Vous êtes sur la page 1sur 3

Alga sebagai Bioindikator dan Biosorben

Logam Berat (Bagian 1: Bioindikator)


Kata Kunci: alga, bioindikator, biosorben, lingkungan, logam
Ditulis oleh Buhani pada 30-07-2007

Sebuah pernyataan (statemen) menarik pernah dilontarkan oleh


kolega saya di Kimia Universitas Lampung. Statemen-nya sederhana tapi ilmiah, yaitu tentang
beda antara Indonesia dan Jepang ? Menurutnya, sumber daya alam (SDA) Indonesia kaya tapi
sumber daya manusia (SDM)-nya miskin, sedangkan Jepang, SDA-nya miskin tapi SDM-nya
kaya. Dari statemen ini, dapat diperoleh informasi bahwa SDM lebih berperan dibandingkan
SDA. Dengan SDM tinggi, maka semua potensi yang ada disekitar kita, dapat kita gali dan
kembangkan agar mempunyai nilai tambah secara ekonomi.

Salah satunya adalah pemanfaatan alga di Indonesia yang masih belum optimal, hanya terbatas
sebagai pakan zooplankton dan ikan, sumber makanan dan sayuran, dan sumber bahan mentah
industri terutama untuk agar-agar, karagenan, dan alginat. Padahal dari beberapa penelitian
menunjukkan bahwa alga mempunyai keunggulan sebagai bioindikator dan biosorben logam
berat. Pemanfaatan alga sebagai bioindikator dan biosorben dalam dasawarsa ini sangat
diperlukan, seiring dengan berkembangnya berbagai bidang industri yang menimbulkan efek
samping seperti pembuangan logam berat sebagai sisa proses kimia dari industri ke lingkungan.

Berdasarkan data dari United State Environmetal Agency (USEPA), logam berat yang
merupakan polutan perairan yang berbahaya diantaranya adalah antimon (Sb), arsenik (As),
berilium (Be), kadmium (Cd), kromium (Cr), tembaga (Cu), timbal (Pb), merkuri (Hg), nikel
(Ni), selenium (Se), kobalt (Co), dan seng (Zn). Logam berat ini berbahaya karena tidak dapat
didegradasi oleh tubuh, memiliki sifat toksisitas (racun) pada mahluk hidup walaupun pada
konsentrasi yang rendah, dan dapat terakumulasi dalam jangka waktu tertentu. Oleh karena itu
penting dilakukan pengambilan logam berat pada daerah yang terkontaminasi.

Dari berbagai penelitian di ketahui bahwa berbagai spesies alga terutama dari golongan alga
hijau (Chlorophyta), alga coklat (Phaeophyta), dan alga merah (Rhodophyta) baik dalam keadaan
hidup (sel hidup) maupun dalam bentuk sel mati (biomassa) dan biomassa terimmobilisasi telah
mendapat perhatian untuk mengadsorpsi ion logam. Alga dalam keadaan hidup dimanfaatkan
sebagai bioindikator tingkat pencemaran logam berat di lingkungan aquatik (perairan) sedangkan
alga dalam bentuk biomassa dan biomassa terimmobilisasi dimanfaatkan sebagai biosorben
(material biologi penyerap logam berat) dalam pengolahan air limbah.
Secara umum, keuntungan pemanfaatan alga sebagai bioindikator dan biosorben adalah (1) alga
mempunyai kemampuan yang cukup tinggi dalam mengadsorpsi logam berat karena di dalam
alga terdapat gugus fungsi yang dapat melakukan pengikatan dengan ion logam. Gugus fungsi
tersebut terutama gugus karboksil, hidroksil, amina, sulfudril, imadazol, sulfat dan sulfonat yang
terdapat dalam dinding sel dalam sitoplasma, (2) bahan bakunya mudah didapat dan tersedia
dalam jumlah banyak, (3) biaya operasional yang rendah, (4) sludge yang dihasilkan sangat
minim, dan (5) tidak perlu nutrisi tambahan.

Alga sebagai bioindikator

Alga dapat dimanfaatkan sebagai bioindikator logam berat karena dalam proses
pertumbuhannya, alga membutuhkan berbagai jenis logam sebagai nutrien alami, sedangkan
ketersediaan logam dilingkungan sangat bervariasi. Suatu lingkungan yang memiliki tingkat
kandungan logam berat yang melebihi jumlah yang diperlukan, dapat mengakibatkan
pertumbuhan alga terhambat, sehingga dalam keadaan ini eksistensi logam dalam lingkungan
adalah polutan bagi alga.

Syarat utama suatu alga sebagai bioindikator adalah harus memiliki daya tahan tinggi terhadap
toksisitas logam berat karena akumulasi (penumpukan) logam berat dalam alga akan
memberikan pengaruh racun, baik toksisitas akut maupun toksisitas kronis. Selain memiliki daya
tahan yang tinggi terhadap toksisitas logam berat, persyaratan lain untuk pemanfaatan alga
sebagai bioindikator adalah (1) alga yang dipilih mempunyai hubungan geografis dengan lokasi
yaitu berasal dari lokasi setempat, hidup dilokasi tersebut, dan diketahui radius aktivitasnya, (2)
alga itu terdapat dimana-mana, supaya dapat dibandingkan terhadap alga yang berasal dari lokasi
lain, (3) komposisi makanannya diketahui, (4) populasinya stabil, (5) pengumpulan alga mudah
dilakukan, (6) relatif mudah dikenali di alam, dan (7) masa hidupnya cukup lama, sehingga
keberadaannya memungkinkan untuk merekam kualitas lingkungan di sekitarnya.

Berikut adalah contoh spesies alga yang potensial sebagai bioindikator logam berat berdasarkan
beberapa rujukan penelitian :

Tabel 1. Spesies Alga yang Potensial sebagai Bioindikator

Spesies Alga Logam Berat Teradsorpsi Sumber Rujukan


Cladophora glomerata Ni, V, Cd, Pb, Cr Chmielewska dan Medved (2001)
Galaxaura rugosa Cu, Zn Rivai dan Supriyanto (2000)
Scenedemusacutus - Vilchez et al., 1997
Corallina sp. Zn, Pb Siswantoro (2001)
Euchema isiforme Cr, Fe, Co, Cu, Zn, Cd, Pb Fajarwati (2003)
Phormidium sp. - Maeda dan Ohki (1998)
Fucus vesiculosus Pb, Cu Kautsky (1998)
Padina boergesenii Pb Mamboya et al., 1999
Sargassum sp. Pb, Cd, Cu Buhani (2003)
Nostoc sp. - Maeda dan Ohki (1998)
Euchema sp Cd, Cr Martadinata (2001)
Euglena gracilis - Vilchez et al., 1997
Chaetocerus sp. Ni, V, Cd, Pb, Cr Pb, Cd Noegrohati (1995)

Vous aimerez peut-être aussi