Vous êtes sur la page 1sur 15

BAB I

PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Penulisan
Penulisan perencanaan ini merupakan rangkaian dari mata kuliah Tugas Elemen Mesin
I. Perkembangan industrialisasi saat ini serta persaingan diantara tenaga-tenaga terampil,
menyebabkan perlu adanya peningkatan kualitas dari engineering designer.
Demi hal itu, maka tugas semacam ini merupakan wadah yang tepat mengaplikasikan teori-
teori dasar tentang perencanaan mesin dan aspek terkait lainnya. Dari cara semacam ini
diharapkan mahasiswa mampu untuk menjadi perencana yang handal di masa mendatang.
Tugas yang diberikan yaitu perencanaan tangki yang berisi air berkapasitas 200.000 liter.
Selain berdasar pada faktor kekuatan juga berdasar pada faktor ekonomis dari barang tersebut.

1.2 Maksud Perencanan
Maksud dilakukannya perencanaan ini adalah untuk memperoleh hasil yang memuaskan
dalam arti kuat serta bernilai ekonomis, pada sebuah tangki yang bermuatan air yang
direncanakan.
Diharapkan kekuatan tangki tersebut akan menunjang segi ekonomisnya.

1.3 Tujuan Perencanaan

1.3.1 Tujuan Umum
a. Mengenal jenis-jenis pengelasan dan fungsinya masing-masing.
b. Mengaplikasikan teori yang telah diperoleh pada bangku perkuliahan.

1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mampu merencanakan tangki bermuatan air yang bernilai baik.
b. Mengaplikasikan rumus-rumus yang telah diperoleh tentang pengelasan dalam
perencanaan tangki bermuatan air.
















BAB II
TEORI DASAR


Pengelasan merupakan proses penyambungan dua logam menjadi satu bagian dengan
pemanasan dengan ataupun tanpa tekanan. Definisi lainnya adalah sebagai ikatan metalurgi yang
timbul oleh gaya tarik antar atom. Sebelum ikatan terbentuk, permukaan yang akan disambung
haruslah bebas dari gas atau okida-oksida.
Bila dua permukaan yang rata dan bersih ditekan, maka beberapa kristal akan tertekan
dan bersinggungan. Bila tekanan diperbesar, daerah singgungan ini akan bertambah luas.
Lapisan oksida yang rapuh akan pecah, lalu logam akan mengalami deformasi plastis. Batas
antara dua permukaan dari kristal dapat menjadi satu dan membentuk suatu penyambungan,
proses ini disebut pengelasan dingin.

2.1 Jenis-jenis Pengelasan
Berdasarkan cara mengelas, terbagi atas :
a. Pengelasan Cair : - Las sinar elektron
- Las busur
- Las termik
- Las gas bertekanan
b. Pengelasan Tekan : - Las ledakan
- Las tempa
- Las gesek
- Las ultrasonik
- Las indikator

2.2 Definisi Jenis-jenis Pengelasan
a. Pengelasan busur Api atau Pengelasan Tempa
Kedua bagian dipanaskan hingga mencapai temperatur cair dalam api tempa atau dapur
dan dilanjutkan dengan pukulan atau press, contohnya mata rantai,untuk menyambung pipa-pipa
dan ketel yang tebal platnya lebih dari 100 mm.
Bila arus las tertutup dengan membenturkan elektroda di atas benda keras dan
menariknya sedikit,terbentuk suatu busur api.Kontak ini memungkinkan suatu aliran arus dalam
bentuk elektron yang berlangsung sesudah tegangan awal yang tinggi telah mengatasi tahanan
terhadap aliran arus (kadang kala disebut ionisasi celah busur api).Busur api menyebabkan
logam induk mencair.
Inti logam elektroda meneruskan energi listrik ke busur api dan dilebur bersama-sama
dengan lapisan fluks yang membentuk tetesan lebur antara logam dan fluks. Busur api sekarang
terdiri dari daerah gas bertemperatur sangat tinggi (kira-kira 6000 c) terutama yang diperoleh
dari lapisan fluks. Kekuatan busur api di Bantu untuk gravitasi dan tegangan permukaan,
memindahkan tetesan lebur ke dalam genangan las dimana kemudian membuka tutup pelindung
fluks yang mengeras,yang sekarang disebut terak.
- Fungsi lapisan elektroda dapat diringkas sebagai berikut :
1. Memberikan suatu perisai gas sekeliling busur api dan logam cair sehingga mencegah
oksigen dan nitrogen dari udara memasuki logam las.
2. Membuat busur api stabil dan mudah dikontrol
3. Mengisi kembali setiap kekurangan yang disebabkan oleh oksida eleman-elemen tertentu
dari genangan las selama pengelasan dan menjamin las mempunyai sifat mekanis yang
memuaskan
4. Memberikan suatu terak pelindung yang juga menurunkan kecepatan pendinginan logam
las dan dengan demikian menurunkan kerapuhan akibat pendinginan
5. Membantu mengontrol (bersama dengan arus las) ukuran dan frekuensi tetesan logam
cair
6. Memungkinkan digunakan posisi yang berbeda
7. Fluks memberikan garam yang menyediakan partikel-partikel ionisasi untuk membantu
penyalaan kembali busur api tersebut

b. Pengelasan Gas Cair
Pemanasan dilakukan dengan membakar gas cair, setelah itu kampuh yang kenyal digiling
rapat, contohnya pada pabrik baja untuk pipa dengan diameter besar, silinder api ketel.

c. Pengelasan Termit-Tekan
Kalor yang diperlukan diperoleh dari reaksi eksoterm dalam suatu campuran serbuk halus
aluminium dengan oksida besi, contohnya rel dan reparasi mesin berat.

d. Pengelasan Otogen Tekan
Luas yang hendak dilas dipanaskan dengan pembakaran oksigen-asetielen, contohnya
pengelasan tumpul pada pipa.Pipa nyala las otogen ini dari bahan bakar gas dan oxigen biasanya
digunakan untuk menyatukan plat (penyambungan plat) tipis bersama-sama.Untuk plat yang
lebih tebal dibuat lereng pada ujung plat yang akan disambung,ini akan menghasilkan
sambungan yang baik.
Acetylene (3100c),ini biasa digunakan untuk segala macam pekerjaan las,misalnya :
pengelasan pipa-pipa, tangkitangki, small hardware dan reparasi reparasi.
Hidrogen (2000c), ini biasanya digunakan untuk pengelasan timah hitam, aluminium
dan plat baja.
Coal gas (1800c), ini biasanya digunakan untuk pengelasan timah dan plat baja yang
tebalnya lebih dari 15 cm.
Benzena (2700c), ini biasanya digunakan untuk pekerjaan bangunan dan pengelasan
plat-plat baja yang tebalnya kira-kira lebih dari 15 cm.Nyala Benzena juga digunakan untuk
pekerjaan memotong dengan menggunakan nyala oxidising.
Berikut perlengkapan pengelasan oksiasetilen tekanan tinggi :
1. Asetilen yang dilarutkan disimpan di dalam selinder baja yang mengandung zat penyerap
(arang) dan pelarut (aseton) untuk gas
2. Persediaan gas oksigen di dalam selinder baja paduan yang diisi tekanan sebesar 172,5
bar.
3. Pengatur tekanan masing-masing gas untuk mengurangi tekanan selinder ke nilai yang
sesuai untuk pengeluaran (sekrup pengatur selalu dikendorkan setelah selesai
pengelasan).
4. Selang kanvas karet dengan sambungan-sambungan khusus.
5. Pipa hembus dengan perlengkapan nosel (ukuran nosel dapat menunjukkan pemakaian
kira-kira gas dalam liter/jam menggunakan nyala api netral)
6. Kacamata las berwarna khusus.
e. Pengelasan Tahanan Listrik
Kekuatan arus listrik dari tegangan rendah dihantar oleh dua bagian yang menyambung
satu dengan yang lainnya, contohnya penyambungan pelat-pelat besi yang tipis.
Bagian-bagian yang akan disambung dipanaskan pada temperatur las dengan tahanan
listrik (sampai 10.000 ampere pada tegangan 10 volt) dengan cara tekan. Ini biasanya digunakan
untuk pengelasan rel bagian dari baja rol dan pipa-pipa dengan luas penampang sampai 200 cm
2
,
juga untuk pengelasan baja perkakas dan rantai.
Pengelasan terak listrik adalah suatu proses pengelasan dimana panas las dibangkitkan
dalam genangan terak cairan dengan kerugian pada I kuadrat R pada lapisan terak (dimana I
adalah arus dan R adalah tahanan) menghasilkan temperatue terak yang tinggi dengan orde 1750
sampai dengan 2000 c.Terak berubah menjadi kondusif secara listrik pada 1000 c. Tidak
terdapat busur api,kawat melebur karena diumpankan ke dalam genangan terak. Peleburan logam
induk kemudian terjadi dan logam cair yang dikandung oleh tapal tembaga membeku sebagai
pembawa,elektroda dan tapal seluruhnya bergerak secara vertikal ke atas meninggalkan las yang
membeku di belakangnya.
Sumber pengelasan ini bisa arus bolak-balik atau searah dengan daerah arus antara 400
sampai dengan 1500 Ampere.Kecepatan tergantung pada ketebalam logam dan berkisar antara
satu sampai tiga meter per jam. Akibat sangat besarnya ukuran butir yang terbentuk dalam las
selama pendinginan,sering dilakukan suatu perlakuan panas penormalan pada temperatur kira-
kira 920 c untuk baja guna memulihkan ketangguhan las.
Keuntungan dan aplikasi :
1. Kecepatan penyelesaian sambungan yang tinggi untuk penampang yang tebal
2. Distorsi yang sediki dari perlakuan
3. Logam las yang sama serta kerusakan yang sedikit
4. Persiapan tepi plat yang ekonomis
5. Penampang yang lebih tipis dan lebih panjang pada galangan kapal,digunakan pada
tabung-tabung tekanan berdinding tebal dan peralatan penanganan pabrik baja.

f. Pengelasan Temu-Tekan
Saat menghiupkan arus pelat ditekan satu dengan yang lainnya sehingga menyebabkan
penebalan setempat, contohnya penyambungan ringan pada logam rendah.

g. Pengelasan Temu Bunga Api
Setelah arus dinyalakan, kedua bagian disinggungkan satu dengan yang lainnya sehingga
terbentuk busur listrik atau bunga api.

h. Pengelasan Titik
Dua buah elektroda (paduan tembaga) mengapit bagian benda kerja yang bertumpang
tindih dan memberi pada bidang tekan yang kecil itu suatu kerapatan dari arus tinggi setempat,
sehingga pada daerah tersebut dalam waktu yang singkat, bagian benda kerja melekat satu
dengan yang lainnya.
Pengelasan titik masuk ada pengelasan tahanan.Pengelasan tahanan adalah pengelasan
dengan pemanasan listrik yang dikombinasikan dengan tekanan.Pengelasan titik (spot welding)
sendiri adalah suatu bentuk pengelasan tahanan diman suatu las dihasilkan pada suatu titik pada
benda kerja diantara elektroda-elektroda pembawa arus,las akan mempunyai luas yang kira-kira
sama dengan ujung elektroda,atau sekecil ujung elektroda dari ukuran yang berbeda-beda.Gaya
yang dikenakan terhadap titik,yang biasanya melalui elektroda,secara kontinue di seluruh proses
dimana tidak ada busur api yang dibentuk.
Hal-hal yang penting dierhatikan dalam pengelasan titik ini adalah :
Elektroda paduan tembaga mempunyai tahanan terhadap aliran listrik yang lebih kecil dari pada
bahan yang akan dilas.
1. Semakin besar tahanan terhadap aliran arus,semakin terkonsentrasi pengaruh panas.
2. urutan pengelasannya adalah sebagai berikut :
- Gaya dikenakan melalui elektroda kemudian arus mengalir selama periode waktu tertentu.
- Gaya elektroda dijaga selam satu periode setelah arus berhenti mengalir,kemudian dilepaskan.
4. Sumber panas diperoleh dari transformator yang menyediakan elektroda las dengan arus
yang tinggi,dan voltase yang sangat rendah

i. Pengelasan Press
Dalam hal ini pengelasan titik dibuat serentak.
j. Pengelasan Rol Kampuh Tumpang Tindih
Kedua elektroda dibuat sebagai rol tekan. Dengan berulang kali menghidupkan dan
mematikan arus menyebabkan terjadinya suatu pengelasan titik.

k. Pengelasan Rol Kampu Tumpul
Serupa dengan metoda sebelumnya, hanya pelat ditekan tumpul satu dengan yang lainnya.

l. Pengelasan Lebur Otogen
Dalam hal ini kalor diperoleh dengan pembakaran gas asetielen dan oksigen.Pengelasan
lebur sendiri adalah suatu metode pengelasan diman las dibuat diantara logam-logam dalam
keadaan cair tanpa penggunaan tekanan.
Hal-hal yang penting dalam pengelasan lebur yang menggunakan busur api logam atau
oksiasetilen adalah sebagai berikut :
1. Untuk melebur logam induk dan bahan pengisi diperlukan suatu sumber panas yang
bertemperatur sangat tinggi.
2. Panas,logam cair harus dilindungi dari udara selama pengelasan.
3. Terdapat perubahan sifat-sifat fisikdari bahan-bahan yang dilas di daerah yang telah
dipengaruhi panas untuk menormalkan baja karbon rendah.
4. Akibat masuknya panas yang tinggi,berlangsung ekspansi yang cukup besar,kemudian
penyusutan yang bisa mengakibatkan dimensi, tekukan, puntiran, lengkungan dan dalam
keadaan peretakan yang berat.
5. Untuk pengelasam oksiasetilen baja karbon rendah selalu digunakan suatu nyala api yang
netral.


m. Pengelasan Lebur Termit
Metodanya serupa dengan las termit, henya saja tanpa adanya penekanan benda kerja satu
dengan yang lainnya.

n. Pengelasan Busur Listrik
Kalor yang diperlukan diperoleh dengan cara menarik busur yang dipertahankan antara
elektroda dan benda kerja.Proses pengelasan ini meruakan suatu metode pengelasan dengan jalan
mana suatu busur api listrik dipertahankan diantara suatu elektroda kawat mampu habis yang
diumpan terus-menerus.
Temperatur daerah pengelasan dinaikkan sampai temperatur pengelasan dengan busur
listrik yaitu antara benda kerja dan elektroda. Bahan tambahnya berasal dari elektroda yang
ditinggalkan (ditempel) pada sambungan. Hal ini dapat diterapkan dari bermacam-macam
pekerjaan las termasuk pengelasan kwalitet (mutu) tinggi.Sebagai contoh : las busur karbon
biasanya digunakan untuk bejana berdinding tipis dan pipa-pipa. Selaput elektroda yang turut
terbakar akan mencair dan menghasilkan gas yang melindungi ujung elektroda, kawah las, busur
listrik dan daerah las sekitar busur listrik terhadap pengaruh udara luar. Cairan selaput elektroda
yang membeku akan menutupi permukaan las yang juga berfungsi sebagai pelindung terhadap
pengaruh udara luar.

o. Pengelasan Celup
Berlangsung secara otomatis penuh, dimana sebuah penn atau baut yang ditempatkan di
dalam alat pegang ditarik dari benda kerja sehingga menimbulkan busur.

p. Pengelasan Benam
Busur yang terjadi antara sebuah elektroda dan benda kerja yang seluruhnya tertutup oleh
serbuk las.Pengelasan busur api yang dibenamkan merupakan suatu busur api logam dimana
busur api dibenturkan antar suatu elektroda kawat terbuka yang berlapis tembaga dan suatu
benda kerja yang bebas karat di bawah lapisan fluks yang berbentuk butiran. Fluks tersebut
apabila dalam keadaan dingin merupakan bahan yang secara listrik tidak konduktif akan tetapi
dalam keadaan cair sangat konduktif sehingga memungkinkan digunakan arus las yanf sangat
tinggi.Keuntungannya kecepatan pengendapan yang tinggi,busur api tidak kelihatan serta asap
dan percikan yang sedikit,permukaan las yang terus-menerus halus untuk permukaan las yang
panjang.Logam las yang kuat serta sedikit kerusakan.Pola penetrasi yang dalam.Las dengan
laluan yang banyak pada penampang yang tebal mempunyai pengaruh mempengaruhi pada
struktur.

q. Pengelasan Busur Gas Lindung
Busur yang terjadi antara elekroda wolfram yang tidak mencair dan benda kerja dalam
atmosfir netral.

r. Pengelasan Elektroda Terbungkus
Metoda ini paling sering digunakan. Suatu busur listrik terjadi karena perubahan arus yang
terjadi antara elektroda las dengan benda kerja yang hendak dilas.


2.3 Sambungan Las

Agar sambungan las kuat, maka sambungan harus dirancang sesuai cara penggunaannya.
Umumnya sambungan las terjadi pada suhu cair dan memerlukan penambahan bahan atau
dengan menuang logam cair antara dua keping logam yang disambung tersebut. Permukaan
logam yang bersih akan menghasilkan sambungan las yang baik.

Berikut ini beberapa tipe sambungan las :

- Sambungan temu (butt joint)
Butt joint digunakan untuk plat-plat rata dan tiang-tiang.Kemampuan Butt joint untuk beban
statis maupun dinamis, lebih tinggi kekuatannya dari pada las fillet.Diagonal atau kemiringan
pengelasan jaga dapat menambah kapasitas beban statik. Untuk tebal plat sampai 4 mm, tanpa
dibuat miring ujung-ujungnya, untuk tebal 5 mm sampai 15 mm plat perlu dibuat kampuh V
(bersudut V,60) dan untuk tebal plat 10 mm sampai 30 mm plat perlu dibuat kampuh X, untuk
ketebalan plat lebih besar lagi ujung-ujung plat dibuat kampuh U atau dabel U yang digunakan.

- Sambungan T (T joint)
T-joint tidak banyak posisinya dengan las fillet,oleh karena itu kapasitas beban lebih rendah dari
pada butt joint. Untuk pembebanan dinamis las fillet yang cekung lebih baik dengan las fillet
rata.

- Sambungan sudut (corner joint)
Kapasitas beban lebih rendah dari pada T-joint.

- Sambungan tumpang (lap joint)
Sambungan ini adalah tipe sambungan yang paling lemah.

- Vessel Weld
Sambungan flange (yang menahan tekanan 5 atm) dan corner joint 12 atm adalah kurang baik
bila butt joint terletak jauh dari sisi (30 atm).














BAB III
PERENCANAAN TANGKI AIR


3.1. Pendahuluan
Tangki yang direncanakan yaitu tangki air yang berkapasitas 200 m
3
atau sama dengan
200.000 liter. Tujuan perencanaan ini yaitu menghasilkan sebuah tangki dengan mutu baik dan
bernilai ekonomis.

3.1.1. Bahan Plat
Untuk merencanakan tangki perlu untuk memperhatikan bahan plat, disesuaikan dengan :
- Ketentuan besar dan macam bahan
- Kondisi sekitar tangki, misalnya korosi, suhu
- Fungsi kerja ( berat, ringan atau kontinu)
Untuk konstruksi tangki pada umumnya digunakan baja karbon rendah, yaitu kurang dari
0,3 % C, sehingga memudahkan dalam pengelasan.
Dalam hal ini bahan yang dipilih yaitu suatu plat baja St 37 berkadar karbon 0,18 % berukuran
244 * 120 cm. (G.Niemann, Elemen Mesin Jilid I)

3.1.2. Kampuh Las
Pada perencanaan ini akan digunakan sambungan atau jenis kampuh memanjang yang
digunakan sebagai sambungan temu, karena lebih kuat menahan beban statik. Untuk alas dan
tutup tangki, sambungan dinding menggunakan kampuh sudut. (G.Niemann, Elemen Mesin Jilid I)

3.2. Perhitungan Perencanaan
3.2.1. Perhitungan Dimensi Tangki
- Volume tangki direncanakan (V) = 200 m
3

- Tinggi tangki direncankan (h) = 5 m

V = A * h .....(1) (Mohd.Taib Sutan Sati, Buku polyteknik)

dimana : A = luas alas tangki ( m
2
)
= d
2

d = diameter dalam tangki (m)

sehingga :
V = A * h
= d
2
* h
d
2
= 4V / h
= 4*200/ 3.14 * 5
d
2
= 50,96
d = 7,14 m

Untuk penentuan tebal plat yang dipergunakan, perlu untuk menentukan dahulu tekanan
maksimum pada alas atau dasar tangki.

Pmax = * g * h .....(2) (Frank M.White, Mekanika Fluida Jilid I)

dimana : = massa jenis air.....(3)
= 1 g/cm
3
= 1000 kg/m
3

g = gaya gravitasi
= 9.81 m/s
h = tinggi tangki
= 5 m

Sehingga :

P
max
= 1000 * 9,81 * 5
= 49050 N/m
2

= 49050.10
-5
bar ( 1 bar = 10
5
N/m
2
)
= 0,4905 bar

Untuk penentuan tebal plat yang digunakan (a), yaitu :
(4) (G.Niemann, Elemen Mesin Jilid I)

dimana : d = diameter dalam
= 7,14 m = 7140 mm
k = koefisien kekuatan
= 140 ( St 37 )
S = koefisien keamanan
= 1.5
Vk = koefisien kelelahan kampuh
= 0.8
Sehingga tebal plat adalah :

= 3,346 mm
= 3,5 mm ( Normalisasi )

Dari data-data yang telah diperoleh tersebut, maka selanjutnya dapat ditentukan :

Diameter luar tangki ( D )
D = d + 2*a
= 7140 + (2 * 3,5)
= 7147 mm
Tinggi luar tangki ( H )
H = h + 2*a
= 5000 +(2 * 3,5)
= 5007 mm

Keliling tangki ( L )
L = * D
= 3.14 * 7147
= 22441,58 mm
= 22442 mm ( Normalisasi )

Plat dibagi menjadi 10 bagian, sehingga panjang masing-masing ( X ), yaitu :
X = L / 10
= 22442 / 10
= 2244,2 mm

3.2.2. Perhitungan Kekuatan Las pada Dinding Tangki
Dimensi plat 1-10, 12-20, 22-31, 33-41, 43-52,54-62. 64-73, 75-83, 85-94, 96-104 sama yaitu =
2244,2 x 500 mm
Dimensi plat 11,21,32, 43, 53, 63, 74, 84, 95, 105 sama yaitu = 2244,2 x 250 mm

Dengan demikian maka sesuai hasil analisa, tegangan maksimal akan dialami oleh plat yang
terletak pada bagian dasar tangki.
Tegangan maksimal tersebut dapat dihitung sebagai berikut :

= F / A .....(5) (G.Niemann, Elemen Mesin Jilid I)

dimana : F = gaya yang timbul ( N )
A = luas bidang ( m
2
)

Perhitungan gaya yang diperoleh dari diferensiasi sebagai berikut :

dF = ( P
0
+ P ) dA .....(6) (Sularso-Kyokatsu Suga, Dasar Perencanaan dan Pemilihan
Elemen Mesin)
dF = ( P
0
+ P ) X * dY
2

dF = ( * g * Y
1
+ * g * Y
2
) X * dY
2

dF = * g * Y
1
* X * dY
2
+ * g * Y
2
* dY
2

dF = * g * Y
1
* X * dY
2
+ * g * Y
2
* X * dY
2

dF = * g * Y
1
* X dY
2
+ * g * X Y
2
dY
2

F = * g * Y
1
* X * Y
2
+ * g * X * Y
2
2

F = * g * Y
2
* X ( Y
1
+ Y
2
)

Dimana : = 1 gr / cm
3
= 1000 kg/m
3

g = 9.81 m / s
2

X = 2,2442 m
Y
1
= 0,5 m
Y
2
= 0,25 m

Dengan data-data tersebut di atas maka :

F = 1000* 9.81 * 0.25* 2,2442 ( 0,5+ * 0,25 )
F = 3439,9378 N

Perhitungan luas bidang dapat ditentukan :

A = a * l .....(7) (Mohd. Taib Sutan Sati, Buku Polyteknik)

dimana : l = 2 ( X + Y
2
)
= 2 ( 2,2442 + 0,25 )
= 4,9884 m
a = 3.5 mm
= 0.0035 m

Sehingga luas bidang :

A = a * l
= 0,0035* 4,9884
= 0,0174594 m
2

= 17459,4 mm
2


Dengan demikian maka, tegangan dapat ditentukan yaitu :

= F / A
= 3439,9378/ 17459,4
= 0,197 N / mm
2


Sedangkan
bol
( tegangan dibolehkan ), yaitu :




bol
= V * V
2
*
A
/ Sn .....(8) (G.Niemann, Elemen Mesin Jilid I)

dimana : V = koefisien statik
= 1
V
2
= 0.8 1 ( dipilih 0.9 )

A
= koefisien kekuatan
= 120
Sn = koefisien keamanan
= 5

Sehingga :

bol
= 1 * 0.9 * 120 / 5
= 21.6 N / mm
2


Dari hasil tersebut diperoleh <
bol


Dengan demikian, maka konstruksi tangki pada pengelasan yang mengalami tegangan
maksimum, berada dalam kondisi aman.


Untuk plat 11,21,32, 43, 53, 63, 74, 84, 95, 105 tegangannya sama yaitu :

= F / A ..(9) (G.Niemann, Elemen Mesin Jilid I)

dimana : F = 3439,9378 N
A = a * l ..(10) (Mohd. Taib Sutan sati, Buku Polyteknik)
= a * 2 ( X + Y
2
)
= 0.0035 * 2 ( 2,2442+ 0,25 )
= 0,0174594 m
2

= 17459,4 mm
2


Sehingga tegangannya dapat dihitung, yaitu :

= 3439,9378/ 17459,4
= 0,197 N / mm
2


Karena <
bol
sehingga proses pengelasan untuk plat adalah aman.

Untuk plat 1-10, 12-20, 22-31, 33-41, 43-52,54-62. 64-73, 75-83, 85-94, 96-104 tegangannya
sama, yaitu :

= F / A ..(11) (G.Niemann, Elemen Mesin Jilid I)

dimana : F = 3439,9378 N
A = a * l ..(12) (Mohd. Taib Sutan Sati, Buku Polyteknik)
= a * 2 ( X + Y
1
)
= 0.0035 * 2 ( 2,2442 + 0,5 )
= 0,0192094 m
2
= 19209,4 mm
2

Sehingga tegangannya dapat dihitung, yaitu :

= 3439,9378 /19209,4
= 0,179 N / mm
2


Karena <
bol
sehingga proses pengelasan untuk plat II, III, dan VI adalah aman.

3.2.3. Perhitungan Kekuatan Las pada Alas Tangki
Tegangan yang dialami oleh alas tangki jauh lebih besar dibandingkan dengan bagian
yang lainnya. Maka perencanaannya juga harus lebih teliti agar mampu menahan beban yang
besar tersebut.

Untuk perhitungan tegangan yang terjadi, yaitu :

= F / A ..(13) (G. Niemann, Elemen Mesin Jilid I)



Perhitungan gaya ( F ), yaitu :

dF = P * dA ..(14) (Sularso-Kyokatsu Suga, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen
Mesin)
dF = * g * h * dA
dF = * g * h * D * dh
dF = * g * D * h dh
F = * g * D * h
2


Dimana : g = 9.81 m/s
2

= 1000 kg / m
3

D = 7,147 m
h = 5 m

Sehingga gaya ( F ) dapat ditentukan, yaitu :

F = * g * D * h
2

= 1000 * 9.81 * 7,147 * ( 5 )
2

= 876400,875 N


Untuk perhitungan luas bidang, yaitu :

A = a * l ..(15) (Mohd. Taib Sutan Sati, Buku polyteknik)

dimana : a = 3,5 mm
L = D
= 3,14 x 7147 mm
= 22442 mm

Sehingga :

A = a * L
= 3,5* 22442
= 78546 mm
2


Dari data tersebut, maka tegangan dapat ditentukan sebagai berikut :

= F / A ..(16) (G. Niemann, Elemen Mesin Jilid I)
= 876400,875 /78546
= 11,16 N / mm
2


Sedangkan
bol
( tegangan dibolehkan ), yaitu :


bol
= V * V
2
*
A
/ Sn ..(17) (G. Niemann, Elemen Mesin Jilid I)



Dimana : V = koefisien statik
= 1
V
2
= 0.8 1 ( dipilih 0.9 )

A
= tegangan kekuatan
= 120
Sn = koefisien keamanan
= 5

Sehingga :


bol
= V * V
2
*
A
/ Sn
= 1 * 0.9 * 120 / 5
= 21.6 N / mm
2


Karena <
bol
yaitu 11,65 N / mm
2
< 21.6 N / mm
2
, maka dapat disimpulkan
bahwa konstruksi alas tangki tersebut berada dalam kondisi aman.





























KESIMPULAN

Dari perencanaan tangki yang telah dibahas sebelum ini maka ada beberapa point penting
yang dapat dikemukakan, yaitu :
1. Penentuan tinggi tangki yang ideal ( dari nilai-nilai tertentu ) akan menghasilkan sebuah
diameter yang berbanding secara khusus dengan tinggi tangki, sementara volume tangki
merupakan nilai awal yang disesuikan untuk karakteristik tangki tersebut.
2. Untuk penentuan kekuatan tegangan, dihitung pada plat dasar yang terpisah, yang akan
mengalami tekanan paling besar dibandingkan dengan plat lainnya. Bila tegangan pada
plat tersebut lebih kecil dibandingkan tegangan yang diizinkan, berarti konstruksi tangki
yang direncanakan aman.
3. Perencanaan alas tangki harus seteliti mungkin sebab bagian ini sangat penting dan harus
mampu untuk menahan beban akibat berat avtur yang dipengaruhi oleh gravitasi dan
ketinggian.
4. Bentuk kampuh las disesuaikan dengan jenis sambungan yang diinginkan.

Berikutnya akan dikemukakan hasil-hasil yang diperoleh dalam perencanaan tangki sebagai
kesimpulan, yaitu :
1. Tinggi tangki yang direncanakan yaitu 5 m, sedangkan diameter yang diperoleh adalah
7,147 m . Tangki ini berkapasitas 200.000 liter.
2. Tekanan maksimum pada dasar tangki diperoleh sebesar 876400,875 N, sehingga tebal
plat yang akan dipergunakan yaitu 3,5 mm.
3. Gaya yang timbul bila tangki penuh berisi air adalah 876400,875 N dengan luas bidang
19209,4 mm
2
. Sehingga tegangan 0,179 N / mm
2
. Dibandingkan dengan tegangan yang
diizinkan, maka tegangan yang diperoleh labih kecil sehingga konstruksi dinyatakan
aman.
4. Untuk konstruksi alas tangki, gaya yang timbul yaitu 11,16 N / mm
2
dengan luas bidang
78546 mm
2
. Dengan demikian maka tegangan yang dialami sebesar 10,054 N/mm
2
. Bila
dibandingkan dengan tegangan yang diizinkan, maka tegangan yang diperoleh ini lebih
kecil sehingga konstruksi alas tangki dinyatakan aman.














DAFTAR PUSTAKA


1. Ir. Sularso, MSME : Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin. Pradya
Paramita, Jakarta, 1991.
2. Niemann, Gustav : Elemen Mesin Jilid I. Berlin Heidelberg, New York, 1997.
3. Mohd. Taib Sutan Sati : Buku Polyteknik. PT. Bale, Bandung, 1996.
4. Frank M.White : Mekanika Fluida Jilid I. Erlangga, Jakarta, 1991.
5. Amstead, B.H : Teknologi Mekanik Jilid I. Erlangga, Jakarta, 1992.

Vous aimerez peut-être aussi