Vous êtes sur la page 1sur 25

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sintesis organik adalah konstruksi molekul organik melalui proses
kimia. Molekul-molekul organik sering memiliki tingkat kompleksitas yang
lebih tinggi dibandingkan dengan senyawa-senyawa inorganik, oleh karena
itu sintesis senyawa-senyawa organik telah berkembang menjadi salah satu
aspek kimia organik yang paling penting. Ada dua bidang penelitian dalam
bidang kimia organik secara umum - sintesis total dan metodologi.
Sintesis beberapa senyawa dalam kimia organik, salah satunya
pada aspirin. Sifat antipiretik dan analgesik yang ditemukan dalam aspirin
berasal dari senyawa salicin yang merupakan kelompok glikosida. Glikosida
adalah senyawa yang memiliki bagian gula terikat pada non-glikosa L.
Aglikon dalam salian adalah salial alkohol dan tereduksi sempurna menjadi
asam salisilat. Asam salisilat sangat keras terhadap bibir kerongkongan dan
perut, sehingga kimiawan felix Hoffmann yang awalnya mensintesis asam
asetil salisilat yang dinamakan aspirin yang ringan terhadap perut. Dengan
senyawa ini Hoffmann dapat mengobati tanpa mengakibatkan iritasi perut
yang parah. salah satu fungsi aspirin yang dicobakan pada praktikum,
dengan indikasi untuk meringankan rasa sakit,terutama sakit kepala dan
pusing, sakit gigi, dan nyeri otot serta menurunkan demam.
Untuk lebih memahami tentang cara sintesis senyawa ini, terkait
dengan indikasi yang dapat ditimbulkan, maka dilakukanlah praktikum ini.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada percobaan ini adalah bagaimana
cara mensintesis aspirin dari reaksi astilasi antara asam salisilat dan anhidrat
asetat?
C. Maksud Praktikum
Adapaun maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan
mempelajari proses terjadinya reaksi asetilasi.
D. Tujuan Praktikum
Adapun tjuan dari percobaan ini adalah untuk mensintesis aspirin
dari reaksi asetilasi antara asam salisilat dan anhidrat asetat
E. Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat
mengetahui cara sintesa senyawa aspirin dengan reaksi asetilasi antara
senyawa asam salisilat dan anhidrat asetat.










BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Aspirin berupa hablur yang tidak berwarna dan tidak berbau dengan
rasa asam dan khalait. Jika dipanaskan dengan tepat pada suhu 135
0
137
0

dan jika dipanaskan perlahan lahan karena peruraian akan melelehkan
antara 120 130
0
C (Dirjen POM, 1995).
Efek samping aspirin yang sering terjadi adalah indikasi tukak
lambung atu tukak peptik yang kadang kadang disertai anemia sekunder
akibat perdarahan saluran cerna. Efek samping lainnya adalah gangguan
fungsi trombosit akibat penghambatan biosintesis trombosan atau A
2
(TXA
2
)
dengan akibat perpanjangan waktu perdarahan. Aspirin berfungsi untuk
mencegah kambuhnya TIA, stroke akibat penyumbatan dan kematian akibat
gangguan pembuluh darah (Mutschler, 1999).
Serbuk yang berisi aspirin dengan garam alkali seperti natrium
bikarbonat menjadi getah jika kontak dengan air. Oleh karena itu sebagian
larutan akan terhidrolisis menjadi metil salisilat. Aspirin berbentuk masa
adonan yang basah, dan pada saat penambahan dengan acetanilid,
acetophenetidin, antipirin, aminopirin, mathanamin dan fenol serta fenil asetat
(Mutschler, 1999).
Aspirin adalah asam organik lemah yang unik diantara obat-obat
AINS dalam asetilasi (dan juga inaktivasi) siklo-oksigenase irreversible.
Aspirin cepat dideasetilasi oleh esterase dalam tubuh, menghasilkan salisilat
yang mempunyai efek anti-inflamasi, antipiretik dan atau analgesik. Efek
antipiretik dan anti-inflamasi salisilat terjadi karena penghambatan sintesis
prostaglandin di pusat pengaturan panas dalam hipotalmus dan perifer di
daerah target (Mycek, 2001).
Salisilat merupakan obat yang paling banyak digunakan sebagai
analgesik,antipiretik dan anti-inflamasi. Aspirin dosis terapi bekerja cepat dan
efektif sebagai antipiretik. Dengan dosis ini laju metabolisme juga meningkat.
Pada dosis toksik obat ini justru memperlihatkan efek piretik sehingga terjadi
demam dan hiperhidrosis pada keracunan berat (Tjay, 2002).
Asam asetil salisilat adalah senyawa berupa kristal tidak berwarna,
yang sedikit larut dalam air, sebaliknya mudah larut dalam pelarut organik
polar seperti etanol. Dibandingkan asam salisilat, asam asetil salisilat
merupakan asam yang lebih lemah. Pada pelarutan dengan penambahan
basa akan terjadi hidrolisis yang cepat atau lambat menjadi salisilat dan
asetat tanpa tergantung pada konsentrasi ion OH
-
. Selain itu dalam suasana
asam juga akan terhidrolisis. Untuk menghindari penguraian ini, (bau asam
asetat) harus dibuat bebas dari kelembapan udara. Untuk membuat larutan
injeksi yang pekat dalam air digunakan D,L-lisin mono asetilsalisilat yang
nerupakan garam lisin asam asetil salisilat (Gennaro, 1950).
Efek salisilat pada pernafasan, salisilat merangsang merangsang
pernafasan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada dosis terapi
salisilat mempertinggi komsumsi oksigen dan produksi CO
2
.
Peninggian P
CO2

akan merangsang pernapasan sehingga pengeluaran CO
2
melalui alveoli
bertambah dan pengeluaran CO
2
dalam plama turun. Efek salisilat terhadap
darah, pada orang sehat aspirin menyebabkan perpanjangan masa
pendarahan. Hal ini bukan karena hipoprotrombinaemia, tetapi karena
asetilasi siklo-okisgenae trombosit sehingga pembentukan TXA
2
terhambat.
Efek salislat terhadap keseimbangan asam basa, salisilat menyebabkan
peningkatan komsumsi oksigen dan produksi CO
2
terutama diotot sklet
karena perangsangan fosforilasi oksidatif. CO
2
yang dihasilkan selanjutnya
tidak mengakibatkan perangsangan pernafasan sehingga CO
2
dalam darah
tidak meningkat (Gunawan, 2007).
Asam salisilat dapat diperoleh menurut cara Kolbe-Schmitt dengan
hasil hampir kuantitatif melalui reaksi natrium fenolat dan karbondioksida
pada 125
0
C dan 4-7 bar dan kemudian dihidrlolisis. Asam asetilsalisilat
diperoleh dengan cara asetilasi asam salisilat dengan katalisis proton. Untuk
pemurnian asam asetil salisilat dapat digunakan larutan besi (III) klorida.
Pembentukankompleks besi-fenol dengan Fe (III) memberikan warna dari
merah hingga violet, yang dipercaya bahwa partikel phenol masih ada
(Mutschler, 1999).
Asam asetil salisilat diabsorbsi cepat dan mencapai suatu
persentase yang tinggi setelah pemberian secara oral. Bagian asetil sebagian
sudah diuraikan pada jalur mukosa. Dalam hati, setelah dihidrolisis ester
lebih lanjut, terbentuk ester glukuronida dan eter glukuronida serta glisinat
(asam salisilurat) dari asam salisilat. Hanya sebagian kecil yang dioksidasi
menjadi asam gentisinat (Mustchler, 1991 hal : 198).
Pada pemberian asam asetil salisilat bersama-sama dengan anti
koagulan dan glukokortiroid, bahaya perdarahan pada saluran cerna
dipertinggi. Selanjutnya asam asetil salisilat menaikkan kerja hipoglikemik,
golongan sulfonylurea dan toksisitas metotreksat. Di samping itu senyawa ini
mengurangi kerja diuretic dari diuretika jerat henle akibat penghambatan
sintesis prostaglandin, serta mengurangi efek urikosurika karena persaingan
terhadap pembawa asam pada alat tubuli ginjal (Mustchler, 1991).

















B. Uraian Bahan
1. Asam salisilat (Dirjen POM, 1979 :43)
Nama Resmi : Acidum salicylicum
Nama Lain : Asam salisilat
Rumus Moleku : C
7
H
6
O
3
Bobot Molekul : 138,12
Pemerian : Hablur ringan tak berwarna atau serbuk
berwarna putih hampir tidak berbau rasa
agak manis dan tajam.
Kelarutan : Larut dalam 550 bagian air dan dalam 4 bagian
etanol 95 % P. , mudah larut dalam kloroform P
dan dalam eter P. Laruta dalam larutan amonium
asetat P, dinatrium hidrogenfosfat P, kalium sitrat
P dan natrium sitrat P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai bahan dasar sintesa aspirin
2. Anhidrida Asetat (Dirjen POM, 1979 : 647)
Nama Resmi : Acidum acetic anhidrida
Nama Lain : Asam asetat anhidrida
Rumus Molekul : (CH
3
CO)
2
O
Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, berbau tajam,
mengandung tidak kurang dari 95 % C
4
H
6
O
3

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pelarut
3. Asam sulfat (Dirjen POM, 1995 : 58)
Nama Resmi : Acidum sulfuricum
Nama Lain : Asam sulfat
Rumus Molekul : H
2
SO
4

Bobot molekul : 98,07
Pemerian : Cairan kental seperti minyak korosif, tidak
berwarna, jika ditambahkan ke dalam air
menimbulkan panas
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai katalisator
4. Aspirin (Dirjen POM, 1995 )
Nama resmi : Acidum acetylsalicylium
Nama lain : Asam asetilsalisilat
Berat molekul : 180,16
Pemerian : Hablur tidak berwarna, atau serbuk hablur putih
tidak berbau atau hampir tidak berbau, rasa
asam
Kelarutan : Agak sukar larut dalam air, mudah larut dalam
etanol, larut dalam kloroform
Khasiat : Analgetikum, antipiretikum
Kegunaan : Sebagai hasil sintesa
5. Air Suling (Dirjen POM, 1995 : 96)
Nama Resmi : Aqua destillata
Nama Lain : Aquadest
Rumus Molekul : H
2
O
Bobot Molekul : 18,02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
mempunyai rasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai larutan pencuci
C. Prosedur Kerja (Anonim,2013)
Ditimbang 2,0 gr (0,015 mol) asam salisilat dan tempatkan dalam
erlenmeyer 250 ml. Tambahkan 5 ml (0,05 mol) anhidrida asetat, diikuti
dengan 5 tetes asam sulfat pekat dari pipet tetes, dan kocok hingga asam
salisilat larut. Panaskan dipenangas iar selama 5-10 menit. Lalu erlenmeyer
didinginkan pada temperatur kamar hingga dimana asam asetelsalisilat akan
menjadi kristal dari campuran reaksi. Jika tidak gores didnding erlenmeyer
dengan batang pengaduk dan campuran sedikit dingin dalam tangas es
(wadah es) hingga kristal terbentuk. Tambahkan 50 ml air dan dinginkan,
campuran dalam tangas es hngga proses kristalisasi berlangsung sempurna.



BAB III
KAJIAN PRAKTIKUM
A. Alat yang dipakai
Adapun alat yang dipakai pada praktikum ini, yaitu Baskom,
Batang pengaduk, Botol Semprot, Erlenmeyer 250 ml, Gelas kimia 250 ml,
gelas ukur 5,10, 25 ml, Karet penghisap, Pipet tetes, Pipet volume 10 ml,
Sendok tanduk, dan Timbangan analitik.
B. Bahan yang digunakan
Bahan yang diguanakan pada percobaan ini adalah asam salisilat,
asam asetat anhidrat, asam sulfat pekat, aluminium foil, aquadest, es batu,
lap kasar, lap halus dan tissue.
C. Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Ditimbang asam salisilat sebanyak 2,0 gram dan di tambahkan dengan 5
ml anhidrida asetat
3. Ditambahkan dengan 5 tetes asam sulfat pekat
4. Dipanaskan dipenangas air selama 5 10 menit pada suhu 80
0
C
5. Didinginkan di erlenmeyer 250 ml dan digores-gores hingga terbentuk
kristal, jika belum terbentuk erlenmeyer 250 ml didinginkan di baskom
berisi es sambil terus digores-gores dindingnya.
6. Ditambahkan 50 ml air setelah terbentuk kristal
7. Disaring dengan menggunakan corong dan kertas saring sebanyak 2 kali
8. Dikeringkan selama beberapa menit.
9. Ditimbang berat aspirin yang didapatkan
10. Dihitung persen rendamennya

































BAB IV
HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Tabel Hasil Pengamatan
No Berat Asam
Salisilat
Berat Kertas
Saring
Berat Kertas
saring + Aspirin
Berat
Aspirin
1 2 gram 1,0320 gram 2,3654 gram 1,3334 gr
2 2,111 gram 1,1652 gram 3,7424 gram 2,5772 gr

2. Reaksi
O
C O O
OH + H
2
SO
4

C C
OH CH
3
O CH
3

(Asam salisilat) (Anhidrat asetat)
O
C
CH O CH
3
COOH H
2
SO
4

O C (Asam asetat)
CH
3

(Aspirin)
3. Perhitungan
Percobaan I
Dik :
Gram asam salisilat = 2,0 gram
BM asam salisilat = 138,12
BM aspirin = 180,16
Berat aspirin hasil praktikum
Berat aspirin = (aspirin + berat kertss saring) berat kertas saring
= 2,3654 gram 1,0320 gram
= 1,3334 gram
1 mol asam salisilat setara dengan 1 mol aspirin
mol asam salisilat = gram asam salislat
BM asam salisilat

mol aspirin = 2 gram
138,12
= 0,0146 mol
Berat aspirin secara teoritis
m = mol aspirin x BM aspirin
m = 0,0146 x 180,16
m = 2,612 gr
Berat aspirin hasil praktek adalah 1,3334 gr
Rendamen 1 = Berat aspirin hasil praktikum
Berat aspirin secara teoritis
= 1,3334 gr x 100 %
2,612 gr
= 51,049 %
4. Percobaan II

Dik :

Asam salisilat = 2,111 gr

BM asam salisilat = 138,12

BM aspirin = 180,16
Berat aspiri = (aspirin + berat kertas saring) berat kertas saring
= 3,7424 gr 1,1652 gr

= 2,5772 gram

1 mol asam salisilat setara dengan 1 mol aspirin
mol asam salisilat = gram asam salislat
BM asam salisilat
mol aspirin = 2,111 gram
138,12
= 0,0152 mol
Berat aspirin secara teoritis
m = mol aspirin x BM aspirin
m = 0,0152 x 180,16
m = 2,7535 gr


Berat aspirin hasil praktek adalah 2,5772 gr

Rendamen 2= Berat aspirin hasil praktikum
Berat aspirin secara teoritis
= 2,5772 gr x 100 %
2,7535
= 93,597 %
Berat rendamen rata-rata = 75,026 %






























B. Pembahasan
Aspirin atau asetosal atau asam asetilsalisilat adalah turunan dari
senyawa asam salisilat yang diperoleh dari simplisia tumbuhan Cortex salicis.
Sintesa asam asetil salisilat berdasarkan reaksi asetilasi antara asam salisilat
dengan anhidrida asetat dengan menggunakan asam sulfat pekat sebagai
katalisator.
Pada praktikum kali ini, akan dilakukan percobaan sintesa aspirin
dari senyawa asam salisilat dan asam asetat dengan asam sulfat sebagai
katalisator. Pada pembuatan atau sintesa aspirin ini digunakan anhidrida
asetat dimaksudkan karena anhidrida asetat tidak mengandung air dan akan
dengan mudah menyerap air sehingga air yang dapat menghidrolisis aspirin
menjadi salisilat dan asetat dapat dihindari.
Sintesa aspirin, atau senyawa asam salisilat merupakan senyawa
obat bebas yang memiliki efek analgetik dan antiinflamasi. Dari struktur kimia
yang dimiliki oleh aspirin dapat diketahui aspirin terdiri dari gugus asam
salisilat dan gugus asam asetat.
Alasan digunakannya asam salisilat yaitu merupakan bahan utama
dalam sintesis aspirin, selain itu asam salisilat juga memiliki esterifikasi yang
tinggi dibandingkan dengan asam asam yang lain. Dan pada praktikum ini
juga kita menggunakan anhidrida asetat, dimasudkan karena anhidrida asetat
ini tidak mengandung air dan akan dengan mudah menyerap air. Sehingga
air yang dapat menghidrolisis aspirin menjadi salisilat dapat dihindari.
Sedangkan alasan penambahan asam sulfat pekat pada
percobaan ini yaitu asam sulfat pada campuran asam salisilat dengan
anhidrida asetat berfungsi sebagai katalisator, tetapi tidak berfungsi untuk
mempercepat terjadinya sintesa dengan cara menurunkan energi aktivasi
sehingga energi yang diperlukan dalam sintesa sedikit, jadi reaksi berjalan
dengan cepat.
Tujuan penambahan anhidrat asetat pada percobaan ini yaitu
karena di dalam anhidrat asetat mengandung air sehingga mudah
terhidrolisis sebagaimna sifat air umumnya.
Setelah asam salisilat tercampur sempurna maka larutan
dipanaskan, bertujuan untuk menghilangkan zat-zat pengotor yang ada pada
bahan sehingga aspirin yang diperoleh nanti memiliki kemurnian tinggi.
Selain itu fungsi dari pemanasan adalah untuk mempercepat kelarutan dari
asam salisilat sehingga dapat bercampur dengan sempurna, hal ini
dikarenakan proses pemanasan akan mempercepat gerak kinetik dari
molekul-molekul yang ada dalam larutan sehingga laju reaksi akan semakin
cepat dan reaksi berjalan cepat.
Setelah dipanaskan, erlenmeyer didinginkan terlebih dahulu pada
suhu kamar hingga dingin. Erlenmeyer tidak langsung diletakkan pada wadah
berisi es batu dikarenakan perubahan suhu yang terlalu tajam dapat
mengakibatkan erlenmeyer pecah. Alasan dilakukan perendaman es batu
yaitu agar memudahkan terbentuknya Kristal pada dinding Erlenmeyer.
Ketika didinginkan dinding erlenmeyer digores-gores dengan menggunakan
batang pengaduk bertujuan untuk mempercepat pembentukan kristal aspirin.
Setelah terbentuk kristal aspirin, pada erlenmeyer ditambahkan air
sebanyak 50 ml hal ini bertujuan agar reaksi pembentukan kristal berjalan
sempurna dan dimaksudkan untuk menghidrolisis kelebihan asam yang
terdapat dikristal aspirin. karena jika tidak ditambahkan dengan air, maka ada
kemungkinan akan terurai kembali menjadi asam salisilat. Kemudian
dilakukan penyaringan untuk mendapatkan kristal aspirin yang ada pada
larutan. Sebelum penyaringan, ditimbang dulu berat kertas saring kosong.
Setelah didapatkan kristal aspirin pada kertas saring, maka kristal
tersebut di keringkan selama beberapa menit. Setelah kering maka ditimbang
berat aspirin yang telah disintesa.
Setelah berat aspirin didapatkan, ternyata hasilnya berbeda
dengan perhitungan berat aspirin secara teoritis. Hal ini dapat disebabkan
karena beberapa faktor kesalahan diantaranya adalah ketidakmurnian bahan-
bahan yang digunakan, selain itu kesalahan pada penimbangan juga dapat
mempengaruhi jumlah kristal aspirin yang didapatkan.
Dari hasil praktikum terdapat dua kali hasil untuk mmbandingkan
sampel yang satu dengan yang lain, pada percobaan pertama di dapatkan
hasil yaitu berat aspirin secara teoritis adalah 2,5943 gr dan persen
rendamennya adalah 51,397 % dan pada percobaan kedua yaitu berat
teoritasnya adalah 2,61232 gr dan persen rendamennya adalah 75,026 %.
Hal ini dapat disebabkan karena beberapa faktor kesalahan
diantaranya adalah ketidakmurnian bahan-bahan yang digunakan, selain
kesalahan pada penimbangan dan pengukuran juga dapat mempengaruhi
jumlah kristal aspirin yang didapatkan.



































BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan maka dapat diketahui berat aspirin secara
teoritis adalah 2,56 gr, sedangkan berat aspirin hasil praktek pertama
adalah 2,5943 gr dan persen rendamennya adalah 51,397%. Sedangkan
pada percobaan kedua adalah 2,61232 dan persen rendamennya adalah
75,026%.
B. Saran
Sebaiknya pada praktikum berikutnya, alat dan bahan yang akan
diperhatikan efisiensinya, sehingga tidak terjadi kesalahan teknis, yang
dapat mempengaruhi hasil praktikum.










DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Penuntun Praktikum Kimia Organik Sintesis. Fakultas
Farmasi UMI : Makassar.

Ditjen POM. 1979. Farmskope Indonesia III. Departemen Kesehatan
Repoblik Indonesia. Jakarta.

Ditjen POM. 1995. Farmskope Indonesia IV. Departemen Kesehatan
Repoblik Indonesia. Jakarta.

Dirjen POM, 1976. DATA OBAT INDONESIA. Grafidian Medipress;
Jakarta.

Ganiswara G. Sulistia. 1999. Farmakologi dan Terapi Edisi 4. UI Press:
Jakarta.

Gennaro, AR., 1950. REMINGTONS PHARMACEUTICAL SCIENCES.
Philadelphia Collage of Pharmacy dan Science; USA

Gunawan,Gan Sulistia, 2007, Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Fakultas
Kedokteran-Universitas Indonesia: Jakarta.
Mutschler,Ernst ,1999. DINAMIKA OBAT. ITB : Bandung

Mycek, M., Harvey,R., Champe,P., Agoes,A., 2001., Lippincotts
Illustrated Reviews : Pharmacology,2/E., Widya Medika.,
jakarta.

Tjay, Tan Hoan. 2002. Obat-Obat Penting. Percetakan PT Gramedia:
Jakarta.





LAMPIRAN
Gambar hasil pengamatan














SKEMA KERJA

Disiapkan alat dan bahan

Ditimbang 1 gr asam salisilat

Masukkan dalam erlenmeyer 250 ml

+ 2,2 ml asam asetat anhidrat

Ditetesi dengan 3 tetes asam sulfat pekat

Dikocok

Dipanaska di penangas air (5 menit)

Didinginkan pada temperatur kamar

Lalu diinginkan pada wadah es hingga terbentuk kristal aspirin

+ 25 ml air


Disaring kristal aspirin

Dikeringkan

Ditimbang dan dihitung % rendamennya

SKEMA KERJA



































Dipanaskan di stirer


Ditimbang 1 gram
asam salisilat
2,2 ml asam anhidrat
asetat
Ditetesi asam sulfat
pekat 3 tetes
Asam salisilat
dimasukkan ke
dalam
erlenmeyer
Dimasukkan
2,2 ml asam
anhidrat
asetat dalam
erlenmeyer

















Ditambahakan 25 ml aquadest
.
Diuji dengan FeCl
3
Dikeringkan
Diamakan
pada suhu
kamar
25 ml aquadest
Kemudian
didinginkan dalam
tangas es

Vous aimerez peut-être aussi