Vous êtes sur la page 1sur 18

"Slurry Pump 34-PU-101 & Bantalan Bearing" @ PT.

Newmont


4.1.Pengertian Pompa
Pompa adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan fluida dari tekanan yang lebih
rendah ke tekanan yang lebih tinggi dan/ atau posisi yang lebih rendah ke posisi yang lebih
tinggi. Salah satu jenis pompa yang banyak dipakai untuk kebutuhan industri adalah pompa
sentrifugal. Pada pompa sentrifugal salah satu komponen yang penting adalah bearing sebagai
penumpu poros untuk menggerakkan impeler pada pompa sentrifugal. Akibat adanya gaya-gaya
yang timbul sebagai akibat dari putaran pada impeler pompa, timbul gaya aksial yang
menyebabkan bantalan/ bearing mudah mengalami kerusakan. Oleh sebab itu, digunakan
bantalan/ bearing tipe sebagai pengganti bantalan tipe yang mampu menerima gaya-gaya aksial
yang ditimbulkan akibat putaran pada poros impeler pompa

4.2. Mekanisme Pompa
Pompa Slurry yang digunakan adalah merk WARMAN ,merupakan salah satu dari jenis
pompa sentrifugal, pompa ini mengalirkan fluida dengan viskositas yang cukup tinggi, memilki
jenis aliran fase fluida yakni fase lebih dari 1 fase ( multifase). Dalam aplikasinya pompa ini
mengalirkan fluida yang berjenis lumpur ( konsentrat). Prinsip kerjanya adalah dengan cara
memutar Impeler rotor guna menghasilkan energi kinerik, dan kemudian dikonversikan menjadi
energi potensial (head). Keausan pada Impeler pada Pompa sllurry memilki potensi yang lebih
besar dibandingkan dengan jenis impeler pompa yang lain, sebab material yang dialirkan bukan
jenis liquid ( cair) melainkan semi-solid, dimana material ini lebih bersifat abrasif. Mekanisme
pengoperasian dari pompa WARMAN adalah memutar Impeler pompa dengan poros yang
diputar oleh sumber putaran yakni motor listrik, guna mendapatkan torsi/ momen pompa yang
besar, mengingat fluida yang dialirkan adalah fluida jenis semi-solid, maka beban( load) yang
dialami Impeler cukup besar,guna mendapatkan head yang diinginkan sehinngga dari motor
listrik putaran poros diteruskan ke bagian gearbox. Gearbox digunakan untuk mereduksi putaran
input yang diberikan guna

mendapatkan putaran ouput yang lebih rendah namun torsi/momen yang dihasilkan ke poros
penerus bertambah besar,gesarbox yang digunakan pada Pompa WARMAN adalah Gearbox
Falk. Dari gearbox, putaran poros kemudian diteruskan ke kopling poros, sesuai dengan
fungsinya kopling ini berfungsi sebagai pengatur putaran poros. Dari kopling,poros kemudian
diteruskan ke bagian housing poros penggerak impeler yang dinamakan Barrel WARMAN, di
dalam Barrel ini terdapat beberapa bantalan yang berfungsi sebagai bantalan poros penggerak,
yakni bearing tipe cylindrical roller dan tappered double roller ( back to back), dan terdapat
beberapa jenis seal, yang salah satunya berfungsi di bearing yakni mencegah kotoran masuk ke
dalam roller maupun ke dalam minyak pelumasan, mengingat clearence yang ditoleransikan
cukup kecil, yakni kurang lebih sebesar 0.3 mm, apabila penyetelan clearence tidak lah tepat,
dapat menyebabkan kegagalan fungsi pada bearing sebab apabila terlalu kecil, maka gesekan
pada roller akan semakin besar sehingga timbul panas dan dapat menyebabkan bearing terbakar,
namun bila penyetelan clearence terlalu besar, dapat menyebabkan slip (licin) pada roller
sehingga roller tidak dapat berputar secara normal, akibatnya banyak mengalami kerugian
putaran pada poros.
Pompa Warman menggunakan tipe Centrifugal Pump,yang sistemnya telah dijelaskan di
atas. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan pompa ini adalah :
Perhitungan Ukuran Impeller, yang dikondisikan sesuai dengan fluida padat
Perkiraan seal yang digunakan pada poros, dan bahan spesifikasi seal yang digunakan agar
memilki umur pengopersian yang panjang

Gambar skema diagram alir Pompa WARMAN
Volume/ Laju aliran, volume yang diperhitungkan pada pompa ini dipengaruhi dari beberapa
factor, yakni : Berat jenis partikel fluida ( SG), jumlah fluida solid yang dipompa, Konsentrasi
padatan di dalam lumpur

SAG Mill
Pompa WARMAN
Cyclone




Diagram 4.1 alur proses pompa

Pada diagram dapat dilihat bahwa, pompa Warman berfungsi untuk mempompa aliran konsentrat
yang telah dihancurkan di SAG Mill untuk dialirkan menuju Cyclone.

4.3. Bagian ( Part) Pompa Warman ( Desain )
Pompa Warman mrupakan salah satu tipe pompa slurry, yang memilki kehandalan dalam hal
mengalirkan fluida yang bersifat abrasive, dalam aplikasinya di lapangan digunakan Pompa
Warman tipe LSA 22x24-54 9 KF C/4ME H. Kode tersebut memilki arti sebagaimana akan
dijelaskan berikut ini :
LSA 22x24-54.9 KF C/4ME H
o LSA
Kode tersebut merupakan kode untuk tipe Pompa Slurry

o Kode 22
Menunjukkan ukuran nozzle Discharge ( Nosel Output) yakni 22 inch

o Kode 24
Menunjukkan ukuran nozzle Suction ( Nosel Hisap/ Input) , yakni 24 inch

o Kode 54
Menunjukkan ukuran Diameter Impeller, yakni 54 inch

o Kode 9
Menunjukkan ukuran shaft ( lihat di tabel) , yakni kode 9

o Kode K
Menunjukkan kode type Plug, yakni tipe plug adalah 7.75

o Kode F
Menunjukkan kode tipe Seal yang digunakan, yakni tipe Packing, Forward Flush

o Kode C
Menunjukkan kode Shell Hydraulic Type, tipe yang digunakan adalah Semi - Volute

o Kode 4
Menunjukkan jumlah Impeler vane yang digunakan , jumlah vane yang digunakan 4 buah

o Kode ME
Menunjukkan tipe Impeler Hydraulic Type, tipe yang digunakan adalah Conventional Warped
Vane

o Kode 0
Menunjukkan jumlah Hidraulik yang digunakan, tidak ada penggunaan hidraulik

o Kode H
Menunjukkan kode konstruksi, tipe yang digunakan adalah Integral Hub Linear
Bagian- bagian perangkat tambahan penting pada Pompa Warman meliputi :
Motor Listrik
Motor Lisrik yang digunakan pada Pompa warman adalah jenis motor listrik Induksi dengan
merk Siemens tipe 680-800-1120. Memilki putaran operasional sebesar 1500 rpm. Dengan
spesifikasi sebagai berikut :
Tipe : 680-800-1120
Daya : 2.000 HP/ 1492 kW
Putaran : 1500 rpm
Kutub /Pole : 4 pole
Frame Size : 6813

GearBox
Gearbox yang digunakan pada pompa Warman adalah merk Gearbox Falk, dengan spesifikasi
sebagai berikut :
Kode : 110 LBXD3A
Model : 465AI-CT
In put : 1485 rpm
Output : 405rpm
Ratio : 2

Gear box ini digunakan untuk mereduksi putaran yang terdapat pada poros motor listrik supaya
menjadi lebih kecil, ini disesuaikan dengan karakteristirk pompa Slurry bahwan putaran
operasional yamg maksimum terjadi pada putaran yang tidak terlalu tinggi, dengan begitu
Impeller pada pompa memilki momen torsi yang lebih besar dari pompa fluida biasa,mengingat
fluida yang dipompakan adalah fluida yang bersifat solid dan abrasive.

Gambar 4.2 Gearbox Falk

Kopling
Kopling merupakan elemen mesin yang mempunyai fungsi meneruskan putaran dan daya dari
poros penggerak ke poros mesin yang digerakkan. Pada pemasangan kopling, diusahakan sumbu
poros penggerak dengan yang digerakkan berada pada satu garis lurus atau sedikit berbeda
dengan toleransi tertentu, hal ini bertujuan untuk menghindari getaran pada poros yang akan
dapat menyebabkan \kerusakan pada poros dan elemen mesin lainnya. Kopling yang digunakan
pada pompa ini,menggunakan kopling guard, dan terdapat 2 jenis kopling guard yang digunakan,
yakni : kopling guard low speed, dan kopling guard untuk high speed.


4.4. Spesifikasi Pompa
Pompa yang digunakan adalah tipe WARMAN dengan kode LSA 22x24-54.9 KF C/4ME H.







Gambar 4.3 Penampang Pompa WARMAN
Komponen penting dari Pompa slurry adalah
4.4.1.Impeler Rotor
Desain Impeler pada Pompa Slurry tentunya berbeda dengan dengan pompa sentrifugal jenis
lainnya. Impeler merupakan komponenn penting dalam pengoperasian,jenis impeler yang
digunakan pada pompa ini umumnya digunakan tipe Francis. Tipe francis dipilih karena sesuai
dengan karakteristiknya yakni :

Sesuai untuk aliran padat
Cocok untuk Aliran Bervibrasi
Mereduksi Ukuran Diameter Impeller
Mereduksi mata Impeller
Bahan Impeler pada Pompa Warman menggunakan bahan Wear Erossian Resistant Cast Alloy.
Gambar 4.4 Impeller dan Rumah (Casing)
( sumber : Handbook Slurry Pump Warman)

Gambar 4.5 Tipe-tipe Vane Pompa Slurry
( sumber : Handbook Slurry Pump Warman)


Pada Pompa Slurrry tipe Impeler yang digunakan adalah tipe non standard. Faktor faktor yang
mempertimbangkan perlunya menggunakan tipe ini adalah :
Material fluida yang dipompa
Tingginya head yang diperlukan
Mengurangi ukuran diameter Impeller
Mengurangi mata Impeller
Gambar 4.5 Macam-macam Diameter Impeller
( sumber : Handbook Slurry Pump Warman)

4.4.2.Casing Pompa ( Rumah pompa)
Rumah pompa memiliki beberapa jenis , hal ini diklasifikasikan menjadi :
Volute
Semi- Volute
Concentric
Gambar 4.6 Tipe Rumah Pompa
( sumber : Handbook Slurry Pump Warman)


Pada Pompa Warman , casing (rumah pompa) menggunakan jenis /tipe Semi- Volute, meskipun
effisiensi dari tipe semi-volute lebih kecil dibandingkan dengan tipe volute terbuka, hal ini
disesuaikan dengan kondisi fluida yang dipompa, karena fluida yang dialirkan adalah lumpur
yang bersifat abrasif terhadap material bahan, maka pertimbangan desain dipilih bentuk Semi-
Volute, yang dapat mengurangi keausan pada material/ bahan pompa.
Gambar 4.7 casing Pompa Warman

4.4.3..Barrel New Warman
Barrrel merupakan housing dudukan bearing dan poros yang terdapat pada bagian skematis
pompa warman slurry, terdapat komponen-komponen utama yang terdapat pada barrel
WARMAN Pump, yakni meliputi :
Poros
Bearing 1
Bearing 2



Gambar 4.8- Barrel Warman Pump

C
B
A

Gambar 4.9- skema Barrel Warman Pump
Keterangan :
A= Poros pompa
B= Bearing Tappered rolller ( back to back)
C= Bearing Cylindrical roller

4.4.3.1 Poros
Poros dalam hal ini berfungsi sebagai berfungsi untuk meneruskan tenaga bersama-sama
dengan putaran. Bagian pada poros meliputi pasak dan kopling.






Gambar 5.0 - Poros Pompa Warman

Poros ini memiliki jenis poros bertingkat, diameter poros pada bagian tengah , dibuat lebih lebar
dibandingkan dengan bagian dari sisi kiri maupun kanan dengan pertimbangan beban yang
dalami di tengah pada poros penggerak Impeler ini memilki momen torsi maupun momen puntir
yang lebih besar.

4.3.3.2.Bearing 1

Bearing ini terletak di poros bagian poros putaran utama , yakni bagian poros yang
berhubungan langsung dengan motor listrik dan diteruskan dengan gearbox. Bearing yang
digunakan adalah tipe bearing roller cylindrical bearing ini digunakan untuk prioritas menahan
beban radial yang diakibatkan dari poros. Gaya radial yang terjadi pada bearing ini cukup besar,
mengingat putaran dan torsi momen yang betrasal dari poros cukup besar.

4.3.3.3.Bearing 2

Bearing ini terletak di poros bagian penghubung Impeler pompa , bearing yang digunakan
adalah tipe tappered roller bearing ,bearing ini digunakan untuk dapat menahan kedua beban
sekaligus, yakni beban aksial dan beban radial.


4.5.Macam- macam beban pada bearing
Faktor- faktor yang berpengaruh pada pengoperasian bearing tersebut di lapangan adalah :
1.Beban yang didapatkan masing-masing bearing :
Beban tersebut dapat dibedakan menjadi 2, yakni :
Beban Rata-rata
Untuk beban rata-rata, dapat dibedakan di beberapa kondisi, yakni :
1.Beban Fluktuatif Stepp
Rumus beban :
2.Beban Consecutive
Rumus beban:

3.Beban Fluktuasi linear
Rumus beban :

Beban Equivalen
Beban yang terjadi akibat adanya beban aksial dan beban radial pada bearing,bila bearing terkena
salah satu dari gaya tersebut, maka disebut beban equivalen , sedangkan bila terkena 2 gaya
tersebut sekaligus, maka disebut beban static equivalent load.
Dynamic Equivalent Axial load
Static Equivalent Radial Load
Static Equivalent Axial Load

4.6.Gesekan dan Kenaikan Temperatur
Pada bearing, gesekan harus memilki koefisien yang kecil,mengurangi rugi kalor yang terjadi.
( Manual Book Bearing NTT)
Keterangan :
o = koefisien gesekan ( dapat dilihat di tabel)
o M= momen gesekan (N.mm)
o P= beban pada bearing (N)
o d = diameter bore bearing (mm)


Kenaikan suhu temperature pada bearing, diakibatkanu oleh adanya rugi gesekan yang terjadi
pada bearing ( Manual Book Bearing NTT)
Keterangan :
o Q= Nilai kalor ( kW)
o M= momen gesekan (N.mm)
o n = putaran (rpm)

4.7 .Macam-macam kegagalan bearing
Bearing yang dipasang di lapangan tentunya beroperasi pada putaran di bawah normal,
dengan adanya kondisi tersebut, tentunya bearing mengalami beberapa kegagalan. Kegagalan
beraing yang sering terjadi di lapangan meliputi :
Creep
Kegagalan yang diakbtkan karena terjadinya korosi pada permukaan bidang landasan bearing.

Seizure
Kegagalan dengan terjadinya deformasi Plastic Yielding, terdapat bagian bearing yang
meleleh,distribusi panas pada bearing yang tidak merata serta pembebanan yang tidak sempurna.
Terjadinya slip roller, akibat serbuk yang terbentuk di permukaan bidang landasan bearing.

Rust
Terjadi pada bearing jenis roller bearing, terjadi goresan-goresan di permukaan bidang bearing

Rolling Fatigue
Kegagalan dengan adanay kekasaran permukaan yang terlalu kasar,akibat beban aksial yang
terlalu besar

Fracture
Kerusakan pada bearing akibat adanya kelebihan beban dan getaran yang terlalu tinggi,
mengakibatkan rusaknya pilar-pilar sangkar pada bearing

Electric Pitting
Kerusakan yang dapat dilihat dengan adanya jejak-jejak kekasaran permukaan akibat electric
pittiing

(sumber : SLS Failure Analysis Chart)





4.8.PELUMASAN BEARI NG
Dalam pengoperasiannya, pompa ini menggunakan 2 jenis tipe bearing, yakni tappered
roller bearing dan cylindrical roller bearing ( telah dijelaskan di atas) , pelumasan yang
umumnya digunakan pada kedua bearing ini relatif sama, yakni grease
Cylindrical roller bearing

Tappered roller bearing

(sumber : www.skf.com)




4.9 ANALISIS DATA PERHITUNGAN
Berikut beberapa data-data yang terdapat di dalam dokumen/ rekap data pompa Warman
Flow Rate : 23521 GPM, 5393.3 m3/hr, 1481 L/s
Total Head : 28.2 m, 92.5 feet
Slurry : 1.6 (SG)
Solid : 2.9 (SG)
APS : 450 micron
Pump Power : 1089 BHP, 812,4 kW
Pump Speed : 314 RPM
Motor Power : 2000 HP, 1492 kW
Motor Speed : 1500 RPM
( sumber : dokumen sheet Warman pump)

5. 1 Perhitungan Analisis Pompa
5.1.1.Menentukan kecepatan spesifik kinematik
Kecepatan spesifik merupakan kecepatan dari Impeller yang secara geometris sama
dengan diameter tertentu apabila ukurannya diubah secara proporsional agar dapat
memberikan kapasitas 1 m2/s pada tinggi tekan 1 meter. Kecepatan spesifik dirumuskan
sebagai berikut ;
Keterangan :
n= kecepatan poros pompa (rpm)
Q= kapasitas pompa (m3/s)
H= head total pump (m)
Perhitungan :

nsq=
nsq=31.4

5.1.2. Menentukan bilangan bentuk
Besaran lain yang juga sering digunakan untuk menentukan jenis impeler adalah
bilangan bentuk. Bilangan bentuk merupakan besaran non-dimensional, yang juga diturunkan
dari persamaan kecepatan spesifik. Bilangan bentuk ( nsf ) dinyatakan dalam persamaan
(Stephen Lazarkiewich , Impeller pump,Hal 120) :

Termasuk jenis Impeler Tipe Francis ( nilai nsq berkisar 90 240)
5.1.3.Perhitungan Gaya Aksial
Untuk menghitung gaya aksial, terlebih dahulu harus diketahui beberapa data, guna
mendukung kalkulasi perhitungan gaya aksial, data tersebut adalah kecepatan inlet impeller
(u1) dan kecepatan outlet impeller (u2)
Kecepatan inlet impeller dapat menggunakan persamaan ( Manual Book Slurry Pump
Warman) :

Keterangan :
d= diameter masuk impeller (inch)
Q= debit (gpm)
Kecepatan outlet impeller dapat menggunakan persamaan ( Manual Book Slurry Pump
Warman) :
u2= Fl ( Slurry Pump)
Keterangan :
Fl= konstanta ( pada grafik Slurry)
D = diameter pipa ( ft)
g = percepatan gravitasi ( ft/s2)
S S = kadar solid ( SG)
Sl = anggap nilai Sl =1
Fluida memasukii impeller dengan kecepatan v dengan arah gaya aksial yang selanjutnya
berbelok ke arah radial . gaya yang ditimbulkan akibat hal ini dirumuskan (Stephen
Lazarkeiwicz, Impeler Pump,hal 348) :
Keterangan :
m: laju aliran massa slurry yang melewati Impeller
Q: laju kapasitas aliran ( m3/s)
: berat jenis fluida Slurry ( N/m3)
v : kecepatan fluida
Gaya ini cenderung menyebabkan impeller menjauhi sisi hisap dan bekerja pada luasan yang
dibatasi, selnjutnya gaya yang bekerja pada luasan yang sama besar namun berbeda arahnya.
Persamaan yang digunakan adalah (Austin H. Church, Pompa dan Blower Senrifugal hal
156):

)


)

Keterangan :
u2= kecepatan masuk Impeller
u1 : kecepatan keluar Impeller
po: tekanan keluar
p1: tekanan masuk
: berat jenis
do: diameter
dh: diameter
Perhitungan gaya aksial total menjadi :
Fa = F1-F2
Perhitungan :
Menghitung kecepatan inlet :


u1 =14 ft/s , 4.3 m/s
Menghitung kecepatan outlet :
u2= V2= Fl
u2 =
u2 =28.16 ft/s , 8.5 m/s
Menghitung gaya F1=
Menghitung gaya F2 =
)
(Stephen Lazarkeiwiccz, Impeler Pump, hal: 132)
,anggap nilai do =1

F2=82.389 kg
Jadi nilai gaya aksial menjadi Fa= F2-F1

Fa = 82.389-6206
Fa =76183 kg / 7,6 kN
5.1.4.Perhitungan Gaya Radial
Gaya radial yang terjadi pada pompa adalah gaya radial dinamis gaya radial statis.
Gaya ini terutama terjadi terjadi pada pompa dengan konstruksi saluran keluar rumah volut.
Hal ini terjadi karena tidak meratanya distribusi gaya pada sekeliling rumah volute. Distribusi
gaya ini disebabkan karena konstruksi rumah volute yang tidak radial, sehingga gaya-gaya
yang disebabkan fluida tidak saling menghilangkan, gaya ini akan menyebabkan
bertambahnya defleksi poros pada pompa horizontal selain dari adanya beban mati bagian-
bagian yang membebani poros. Dalam hal ini gaya radial dianggap nilainya relatif kecil, dan
penurunan persamaannya cukup rumit untuk dikalkulasikan,

5.1.5..Momen puntir
Besar momen puntir yang terjadi pada poros Impeller pompa, dapat menggunakan
pendekatan analisis persamaan :
T= /N
Keterangan :
T= momen puntir pada poros
P= daya pada pompa (HP)
N= putaran pada poros pompa
Perhitungan
T =71620 x
T =248796 Nm


5.2 Perhitungan analisis Bearing
5.2.1.Bearing Cylindrical Roller
Bearing ini digunakan untuk menahan beban radial yang terjadi pada poros impeller
pompa.
Gaya radial minimum ( Frm) pada bantalan jenis ini dapat menggunakan persamaan :

Keterangan :
Frm= gaya radial minimum ( kN)
k = faktor beban minimun (tabel)
n=putaran opersional (rpm)
nr= putaran referensi ( tabel)
dm=diameter rata-rata bearing (mm)
gaya aksial maksimum yang dapat diterima pada bantalan jenis ini , dapat menggunakan
persamaan :
Keterangan :
Fap= gaya aksial maksimum yang diizinkan (kN)
Co= koefisien standar beban statis (kN) / lihat tabel
Fr = gaya radial ( kN)
n = putaran poros (rpm)
d = diameter bearing dalam( mm)
D = diameter bearing luar (mm)
k1 = faktor 1,0 (oli) dan 0.5 (grease)
k2 = faktor 0,3 (oli) dan 0.15 (grease)

5.2.2 Beban Equivalen Dinamik ( Cylindricall Roller Bearing)
Perhitungan beban equivalen dinamik pada bantalan ini dapat menggunakan persamaan
( sumber : Catalogue Bearing SKF):

P= Fr Fa/Fr <e
P= 0.92 Fr + Yfa Fa/Fr >e
Keterangan :
e = merupakan nilai batas bearing, 0.2
e = faktor beban aksial ( 0.6)
Perhitungan :


Cylindrical Roller bearing dengan ukuran 9 inch atau 229 mm
( sumber :General Catalogue Bearing SKF)
D D B C Co Pu nr nl mass kr
230 360 56 523 800 78 2000 2600 20 0.1
Tabel 4.2
5.3.3 Menghitung gaya radial pada bearing :




5.3.4 Menghitung gaya aksial maksimum pada bearing :
Syarat pengoperasian bearing yang baik adalah < 0.5
Maka > 0.5 ( dalam hal ini cylindrical roller kurang baik)


5.3.5.Tappered Roller Bearing ( back to back)
Dalam pengopersian bantalan ini perlu, dianalisa besar gaya radial minimum yang bisa
dioperasikan pada bantalan jenis ini, perhitungan beban radial minimun dapat menggunakan
persamaan (Catalogue Bearing SKF):
Frm= 0.02 C
Keterangan :
Frm = beban radial minimum yang dapat diterima bantalan (kN)
C = koefisien standar beban statis (kN)
Dalam kasus khusus perhitungan bearing jeinis tappered roller, gaya radial tersebut
menggunakan persamaan :
Fr =
Keterangan :
Fr= gaya radial aktual (kN)
Kr = konstanta beban radial pada poros ( kN)
L1 = jarak anatar bearing 1 dengan point beban yang terjadi
L = jarak anatar 2 bearing dalam 1 poros
a = jarak antar tekanan bearing dengan titik tengah garis bearing
a1 = jarak antar point gaya radial dengan sisi bearing tappered


5.3.6 Beban Equivalen Dinamik
Menghitung beban equivalen dinamik pada bearing tappered roller ( back to back),
dapat menggunakan persamaan (:Catalogue Bearing SKF):
P = Fr + YFa Fa/Fr <e
P= 0.67Fr + Y Fa Fa/Fr> e
Menghitung beban equivalen statik dapat menggunakan persamaan :
Po= Fr +YoFa
Perhitungan :
Bearing ini menggunakan tipe ukuran diameter 9 inch

( sumber :General Catalogue Bearing SKF)
d D T C Co Pu nr nl mass E Y1 Y2 Y0
230 350 168 1550 3500 300 1000 1700 52 0.43 1.6 2.3 1.6
Tabel 4.3
1. Menghitung Frm
Frm = 0.02 x 1550
Frm= 31 kN
Perbandingan Fa/ Fr
7.6 kN/31kN = 0.24,

Dimana 0.24< 0.43 (e pada tabel di atas)
J adi Fa/Fr <e

2. menghitung beban equivalent dynamic load
P = Fr + Y1 Fa
P =31 + (1.6 x 7.6)
P=43.16 kN

3. menghitung beban equivalent static load
P = Fr + Y0 Fa
P= 31 + (1.6 x 7.6)
P =43.16 kN
Syarat pengoperasian bearing yang baik adalah < 0.5
Maka < 0.5 ( dalam hal ini tappered roller cukup baik)

5.3.7 .Gesekan dan Kenaikan Temperatur
Pada bearing, gesekan harus memilki koefisien yang kecil,mengurangi rugi kalor yang
terjadi. ( Manual Book Bearing NTT)
Keterangan :
o = koefisien gesekan ( dapat dilihat di tabel)
o M= momen gesekan (N.mm)
o P= beban pada bearing (N)
o d = diameter bore bearing (mm)
Perhitungan :
Cylindricall roller bearing
= 1.4 x 10
-3


Maka :
M =7200 298 1.4 x 10
-3
0.5
M =1502 Nmm
Tappered Roller Bearing
= 2.5 x 10
-3

Maka :
M =7200 298 2.5 x 10
-3
0.5
M = 2682 Nmm
M Cylindricall roller bearing <M Tappered Roller Bearing0

5.3.8 Rugi Gesekan
Kenaikan suhu temperature pada bearing, diakibatkanu oleh adanya rugi gesekan yang
terjadi pada bearing ( Manual Book Bearing NTT)
Keterangan :
o Q= Nilai kalor ( kW)
o M= momen gesekan (N.mm)
o n = putaran (rpm)

Perhitungan :
Cylindrical roller Bearing:
Q = x 1502 x 314
Q = 0.05 kW

Tapppered roller Bearing
Q = x 2682 x 314
Q = 0.09 kW

Q Cylindricall roller bearing < Q Tappered Roller Bearing

Vous aimerez peut-être aussi