Vous êtes sur la page 1sur 21

AUDIOMETRI

KELOMPOK 1
DEFINISI
Audiometri berasal bahasa Latin yaitu dari kata
audire yang bearti pendengaran dan metrios yang
bearti mengukur, jadi secara harfiah audiometri
adalah pemeriksaan untuk menguji fungsi
pendengaran. Audiometri adalah sebuah alat yang
digunakan untuk mengetahui level pendengaran
seseorang.

TUJUAN PEMERIKSAAN AUDIOMETRI


Memeriksa fungsi pendengaran berdasarkan sifat
subjektif atau melihat respon dari pasien langsung
secara subjektif
Menentukan jenis ketulian : tuli konduktif, tuli
sensorineural, atau tuli campur Menentukan derajat
ketulian
INDIKASI PEMERIKSAAN AUDIOMETRI
Adanya penurunan pendengaran
Telinga berbunyi dengung (tinitus)
Rasa penuh di telinga
Riwayat keluar cairan
Riwayat terpajan bising
Riwayat trauma
Riwayat pemakaian obat ototoksik
Riwayat gangguan pendengaran pada keluarga
Gangguan keseimbangan

PRINSIP DASAR
Prinsip dasar pemeriksaan audiometri ini adalah
pemeriksaan pada bermacam-macam frekunsi dan
intensitas suara (dB) ditransfer melalui headset
atau bone conductor ke telinga atau mastoid dan
batasan intensitas suara (dB) pasien yang tidak
dapat didengar lagi dicatat melalui program
computer atau diplot secara manual pada kertas
grafik.


KOMPONEN AUDIOMETRI
Komponen yang ada pada audiometri yaitu:
Oscilator: untuk menghasilkan bermacam nada
murni
Amplifier: alat untuk menambah intensitas nada
Interuptor/pemutus : alat pemutus nada
Atteneurator: alat mengukurintensitas suara
Earphone: alat merubah sinyal listrik yang
ditimbulkan audiometer menjadi sinyal suara yang
dapat didengar
Masking noise generator: untuk penulian telinga
yang tidak diperiksa


PROSEDUR

PERSIAPAN PASIEN
Pasien harus duduk sedemikian rupa sehingga tidak dapat
melihat panel kontrol ataupun pemeriksanya.
Benda-benda yang dapat mengganggu pemasangan
earphone yang tepat atau dapat mempengaruhi hasil
pemeriksaan harus disingkirkan. Misalnya anting-anting,
kacamata, dan topi. Kemudian sebaiknya diperiksa apakah
ada penyempitan liang telinga dengan cara mengamati
dinding kanalis saat menekan pinna dan tragus.
Instruksi harus jelas dan tepat. Pasien perlu mengetahui apa
yang harus didengar dan apa yang diharapkan sebagai
jawabannya. Pasien harus didorong untuk memberi jawaban
terhadap bunyi terlemah yang dapat didengarnya.
Lubang earphone harus tepat menempel pada lubang liang
telinga.


Prosedur pemeriksaan di bagi 2 :
Pemeriksaan hantaran udara (air conduction)
Pemeriksaan hantaran tulang (bone conduction)

PROSEDUR PEMERIKSAAN (AC)

Memberikan instruksi dengan jelas kepada pasien
Menempatkan Headphone dengan benar (merah: kanan &
biru: kiri)
Lakukan pemeriksaan dari telinga yang lebih baik atau bila
tidak diketahui maka pemeriksaan dimulai dari telinga kanan
terlebih dahulu
Mulai pemeriksaan dari frekuensi 1000 Hz
Berikan intensitas awal 40 dB pada audiometer (jika telinga
pasien tidak ada masalah gangguan pendengaran yang
signifikan)
Berikan intensitas awal 60 dB pada audiometer (jika telinga
pasien diperkirakan ada gangguan pendengaran yang signifikan)
Ketika pasien mulai memberikan respon, turunkan intensitas
10 dB / step sampai tidak ada respon.
Ketika tidak ada respon dari pasien, maka naikkan intensitas 5
dB / step sampai ada respon.



Intensitas terkecil yang mampu didengar pasien (2
respon dari 3 atau 4 stimulus) ditetapkan sebagai
ambang dengar hantaran udara yang diperiksa pada
frekuensi tersebut, kemudian catat hasilnya ke dalam
audiogram.
Ulangi langkah-langkah diatas untuk mendapatkan
ambang dengar pada frekuensi lainnya secara
berurutan : 2000 Hz 4000 Hz 8000Hz 250 Hz
500 Hz.
Jika diperoleh perbedaan ambang 20 dB pada
frekuensi yang berdekatan (mis : 1000 dengan 2000,
atau 1000 dengan 500). Maka perlu dicari ambang pada
frekuensi tengah oktaf tersebut. Yaitu 750 Hz, 1500 Hz,
3000 Hz, 6000 Hz.
Setelah seluruh ambang diperoleh, kemudian
hubungkan setiap ambang dengan garis sambung,
untuk hasil no response tidak perlu diberi garis hubung.



PROSEDUR PEMERIKSAAN (BC)

kepada pasien
Pasangkan bone vibrator ke kepala pasien (pastikan pasien
nyaman) dan berikan tombol respon ke pasien, selama
pemeriksaan ciptakanlah suasana yang rileks.
Setting output bone vibrator dengan audiometer sesuai
dengan telinga yang diperiksa (L=Left, R=Right), telinga yang
pertama diperiksa adalah telinga yang lebih baik atau bila
tidak diketahui maka mulai dari telinga kanan terlebih dahulu.
Mulai pemeriksaan dari frekuensi 1000 Hz
Berikan intensitas awal 30 dB pada audiometer (jika telinga
pasien tidak ada masalah gangguan pendengaran yang
signifikan)
Berikan intensitas awal 70 dB pada audiometer (jika telinga
pasien diperkirakan ada gangguan pendengaran yang
signifikan)



Ketika pasien mulai memberikan respon, turunkan
intensitas 10 dB / step sampai tidak ada respon.
Ketika tidak ada respon naikkan intensitas 5 dB / step
sampai ada respon.
Intensitas terkecil yang mampu didengar pasien (2
respon dari 3 atau 4 stimulus) ditetapkan sebagai
ambang dengar hantaran udara yang diperiksa pada
frekuensi tersebut, catat hasilnya kedalam audiogram.
Ulangi langkah-langkah diatas untuk mendapatkan
ambang dengar pada frekuensi lainnya secara
berurutan : 2000 Hz 4000 Hz 250 Hz 500 Hz.
Setelah seluruh ambang diperoleh, hubungkan setiap
ambang dengan garis putus-putus, untuk hasil no
response tidak perlu diberi garis hubung.

AUDIOGRAM
Audiogram merupakan hasil pemeriksaan dengan
audiometer yang berupa catatan grafis yang
diambil dari hasil tes pendengaran dengan
audiometer, yang berisi grafik ambang
pendengaran pada berbagai frekuensi terhadap
intensitas suara dalam desibel (dB).

NOTASI AUDIOGRAM

AC (air conduction) : AC adalah hantaran suara yang
melalui udara, grafik AC ditandai dengan garis lurus
penuh. Dan intensitas yang diperiksa antara 250 8000
Hz. AC pada telinga kanan diberi symbol O sedangkan
pada telinga kiri diberi symbol X.
BC (bone conduction) : BC adalah hantaran suara yang
melalui tulang mastoid, grafik BC ditandai dengan garis
putus putus. Intensitas yang diperiksa antara 500
4000 Hz. BC pada telinga kanan diberi symbol <.
Sedangkan pada telinga kiri diberi symbol >.
Untuk telinga kanan, sebaiknya penulisan grafik
menggunakan warna Merah, sesuai dengan warna
earphone untuk telinga kanan. Sedangkan telinga kiri
ditulis dengan menggunakan warna Biru.
INTEPRETASI AUDIOGRAM

Dari hasil audiogram, dapat ditentukan beberapa hal sebagai
berikut yaitu :
Jenis Ketulian
TULI KONDUKTIF
TULI SENSORINEURAL
TULI CAMPUR
Derajat Ketulian : dapat dihitung dengan menghitung AD
pada frekuensi 500 4000 Hz dijumlahkan lalu dibagi 4
0 - 25 dB : normal
>25 40 dB : tuli ringan
>40 55 dB : tuli sedang
>55 70 dB : tuli sedang berat
>70 90 dB : tuli berat
> 90 dB : tuli sangat berat
Gap apabila antara AC dan BC terdapat perbedaan lebih
atau sama dengan 10 dB, minimal pada 2 frekuensi yang
berdekatan

AUDIOGRAM NORMAL

AC dan BC sama atau kurang dari 25 dB, dimana
AC dan BC berimpit, tidak ada gap.
TULI KONDUKTIF

Tuli Konduktif adalah keadaan dimana pada audiogram ditunjukkan grafik BC normal atau
berada di bawah garis 25dB (< 25 dB) dan grafik AC di bawah garis 25 dB (> 25 dB). Antara AC
dan BC terdapat gap. t
TULI SENSORINEURAL

Tuli Sensorineural ditunjukkan pada audiogram dengan kedudukan grafik AC dan BC sama
sama berada di bawah garis 25 dB (> 25 dB). AC dan BC berimpit, tidak ada gap, namun dapat
terdapat perbedaan tidak melebihi 5 dB.
TULI CAMPURAN

Tuli Campur ditunjukkan pada audiogram dengan kedudukan grafik AC dan BC
juga sama sama berada di bawah garis 25 dB (> 25 dB) dimana AC lebih besar
dari BC dan terdapat gap minimal 10 dB.

Vous aimerez peut-être aussi