Vous êtes sur la page 1sur 11

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Siklus reproduksi adalah perubahan siklus yang terjadi pada sistem
reproduksi (ovarium, oviduk, uterus dan vagina) hewan betina dewasa yang tidak
hamil, yang memperlihatkan hubungan antara satu dengan yang lainnya.
Siklus reproduksi pada mamalia primata disebut dengan siklus menstruasi,
sedangkan siklus reproduksi pada non primata disebut dengan siklus estrus. Siklus
estrus ditandai dengan adanya estrus (birahi). Pada saat estrus, hewan betina akan
reseptif sebab di dalam ovarium sedang ovulasi dan uterusnya berada pada fase
yang tepat untuk implantasi untuk fase berikutnya disebut dengan satu siklus
estrus. Panjang siklus estrus pada tikus mencit adalah 4-5 hari, sedangkanpada
babi, sapi, dan kuda 21 hari, sertapada marmut 15 hari.
Pada mamalia khususnya pada manusia siklus reproduksi yang melibatkan
berbagai organ yaitu uterus, ovarium, mame berlangsung dalam suatu waktu
tertentu atau adanya sinkronisasi. Hal ini dimungkinkan oleh adanya
pengaturan/koordinasi yang disebut dengan hormon.Hormon adalah zat kimia
yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin yang langsung dialirkan ke dalam
peredaran darah dan mempengaruhi organ target.Siklus estrus pada hewan
mamalia dapat dibagi dalam beberapa tahap yaitu tahap diestrus, proestrus, estrus,
dan metestrus. Pada tiap tahapsiklusmemiliki ciri-ciri yang berbeda.

1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat ditarik dari latar belakang di atas
adalah Bagaimana ciri-ciri tiap fase siklus estrus pada mencit betina?

1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui ciri-ciri tiap fase
siklus estrus pada mencit betina.

BAB II
KAJIAN TEORI

Pada kebanyakan vertebrata dengan pengecualian primata, kemauan
menerima hewan jantan terbatas selama masa yang disebut estrus atau birahi.
Selama estrus, hewan-hewan betina secara fisiologis dan psikologis dipersiapkan
untuk menerima hewan-hewan jantan, dan perubahan-perubahan struktural terjadi
di dalam organ-organ assesori seks betina. Hewan-hewan monoestrus
menyelesaikan satu siklus estrus setiap tahun, sedangkan hewan-hewan poliestrus
menyelesaikan dua atau lebih siklus estrus setiap tahun apabila tidak diganggu
oleh kehamilan (Adnan, 2006 : 43).
Siklus estrus dapat dibagi dalam beberapa tahap yaitu tahap diestrus,
proestrus, estrus, dan metestrus. Tahap-tahap siklus dapat ditentukan dengan
melihat gambaran sitologi apusan vagina. Pada saat estrus, vagina
memperlihatkan sel-sel epitel yang menanduk. Apusan vagina biasanya dibuat
pada hewan-hewan laboratorium, seperti mencit dan tikus.Sebelum hewan jantan
dan betina disatukan, makapenyatuan sebaiknya dilakukan pada saat estrus awal.
Pada saat estrus, vulva hewan betina biasanya merah dan bengkak. Adanya
sumbat vagina setelah penyatuan menandakan bahwa kopulasi telah berlangsung.
Pada hari itu pula jugaditentukan sebagai hari kehamilan yang ke nol (Adnan,
2006 : 43)
Manivestasi psikologis birahi ditimbulkan oleh hormon seks betina, yakni
estrogen yang dihasilkan oleh folikel-folikel ovarium. Birahi yang jelas dapat
ditimbulkanoleh pemberian estrogen, bahkan dapat diberikan pula pada betina
yang diovertektomi. Perlu diingat bahwa meskipun birahi disebabkan oleh
ovarium, tetapi berdasarkan pengertian, birahibebas dari aktifitas ovarium. Pada
betina yang intak, estrogen dari luar dapat menimbulkan birahi pada hampir setiap
saat selama periode siklus estrus.Oleh sebab itu, birahi dapat dipisahkan dari
peristiwa yang terpenting pada ovarium, yakni ovulasi. Pada terapi dengan
menggunakan estrogen, adanya faktor ini dalam praktek kedokteran hewan sering
dilupakan (Nalbandov, 1990 : 140).
Dua jenis siklus yang berbeda ditemukan pada mamalia betina. Manusia dan
banyak primata lain mampunyai siklus menstruasi (menstrual cycle), sementara
mamalia lain mempunya siklus estrus (estrous cycle). Pada kedua kasus ini
ovulasi terjadi pada suatu waktudalam siklus setelah endometrium mulai menebal
dan teraliri banyak darah. Ini dikarenakan uterus disiapkanuntuk kemungkinan
implantasi embrio. Satu perbedaan antara kedua siklus itu adalahadanya pelibatan
nasib kedua lapisan uterus, jika kehamilan tidak terjadi. Pada siklus menstruasi
endometrium akan meluruh dari uterus melalui serviks dan vagina dalam
pendarahan yang disebut sebagai menstruasi. Pada siklus estrus endometrium
diserap kembali oleh uterus, dan tidak terjadi pendarahan yang banyak (Campbell,
2004 : 141).
Sikus estrus terdiri dari beberapa tahap. Adapun tahap-tahapnya meliputi:
1. Fase proestrus. Ciri-ciri dari sitologi sel yang dominan, diantaranya: banyak
terdapat sel epitel yang berinti dan sel yang menanduk sedikit.
2. Fase estrus. Ciri-ciri dari sitologi sel yang dominan, diantaranya: sel yang
menenduk dominan.
3. Fase metestrus. Ciri-ciri dari sitologi sel yang dominan, diantaranya: lekosit
sangat banyak, sel menanduk jumlahnya berkurang dan jika ada lender jumlahnya
tidak banyak, serta ada sedikit sel epitel berinti.
4. Fase diestrus. Ciri-ciri dari sitologi sel yang dominan, diantaranya: lekosit
sangat banyak, sel epitel berinti banyak, dan lendir jumlahnya banyak.
Banyak hewan ketika birahi menjadi sangat aktif. Babi dan sapi pada saat
birahi berjalan empat atau lima kali lebih banyak dibandingkan dengan sisa masa
siklusnya. Aktifitas yang tinggi ini di sebabkan oleh estrogen. Tikus yang berada
di dalam kandang berlari secara spontan jauh lebih banyak ketika birahi
dibandingkan selama diestrus. Siklus estrus berhubungan erat dengan perubahan
organ-organ reproduksi yang berlangsung pada hewan betina (Adnan, 2007 : 45)
Menurut Syahrum (1994), perubahan-perubahan yang terjadi pada ovarium
selama siklus estrus :
1.Selama tidak ada aktifitas seksual (diestrus) terlihat folikel kecil-kecil (folicle
primer).
2.Sebelum estrus folikel-folikel ini akan menjadi besar, tetapi akhirnya dapat
bersatudan berisi ovum matang.
3.Folikel yang berisi ovum matang ini akan pecah, kemudiantelur akankeluar
(ovulasi), yang disebut waktu estrus.
4.Kalau telur dibuahi, korpus luteum akan dipertahankan selama kehamilan
dan siklus berhenti sampai bayi lahir dan selesai disusui.
5.Kalau telur tidak dibuahi, korpus luteum akan berdegenerasi, folikel baru
akan tumbuh lagi, sehinggaterjadi pengulangan siklus kembali dari awal.
Kemungkinan fertilisasi semakin besar pada sejumlah spesies mamalia
(tetapi pada manusia tidak)yaitudengan caramenimbulkan birahi (estrus) pada
betinasehingga hanya mau kawin ketika mendekati waktu ovulasi. Ovulasi
birahi dan perubahan lapisan-lapisan uterus dalam persiapan penerimaan telur
yang dibuahi, dikontrol oleh mekanisme endokrin yang rumit (Vilee, 1989 : 73).
Siklus estrus ini terjadi secara berkala. Bila dalam satu tahun hanya satu
siklus disebut dengan monoestrus, misalnya pada menjangan yang terjadisatu kali
dalam satu tahun. Pada mamalia, terutamabetinakecuali primata terjadi birahi
yang disebut estrus (heat), pada saat itu binatang betina siap untuk kawin. Terlihat
keadaan betina gelisah (Syahrum, 1994 : 45). Masa satu periode estrus ke estrus
berikutnya disebut satu siklus estrus. Kalau terjadi perkawinan dan hamil, maka
siklus estrus berhenti sampai bayi lahir. Namun, jika tidak terjadi maka siklus
estrus akan jalan terus ( Syahrum, 1994 : 45)
Hubungan antara siklus vagina, siklus estrus, dan siklus ovarium dalam
kaitannya dengan siklus estrus yaitu :
a. Siklus vagina :
Selama fase estrus atau birahi atau perkembngan folikel yang maksimal,
serviks mensekresi lendir dalam jumlah terbesar dan tercair pada
manusia terdapat pada saat ovulasi
b. Siklus uterus :
Selama fase estrus atau birahi ukuran atau histologi uterus tidak pernah
statis. Perubahan yng sangat nyata terjadi di endomterium dan
kelenjarnya. Selama fase folikuler dari siklus estrus, kelenjar uterus
sederhana dan lurus dan sedikit cabang. Penampilan uterus ini
menandkn untuk stimulasi estrogen. Selama fase luteal, yakni saat
proegesteron beraksi terhadap uterus, endometrium beratambah tebal
secara mencolok, diameter dan panjang kelenjar meningkat secara cepat
menjadi percabangan dan berkelok-kelok.
c. Siklus ovarium:
Puncak peristiwa siklus estrus adalah peristiwa pecahnya folikel dan
terlepasnya ovum dari ovarium. Pada sapi 75 % mengalami ovulasi 12
sampai 14 jam setelah birahi berakhir, yang lain mengalami ovulasi
lebih awal, yaitu 2,5 jam sebelum ovulasi berakhir. Pada wanita akan
mengalami ovulasi kira-kira hari ke 14 dari siklus. Pada beberapa
hewan, variasi saat ovulasi tidak jelas.

Adapun terjadinya siklus estrus dipengaruhi oleh endokrin. Hormon-hormon
yang berperan dalam mengatur siklus reproduksi pada manusia dan pengaruhnya
yaitu:
a. FSH berfungsi merangsang pematangan sel telur dan pembentukan hormon
estrogen
b. Estrogen berfungsi untuk menghambat terbentuknya FSH dan membentuk LH.
c. LH berfungsi untuk merangsang terjadinya ovulasi.




BAB III
HASIL PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
- Mikroskop cahaya - Cotton bud
- Kaca obyek dan penutup - Air Suling
- Pipet - Larutan metilen biru 1%
- Gelas beaker 10/25 ml - Tissue

3.2. Prosedur Kerja
1. Menyediakan kaca obyek dan penutup yang sudah dibersihkan.
2. Membasahi cotton bud dengan air suling, kemudian mengusapkan pada
permukaan vagina.
3. Mengapuskan cotton bud yang baru diusap pada gelas obyek.
4. Meneteskan larutan metilen biru, membiarkan selama 10 menit.
5. Membilas apusan dengan air suling setelah 10 menit.
6. Mengamati apusan vagina dengan menggunakan mikroskop dalam
perbesaran lemah (10 x 10).
7. Setelah terlihat ciri-ciri dari tahap suatu siklus, maka sel tersebut diperbesar
dengan menggunakan perbesaran kuat (10 x 40).
8. Menggambar hasil pengamatan dan memberi keterangan gambar.







BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Hasil dan Pembahasan
Dari hasil pengamatan di atas yang disampaikan dalam bentuk gambar,
maka dapat diperhatikan bahwa sel-sel yang terdapat pada gambar berbentuk agak
pipih dengan tepi tidak teratur dan sel-selnya memiliki inti sel. Selain itu pada
preparat tersebut juga tidak ditemukan adanya epitel. Begitu juga dengan leukosit
yang tidak ditemukan keberadaannya. Dari ciri-ciri tersebut maka dapat diketahui
bahwa mencit betina yang kami amati sedang berada pada fase estrus. Namun
pada sel menanduk terdapat bintik-bintik mnyerupai inti sel. Hal ini dikarenakan
perbesaran yang kami gunakan dalam pengamatan kurang maksimal serta dalam
membersihkan kaca obyek dan penutupnya, kami hanya mnggunakan tisu yang
dibasahi dengan air tanpa menggunakan alkohol. Sehingga sel tampak kurang
jelas dan terdapat bintik-bintik kotoran yang dikira adalah inti sel. Padahal
seharusnya itu adalah sel menanduk tanpa inti sel. Pada saat mengambil apusan
vagina mencit betna, vagina berwarna merah. Hal ini menunjukkan bahwa mencit
betina memesuki tahap estrus.
Untuk mengetahui dan menentukan tahap siklus estrus yang dilihat dari
suatu apusan vagina betina, maka kita dapat mengamati ciri khas yang dimiliki
masing-masing tahapan (selnya):
a. Pada fase metestrus, maka dapat diperhatikan dengan melihat
ukuran sel yang besar dengan tepi tidak rata dan tidak terdapat inti. Hal yang
membedakannya dengan fase estrus adalah pada keberadaan leukosit pada fase
matestrus yang tidak dimiliki oleh fase estrus.
b. Pada fase diestrus, sel-sel yang terdapat pada fase matestrus belum
memiliki inti, mulai tumbuh inti. Tepian selnya juga mulai merata dengan leukosit
yang tersebar disebelah luar dari sel menanduk
c. Pada fase proestrus leukosit sudah tidak ditemukan lagi. Akan
tetapi sel menanduk tepinya tetap rata dab bagian dalamnya tetap memiliki inti
seperti halnya pada fase diestrus
d. Pada fase estrus sel-sel menanduk tampak memiliki ukuran yang
jauh lebih besar daripada fase-fase yang lain. Leukosit dan inti sel tidak
ditemukan pada fase ini





























BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Fase estrus merupakan fase dimanabetina sedang mengalami gairah seksual
yang tinggi dengan ditandai oleh sikap tidak tenang dan betina menjadi begitu
reseptif pada jantan. Ciri sel pada fase ini adalah sel epitel menanduk berukuran
besar dengan tepi tidak rata dan tidak memiliki inti sel (kornifikasi). Hormon yang
berperan dalam fase ini adalah hormon estrogen. Jika pada fase ini tidak terjadi
kopulasi, maka akan dilanjutkan pada fase metestrus.
4.2. Saran
Dalam membuat preparat sitologis apusan vagina menggunakan kaca
obyek dan penutup yang steril. Dengan cara dibersihkan dahulu dengan
menggunakan tisu yang dibasahi dengan air kemudian dibersihkan lagi dengan
alkohol. Sehingga sisa-sisa kotoran dari praktikum sebelumnya dapat hilang dan
tidak mempengaruhi preparat sitologis apusan vagina yang akan diamati.

DAFTAR PUSTAKA

Adnan, 2006. Reproduksi dan Embriologi Makassar : Jurusan Biologi FMIPA
UNM
Campbell, N. A.2004. Biologi Edisi ke 5 Jilid III. Jakarta : Erlangga.
Syahrum, H. M. 1994. Reproduksi dan Embriologi. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
Nalbandov, A. V, 1990. Fisiologi Reproduksi Pada Mamalia dan Unggas.
Jakarta : Universitas Indonesia.
Vilee, Walker, Barnes, 1973. Zoologi Umum Jilid 1 Edisi Ke 4. Jakarta : Erlangga



LAMPIRAN

























Persiapan mencit
Mengapuskan cotton bud
ke dalam vagina mencit
Mengapuskan cotton bud
pada kaca obyek.
Hasil Pengamatan
Mikroskopis Apusan
Vagina
Perbesaran 10 x 10 Perbesaran 10 x 40
Sel menanduk
dominan
Laporan Praktikum Reproduksi Hewan
Apusan Vagina Mencit








Oleh ;
Mochammad Yasir (093204011)
Silvia Estuningsih (093204017)
Desiana Trisna (093204042)
Tera Silvia Putri (093204058)

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI
SURABAYA
2010

Vous aimerez peut-être aussi