Sifat fisik adalah sifat yang dapat diukur dan diteliti
tanpa mengubah komposisi atau susunan dari zat
tersebut.
Sebagai contoh, kita dapat mengukur titik leleh dari es dengan memanaskan sebuah balok es dan mencatat pada suhu berapa es tersebut berubah menjadi air.
Sifat kimia adalah sifat yang untuk mengukurnya diperlukan perubahan kimiawi. Contoh lain dari sifat kimia zat adalah dapat berkarat, dapat terbakar, dll.
Sifat Materi 1. Sifat ekstensif : sifat yang bergantung pada jumlah materi Contoh : Massa, volume, dll
2. Sifat intensif : sifat yang tidak bergantung pada jumlah. contoh : manis, rasa,massa jenis, dan wujud
Sifat fisis dapat berupa sifat ekstensif atau intensif. Namun semua sifat kimia tergolong sifat intensif
Contoh perubahan fisik, yaitu : 1. Es mencair 2. Raksa menguap Walaupun wujud dari es dan raksa pada contoh diatas berubah wujudnya, namun senyawa atau materi yang menyusunnya tidak berubah sama sekali (H 2 O dan Hg)
Contoh perubahan kimia adalah : 1. Kertas terbakar menjadi asap dan abu 2. Besi berkarat Kertas berubah menjadi zat baru yang berbeda dengan asalnya. Demikian juga dengan besi yang beroksidasi menjadi oksida besi Molekul obat berada dalam berbagai keadaan : Padatan kristalin amorf higroskopis
Cairan Gas
Sifat fisik molekul obat merupakan faktor penting dalam formulasi obat dan penghantaran obat.
BAHAN OBAT SENYAWA ANORGANIK NETRAL ASAM BASA GARAM ANORGANIK SENYAWA ORGANIK ASAM LEMAH MOLEKUL NETRAL GARAM ORGANIK BASA LEMAH 6 Sifat fisik suatu molekul sangat bergantung pada gaya tarik antar molekul.
1.Titik didih 2. Titik leleh 3. Polaritas 4. Kelarutan
Gaya London mengakibatkan titik leleh dan titik didih molekul menjadi lebih rendah daripada molekul lain dengan massa atom relatif (Mr).
Jika molekul-molekulnya kecil, zat-zat ini biasanya berbentuk gas pada suhu kamar.
Molekul yang mempunyai gaya tarik-menarik dipol- dipol menyebabkan titik didih dan titik leleh lebih tinggi daripada molekul yang memiliki Gaya London pada molekul dengan massa molekul relatif sama.
Hal ini karena gaya tarik dipol-dipol lebih kuat daripada Gaya London.
Senyawa yang memiliki ikatan hidrogen akan memiliki titik didih lebih tinggi dari pada molekul yang memilih ikatan Van Der Waals atau gaya tarik dipol-dipol.
Senyawa yang memiliki ikatan Hidrogen akan memiliki titik didih dan titik leleh yang lebih tinggi dari senyawa lain yang tidak memiliki ikatan hidrogen.
Bandingkanlah molekul yang memiliki ikatan hidrogen (HF, NH 3 , H 2 O) dengan molekul segolongannya.
Titik didih H 2 O lebih tinggi daripada H 2 S, H 2 Se dan H 2 Te.
Begitu pula titik didih NH 3 lebih tinggi daripada PH 3 , AsH 3 , SbH 3 .
Senyawa yang membentuk ikatan hidrogen inter molekul akan memiliki titik didih dan titik leleh yang lebih tinggi dibandingkan dengan senyawa yang membentuk ikatan hidrogen intra molekul.
Hal ini karena energi kinetik ikatan hidrogen inter molekul lebih besar dari pada ikatan hidrogen intra molekul.
HI memiliki titik didih yang lebih tinggi daripada HCl, HCl lebih polar dari HI. Massa molekul relatif HI lebih besar daripada HCl sehingga titik didih HI lebih tinggi dari HCl. Hal ini menunjukkan bahwa Gaya London lebih dapat digunakan dalam membandingkan sifat zat dengan massa molekul relatif yang jauh berbeda. Ikatan hidrogen tidak hanya berpengaruh pada titik didih dan titk leleh suatu zat tetapi juga kelarutannya dalam suatu pelarut. Senyawa yang berikatan hidrogen mudah larut dalam senyawa lain yang juga berikatan hidrogen.
Contohnya NH 3 dalam H 2 O
Akibat lain dari adanya ikatan hidrogen adalah terjadinya penyimpanan massa molekul relatif. Seperti halnya asam etanoat (asam asetat) atau dalam kehidupan sehari-hari dikenal dengan asam cuka, yang biasa di jumpai dalam wujud larutan tetapi dapat dijumpai dalam wujud gas
Wujud yang terakhir ini terjadi karena dua molekul asam cuka bergabung bersama dengan ikatan hidrogen sehingga massa molekul relatifnya (Mr) menjadi 120, dua kali besar dari biasanya yaitu 60. Sifat fisika molekul obat seperti pKa dan koefisien partisi serta reaksi-reaksi degradasi suatu obat memegang peranan penting dalam mendesain metode analisis.
Gabungan beberapa gugus fungsional dalam satu molekul obat akan menentukan keseluruhan sifat- sifat molekul obat tersebut.
Teori Asam Basa Arhenius Bronsted Lewis Donor proton (H + ) Donor proton Akseptor pasangan elektron Donor hidroksida (OH - ) Akseptor proton Donor pasangan elektron
22 SENYAWA ORGANIK ASAM LEMAH R-COOH MOLEKUL NETRAL NON IONIK GARAM ORGANIK R-COONa, Ar-COONa, RNH 2 .HCl, ArNH2.HCL, NaOAr BASA LEMAH R-NH2, Ar-NH2 23 Sukar larut dalam air, kecuali asam organik suku rendah (asam asetat, asam propionat, asam barbiturat) Larut dalam pelarut organik (eter, kloroform, heksan, etanol) Contoh : asam salisilat, asam benzoat, asam asetilsalisilat (asetosal).
24 Asam asetilsalisilat Asam benzoat Sukar larut dalam air Larut dalam pelarut organik (eter, kloroform, heksan, etanol) Contoh : alkaloida (kinin, kodein, morfine, papaverin), antihistamin (CTM, prometazin)
25 papaverin prometazine Larut dalam air dan tidak larut dalam pelarut organik Contoh : C6H5COONa, Na benzoat, Tiamin HCl, Kodein HCl, Papaverin HCl, Na salisilat, Tetrasiklin HCl, Morfine HCl, Piridoksin HCl.
26 Tiamin HCl Na benzoat Na Salisilat Umumnya sukar larut dalam air Contoh : kloramfenikol, parasetamol. 27 paracetamol obat analgetika antipiretika dengan gugus amida
gugus amida (netral), gugus hidroksi fenolik (asam sangat lemah, pKa 9,5)
hampir semua amida sangat stabil terhadap hidrolisis Aspirin di dalam lambung akan terhidrolisis menjadi asam salisilat.
Gugus asam karboksilat dan gugus hidroksil fenolik yang terdapat pada molekul aspirin membuat senyawa bersifat asam
Penggunaan aspirin akan meningkatkan kondisi asam lambung secara signifikan pendarahan. obat analgetika-antipiretika
gugus asam karboksilat (asam lemah, pKa 3,5), ester fenolik (tidak stabil)
koefisien partisi yang tidak terionisasi pada pH asam P = 631 (oktanol/air)
dapat mengalami hidrolisis ester dengan cepat oleh OH -
obat antikanker
gugus ureida nitrogen A (asam, pKa 7,0), gugus ureida nitrogen B (asam sangat lemah, pKa13,00)
koofesien partisi dalam bentuk tak terionisasi P = 0,13 (oktanol/air)
molekul cukup stabil obat antibakteri
gugus cincin diazin (basa sangat lemah, pKa 2), gugus nitrogen sulfonamid (asam lemah, pKa 6,5), gugus amin aromatis (basa lemah, pKa < 2)
koofesien partisi dalam bentuk tak terionisasi P = 0,55 (oktanol/air)
obat simpatomimetik
gugus amin sekunder(basa, pKa 8,6), gugus benzil alkohol (netral), gugus katekol (asam lemah, pKa 10-12)
koofesien partisi dalam bentuk tak terionisasi sangat mudah larut dalam air
molekul mudah dioksidasi paparan sinar/udara obat kortikosteroid
gugus keton(netral), gugus alkohol primer, sekunder, tersier (netral)
koofesien partisi dalam P = 70 (oktanol/air), tidak mengalami ionisasi.
reaksi eliminasi karena pengaruh panas pada ester berlangsung secara cepat.