Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Dimana:
Q = Potensi energi Panas bumi terduga (MW)
A = Luas daerah prospek (
)
Tr = Temperatur reservoir
Tc = Temperatur cut off (C)
2.2.4 Kelebihan dan Kekurangan PLTP
Adapun kelebihan dan kekurangan PLTP adalah sebagai berikut:
Kelebihan:
1. Bebas emisi (binary cycle )
2. Dapat bekerja setiap hari baik siang maupun malam
3. Sumber tidak fluktuatif dengan energi terbarukan lainnya (angin, solar
cell, dan sebagainya)
4. Tidak memerlukan bahan bakar
5. Tidak boros lahan atau area
6. Pembangunan dilokasi terpencil
Kekurangan:
1. Menyebabkan kandungan H2S meningkat yang bersifat korosif
sehingga dapat menyebabkan peralatan mesin maupun listrik berkarat
2. Ancaman hujan asam
40
3. Efisiensi agak rendah, namun karena tidak perlu bahan bakar,
sehingga efisiensi bukan merupakan faktor yang sangat penting
4. Untuk teknologi dry dan flash steam masih menghasilkan emisi
walaupun sangat kecil
5. Penurunan stabilitas tanah yang akan berakibat pada bahaya erosi dan
amblesan
6. Menyusut dan menurunnya debit maupun kualitas sumber mata air
tanah.
41
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1 Pembangkitan Daya Listrik
Energi listrik dihasilkan dari proses konversi energi mekanik (puntir)
menjadi energi listrik, dan dari dari bentuk listrik ke mekanik. Konversi energi
tersebut berlangsung pada sistem tenaga melalui peralatan elektromagnit (induksi)
yang disebut Generator dan Motor, seperti diperlihatkan pada blok diagram
dibawah ini.
Sistem Pembangkit:
Konversi energi
mekanik ke listrik
(generator)
Sistem transmisi
Sistem beban:
konversi energi
listrik ke mekanik
Gambar 3.1 Blok diagram pembangkitan daya listrik
Pada gambar blok diatas menggambarkan sistem pembangkit daya listrik.
Melalui generator sinkron 3 fasa yang menerima kopel dari poros turbin. Sistem
ini berperan untuk mengubah bentuk energi mekanik ke bentuk energi listrik.
Blok ditengah menggambarkan bagian dari sistem tenaga yang mengirimkan
energi listrik dari sistem pembangkit menuju sistem pada beban. Untuk
mengurangi rugi-rugi panas, energi yang dikirimkan perlu dinaikkan tegangannya
(tegangan tinggi) melalui transformator penaik tegangan. Dengan demikian,
meskipun transformator bukan termasuk peralatan konversi energi, namun
merupakan alat pembantu elektromagnit yang juga penting dalam sistem tenaga
listrik.
Blok yang sebelah kanan menggambarkan sistem beban yang mengubah
sebagian dari energi listrik menjadi bentuk energi mekanik. Perubahan tersebut
berlangsung dalam mesin-mesin berputar yang disebut motor. Selain itu energi
42
listrik digunakan untuk keperluan beban lainnya seperti penerangan, pendinginan,
dan pemanasan seperti yang kita rasakan manfaatnya sekarang ini.
Kadang kala pada alat konversi energi (generator) yang diparalel dapat
mengalami gangguan, sehingga generator yang sedang beroperasi tidak sanggup
memikul beban secara keseluruhan. Oleh sebab itu diperlukan perhitungan beban
yang harus diputus secara tiba-tiba agar diperoleh kesetabilan dalam sistem.
Sekarang ini alat pembangkitan energi listrik yang umum digunakan
adalah generator sinkron AC 3 fasa dengan prime over seperti turbin, mesin diesel
atau baling-baling, karena proses pembangkitan energi listrik lebih sederhana dan
mudah juga, daya yang dihasilkan relative lebih besar dibanding yang lainnya.
Pada bagian dibawah ini akan dibicarakan beberapa hal yang
menyangkut pembangkit daya listrik dengan alat konversi adalah generator
sinkron AC 3 fasa.
3.2 Generator Sinkron
Hampir semua energi listrik dibangkitkan dengan meggunakan mesin
sinkron. Generator sinkron sering disebut (alternator) adalah mesin sinkron yang
digunakan untuk mengubah daya mekanik (puntir) menjadi daya listrik. Generator
sinkron dapat berupa generator sinkron 3 fhasa atau generator sinkron AC 1 fhasa
tergantung dari kebutuhan kita.
3.2.1 Konstruksi Generator Sinkron
Generator sinkron pada dasarnya konstruksinya sama dengan motor
induksi dengan mempunyai kumparan jangkar pada stator dan kumparan medan
pada rotor. Kumparan jangkarnya berbentuk sama dengan mesin induksi,
sedangkan kumparan medan mesin sinkron dapat berbentuk kutub sepatu (salient)
atau kutub dengan celah udara sama rata (rotor silinder).
Dibawah ini akan dijelaskan dari konstruksi generator sinkron, yaitu:
43
1. Stator
Bagian dari mesin yang diam dan berbentuk silinder. Stator berfungsi
sebagai penghasil tegangan dan arus.
Konstruksi Stator
Kerangka atau gandar besi tuang untuk menyangga inti jangkar.
Inti jangkar dari besi lunak/baja silicon
Alur/parit/slot dan gigi tempat meletakkan kumparan, bentuk alur ada
yang terbuka, setengah tertutup, dan tertutup.
Belitan jangkar terbuat dari tembaga yng diletakkan pada alur.
2. Rotor
Ada dua bentuk kutup magnit rotor.
1. Jenis Kutub Menonjol (Salient pool)
Untuk generator dengan kecepatan rendah dan medium.
Terdiri dari inti kutub, badan kutub dan sepatu kutub
Belitan medan dililitkan pada badan kutub
Pada sepatu kutub dipasang belitan peredam (damper winding)
Belitan kutub dari tembaga, badan kutub dan sepatu dari besi lunak
2. Jenis Kutub Silinder
Untuk generator kecepatan tinggi
Terdiri dari alur-alur yang dipasang kumparan medan
Ada gigi-gigi
Alur dan gigi tersebut terbagi atas pasangan-pasangan kutub
44
Pada gambar 3.2 Dapat dilihat gambar dari konstruksi generator sinkron.
Gambar 3.2 Konstruksi generator
3.2.2 Sistem Eksitasi Generator
Penguatan medan atau disebut eksitasi adalah pemberian arus listrik
untuk membuat kutub magnit pada generator. Dengan mengatur besar kecil arus
eksitasi listrik tersebut, kita dapat mengatur besar tegangan output generator atau
dapat juga mengatur besar daya reaktif yang diinginkan pada generator yang
sedang paralel dengan sistem jaringan besar.
Ada dua jenis sistem eksitasi, yaitu:
1. Sistem Eksitasi Statik
2. Sistem Eksitasi Dinamik
Sistem Eksitasi Statik adalah sistem eksitasi generator tersebut disuplai
dari eksiter yang bukan mesin penggerak, yaitu dari sistem penyearah yang
sumbernya disuplai dari output generator itu sendiri atau sumber lain dengan
melalui transformator. Secara prinsip dapat dilihat pada gambar 3.3 sebagai
berikut:
45
Gambar 3.3 Diagram prinsip sistem eksitasi statik
Seperti pada gambar diatas dapat kita lihat bahwa suplai daya listrik
untuk eksitasi mengambil dari output generator melalui excitation transformer,
kemudian disearahkan melalui power rectifier dan disalurkan ke rotor generator
untuk eksitasi atau penguat medan dengan melalui sikat arang. Untuk pengaturan
besaran tegangan output generator diatur melalui DC regulator dan AC regulator,
sehingga besarnya arus eksitasi dapat diatur sesuai kebutuhan. Kemudian apabila
generator tersebut pada waktu start awal belum mengeluarkan tegangan, maka
untuk suplai arus eksitasi biasanya diambil dari baterai. Di PT. Dizamatra
Powerindo menggunakan sistem eksitasi Statik dengan menyuplai arus eksitasi
dari baterai pada saat start awal.
Adapun yang dimaksud dengan Sistem Eksitasi Dinamik adalah sistem
eksitasi yang sumber suplai arus eksitasi diambil dari mesin bergerak, dan mesin
yang bergerak tersebut disebut Eksiter. Biasanya eksiter tersebut sebagai tenaga
penggeraknya dipasang satu poros dengan generator. Untuk sistem eksitasi
dinamik dapat dilihat pada gambar 3.4 dibawah ini:
Gambar 3.4 Sistem eksitasi dinamik
46
Seperti kita ketahui bahwa untuk arus eksitasi adalah arus searah, maka
sebagai eksiternya adalah mesin arus searah (generator DC) atau dapat juga
dengan mesin arus bolak balik (generator AC) kemudian disearahkan dengan
rectifier. Prinsip sistem eksitasi dengan menggunakan eksiter generator arus
searah digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.5 Diagram prinsip sistem eksitasi dinamik eksiter generator DC
Seperti gambar diatas, bahwa sistem eksitasi dengan menggunakan
eksiter generator DC Untuk menyalurkan arus eksitasi generator utama dengan
media sikat arang dan slip ring. Serta output arus searah dari generator eksiter
melalui sikat arang. Ditinjau dari segi pemeliharaan sistem ini kurang efektif,
sehingga mulai dikembangkan dengan sistem eksitasi tanpa sikat atau disebut
Brushless Excitation
Brushless Excitation
Brushless Excitation adalah sistem eksitasi tanpa sikat, yang maksudnya
adalah pada sistem tersebut untuk menyalurkan arus eksitasi ke rotor generator
utama, maupun untuk eksitasi. Gambar 3.6 dibawah ini dapat dilihat sistem
eksitasi tanpa sikat.
Gambar 3.6 Diagram sistem eksitasi tanpa sikat (Brushless Excitation)
47
Pada gambar diatas dapat kita lihat bahwa untuk eksitasi generator
disuplai dari generator AC eksiter dengan melalui penyearah (rectifier wheel)
yang terpasang pada poros, sehingga arus eksitasi langsung terhubung dengan
rotor generator. Kemudian untuk eksitasi eksiter disuplai dari pilot eksiter dengan
kemagnitan tetap atau biasa disebut PMG (permanent magnet generator). Output
dari pilot eksiter tersebut adalah arus bolak balik 3 phasa, kemudian dengan
melalui penyearah pada regulator arus eksitasi eksiter diatur besar kecilnya,
sehingga dengan mengatur eksitasi eksiter, maka tegangan output generator utama
akan mengalami perubahan secara langsung.
3.2.3 Prinsip Kerja Generator Sinkron
Jika sebuah kumparan rotor diputar pada kecepatan konstan pada medan
magnit homogen, maka akan terinduksi tegangan sinusoidal pada kumparan stator
(jangkar). Medan magnet bisa dihasilkan oleh kumparan (rotor) yang dialiri arus
DC atau oleh magnet tetap (permanen).
Pada generator sinkron, digunakan tipe generator dengan kutub internal
(internal pole generator), yang mana medan magnit dibangkitkan oleh kutub rotor
dan tegangan AC dibangkitkan pada rangkaian stator. Tegangan yang dihasilkan
akan sinusoidal jika rapat fluks magnit pada celah udara terdistribusi sinusoidal
dan rotor diputar pada kecepatan konstan. Tegangan AC tiga fasa dibangkitkan
pada mesin sinkron kutub internal pada tiga kumparan stator yang diset
sedemikian rupa sehingga membentuk beda fasa dengan sudut 120.
Dari penjelasan diatas bisa disimpulkan ada 3 hal pokok dalam prinsip
kerja generator sinkron, yaitu:
1. Kumparan rotor diberi penguat arus DC, akan timbul kutub utara dan
kutub selatan. Flux magnit akan mengalir dari kutub utara ke kutub
selatan melalui kumparan jangkar pada bagian stator.
48
2. Kumparan medan pada rotor diputar oleh penggerak awal seperti
turbin, sehingga flux yang lewat kumparan jangkar juga akan
berubah.
3. Karena dilewati flux yang berubah maka pada kumparan jangkar akan
dibangkitkan tegangan induksi sinusoidal.
3.2.4 Reaktansi Sinkron
Apabila generator sinkron (alternator) melayani beban, maka pada
kumparan jangkar stator mengalir arus, dan arus ini akan menimbulkan fluks
jangkar. Fluks jangkar yang ditimbulkan arus (
).
Adanya interaksi ini disebut atau dikenal dengan reaksi jangkar pada saat
melayani beban.
3.2.5 Kecepatan Putar pada Generator Sinkron
Frekuensi listrik yang dihasilkan generator dirumuskan sebagai berikut:
f = (P x N) / 120
Dengan:
P = Jumlah kutub
N = Kecepatan rotor mekanis (rpm)
Frekuensi elektris yang dihasilkan generator sinkron adalah sinkron/sama
dengan kecepatan putar generator. Rotor generator sinkron terdiri atas rangkaian
49
elektromagnit dengan suplai arus DC. Medan magnet rotor bergerak pada arah
putaran rotor.
3.2.6 Pengaturan Tegangan Pada Generator Sinkron
Pengaturan tegangan adalah perubahan tegangan terminal alternator
antara keadaan beban nol (VNL) dengan beban penuh (VFL). Keadaan ini
memberikan gambaran batasan drop tegangan yang terjadi pada generator, yang
dinyatakan dengan persamaan :
Terjadinya perbedaan tegangan terminal V dalam keadaan berbeban
dengan tegangan Eo pada saat tidak berbeban dipengaruhi oleh faktor daya dan
besarnya arus jangkar (Ia) yang mengalir.
Untuk menentukan pengaturan tegangan dari generator adalah dengan
memanfaatkan karakteristik tanpa beban dan hubung singkat yang diperoleh dari
hasil percobaan dan pengukuran tahanan jangkar. Ada tiga metode atau cara yang
paling sering digunakan untuk menentukan pengaturan tegangan tersebut, yaitu:
1. Metoda impedansi
2. Metoda amper lilit atau metoda GGL
3. Metoda faktor daya nol atau metoda potier
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengaturan tegangan adalah:
Tahanan jangkar
Reaktansi bocor lilitan jangkar
Reaktansi jangkar
50
3.2.7 Tegangan Terbangkit dan Frekuensi
Bila rotor dialiri arus searah (DC) dan diputar pada kecepatan N rpm
(konstan), bentuk gelombang rapat fluks/fluks (B atau ) dalam generator. satu
kali perputaran rotor (derajat mekanik) terbentuk dua gelombang sinus rapat fluks
(derajat listrik).
Bentuk gelombang tegangan terbangkit/terinduksi dalam kumparan
jangkar akan mengikuti bentuk gelombang fluks . Dalam generator P (kutub),
satu siklus tegangan (satu gelombang sinus ) tegangan dibangkitkan dalam
masing-masing kumparan bila sepasang kutub (utara dan selatan) melewati
kumparan tersebut. Untuk satu kali perputaran rotor dengan kecepatan N rpm, ada
dua gelombang tegangan dibangkitkan. Frekuensi tegangan terbangkit adalah:
f =
, Hz atau N =
x 60 f, rpm
Andaikan fluks dinyatakan dengan:
= m sin t, (
Tegangan terbangkit per fasa dinyatakan dengan :
E/
fasa
= N
ph
2.f.
m
sin (t - 90)
= E
m
sin (t - 90)
= E
m
= N
ph
2..f.
m
Harga efektip tegangan tebangkit/fasa:
E/
fasa
=
= 4,44.N
ph
.f.
m
Dalam bentuk yang lebih umum:
E/
fasa
= 4,44.K
d
.K
p
.N
ph
.f.
m
51
Dengan:
K
d
= Faktor distribusi belitan
K
p
= Faktor kisar belitan
F = Prekuensi tegangan terbangkit, Hz
N
ph
= Jumlah liitan/pasa
= Harga maksimum fluks, Wb.
3.2.8 Daya Generator Sinkron
Fungsi generator sinkron adalah merubah daya mekanik menjadi daya
listrik. Tidak semua daya mekanik yang masuk ke generator menjadi daya listrik
keluaran. Perbedaan antara daya masuk dan keluaran menggambarkan rugi-rugi
generator. Diagram aliran daya untuk generator sinkron diperlihatkan dalam
gambar 3.7 dibawah ini.
Gambar 3.7 Diagram aliran daya generator sinkron
Daya mekanik masukan adalah daya poros dalam generator yang
dinyatakan dengan:
Daya yang dirubah dari bentuk mekanik ke bentuk listrik dinyatakan
dengan:
= 3.E
a
.I
a
.
52
Dimana Y disebut juga sudut daya), merupakan sudut antara E
a
dan I
a
.
Perbedaan antara daya masuk ke generator dengan daya yang dirubah
dalam generator menggambarkan rugi-rugi mekanik, inti, dan menyebar (stray).
Daya keluaran sebernarnya dari generator dinyatakan dengan:
P
out
= 3.V.
.
=
Daya reaktif keluaran generator dinyatakan dengan:
Q
out
=.V
Perbedaan antara
dan
diabaikan (karena X
s
>R
A
), daya keluaran generator dapat dinyatakan
dalam bentuk sudut daya Y.
3.2.9 Pembebanan pada Generator Sinkron
1. Saat Kondisi Tanpa Beban
Dengan memutar alternator pada kecepatan sinkron dan rotor diberi arus
medan (I
f
), maka tegangan GGL (E
o
) akan terinduksi pada kumparan jangkar
stator. Bentuk hubungannya diperlihatkan pada persamaan berikut:
E
a
= c.n.fluks
Dimana:
c = Konstanta mesin
n = Putaran sinkron
fluks = Fluks yang dihasilkan oleh
Dalam keadaan tanpa beban arus jangkar tidak mengalir pada stator,
karenanya tidak terdapat pengaruh reaksi jangkar. Fluks hanya dihasilkan oleh
53
arus medan (I
f
). Apabila I
f
diubah ubah harganya, akan diperoleh harga-harga E
o
pada tegangan terminal. Dibawah ini gambar 3.8 merupakan rangkaian generator
saat tanpa beban.
Gambar 3.8 Rangkaian generator sinkron tanpa beban
2. Saat Kondisi Hubung Singkat
Kondisi yang kedua, yaitu ketika generator sinkron dihubung singkat,
karakteristik hubung singkat bisa diketahui dari pengujian. Untuk mengamati
perubahan arus jangkar I
a
(arus saluran) diukur dengan mengubah arus eksitasi
medan. Dari pengujian hubung singkat akan menghasilkan hubungan antara arus
jangkar (I
a
) sebagai fungsi arus medan (I
f
), dan ini merupakan garis lurus. Gambar
3.9 dibawah ini merupakan gambar generator sinkron saat hubung singkat.
Gambar 3.9 Rangkaian generator hubung singkat
54
3. Saat Generator Berbeban
Bila generator diberi beban yang berubah-rubah maka besarnya tegangan
terminal V akan berubah-ubah pula, hal ini disebabkan adanya kerugian tegangan
pada:
Resistansi jangkar, R
a
Reaktansi bocor jangkar, XL
Reaksi jangkar XA
1. Resistansi Jangkar, R
a
Resistansi jangkar/fasa R
a
menyebabkan tejadinya kerugian tegangan
/fasa (tegangan jatuh/fasa) dan I.R
a
yang sefasa dengan arus jangkar.
2. Reaktansi Bocor Jangkar, X
L
Saat arus mengalir melalui penghantar jangkar, sebagian fluks yang
terjadi tidak mengimbas pada jalur yang telah ditentukan, hal seperti ini disebut
Fluks bocor.
3. Reaktansi Jangkar, XA
Adanya arus yang mengalir pada kumparan jangkar saat generator
dibebani akan menimbulkan fluksi jangkar (
a
) yang berinteraksi dengan fluksi
yang dihasilkan pada kumparan medan rotor (
F
), sehingga akan dihasilkan suatu
fluksi resultan sebesar:
Interaksi antar kedua fluks ini disebut sebagai reaksi jangkar, seperti
diperlihatkan pada gambar 3.10 dibawah ini yang mengilustrasikan kondisi reaksi
jangkar untuk jenis beban yang berbeda-beda.
55
Gambar 3.10 Kondisi reaksi jangkar untuk beban yang berbeda
Gambar a, b, c dan d. kondisi reakasi jangkar.
Gambar a, memperlihatkan kondisi reaksi jangkar saat generator dibebani
tahanan (resistif) sehingga arus jangkar I
a
sefasa dengan GGL E
b
dan
akan
tegak lurus dengan
Gambar b, memperlihatkan kondisi reaksi jangkar saat generator
dibebani kapasitif, sehingga arus jangkar I
a
mendahului GGL E
b
sebesar dan
terbelakang terhadap
akan memperkuat
= I.R
a
+ j(I.X
a
+ I.XL)
= I{R
a
+ j(X
a
+ XL)}
= I{R
a
+ j(X
s
)}
= I.Z
s
3.3 Sinkronisasi/Paralel Alternator
Operasi paralel pada pusat-pusat tenaga listrik pada dasarnya merupakan
perluasan bekerja paralel suatu generator dengan generator lain, dengan tambahan
resistansi dan reaktansi saluran-saluran interkoneksi. Proses menghubungkan
paralel satu generator dengan generator lainnya dinamakan sinkronisasi, atau
dapat juga dikatakan bahwa sinkronisasi pada generator adalah memparalelkan
57
kerja dua buah generator atau lebih untuk mendapatkan daya sebesar jumlah
generator tersebut dengan syarat-syarat yang telah ditentukan.
3.3.1 Syarat-syarat Proses Sinkronisasi
Untuk melakukan operasi paralel generator maka dilakukan tahap
sinkronisasi terlebih dahulu. Beberapa parameter yang harus sama untuk syarat
sinkronisasi adalah:
1. Tegangan
2. Frekuensi
3. Urutan fasa
Dengan berkembangnya teknologi maka proses sinkronisasi dapat
dilakukan secara otomatis pada synchronizing panel. Berikut gambar 3.12
dibawah ini merupakan diagram sederhana dari alur proses sinkronisasi.
Gambar 3.12 Skema rangkaian sinkronisasi
1. Urutan Fasa
Untuk mengetahui sinkronisasi pada urutan dan beda fasa maka dapat
dilakukan dengan metode lampu gelap-terang. Ketika urutan dan beda fasa sudah
sinkron dapat dilihat pada nyala lampu untuk L
1
dan L
2
nyala terang, dan L
3
gelap.
Berikut gambar 3.13 diagram vektor dari urutan fase sinkronisasi paralel.
58
Gambar 3.13 Urutan fasa generator sinkron
2. Tegangan, Frekuensi dan Synchroscope
Tegangan dan frekuensi dari generator yang akan diparalel harus bernilai
sama mendekati rating bus pada generator yang telah beroperasi. Untuk
memasukkan saklar sinkronisasi maka dapat melihat jarum pada synchroscope
tersebut dalam posisi 0 atau arah jarum jam 12. Ini membuktikan bahwa selisih
frekuensi telah bernilai 0. Untuk mensinkronisasikan nilai dari tegangan antara
generator yang akan diparalel maka dilakukan dengan mengatur sistem
eksitasinya. Apabila tegangan generator lebih tinggi dari tegangan rating bus di
sistem, maka generator akan mengalami sentakan beban MVAR lagging
(induktif), pada kondisi ini generator mengirim daya reaktif ke sistem. Sebaliknya
jika tegangan generator lebih rendah dari pada tegangan sistem, mesin akan
mengalami sentakan beban MVAR leading (kapasitif), artinya generator
menyerap daya reaktif dari sistem (loss of field). Berikutnya untuk frekuensi
generator juga harus bernilai sama dengan frekuensi sistem pada bus. Untuk
mensinkronisasikan frekuensi dilakukan dengan cara mengatur katup governor
untuk mengatur putaran generator tersebut. Jika frekuensi generator lebih tinggi
dari pada frekuensi sistem, sistem akan mengalami sentakan beban MW dari
generator, artinya mesin membangkitkan dan mulai menyalurkan daya aktif
(MW). Sebaliknya jika frekuensi generator lebih rendah dari pada sistem, mesin
akan mengalami sentakan MW dari sistem, artinya generator akan beroperasi
menjadi motor (motoring). Pada gambar 3.14 dapat dilihat gambar sinkronoscope.
59
Gambar 3.14 Sinkronoscope
Gambar 3.15 dibawah ini merupakan panel sinkron PLTP Sibayak.
Gambar 3.15 Contoh panel sinkronisasi PLTP Sibayak
3.4 Transformator
Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan
mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik
yang lain, melalui suatu gandengan magnit dan berdasarkan prinsip induksi-
elektromagnit. Transformator digunakan secara luas baik dalam bidang tenaga
listrik maupun elektronika. Penggunaan transformator dalam sistem tenaga
memungkinkan terpilihnya tegangan yang sesuai, dan ekonomis untuk tiap-tiap
keperluan misalnya kebutuhan akan tegangan tinggi dalam pengiriman daya listrk
jarak jauh.
60
3.4.1 Komponen Transformator
Transformator (trafo) adalah alat yang digunakan untuk menaikkan dan
menurunkan tegangan bolak-balik (AC). Transformator terdiri dari 3 komponen
pokok, yaitu:
Kumparan Pertama (Primer) yang bertindak sebagai Input.
Kumparan kedua (sekunder) yang bertindak sebagai output, dan
Inti besi yang berfungsi untuk memperkuat medan magnit yang
dihasilkan.
Untuk bagian dari komponen transformator dapat dilihat pada gambar
3.16 dibawah ini.
Gambar 3.16 Komponen trafo
3.4.2 Prinsip Kerja Transformator
Prinsip kerja dari sebuah transformator adalah sebagai berikut. Ketika
kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik (AC),
perubahan arus listrik pada kumparan primer menimbulkan medan megnit yang
berubah. Medan magnit yang berubah diperkuat oleh adanya inti besi dan
dihantarkan inti besi ke kumparan sekunder, sehingga pada ujung-ujung kumparan
sekunder akan timbul GGL induksi. Efek ini dinamakan induktansi timbal-balik
(mutual inductance). Dari keterangan diatas kita dapat melihat skema dari kerja
transformator pada gambar 3.17 dibawah ini.
61
Gambar 3.17 Skema kerja transformator
Pada skema transformator diatas, ketika arus listrik dari sumber tegangan
yang mengalir pada kumparan primer berbalik arah (berubah polaritasnya) medan
magnit yang dihasilkan akan berubah arah sehingga arus listrik yang dihasilkan
pada kumparan sekunder akan berubah polaritasnya. Pada skema transformator
diatas, ketika arus listrik dari sumber tegangan yang mengalir pada kumparan
primer berbalik arah (berubah polaritasnya) medan magnit yang dihasilkan akan
berubah arah sehingga arus listrik yang dihasilkan pada kumparan sekunder akan
berubah polaritasnya.
3.4.3 Persamaan dan Jenis Transformator
Berdasarkan perbandingan antara jumlah lilitan primer dan jumlah lilitan
sekunder transformator ada dua jenis, yaitu:
1.Transformator Step up, yaitu transformator yang mengubah tegangan
bolak balik rendah menjadi tinggi, transformator ini mempunyai
jumlah lilitan kumparan sekunder lebih banyak daripada jumlah lilitan
primer (N
s
> N
p
).
2.Transformator step down yaitu transformator yang mengubah tegangan
bolak-balik tinggi menjadi rendah, transformator ini mempunyai
jumlah lilitan kumparan primer lebih banyak dari pada jumlah lilitan
sekunder (N
p
> N
s
).
62
Pada transformator (trafo) besarnya tegangan yang dikeluarkan oleh
kumparan sekunder adalah:
Sebanding dengan banyaknya lilitan sekunder (V
s
N
s
)
Sebanding dengan besarnya tegangan primer (V
s
V
p
)
Berbanding terbalik dengan banyaknya lilitan primer
Sehingga dapat dituliskan:
V
s
= (N
s
/ N
p
) x V
p
Dimana:
V
p
= Tegangan primer (volt)
N
p
= Jumlah lilitan primer
V
s
= Tegangan sekunder
N
s
= Jumlah lilitan sekunder
3.5 Transmisi Dan Distribusi
Sistem jaringan dan transmisi daya adalah merupakan proses
pengiriman daya listrik dari pusat stasiun pembangkit tenaga listrik ke konsumen
melalui jaringan penyaluran energi listrik. Saluran transmisi menyalurkan tenaga
listrik bertegangan tinggi ke pusat-pusat beban dalam jumlah besar, maka saluran
distribusi berfungsi untuk membagikan tenaga listrik tersebut kepada pihak
pemakai melalui saluran tegangan rendah.
Generator sinkron dipusat pembangkit biasanya menghasilkan tenaga
listrik dengan tegangan antara 6-20 kV yang kemudian, dengan bantuan
transformator, tegangan tersebut dinaikkan hingga 150-500 kV. Saluran tegangan
tinggi (STT) menyalurkan tenaga listrik menuju pusat penerima, disini tegangan
diturunkan menjadi tegangan subtransmisi 70 kV Pada gardu induk (GI), menuju
tenaga listrik yang diterima kemudian dilepaskan menuju trafo distribusi (TD)
dalam bentuk tegangan menengah 20 kV. Melalui trafo distribusi yang tersebar
diberbagai pusat-pusat beban, tegangan distribusi primer ini diturunkan menjadi
63
tegangan rendah (konsumen) 220/380 V, yang akhirnya diterima pihak pemakai.
Di PT. Dizamatra Powerindo menghasilkan tegangan 6,3 kV yang kemudian,
dengan bantuan transformator tegangan dinaikkan menjadi 20 kV dan dihubung
langsung secara paralel ke sistem jaringan PLN untuk disalurkan ke pemakai.
Untuk gambar sistem transmisi jaringan dapat dilihat pada gambar 3.18 dibawah
ini.
Gambar 3.18 Sistem jaringan transmisi daya listrik
Ada tiga bagian penting dalam proses penyaluran tenaga listrik, yaitu:
1. Pembangkitan Daya Listrik
2. Penyaluran (transmisi), dan
3. Distribusi
Seperti pada gambar 3.19 dibawah ini:
Gambar 3.19 Transmisi dan distribusi
64
Tegangan sistem distribusi dikelompokkan menjadi 2 bagian besar, yaitu:
1. Ditribusi Primer 20 kV
2. Distribusi Sekunder 380/220 kV
Jaringan distribusi 20 kV sering disebut Sistem Distribusi Tegangan
Menengah, dan jaringan distribusi 380/220 V sering disebut jaringan distribusi
sekunder atau jaringan tegangan rendah 380/220 V.
3.6 Beban Listrik
Dalam ilmu kelistrikan kita sudah mengenal apa itu energi dan daya pada listrik.
Energi didefenisikan sebagai kemampuan melakukan usaha atau kerja disebut hukum
kekekalan energi, bahwa energi tidak dapat ciptakan atau dimusnahkan, energi hanya bisa
berpindah dengan bantuan faktor lain, dengan satuannya joule atau Btu. Sedangkan daya
dijabarkan sebagai laju hantaran energi yang dibangkitkan atau dikonsumsi dalam
sirkuit/rangkaian listrik. Satuan dari daya joule/detik atau watt yang menyatakan
banyaknya tenaga listrik yang mengalir per satuan waktu (joule/detik).
Dalam listrik AC (arus bolak-balik). Ada tiga jenis daya untuk beban yang
memiliki impedanzi (Z), yaitu:
1. Daya Semu (S)
Pada beban impedansi (Z), daya semu adalah daya terukur atau terbaca
pada alat ukur. Daya semu adalah penjumlahan daya aktif dan reaktif secara
vektoris.
2. Daya reaktif (Q)
Daya reaktif adalah daya yang timbul akibat adanya efek induksi
elektromagnetik oleh beban yang mempunyai nilai induktif (fase arus
tertinggal/lagging) atau kapasitif (fase arus mendahului/leading)
65
3. Daya Aktif (P)
Daya aktif disebut juga daya nyata yang dibutuhkan oleh beban.
Hubungan dari ketiga daya tersebut (S,Q,P), disebut Segitiga Daya.
Dalam diagram secara vekotris, dapat dilihat pada gambar 3.20 Dibawah ini.
Gambar 3.20 Segitiga daya listrik
Jika digambarkan dalam bentuk segitiga daya, maka daya nyata
dipersentasikan oleh sisi miring dan daya aktif maupun reaktif dipersentasikan
oleh sisi-sisi segitiga yang saling tegak lurus, dari gambar diatas terlihat pula
bahwa semakin besar nilai daya reaktif akan meningkatkan sudut antara daya
semu dan daya nyata atau yang kita kenal dengan sebutan Daya faktor ( .
Sehingga pada alat ukur, daya semu yang terbaca (S) lebih besar dari pada daya
aktip yang sesungguhnya dibutuhkan oleh beban (P). secara matematis dapat
dituliskan:
S = V x I (Va)
P = V x I (Watt)
Q = V x I (Var)
3.6.1 Jenis-Jenis Beban AC (Bolak-balik)
Arus dan tegangan bolak balik adalah arus dan tegangan yang besar dan
arahnya berubah terhadap waktu secara periodik. Dalam sistem kelistrikan arus
bolak-balik, jenis beban dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis, yaitu:
66
1. Beban Resistif (R)
2. Beban Induktif (L)
3. Beban Kafasitif (C)
Nilai Efektif, Nilai Maksimum dan Nilai Rata-Rata.
Nilai efektif adalah nilai yang terbaca pada alat ukur oleh Volt Meter dan
Ampere Meter. Sedangkan nilai Maksimum adalah nilai nilai yang ditunjukkan
oleh Osiloskop. Bentuk hubungan dari ketiga jenis nilai tersebut adalah sebagai
berikut:
Dimana:
.
I =
.
Dan hubungan antara
dan
.R
Dimana:
V = Tegangan sesaat/pada waktu tertentu (Volt)
I = Arus sesaat pada waktu tertentu (Amper)
R = Hambatan (Ohm)
Bentuk Grafik Rangkaian Resesif
Yang termasuk rangkaian resesif adalah rangkaian resesif murni (R) dan
rangkaian RLC saat nilai X
L
= X
C
(resonansi).
68
Gambar 3.22 Bentuk gelombang beban resesif murni
2. Beban Induktif (L)
Beban induktif (L) yaitu beban yang terdiri dari kumparan kawat yang
dililitkan pada suatu inti, seperti Coil, transformator, dan selenoida. Beban ini
dapat mengakibatkan pergeseran fasa (fhasa shift) pada arus sehingga bersifat
lagging (90). Hal ini disebabkan oleh energi yang tersimpan berupa medan
magnit yang akan mengakibatkan fasa arus bergeser menjadi tertinggal terhadap
tegangan. Beban jenis ini menyerap daya aktif dan reaktif. Persamaan daya aktif
untuk beban induktif adalah sebagai berikut:
P = VI
Dengan:
P = Daya aktif yang diserap beban (Watt)
V = Tegangan yang mencatu beban (Volt)
I = Arus yang mengalir pada beban (Amper)
= Sudut antara arus dan tegangan
Untuk menghitung besarnya reaktansi induktif (XL), dapat digunakan
rumus:
Dengan:
XL= Reaktansi Induktif
F = Frekuensi (Hz)
L = Induktif (Henry)
69
Dengan bentuk gambar rangkaian dibawah ini:
Gambar 3.23 Rangkaian induktif murni
Jika persamaan arus sesaat:
I =
.
Maka persamaan tegangan sesaatnya:
V =
. t + 90) atau V =
.
Maka persamaan arus sesaat adalah:
I =
.
dan hubungan antara
dan
dan
= .L
Dimana:
Bentuk Grafik rangkaian Induktif
Terjadi dalam rangkaian LC atau RLC saat X
L
X
C
. Tegangan (V)
mendahului arus (I) maka grafik V bergeser ke kiri.
70
Gambar 3.24 Bentuk gelombang beban induktif murni
Atau dengan kata lain arus terlambat terhadap tegangan maka grafik I
bergeser ke kanan.
Gambar 3.25 Bentuk gelombang beban induktif murni
3. Beban Kapasitif (C)
Beban kapasitif (C) yaitu beban yang memiliki kemampuan kapasitansi
atau kemampuan untuk menyimpan energi yang berasal dari pengisian elektrik
(electrical discharge) pada suatu sirkuit. Komponen ini dapat menyebabkan arus
leading (mendahului 90) terhadap tegangan. Beban jenis ini menyerap daya aktif
dan mengeluarkan daya reaktif. Persamaan daya aktif untuk beban induktif adalah
sebagai berikut:
Dengan:
P = Daya aktif yang diserap beban (Watt)
V = Tegangan yang mencatu beban (Volt)
I = Arus yang mengalir pada beban (Amper)
= Sudut antara arus dan tegangan
71
Untuk menghitung besarnya reaktansi kapastif (X
C
), dapat digunakan
rumus:
Dimana:
XC = Reaktansi kapasitif
f = Frekuensi (Hz)
C = Kapasitif (farad).
Untuk rangkaian kapasitif murni dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 3.26 Rangkaian kapasitif murni
Jika persamaan arus sesaat:
I =
.
Maka persamaan tegangan sesaatnya:
V =
. t - 90)
Atau,
Jika persamaan tegangan sesaatnya:
V =
.
Maka persamaan arus sesaatnya adalah:
I =
.
Dan hubungan antara
dan
:
72
, dimana
=
Dimana:
, Z = Impedansi
73
Jika besarnya arus efektif sudah diketahui maka tegangan pada tiap
komponen dapat dicari dengan rumus:
.R
1. Rangkaian Seri R-L
Z =
Setelah kita mengetahui nilai impedansi (Z), maka kita dapat menentukan
nilai arus efektif dan tegangan efektif.
Hubungan antara tegangan efektif dan tegangan pada tiap komponen
adalah:
V =
Besarnya tegangan (V) yang diperoleh sama dengan tegangan efektif.
Dan besar sudut fase rangkaian adalah:
=
2. Rangkaian Seri R - C
Z =
Besarnya tegangan efektif:
V =
Dan bearnya sudut fasenya:
=
74
3. Rangkaian Seri L-C
Rumus pada ini lebih sederhana dengan persyaratan:
V =
V =
V = 0
Dan besarnya impedansi rangkaian (Z):
Z =
Z =
Z = 0 (resonansi)
4. Rangkaian Seri R-L-C
Pada rangkaian ini merupakan rangkaian yang terlengkap komponennya,
yakni terdapat resistor, induktor, dan kapasitor. Pada rumus ini sebenarnya sudah
mencakup pada rumus sebelumnya:
Impedansi rangkaian:
Z =
Tegangan efektif rangkaian:
V =
Sudut fase rangkaian:
=
5. Resonansi dalam rangkaian L-C atau R-L-C
Resonansi terjadi saat besarnya reaktansi induktif (
) = reaktansi
kapasitif (
dimana:
adalah frekuensi
Saat terjadi resonansi (
3.6.3 Faktor Daya dan Daya Rangkaian
1. Faktor daya:
=
Besarnya faktor daya juga dapat dicari:
=
dan
2. Daya Rangkaian Arus Bolak-Balik (AC)
Besarnya disipasi atau laju hantaran energi (P), dapat dicari dengan
beberapa rumus:
P =
atau P =
atau P =
Ketiga rumus diatas memerlukan faktor daya. Untuk mencari besarnya
daya (P). Besarnya daya juga sama dengan daya nyata yang sudah dibahas
sebelumnya.
P =
76
BAB IV
PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA
4.1 Objek dan Waktu Analisa
Dalam melaksanakan Tugas Akhir ini, yang menjadi objek analisa adalah
tegangan, arus, dan daya keluaran generator. Analisa dilakukan di PT. Dizamatra
Powerindo PLTP Sibayak, yaitu Perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa
kelistrikan. Lokasi perusahaan terletak di Desa Semangat Gunung, Kecamatan
Merdeka, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. 70 Km dari Kota Medan.
Analisa ini dilakukan pada tanggal 1 maret 2014.
4.2 Metodologi Analisa
4.2.1 Kerangka Konseptual
Analisa dapat dilakukan apabila tersedianya sebuah perancangan
kerangka berpikir, sehingga langkah-langkah analisa lebih sistematis. Analisa ini
diawali dengan mengidentifikasi proses sistem pembangkitan listrik PLTP
Sibayak yang kapasitasnya 2 x 5.65 MW.
Adapun kerangka konseptual dari analisa ini dapat dilihat pada Gambar
4.1 berikut ini:
77
-Mengidentifikasi proses pembangkitan listrik PLTP Siabayak
- menetapkan tujuan
Identifikasi kapasitas
daya PLTP Siabayak
Sistem
pembangkitan PLTP
Sibayak
Tegangan
keluaran
Arus
keluaran
Daya
keluaran
Menaganalisa daya keluaran generator
pada PLTP Sibayak
Penyelesaian
masalah
Kesimpulan dan
saran berdasarkan
analisa yang didapat
Gambar 4.1 Kerangka konseptual
4.2.2 Metodologi Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Melakukan studi literatur yang dapat memberikan masukan dalam
pemecahan masalah.
2. Melihat buku-buku laporan yang berhubungan dengan perusahaan.
3. Melakukan wawancara mengenai permasalahan dan pemecahan
pemasalahan yang ada.
Pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) yang digunakan pada
PLTP Sibayak adalah sebuah alternator berpenguatan eksitasi statik dengan
menggunakan sikat (brush excitation). Berikut ini adalah data spesifikasi dan data
harian operasional 1 Maret 2014 PLTP Sibayak.
1. Data Spesifikasi
Berikut adalah data spesifikasi generator, Transformator, dan turbin
PLTP Sibayak.
1. TURBO GENERATOR
Type : QF 6 2
Rated Voltage : 6300 V
78
Rated Current : 688 A
Rated Speed : 3000 Rpm
Living Steam Sistim : 0.66 Mpa
Rated Frequency : 50 Hz
Rated Output : 7500 KVA
Rated Power : 6000 KW
Exciting Current : 235 A
Power Factor : 0.8 Lagging
2. TRANSFORMATOR GENERATOR (CHINT)
Type : BSF9 16000 / 20
Rated Power : 16 MVA
Rated Voltage : 20 / 6.3 KV
Phase 3 Rated Frequency : 50 Hz
Connection Symbol : YNd11
Type Cooling ONAN / ONAF : 70 % / 100%
Short Circuit Impedancy : 8.08%
Service Environment : OUTDOOR
Years Of Manufacture : 07 2006
Serial Number : 6607113
3. STEAM TURBIN
Type : N5.8-0.66
Rated Power : 5.65 MW
Rotating Speed : 3000 Rpm
Living Steam Temperature : 162.6
Living Steam Pressure : 0.66 Mpa
2. Data harian Operasional
Untuk data harian operasional PLTP Sibayak dapat dilihat pada tabel 4.1.
dibawah ini.
79
Tabel 4.1. Data Harian Generator Unit 1 PLTP Sibayak 1 Maret 2014
1 MARET 2014
DINAS SHIF 1 ( jam :1:00 - 8:00)
No. JAM ARUS (A) TEGANGAN (KV) COS ()
- - R S T AVERAGE R S T AVERAGE 1.0~0.85
1 1:00 244 269 238 250.33 6.37 6.34 6.38 6.36 0.93
2 2:00 266 269 233 256 6.3 6.27 6.31 6.29 0.95
3 3:00 243 266 231 246.67 6.3 6.27 6.3 6.29 0.96
4 4:00 291 271 238 266.67 6.31 6.3 6.31 6.31 0.97
5 5:00 212 230 200 214 6.48 6.44 6.49 6.47 0.98
6 6:00 218 229 205 217.33 6.48 6.44 6.49 6.47 0.97
7 7:00 217 231 207 218.33 6.49 6.45 6.49 6.48 0.96
8 8:00 227 248 222 232.33 6.48 6.44 6.49 6.47 0.96
DINAS SHIF 2 (jam 9:00 - 16:00)
No. JAM ARUS (A) TEGANGAN (KV) COS ()
- - R S T AVERAGE R S T AVERAGE 1.0~0.85
1 9:00 231 247 218 232 6.45 6.42 6.46 6.44 0.96
2 10:00 232 249 229 236.67 6.45 6.42 6.46 6.44 0.96
3 11:00 326 254 230 240 6.38 6.34 6.39 6.37 0.94
4 12:00 228 244 215 229 6.43 6.39 6.44 6.42 0.9
5 13:00 227 240 212 226.33 6.45 6.41 6.46 6.44 0.98
6 14:00 226 240 211 225.67 6.44 6.45 6.45 6.45 0.98
7 15:00 234 243 218 321.67 6.43 6.39 6.44 6.42 0.98
8 16:00 233 243 218 231.33 6.45 6.4 6.45 6.43 0.97
DINAS SHIF 3 (jam 17:00 - 24:00)
No. JAM ARUS (A) TEGANGAN (KV) COS ()
- - R S T AVERAGE R S T AVERAGE 1.0~0.85
1 17:00 230 238 211 226.33 6.45 6.42 6.46 6.44 0.99
2 18:00 230 245 218 231 6.48 6.45 6.49 6.47 0.96
3 19:00 228 238 212 226 6.47 6.44 6.48 6.46 0.98
4 20:00 233 245 221 233 6.48 6.45 6.49 6.47 0.95
5 21:00 232 243 219 231.33 6.47 6.45 6.48 6.47 0.95
6 22:00 228 236 261 241.67 6.48 6.45 6.49 6.47 0.99
7 23:00 225 238 209 224 6.49 6.45 6.5 6.02 0.99
8 #### 223 233 203 219.67 6.5 6.47 6.51 6.49 0.99
80
4.2.3 Analisa Data
Analisa data dilakukan setelah data spesifikasi dan data harian
operasional tersedia. Analisa data yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Tegangan, arus, daya aktip, daya semu, dan daya reaktif keluaran
generator dari data speknya
2. Daya aktip, daya semu, dan daya reaktif generator dari data harian
operasional
3. Tegangan dan arus maksimum dari data harian operasional PLTP
Sibayak
4. Tegangan dan arus rata-rata dari data harian operasional PLTP
Sibayak
5. Membuat tabel data hasil analisa dan grafik daya terbangkit terhadap
waktu data harian operasioal PLTP Sibayak.
Perhitungan analisa data dapat dilakukan dengan menggunakan rumus
yang menunjang terhadap pemecahan permasalahan analisa Tugas Akhir. Rumus
analisa yang dilakukan terhadap data yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Daya aktip : p =
Daya Semu : S =
Daya Reaktif : Q =
N (putaran) =
x 60 x f ()
81
4.2.3.1 Analisa Data Spesifikasi Generator
Adapun daya Aktip, Reaktip, dan Semu, yang terbangkit dari generator
unit 1 adalah:
Diketahui: Tegangan (V) 6300 Volt, Arus 688 Ampere, Cos 0.8 (lagging).
Maka:
P
aktip
=
=
= 6.005.920,82 W
= 6.005,92 kW 6,005 MW
P
semu
=
=
= 7.507.401,02 VA
= 7.507,4 KVA
P
reaktif
=
=
=
= 4.504.440,612 VAR
= 4,504 MVAR.
4.2.3.2 Analisa Data Harian Operasional
Pada perhitungan data harian operasional, penulis mengambil data pada
dinas shif 1,2,3 ( Jam 1:00 24:00), pada tanggal 1 maret 2014. Analisa yang
dilakukan pada data harian operasional adalah daya aktip, semu, reaktif, tegangan,
dan arus maksimum generator unit 1 PLTP Sibayak.
82
Dinas Shif 1 (Jam 1:00 8:00)
Jam 1:00
Diketahui: Tegangan (V) = 6.360 Volt 6,44 kV, Arus (I) = 250,33 Ampere, f =
50,15 Hz, = 0,93
maka:
P
aktip
=
= 6.360 x 250,33 x 0,93
= 2.564.564 W 2,56 MW
P
semu
=
= 6.360 x 250,33
= 2.757.596 VA 2.757,6 KVA
P
reakitf
=
= 6.360 x 250,33 x sin 16,2
= 6.360 x 250,33 x 0,28
= 772.126,9 VAR 0,77 MVAR
N =
x 60 x f =
Jam 2:00
Diketahui: Tegangan (V) = 6.290 Volt 6,44 kV, Arus (I) = 256 Ampere, f =
50,16 Hz, = 0,95
maka:
83
P
aktip
=
= 6.290 x 256 x 0,95
= 2.649.566,62W 2,64 MW
P
semu
=
= 6.290 x 256
= 2.723.649,9 VA 2.723,65 KVA
P
reaktif
=
= 6.290 x 256 x sin 18,2
= x 6.290 x 256 x 0,31
= 864.595,42 VAR 0,86 MVAR
N =
x 60 x f =
Jam 3:00
Diketahui: Tegangan (V) = 6.290 Volt 6,44 kV, Arus (I) = 246,67 Ampere, f =
50,06 Hz, = 0,96
maka:
P
aktip
=
= 6.290 x 246,67 x 0,96
= 2.579.876,04 W 2,58 MW
P
semu
=
= 6.290 x 246,67
84
= 2.687.370,9 VA 2.687,4 KVA
P
reaktif
=
= 6.290 x 246,67 x sin 16,3
= x 6.290 x 246,67 x 0,28
= 752.463,8 VAR 0,75 MVAR
N =
x 60 x f =
Jam 4:00
Diketahui: Tegangan (V) = 6.310 Volt 6,31 kV, Arus (I) = 266,67 Ampere, f =
50,19 Hz, = 0,97
maka:
P
aktip
=
= 6.310 x 266,67 x 0,97
= 2.827.065,6 W 2,82 MW
P
semu
=
= 6.310 x 266,67
= 2.914.500,59 VA 2.914,5 KVA
P
reaktif
=
= 6.310 x 266,67 x sin 14,06
= x 6.310 x 266,67 x 0,24
= 699.480,14 VAR = 0,69 MVAR
85
N =
x 60 x f =
Jam 5:00
Diketahui: Tegangan (V) = 6.470 volt 6,47 kV, Arus (I) = 214 Ampere, f =
50,17 Hz, = 0,98
maka:
P
aktip
=
= 6.470 x 214 x 0,98
= 2.350.199,64 W 2,35 MW
P
semu
=
= 6.470 x 214
= 2.398.162,90 VA 2.398,16 KVA
P
reaktif
=
= 6.470 x 214 x sin 11,5
= x 6.470 x 214 x 0,19
= 455.650,92 VAR 0,45 MVAR
N =
x 60 x f =
86
Jam 6:00
Diketahui: Tegangan (V) = 6.470 volt 6,47 kV, Arus (I) = 217,33 Ampere, f =
50,17 Hz, = 0,97
maka:
P
aktip
=
= 6.470 x 217,33 x 0,97
= 2.362.415,7 W 2,36 MW
P
semu
=
= 6.470 x 217,33
= 2.435.480,1 VA 2.435,5 KVA
P
reaktif
=
= 6.470 x 217,33 x sin 14,06
= x 6.470 x 217,33 x 0,24
= 584.515,2 VAR 0,58 MVAR
N =
x 60 x f =
Jam 7:00
Diketahui: Tegangan (V) = 6.480 volt 6,48 kV, Arus (I) = 218,33 Ampere, f =
50,20 Hz, = 0,96
87
maka:
P
aktip
=
= 6.480 x 218,33 x 0,96
= 2.352.449.34 W 2,35 MW
P
semu
=
= 6.480 x 218,33
= 2.450.468,0 VA 2450,4 KVA
P
reaktif
=
= 6.480 x 218,33 x sin 16,3
= x 6.480 x 218,33 x 0,28
= 686.131,05 VAR 0,68 MVAR
N =
x 60 x f =
Jam 8:00
Diketahui: Tegangan (V) = 6.470 volt 6,47 kV, Arus (I) = 232,33 Ampere, f =
50,19 Hz, = 0,96
maka:
P
aktip
=
= 6.470 x 232,33 x 0,96
= 2.499.432,6 W 2,49 MW
P
semu
=
88
= 6.470 x 232,33
= 2.603.575,64 VA 2.603,6 KVA
P
reaktif
=
= 6.4702 x 32,33 x sin 16,3
= . 6470 x 232,33 x 0,28
= 729.001,1VAR 0,72 MVAR
N =
x 60 x f =
Data Shif 2. (jam 9:00 16:00)
Jam 9:00
Diketahui: Tegangan (V) = 6.440 Volt 6,44 kV, Arus (I) = 232 Ampere, f =
50,18 Hz, = 0,96
maka:
P
aktip
=
= 6.440 x 232 x 0,96
= 2.484.309.6 W 2,48 MW
P
semu
=
= 6.440 x 232
= 2.587.822,5 VA 2.587,8 KVA
P
reaktif
=
= 6.440 x 232 x sin 16,2
89
= x 6.440 x 232 x 0,28
= 724.590,3 VAR 0,72 MVAR
N =
x 60 x f =
Jam 10:00
Diketahui: Tegangan (V) = 6.440 Volt 6,44 kV, Arus (I) = 236,67 Ampere, f =
50,02 Hz, = 0,96
Maka:
P
aktip
=
= 6.440 x 236,67 x 0,96
= 2.534.317,01 W 2,53 MW
P
semu
=
= 6.440 x 236,67
= 2.639.913,6 VA 2.639,9 KVA
P
reaktif
=
= 6.440 x 236,67 x sin 16,3
= x 6.440 x 236,67 x 0,28
= 739.175,8 VAR 0,73 MVAR
N =
x 60 x f =
90
Jam 11:00
Diketahui : Tegangan (V) = 6.370 Volt 6,37 kV, Arus (I) = 240 Ampere, f =
50,06 Hz, = 0,94
Maka:
P
aktip
=
= 6.370 x 240 x 0,94
= 2.489.081 W 2,49 MW
P
semu
=
= 6.370 x 240
= 2.647.959,3 VA 2.647,9 KVA
P
reaktif
=
= 6.370 x 240 x sin 19,9
= x 6.370 x 240 x 0,34
= 900.306,2 VAR 0,90 MVAR
N =
x 60 x f =
91
Jam 12:00
Diketahui: Tegangan (V) = 6.420 Volt 6,42 kV, Arus (I) = 229 Ampere, f =
50,19 Hz, = 0,9
Maka:
P
aktip
=
= 6.420 x 229 x 0,90
= 2.291.783,8 W 2,3 MW
P
semu
=
= 6.420 x 229
= 2.546.426,5 VA 2.546,4 KVA
P
reaktif
=
= 6.420 x 229 x sin 25,8
= x 6.420 x 229 x 0,43
= 1.120.427,6 VAR 1.1 MVAR
N =
x 60 x f =
Jam 13:00
Diketahui: Tegangan (V) = 6.440 Volt 6,44 kV, Arus (I) = 226.33 Ampere, f =
49,95 Hz, = 0,98
Maka:
P
aktip
=
92
= 6.440 x 226,33 x 0,98
= 2.474.085,4 W 2,5 MW
P
semu
=
= 6.440 x 226,33
= 2.524.576,9 VA 2.524,6 KVA
P
reaktif
=
= 6.440 x 226.33 x sin 11,5
= x 6.440 x 226.33 x 0,19
= 479.669,6 VAR 0,48 MVAR
N =
x 60 x f =
Jam 14:00
Diketahui: Tegangan (V) = 6.450 Volt 6,45 kV, Arus (I) = 225,67 Ampere, f =
50,14 Hz, = 0,98
Maka:
P
aktip
=
= 6.450 x 225,67 x 0,98
= 2.470.701,3 W 2,5 MW
P
semu
=
= 6.450 x 225,67
= 2.521.123,8 VA 2.521,1 KVA
93
P
reaktif
=
= 6.450 x 225.67 x sin 11,5
= x 6.450 x 225.67 x 0,19
= 479.013,5 VAR 0,48 MVAR
N =
x 60 x f =
Jam 15:00
Diketahui: Tegangan (V) = 6.420 Volt 6,42 kV, Arus (I) = 231,67 Ampere, f =
59,99 Hz, = 0,98
Maka:
P
aktip
=
= 6420 x 231,67 x 0,98
= 2.524.593,9 W 2,5 MW
P
semu
=
= 6.420 x 231,67
= 2.576.116,2 VA 2.576,1 KVA
P
reaktif
=
= 6.420 x 231.67 x sin 11
= x 6.420 x 231.67 x 0,19
= 489.462,08 VAR 0,49 MVAR
94
N =
x 60 x f =
Jam 16:00
Diketahui : Tegangan (V) = 6.430 Volt 6,43 kV, Arus (I) = 231,33 Ampere, f =
50,10 Hz, = 0,97
Maka:
P
aktip
=
= 6430 x 231,33 x 0,97
= 2.499.051,9 W 2,5 MW
P
semu
=
= 6.430 x 231,33
= 2.576.342,3 VA 2.576,3 KVA
P
reaktif
=
= 6.430 x 231,33 x sin 14,6
= 6.430 x 231,33 x 0,24
= 618.322,14 VAR 0,61 MVAR
N =
x 60 x f =
95
Data Dinas Shif 3 (jam 17:00 24:00)
Jam 17:00
Diketahui: Tegangan (V) = 6.440 Volt 6,44 kV, Arus (I) = 226,33 Ampere, f =
50,12 Hz, = 0,99
Maka:
P
aktip
=
= 6.440 x 226,33 x 0,99
= 2.499.331,2 W 2,5 MW
P
semu
=
= 6.440 x 226,33
= 2.524.576,98 VA 2.524,6 KVA
P
reaktif
=
= 6.440 x 226.33 x sin 8,1
= 6.440 x 226,33 x 0,14
= 353.440,8 VAR 0,4 MVAR
N =
x 60 x f =
96
Jam 18:00
Diketahui: Tegangan (V) = 6.470 Volt 6,47 kV, Arus (I) = 231 Ampere, f =
50,16 Hz, = 0,96
Maka:
P
aktip
=
= 6.470 x 231 x 0,96
= 2.485.124,3 W 2,48 MW
P
semu
=
= 6.470 x 231
= 2.588.671,17 VA 2.588,7 KVA
P
reaktif
=
= 6.470 x 231 x sin 16,2
= 6.470 x 231 x 0,28
= 724.827,9 VAR 0,7 MVAR
N =
x 60 x f =
Jam 19:00
Diketahui : Tegangan (V) = 6.460 Volt 6,46 kV, Arus (I) = 226 Ampere, f =
50,11 Hz, = 0,98
Maka:
P
aktip
=
97
= 6.460 x 226 x 0,98
= 2.478.150,4 W 2,47 MW
P
semu
= 6.460 x 226
= 2.528.724,89 VA 2.528,7 KVA
P
reaktif
=
= 6.460 x 226 x sin 11,5
= 6.460 x 226 x 0,19
= 480.457,7 VAR 0,48 MVAR
N =
x 60 x f =
Jam 20:00
Diketahui: Tegangan (V) = 6.470 Volt 6,47 kV, Arus (I) = 233 Ampere, f =
50,08 Hz, = 0,95
Maka:
P
aktip
=
= 6.470 x 233 x 0,95
= 2.480.529 W 2,48 MW
P
semu
=
= 6.470 x 233
= 2.611.083,9 VA 2.611,1 KVA
P
reaktif
=
98
= 6.470 x 233 x sin 18,2
= 6.470 x 233 x 0,31
= 809.436,0 VAR 0,80 MVAR
N =
x 60 x f =
Jam 21:00
Diketahui: Tegangan (V) = 6.470 Volt 6,47 kV, Arus (I) = 231,33 Ampere, f =
50,08 Hz, = 0,95
Maka:
P
aktip
=
= 6470 x 231,33 x 0,95
= 2.462.750,8 W 2,46 MW
P
semu
=
= 6.470 x 231,33
= 2.592.369,3 VA 2.592,4 KVA
P
reaktif
=
= 6.470 x 231,33 x sin 18,2
= 6.470 x 231,33 x 0,31
= 803.634,5 VAR 0,80 MVAR
N =
x 60 x f =
99
Jam 22:00
Diketahui : Tegangan (V) = 6.470 Volt = 6,47 kV, Arus (I) = 241,67 Ampere, f =
50,07 Hz, = 0,99 =
Maka:
P
aktip
=
= 6.470 x 241,67 x 0,99
= 2.681.160,7 W 2,68 MW
P
semu
=
= 6.470 x 241,67
= 2.708.243,13 VA 2.708,2 KVA
P
reaktif
=
= 6.470 x 241,67 x sin 8,1
= 6.470 x 241,67 x 0,14
= 379.154,04 VAR 0,38 MVAR
N =
x 60 x f =
100
Jam 23:00
Diketahui : Tegangan (V) = 6.020 Volt 6,02 kV, Arus (I) = 224 Ampere, f =
50,14 Hz, = 0,99
Maka:
P
aktip
=
= 6.020 x 224 x 0,99
= 2.312.279,5 W 2,31 MW
P
semu
=
= 6.020 x 224
= 2.335.635,9 VA 2.335,6 KVA
P
reaktif
=
= 6.020 x 224 x sin 8,1
= 6.020 x 224 x 0,14
= 326.989,02 VAR 0,33 MVAR
N =
x 60 x f =
Jam 24:00
Diketahui: Tegangan (V) = 6.490 Volt 6,49 kV, Arus (I) = 219,67 Ampere, f =
50,12 Hz, = 0,99
101
Maka:
P
aktip
=
= 6.490 x 219,67 x 0,99
= 2.444.619,5 W 2,4 MW
P
semu
=
= 6.490 x 219,67
= 2.469.312,61 VA 2.469,3 KVA
P
reaktif
=
= 6.490 x 219,67 x sin 8,1
= 6.490 x 219,67 x 0,14
= 345.703,76 VAR 0,35 MVAR
N =
x 60 x f =
4.3 Hasil Data Analisa dan Grafik Daya Aktip Generator
Dari hasil analisa data pada 1 maret 2014. Maka beban harian dapat lihat
pada tabel 4.2 dan gambar grafik dibawah ini.
102
Gambar 4.2 Grafik daya terbangkit terhadap waktu (Jam)
2.56
2.64
2.58
2.82
2.35
2.36
2.35
2.49
2.48
2.53
2.49
2.3
2.5 2.5 2.5 2.5 2.5
2.48
2.47
2.48
2.46
2.68
2.31
2.4
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
1
:
0
0
2
:
0
0
3
:
0
0
4
:
0
0
5
:
0
0
6
:
0
0
7
:
0
0
8
:
0
0
9
:
0
0
1
0
:
0
0
1
1
:
0
0
1
2
:
0
0
1
3
:
0
0
1
4
:
0
0
1
5
:
0
0
1
6
:
0
0
1
7
:
0
0
1
8
:
0
0
1
9
:
0
0
2
0
:
0
0
2
1
:
0
0
2
2
:
0
0
2
3
:
0
0
2
4
:
0
0
:
0
0
D
a
y
a
(
M
W
)
W a k t u ( J a m )
Grafik Daya Terbangkit Generator Unit 1 PLTP
Sibayak 1 Maret 2014
103
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari data hasil analisa yang sudah dilakukan yaitu pada data spesifikasi
dan data operasional tanggal 1 maret 2014 dinas shif 1,2,3 (Jam 1:00 - 24:00)
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Jenis pembangkit PLTP Sibayak adalah jenis Pembangkit Listrik
Tenaga Panas Bumi (Power Plant) ramah lingkungan karena
merupakan siklus tertutup dan tidak menggunakan bahan bakar.
2. Sistem pembangkitan tenaga listrik PT. Dizamatra Powerindo PLTP
Sibayak adalah menggunakan uap panas bumi sebagai penggerak
mula (prime over) dengan P = tekanan (pressure) uap masuk turbin
(inlet steam) 0,63 MPa, dan T (temperature) 162,5 C, artinya dengan
hasil produksi uap fasa uap kering `langsung dialirkan melalui pipa
line ke unit turbin dengan bantuan separator dan demister sebagai
pemisah uap terhadap material zat padat untuk menghasilkan energi
mekanik yang dikopel dengan poros generator sinkron untuk
menghasilkan tenaga listrik dengan proses induksi elektromagnetik.
3. Daya generator produktif terbangkit unit 1 adalah 6,1 MW dari data
spesifikasi. Daya terbangkit max. 2,82 MW, min. 2,3 MW, dengan
ratarata 2,49 MW. Daya semu max. 2.938,2 KVA, min 2.335,6 KVA,
dengan ratarata 2.603,74 KVA. Dan daya reaktif max. 1,1 MVAR,
Min. 0,33 MVAR dengan ratarata 0,64 MVAR, efisiensi generator
sekitar 44.07 % dari hasil analisa data tanggal 1 maret 2014 dinas shif
1,2,3. (Jam 1:00 24:00).
4. Dari hasil daya terbangkit sebesar 2,49 MW (rata-rata). PT. Dizamatra
Powerindo menghubung paralel ke sistem jaringan PT. PLN untuk
104
dijual dan kemudian PT. PLN menyalurkan tenaga listrik tersebut ke
daerah Berastagi, Sibolangit, PT. Sibayakindo (PT. Aqua) dan juga
untuk pemakaian sendiri pada PT. Dizamatra Powerindo.
5. PT. Dizamatra menghubung paralel ke sistem jaringan PT. PLN pada
tegangan 20 kV yang sudah dinaikkan terlebih dahulu dari tegangan
terbangkit generator 6,41 kV melalaui main transformator.
6. Sistem hubungan paralel dengan jaringan PT. PLN adalah tegangan
rendah 20 kV 3 fhasa 3 line dengan menggunakan alat kWh meter
sebagai media transaksi antara pihak PT. Dizamatra dengan PT. PLN.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan kepada PT. Dizamatra Powerindo
agar menjadi masukan yang berguna bagi kebaikan di masa yang akan datang
yaitu:
1. Sebaiknya PT. Dizamatra mengoperasikan generator unit 2, supaya
daya listrik yang terbangkit lebih besar dan bisa mengurangi
defisit/kekurangan daya listrik sekarang.
2. PT. Dizamatra sebaiknya menjaga kualitas uap yang disalurkan ke
turbin, untuk menjaga masa pemakaian peralatan pembangkit listrik
yang lebih lama (long time).
105
DAFTAR FUSTAKA
Zuhal (1988). Dasar Teknik Tenaga Listrik dan elektronika Daya. Jakarta: Gramedia.
Ibrahim, Husin (1996). Energi Alternatif. Medan: Politeknik Universitas Sumatera Utara.
Morris, M. Noel (1987). Dasar Dasar Listrik dan Elektronika. Jakarta: Gramedia Grup.
Wikrama, R. Ananta (2013). Cara Kerja Generator Listrik Brushless dengan
Menggunakan PMG (Permanen Magnet Generator). From http://ugmmagatrika.
Wordpress. Com, 2 Agustus 2014.
Nindito, Hary Wimbo (2012). Sinkronisasi Paralel Generator. From
http://wimboharyoanindito. Wordpress. Com, 7 juli 2014.
Zuhaidi (2010). Arus dan Tegangan Listrik Bolak Balik. From http://mediabelajaronline,
8 Juli 2014.
Rakhman (2013). Prinsip Kerja PLTP . From http://rakhman.net, 19 Agustus 2014.
106
LAMPIRAN
107
PERFORMANCE UNIT PLTP
SIBAYAK
108
SIKLUS PLTP SIBAYAK
109