas-fasilitas yang frekuensi
perpindahan atau volume material handlingnya cukup besar. Stasiun-
stasiun kerja ataupun departemen-departemen yang karena fungsinya
akan sering kali berhubungan dan berinteraksi satu dengan yang lain
juga harus diletakkan berdekatan guna mengurangi waktu gerak
perpindahan.
Kombinasi dua atau lebih peralatan kerja sehingga akan memperketat
proses kerja. Demikian pula sedapat mungkin peralatan kerja yang
akan digunakan sudah berada dalam arah dan posisi yang sesuai
pada saat operasi kerja akan diselenggarakan.

4. Adakah signifikansi hubungan antara ergonomic dengan productivity ? Jelaskan
jawaban Saudara.
Jawaban:
Ada. Pruductivity didalam suatu perusahaan/industri haruslah menganut
prinsip ergonomi dengan tujuan agar output kerja optimal dan input kerja minimal
dalam artian produktivitas tinggi dan pekerja dimudahkan dalam melakukan
pekerjaannya.

5. Apakah aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam men-design sebuah
peralatan kerja pada sebuah industri?
Jawaban:
Aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam mendesain sebuah peralatan kerja
di perusahaan/industri yakni:
a. Sikap dan posisi kerja.
Mengurangi keharusan operator untuk bekerja dengan sikap dan
posisi membungkuk dengan frekuensi kegiatan yang sering atau
jangka waktu lama. Untuk mengatasi problema ini maka stasiun kerja
harus dirancang- terutama dengan memperhatikan fasilitas kerjanya seperti
meja kerja, kursi dll yang sesuai dengan
data antropometri-agar operator dapat menjaga sikap dan posisi
kerjanya tetap tegak dan normal. Ketentuan ini terutama sekali
ditekankan bilamana pekerjaan-pekerjaan harus dilaksanakan dengan
posisi berdiri.
Operator tidak seharusnya menggunakan jarak jangkauan maksimum yang
bisa dilakukan. Pengaturan posisi kerja dalam hal ini dilakukan dalam
jarak jangkauan normal (konsep/prinsip ekonomi gerakan ). Disamping
pengaturan ini bisa memberikan sikap dan posisi yang nyaman juga
akan mempengaruhi aspek-aspek ekonomi gerakan. Untuk hal-hal
tertentu operator harus mampu dan cukup leluasa mengatur tubuhnya
agar memperoleh sikap dan posisi kerja yang lebih mengenakkannya.
Operator tidak seharusnya duduk atau berdiri pada saat bekerja untuk
waktu yang lama dengan kepala, leher, dada atau kaki berada dalam sikap
atau posisi miring. Demikian pula sedapat mungkin menghindari cara kerja
yang memaksa operator harus bekerja dengan posisi telentang atau
tengkurap.
Operator tidak seharusnya dipaksa bekerja dalam frekuensi atau periode
waktu yang lama dengan tangan atau lengan berada dalam posisi diatas
level siku yang normal.
b. Antropometri dan dimensi ruang kerja.
Antropometri pada dasarnya akan menyangkut ukuran fisik atau fungsi
dari tubuh manusia termasuk disini ukuran linier, berat volume, ruang
gerak, dan lain-lain. Data antropometri ini akan sangat bermanfaat
didalam perencanaan peralatan kerja atau fasilitas-fasilitas kerja
(termasuk disini perencanaan ruang kerja ). Persyaratan ergonomis
mensyaratkan agar supaya peralatan dan fasilitas kerja sesuai dengan
orang yang menggunakannya khususnya yang menyangkut dimensi
ukuran tubuh. Dalam menentukan ukuran maksimum atau minimum
biasanya digunakan data antropometri antara 5-th dan 95-th percentile.
Untuk perencanaan stasiun kerja data antropometri akan bermanfaat baik
didalam memilih fasilitas-fasilitas kerja yang sesuai dimensinya dengan
ukuran tubuh operator, maupun didalam merencanakan dimensi ruang kerja
itu sendiri.
Dimensi ruang kerja akan dipengaruhi oleh hal pokok yaitu situasi fisik
dan situasi kerja yang ada. Didalam menentukan dimensi ruang kerja perlu
diperhatikan antara lain jarak jangkauan yang bisa dilakukan oleh
operator, batasan-batasan ruang yang enak dan cukup memberikan
keleluasaan gerak operator dan kebutuhan area minimum yang harus
dipenuhi untuk kegiatan-kegiatan tertentu.

c. Efisiensi ekonomi gerakan dan pengaturan fasilitas kerja.
Organisasi fasilitas kerja sehingga operator secara mudah akan
mengetahui lokasi penempatan material (bahan baku, produk akhir atau
limbah buangan/skrap), spare-parts, peralatan kerja, mekanisme kontrol
atau display dan lain-lain yang dibutuhkan tanpa harus mencari-cari.
Buat rancangan fasilitas kerja (mesin, meja, kursi dan lain-lain) dengan
dimensi yang sesuai data antropometri dalam range 5 sampai 95-th
percentile agar operator bisa bekerja leluasa dan tidak cepat lelah.
Biasanya untuk merancang lokasi jarak jangkauan akan dipergunakan
operator dengan jarak jangkau terpendek (5-th percentile), sedangkan
untuk lokasi kerja yang membutuhkan clearence akan
mempergunakan data yang terbesar (95-th percentile).
Atur suplai/pengiriman material ataupun peralatan/perkakas secara
teratur ke stasiun-stasiun kerja yang membutuhkan. Disini operator tidak
seharusnya membuang waktu dan energi untuk mengambil material atau
peralatan/perkakas kerja yang dibutuhkan.
Untuk menghindari pelatihan ulang yang tidak perlu dan kesalahan-
kesalahan manusia karena pola kebiasaan yang sudah dianut, maka
bakukan rancangan lokasi dari peralatan kerja (mekanisme kendali
atau display) untuk model atau type yang sama.
Buat rancangan kegiatan kerja sedemikian rupa sehingga akan terjadi
keseimbangan kerja antara tangan kanan dan tangan kiri (terutama untuk
kegiatan perakitan). Diharapkan pula operator dapat memulai dan
mengakhiri gerakan kedua tangannya tersebut secara serentak dan
menghindari jangan sampai kedua tangan menganggur (idle) pada saat
yang bersamaan. Buat pula peralatan-peralatan pembantu untuk
mempercepat proses handling. Disamping itu bila mana memungkinkan
suatu kegiatan juga dikerjakan/dikendalikan dengan menggunakan kaki-
untuk mengurangi kerja tangan hal-hal tertentu- maka bisa pula
dirancang mekanisme khusus untuk maksud ini. Apabila akhirnya kaki
juga ikut serta "meramaikan" pelaksanaan kerja, maka distribusikan
beban kerja tersebut secara seimbang antara tangan dan kaki.
Biasanya untuk mengendalikan kegiatan yang memerlukan tingkat
ketelitian yang tinggi, tanggungjawab untuk pelaksanaan untuk hal
tersebut biasanya akan dibebankan pada tangan kanan (perkecualian
untuk orang kidal hal ini haruslah dirancang secara khusus).
Atur tata letak fasilitas pabrik sesuai dengan aliran proses
produksinya. Caranya adalah dengan mengatur letak mesin atau fasilitas
kerja berdasarkan konsep "machine-after-machine" yang disesuaikan
dengan aliran proses yang ada. Prinsip tersebut adalah untuk
meminimalkan jarak perpindahan material selama proses produksi
berlangsung terutama sekali untuk fasilitas-fasilitas yang frekuensi
perpindahan atau volume material handlingnya cukup besar. Stasiun-
stasiun kerja ataupun departemen-departemen yang karena fungsinya
akan sering kali berhubungan dan berinteraksi satu dengan yang lain
juga harus diletakkan berdekatan guna mengurangi waktu gerak
perpindahan.
Kombinasi dua atau lebih peralatan kerja sehingga akan memperketat
proses kerja. Demikian pula sedapat mungkin peralatan kerja yang
akan digunakan sudah berada dalam arah dan posisi yang sesuai
pada saat operasi kerja akan diselenggarakan.

6. Sesungguhnya, apakah yang menjadi inti dari Ergonomic Design? Jelaskan!
Jawaban:
Meneliti tentang kemampuan dan keterbatasan manusia secara fisik maupun
non-fisik (psikologik). Berkaitan dengan human-machine interface. Berkaitan
pula dengan perancangan produk, fasilitas dan area kerja yang efektif, nyaman,
aman, sehat dan efisien pada saat dioperasikan.

7. Ada beberapa faktor resiko dan kesalahan ergonomi yang apabila dibiarkan
berlarut-larut dapat menyebabkan penyakit akibat kerja. Apa sajakah faktor-faktor
tersebut ?
Jawaban:
Faktor resiko yang terpenting dari pengabaian faktor ergonomi dalam
tempat kerja adalah MSDs (musculoskeletal disorders). MSDs ini
memungkinkan timbul dalam waktu yang cukup lama (adanya kumulatif resiko).
Menurut UCLA-LOSH (bagian K3 UCLA), ada beberapa faktor risiko yang
berhubungan dengan ergonomi, yakni:
a. Pengaturan kerja yang buruk (Poor Work Organization) : Aspek-aspek
diamana suatu pekerjaan diorganisasikan dengan buruk. Sebagai contoh
tugas yang membosankan, pekerjaan menggunakan mesin, jeda kerja yang
kurang, batas waktu yang banyak. Beban kerja yang proporsional, jeda kerja
yang cukup, penugasan yang bervariasi, otonomi individual.
b. Pengulangan Berkelanjutan (Continual Repetition) : Melakukan gerakan yang
sama secara terus menerus. Mendisain ulang pekerjaan sehingga jumlah
pergerakan yang berulang dapat berkurang, perputaran pekerjaan.
c. Gaya Berlebih (Excessive Force) : Pergerakan tubuh dengan penuh tenaga,
usaha fisik yang berlebih-menarik, memukul, dan mendorong. Kurangi gaya
dalam menyelesaikan pekerjaan, disain ulang pekerjaan, tambah pekerja,
gunakan bantuan mesin.
d. Postur Janggal (Awkward Posture) : Meperpanjang pencapaian dengan
tangan, twisting, berlutut, jongkok. Postur janggal lawan dari posisi netral.
Disain pekerjaan dan peralatan yang dapat menjaga posisi netral. Posisi
netral tidak semestinya memberikan tekanan pada otot, tulang sendi, maupun
syaraf.
e. Posisi Tidak Bergerak (Stationary Positions) : Terlalu lama diam dalam satu
posisi, menyebabkan kontraksi otot dan lelah. Disain pekerjaan untuk
menghindari posisi tidak bergerak; berikan kesempatan untuk merubah posisi.
f. Tekanan Langsung Berlebih (Excessive Direct Pressure) :Tubuh kontak
langsung dengan permukaan keras atau ujung benda, seperti ujung meja
atau alat. Hindari tubuh berpijak pada permukaan yang keras seperti
meja dan kursi. Perbaharui peralatan atau sediakan bantalan; seperti pulpen
ergonomis, keset untuk berdiri.
g. Pencahayaan yang inadekuat
h. (Inadequate Lighting) : Sumber atau level dari pencahayaan yang terlalu
terang atau gelap. Setel pencahayaan yang pas, hindari pencahayaan
langsung dan tak langsung yang dapat mengakibatkan kerusakan mata.
Gunakan sekat cahaya silau, tirai untuk jendela.

8. Bila perusahaan mengabaikan faktor ergonomis, maka akan berakibat pada
kefatalan kerja. Sebutkan urutan kefatalan kerja tersebut.
Jawaban:
Kefatalan kerja yang disebabkan perusahaan yang mengabaikan faktor
ergonomis yakni:
a. Pekerja akan cepat lelah saat bekerja akibat kondisi perusahaan yang tidak
nyaman.
b. Proses produksi akan semakin menurun drastis.
c. Kemungkinan pekerja jika terlalu lelah maka tidak fokus terhadap pekerjaan
sehingga bisa berakibat melakukan kesalahan. Misalkan salah pengoperasian
mesin, dan juga merasakan sakit pada fisik.
d. Semakin banyak faktor resiko dan semakin lama pekerja akan terpapar, maka
semakin besar kemungkinan berkembang suatu gejala atau kecelakaan.
Jumlah paparan (gerakan, tingkat gaya) yang bisa mengakibatkan
kelainan/penyakit belum diketahui secara pasti.
e. Jika sudah terlalu lama terkenan paparan itu maka dapat berakibat sangat
fatal yakni kematian.

9. Apakah penyakit Mosculosketekal Disorders (MSDs) itu ? Jelaskan.
Jawaban:
Mosculosketekal Disorders (MSDs) merupakan Keluhan muskuloskeletal
yang dirasakan ringan -berat. Apabila otot menerima beban statis secara
berulang dan dalam waktu yg lama akan menyebabkan kerusakan pada sendi,
ligamen dan tendon (MSDs). MSDs di industri yang sering dikeluhkan adalah otot
rangka : leher, bahu lengan, tangan, jari, punggung, pinggang (Low Back Pain
=LBP) dan otot-2 bagian bawah.

10. Penyakit Mosculosketekal Disorders (MSDs) banyak dijumpai pada karyawan
yang bekerja di perusahaan menengah kebawah / industri kecil di tengah-tengah
masyarakat. Apakah sebabnya ? Jelaskan.
Jawaban:
Penyebab dari penyakit Mosculosketekal Disorders (MSDs) yakni :
a. Peregangan otot berlebihan (over exertion) cidera otot skeletal
b. Aktivitas berulang tanpa relaksasi
c. Sikap kerja tidak alamiah (semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat
gravitasi tubuh ketidak sesuain antara alat dan stasiun kerja dg ukuran
tubuh pekerja
d. Penyebab skunder : tekanan pd jaringan lunak, getaran,
e. Faktor individu : umur, sex, kebiasaan merokok, kesegaran jasmani,
kekuatan fisik dan ukuran tubuh (antropometri)
11. Buatkan re-design (rancang ulang) sebuah peralatan rumah tangga yang
selama ini sudah kita pakai sehari-hari, untuk meningkatkan kenyamanan
pemakaian. Jawaban seyogyanya tidak sama dengan jawaban tugas rumah.
Jawaban:
a. Kompor gas sudah dilengkapi dengan sumber api, sehingga begitu gas
dibuka langsung nyala. Tidak usah lagi menyalakan korek api. , sehingga
bahaya ledakan bisa berkurang. Selain itu sekarang sudah didisain model
tabung dengan ukuran kecil sehingga biaya yang dibutuhkan tidak terlalu
besar.
b. Ketel air dilengkapi pulit sehingga apabila air sudah panas pulit berbunyi
untuk Mengingatkan.
c. Rice cocker aliran listrik bisa mati otomatis apabila nasi sudah masak.
d. Panci presto, yang dilengkapi dengan tekanan sehingga memasak lebh cepat
dan hasilnya lebih baik.
e. Tadinya ibu rumah tangga mencuci dengan cara dikucek ataumengguna
kan papan penggilesan. Sekarang tidak perlu lelah mencucimenggunakan
alat tersebut, karena sudah tersedia mesin cuci untuk membantu
meringankan pekerjaan.
f. Ketika mengepel lantai pun harus diperhatikan posisinya agar lebihnyaman.
Sekarang sudah banyak alat untuk mengepel lantai yangmenggunakan
tangkai, karena akan mempermudah dan lebih
cepatselesai sehingga tidak perlu susah-
susah mengepel dalam posisijongkok (umumnya akan cepat lelah).



`
TUGAS MANDIRI KD III
1. Apakah hubungan antara ergonomi dengan produktifitas perusahaan? Jelaskan
jawaban Saudara.
Jawaban:
Bahwa produktivitas adalah suatu perbandingan antara keluaran / output
dengan masukan / input. Produktivitas akan semakin baik jika output semakin
tinggi sedangkan input semakin kecil. Dalam kerja maka produktivitas tinggi
tercapai bila output kerja tinggi dan input kerja rendah. Output kerja tinggi adalah
ketika hasil dari kerja berada pada tingkat yang optimum baik deri segi kualitas
atau kuantitas sedangkan input kerja rendah adalah penggunaan energi yang
minimal. Energi minimal tidak mengisyaratkan seseorang harus mengerjakan
sesuatu tanpa kerja keras. Orang malah bisa kerja keras siang-malam, namun
tidak merasa sedang bekerja susah payah. Setiap orang memiliki energi
minimal, sehingga ada yang mudah mendalami filsafat, ekonomi, atau bahasa,
dan lain sebagainya yang biasanya menjadi kelebihan dirinya. Seseorang bisa
saja bekerja keras menggeluti suatu hal, tetapi lebih kepada hasrat dan ambisi
untuk meraih suatu hal atau hobi atau kecintaan bidang tertentu (walaupun pada
umumnya sesuai dengan kelebihan yang dia miliki juga) sehingga dia tidak
merasa kerja dan menggunakan energi minimal. Jadi maksud penggunaan
energi yang minimal adalah melakukan sesuatu yang dimudahkan untuknya.
Yang dimudahkan untuk manusia adalah yang paling sesuai (fit) dengan
manusia tersebut. Tidak hanya sesuai (fit) dalam hal fisik tapi juga non fisik.
Disinilah peran ergonomi, fit the job to the man artinya menyesuaikan kerja
dengan manusia yang bekerja. Tujuannya agar mendapat output kerja yang
optimal karena bila manusia diberi tugas kerja yang sesuai (fit) dengannya maka
dia akan dimudahkan dalam bekerja dan hasil kerja menjadi optimal. Jadi
kesimpulannya dengan aplikasi fit the job to the man bisa menghasilkan output
kerja yang optimal dan penggunaan input kerja yang minimal atau dengan kata
lain ergonomi dapat meningkatkan produktivitas.
2. Sejak kapan ergonomi dikenal manusia? Kapankah kehadiran ergonomi di
Nusantara? Dimanakah terdapat bukti-bukti dimaksud?
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK DAN KEJURUAN
FKIP UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Jawaban:
Perkembang ergonomi dipopulerkan pertama kali pada tahun 1949 sebagai
judul buku yang dikarang oleh Prof. Murrel. Ergonomi telah menjadi bagian dari
perkembangan budaya manusia sejak 4000 tahun yang lalu (Dan Mac Leod,
1995). Perkembangan ilmu ergonomi dimulai saat manusia merancang benda-
benda sederhana, seperti batu untuk membantu tangan dalam melakukan
pekerjaannya, sampai dilakukannya perbaikan atau perubahan pada alat bantu
tersebut untuk memudahkan penggunanya. Pada awalnya perkembangan
tersebut masih tidak teratur dan tidak terarah, bahkan kadang-kadang terjadi
secara kebetulan.
Perkembangan ergonomi modern dimulai kurang lebih seratus tahun yang
lalu pada saat Taylor (1880-an) dan Gilberth (1890-an) secara terpisah
melakukan studi tentang waktu dan gerakan. Penggunaan ergonomi secara
nyata dimulai pada Perang Dunia I untuk mengoptimasikan interaksi antara
produk dengan manusia. Pada tahun 1924 sampai 1930 Hawthorne Works of
Wertern Electric (Amerika) melakukan suatu percobaan tentang ergonomi yang
selanjutnya dikenal dengan Hawthorne Effects (Efek Hawthorne). Hasil
percobaan ini memberikan konsep baru tentang motivasi ditempat kerja dan
menunjukan hubungan fisik dan langsung antara manusia dan mesin. Kemajuan
ergonomi semakin terasa setelah Perang Dunia II dengan adanya bukti nyata
bahwa penggunaan peralatan yang sesuai dapat meningkatkan kemauan
manusia untuk bekerja lebih efektif. Hal tersebut banyak dilakukan pada
perusahaan-perusahaan senjata perang.

3. Apakah aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam men-design sebuah
peralatan kerja pada sebuah industri?
Jawaban:
Aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam mendesain sebuah peralatan kerja
di perusahaan/industri yakni:
d. Sikap dan posisi kerja.
Mengurangi keharusan operator untuk bekerja dengan sikap dan
posisi membungkuk dengan frekuensi kegiatan yang sering atau
jangka waktu lama. Untuk mengatasi problema ini maka stasiun kerja
harus dirancang- terutama dengan memperhatikan fasilitas kerjanya seperti
meja kerja, kursi dll yang sesuai dengan
data antropometri-agar operator dapat menjaga sikap dan posisi
kerjanya tetap tegak dan normal. Ketentuan ini terutama sekali
ditekankan bilamana pekerjaan-pekerjaan harus dilaksanakan dengan
posisi berdiri.
Operator tidak seharusnya menggunakan jarak jangkauan maksimum yang
bisa dilakukan. Pengaturan posisi kerja dalam hal ini dilakukan dalam
jarak jangkauan normal (konsep/prinsip ekonomi gerakan ). Disamping
pengaturan ini bisa memberikan sikap dan posisi yang nyaman juga
akan mempengaruhi aspek-aspek ekonomi gerakan. Untuk hal-hal
tertentu operator harus mampu dan cukup leluasa mengatur tubuhnya
agar memperoleh sikap dan posisi kerja yang lebih mengenakkannya.
Operator tidak seharusnya duduk atau berdiri pada saat bekerja untuk
waktu yang lama dengan kepala, leher, dada atau kaki berada dalam sikap
atau posisi miring. Demikian pula sedapat mungkin menghindari cara kerja
yang memaksa operator harus bekerja dengan posisi telentang atau
tengkurap.
Operator tidak seharusnya dipaksa bekerja dalam frekuensi atau periode
waktu yang lama dengan tangan atau lengan berada dalam posisi diatas
level siku yang normal.
e. Antropometri dan dimensi ruang kerja.
Antropometri pada dasarnya akan menyangkut ukuran fisik atau fungsi
dari tubuh manusia termasuk disini ukuran linier, berat volume, ruang
gerak, dan lain-lain. Data antropometri ini akan sangat bermanfaat
didalam perencanaan peralatan kerja atau fasilitas-fasilitas kerja
(termasuk disini perencanaan ruang kerja ). Persyaratan ergonomis
mensyaratkan agar supaya peralatan dan fasilitas kerja sesuai dengan
orang yang menggunakannya khususnya yang menyangkut dimensi
ukuran tubuh. Dalam menentukan ukuran maksimum atau minimum
biasanya digunakan data antropometri antara 5-th dan 95-th percentile.
Untuk perencanaan stasiun kerja data antropometri akan bermanfaat baik
didalam memilih fasilitas-fasilitas kerja yang sesuai dimensinya dengan
ukuran tubuh operator, maupun didalam merencanakan dimensi ruang kerja
itu sendiri.
Dimensi ruang kerja akan dipengaruhi oleh hal pokok yaitu situasi fisik
dan situasi kerja yang ada. Didalam menentukan dimensi ruang kerja perlu
diperhatikan antara lain jarak jangkauan yang bisa dilakukan oleh
operator, batasan-batasan ruang yang enak dan cukup memberikan
keleluasaan gerak operator dan kebutuhan area minimum yang harus
dipenuhi untuk kegiatan-kegiatan tertentu.
f. Efisiensi ekonomi gerakan dan pengaturan fasilitas kerja.
Organisasi fasilitas kerja sehingga operator secara mudah akan
mengetahui lokasi penempatan material (bahan baku, produk akhir atau
limbah buangan/skrap), spare-parts, peralatan kerja, mekanisme kontrol
atau display dan lain-lain yang dibutuhkan tanpa harus mencari-cari.
Buat rancangan fasilitas kerja (mesin, meja, kursi dan lain-lain) dengan
dimensi yang sesuai data antropometri dalam range 5 sampai 95-th
percentile agar operator bisa bekerja leluasa dan tidak cepat lelah.
Biasanya untuk merancang lokasi jarak jangkauan akan dipergunakan
operator dengan jarak jangkau terpendek (5-th percentile), sedangkan
untuk lokasi kerja yang membutuhkan clearence akan
mempergunakan data yang terbesar (95-th percentile).
Atur suplai/pengiriman material ataupun peralatan/perkakas secara
teratur ke stasiun-stasiun kerja yang membutuhkan. Disini operator tidak
seharusnya membuang waktu dan energi untuk mengambil material atau
peralatan/perkakas kerja yang dibutuhkan.
Untuk menghindari pelatihan ulang yang tidak perlu dan kesalahan-
kesalahan manusia karena pola kebiasaan yang sudah dianut, maka
bakukan rancangan lokasi dari peralatan kerja (mekanisme kendali
atau display) untuk model atau type yang sama.
Buat rancangan kegiatan kerja sedemikian rupa sehingga akan terjadi
keseimbangan kerja antara tangan kanan dan tangan kiri (terutama untuk
kegiatan perakitan). Diharapkan pula operator dapat memulai dan
mengakhiri gerakan kedua tangannya tersebut secara serentak dan
menghindari jangan sampai kedua tangan menganggur (idle) pada saat
yang bersamaan. Buat pula peralatan-peralatan pembantu untuk
mempercepat proses handling. Disamping itu bila mana memungkinkan
suatu kegiatan juga dikerjakan/dikendalikan dengan menggunakan kaki-
untuk mengurangi kerja tangan hal-hal tertentu- maka bisa pula
dirancang mekanisme khusus untuk maksud ini. Apabila akhirnya kaki
juga ikut serta "meramaikan" pelaksanaan kerja, maka distribusikan
beban kerja tersebut secara seimbang antara tangan dan kaki.
Biasanya untuk mengendalikan kegiatan yang memerlukan tingkat
ketelitian yang tinggi, tanggungjawab untuk pelaksanaan untuk hal
tersebut biasanya akan dibebankan pada tangan kanan (perkecualian
untuk orang kidal hal ini haruslah dirancang secara khusus).
Atur tata letak fasilitas pabrik sesuai dengan aliran proses
produksinya. Caranya adalah dengan mengatur letak mesin atau fasilitas
kerja berdasarkan konsep "machine-after-machine" yang disesuaikan
dengan aliran proses yang ada. Prinsip tersebut adalah untuk
meminimalkan jarak perpindahan material selama proses produksi
berlangsung terutama sekali untuk fasilitas-fasilitas yang frekuensi
perpindahan atau volume material handlingnya cukup besar. Stasiun-
stasiun kerja ataupun departemen-departemen yang karena fungsinya
akan sering kali berhubungan dan berinteraksi satu dengan yang lain
juga harus diletakkan berdekatan guna mengurangi waktu gerak
perpindahan.
Kombinasi dua atau lebih peralatan kerja sehingga akan memperketat
proses kerja. Demikian pula sedapat mungkin peralatan kerja yang
akan digunakan sudah berada dalam arah dan posisi yang sesuai
pada saat operasi kerja akan diselenggarakan.

4. Jelaskan yang dimaksud dengan Cumulative Trauma Disorder (CTD)?
Jawaban:
Cumulative Trauma Disorder (CTD) merupakan Penyakit timbul karena
terkumpulnya kerusakan-kerusakan kecil akibat trauma berulang yang
membentuk kerusakan yg cukup besar dan menimbulkan rasa sakit (rasa nyeri,
kesemutan, pembengkakan).
5. Sebutkan beberapa aktivitas fisik pekerja yang dapat menimbulkan CTD
tersebut.
Jawaban:
Gejala CTD muncul pd jenis pekerjaan yg monoton, sikap kerja tdk
alamiah,penggunaan otot melebihi kemampuan.
Faktor risiko terjdnya CTD : sikap tubuh yg janggal, gaya melebihi
kemampuan jaringan,lama waktu saat melakukan kegiatan yg janggal,
6. Banyak peralatan rumah tangga yang sudah lama dipakai, tetapi sesungguhnya
desainnya tidak ergonomis dan sampai sekarang bahkan masih laku di pasaran.
Berikan analisis mengenai hal ini.
Jawaban:
Sampai saat ini masih banyak peralatan rumah tangga yang desainnya
tidak ergonomis akan tetapi masih dipakai dan juga laku di pasaran. Hal ini
dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang barang-barang yang
ergonomis akan lebih meringankan oekerjaan mereka. Selain itu dari
kebanyakan konsumen juga beranggapan bahwa barang yang didesain
ergonomis harganya relative lebih tinggi jika dibandingkan dengan barang yang
tidak ergonomis. Sehingga banyak barang yang desainnya tidak ergonomis
masih laku dan digunakan oleh masyarakat.
7. Untuk mengetahui kesehatan kerja karyawan jangka panjang, sering kali
dipergunakan Ergonomic Awareness Checklist (EAC). Uraikan manfaat dan
fungsi EAC ini dalam upaya mempertahankan unjuk kerja karyawan.
Jawaban:
Manfaat dan fungsi dari Ergonomic Awareness Checklist (EAC) yakni:
a. Dengan adanya Ergonomic Awareness Checklist (EAC) perusahaan akan
mengetahui sejauh mana kenyaman pekerja saat bekerja sehingga tidak
mempengaruhi efektivitas perusahaan.
b. Dengan adanya Ergonomic Awareness Checklist (EAC) perusahaan dapat
meningkatkan perhatiannya terhadap pekerja terkait kenyamanan dan
keselarasan pekerja dalam bekerja.

8. Ada beberapa faktor resiko dan kesalahan ergonomi yang apabila dibiarkan
berlarut-larut dapat menyebabkan penyakit akibat kerja. Apa sajakah faktor-
faktor tersebut?
Jawaban:
Faktor resiko yang terpenting dari pengabaian faktor ergonomi dalam
tempat kerja adalah MSDs (musculoskeletal disorders). MSDs ini
memungkinkan timbul dalam waktu yang cukup lama (adanya kumulatif resiko).
Menurut UCLA-LOSH (bagian K3 UCLA), ada beberapa faktor risiko yang
berhubungan dengan ergonomi, yakni:
a. Pengaturan kerja yang buruk (Poor Work Organization) : Aspek-aspek
diamana suatu pekerjaan diorganisasikan dengan buruk. Sebagai contoh
tugas yang membosankan, pekerjaan menggunakan mesin, jeda kerja yang
kurang, batas waktu yang banyak. Beban kerja yang proporsional, jeda kerja
yang cukup, penugasan yang bervariasi, otonomi individual.
b. Pengulangan Berkelanjutan (Continual Repetition) : Melakukan gerakan yang
sama secara terus menerus. Mendisain ulang pekerjaan sehingga jumlah
pergerakan yang berulang dapat berkurang, perputaran pekerjaan.
c. Gaya Berlebih (Excessive Force) : Pergerakan tubuh dengan penuh tenaga,
usaha fisik yang berlebih-menarik, memukul, dan mendorong. Kurangi gaya
dalam menyelesaikan pekerjaan, disain ulang pekerjaan, tambah pekerja,
gunakan bantuan mesin.
d. Postur Janggal (Awkward Posture) : Meperpanjang pencapaian dengan
tangan, twisting, berlutut, jongkok. Postur janggal lawan dari posisi netral.
Disain pekerjaan dan peralatan yang dapat menjaga posisi netral. Posisi
netral tidak semestinya memberikan tekanan pada otot, tulang sendi, maupun
syaraf.
e. Posisi Tidak Bergerak (Stationary Positions) : Terlalu lama diam dalam satu
posisi, menyebabkan kontraksi otot dan lelah. Disain pekerjaan untuk
menghindari posisi tidak bergerak; berikan kesempatan untuk merubah posisi.
f. Tekanan Langsung Berlebih (Excessive Direct Pressure) :Tubuh kontak
langsung dengan permukaan keras atau ujung benda, seperti ujung meja
atau alat. Hindari tubuh berpijak pada permukaan yang keras seperti
meja dan kursi. Perbaharui peralatan atau sediakan bantalan; seperti pulpen
ergonomis, keset untuk berdiri.
g. Pencahayaan yang inadekuat
h. (Inadequate Lighting) : Sumber atau level dari pencahayaan yang terlalu
terang atau gelap. Setel pencahayaan yang pas, hindari pencahayaan
langsung dan tak langsung yang dapat mengakibatkan kerusakan mata.
Gunakan sekat cahaya silau, tirai untuk jendela.

9. Bila perusahaan mengabaikan faktor ergonomis, maka akan berakibat pada
kefatalan kerja. Sebutkan urutan kefatalan kerja tersebut.
Jawaban:
Kefatalan kerja yang disebabkan perusahaan yang mengabaikan faktor
ergonomis yakni:
a. Pekerja akan cepat lelah saat bekerja akibat kondisi perusahaan yang tidak
nyaman.
b. Proses produksi akan semakin menurun drastis.
c. Kemungkinan pekerja jika terlalu lelah maka tidak fokus terhadap pekerjaan
sehingga bisa berakibat melakukan kesalahan. Misalkan salah pengoperasian
mesin, dan juga merasakan sakit pada fisik.
d. Semakin banyak faktor resiko dan semakin lama pekerja akan terpapar, maka
semakin besar kemungkinan berkembang suatu gejala atau kecelakaan.
Jumlah paparan (gerakan, tingkat gaya) yang bisa mengakibatkan
kelainan/penyakit belum diketahui secara pasti.
e. Jika sudah terlalu lama terkenan paparan itu maka dapat berakibat sangat
fatal yakni kematian.

10. Apakah penyakit Mosculosketekal Disorders (MSDs) itu? Jelaskan.
Jawaban:
Mosculosketekal Disorders (MSDs) merupakan Keluhan muskuloskeletal
yang dirasakan ringan -berat. Apabila otot menerima beban statis secara
berulang dan dalam waktu yg lama akan menyebabkan kerusakan pada sendi,
ligamen dan tendon (MSDs). MSDs di industri yang sering dikeluhkan adalah otot
rangka : leher, bahu lengan, tangan, jari, punggung, pinggang (Low Back Pain
=LBP) dan otot-2 bagian bawah.

11. Penyakit Mosculosketekal Disorders (MSDs) banyak dijumpai pada karyawan
yang bekerja di perusahaan menengah kebawah / industri kecil di tengah-tengah
masyarakat. Apakah sebabnya? Jelaskan.
Jawaban:
Penyebab dari penyakit Mosculosketekal Disorders (MSDs) yakni :
a. Peregangan otot berlebihan (over exertion) cidera otot skeletal
b. Aktivitas berulang tanpa relaksasi
c. Sikap kerja tidak alamiah (semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat
gravitasi tubuh ketidak sesuain antara alat dan stasiun kerja dg ukuran
tubuh pekerja
d. Penyebab skunder : tekanan pd jaringan lunak, getaran,
e. Faktor individu : umur, sex, kebiasaan merokok, kesegaran jasmani, kekuatan
fisik dan ukuran tubuh (antropometri)

12. Kapankah design sebuah peralatan dan/atau lingkungan kerja boleh
mengabaikan prinsip-prinsip ergonomi? Jelaskan.
Jawaban:
Suatu design sebuah peralatan dan/atau lingkungan diperbolehkan
mengabaikan prinsip-prinsip ergonomi bila pelaku yang melakukannya
menginginkan maksud tersendiri dari tujuannya itu. Semisal, me-design kursi
ruang tamu dengan tidak terlalu nyaman, mengingat kursi tersebut berfungsi
sebagai tempat duduk tamu bilamana tamu tersebut telah menyelesaikan
urusannya dalam bertamu dapat segera mungkin untuk pulang. Selain itu, kursi
bar yang di-design tinggi tanpa adanya sandaran untuk punggung. Hal ini
dikarenakan si pemilik bar menginginkan apabila customer tersebut telah
dilayani sesuai keinginginannya dapat meninggalkan tempat dan diganti dengan
customer lainnya.

13. Sebuah perusahaan melakukan pengadaan peralatan baru. Menurut saudara,
manakah persyaratan utama peralatan yang harus dipenuhi: desain
ergonomisnya atau produktivitas alat tersebut? Bagaimanakah hubngannya
dengan soal nomor 1 diatas. Uraikan jawaban Saudara.
Jawaban:
Keduanya saling berkaitan jadi keduanya merupakan syarat utama yang
harus dipenuhi. Dalam pengadaan peralatan baru harus diperhatiakan desain
ergonomisnya dikarenakan jika peralatan baru tersebut memiliki desain
ergonomis maka proses pruduktivitas akan menjadi semakin baik dan akan
mengurangi resiko kesalahan atau kecelakaan kerja. Begitu pula produktivitas
akan semakin lancar dan output kerja akan optimal, input kerja akan minimal.

Vous aimerez peut-être aussi