SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAKTI TUNAS HUSADA TASIKMALAYA 2014
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Di indonesia penyakit diare (mencret) masih merupakan masalah di bidang kesehatan terutama didaerah pedesaan, angka kesakitan penduduk sekitar 1543% tiap tahun,dari jumlah tersebut 6080% diderita oleh anak balita. angka kematian yang disebabkan oleh diare mengalami penurunandari 12,4%dan urutan penyebab kematian karena infeksi menduduki urutan ketiga setelah penyakit tuberkulosis dan infeksi saluran nafas . Tumbuhan salam merupakan salah satu tumbuhan yang telah lama dikenal
oleh masyarakat Indonesia. Bumbu dapur yang banyak digunakan sebagai
penyedap masakan ini, ternyata juga berfungsi sebagai obat tradisional, karena
kandungan kimia didalamnya. Salam mengandung senyawa kimia antara lain
minyak atsiri, tanin dan flavonoid. Anggota famili Myrtaceae ini mempunyai sifat
rasa kelat, wangi dan astringen (Hariana, 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Beni dan Retno Sudewi secara terpisah,
memperkuat bukti kehebatan daun salam. Keduanya menyimpulkan bahwa
ekstrak daun salam berkhasiat dalam menghambat pertumbuhan bakteri-bakteri
penyebab penyakit, seperti bakteri Escerichia coli, Vibrio cholera dan Salmonella
Sp. Berkat daya antibakteri ini, daun salam dapat mengatasi serangan diare
(Anonim a , 2004). Tidak hanya daun, sari dari kulit batang atau kulit pohon dan
buah salam juga bisa digunakan sebagai obat antidiare (Perry, 1980).
Berdasarkan uraian diatas maka penulis melakukan penelitian uji efek
antidiare ekstrak etanol kulit batang salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.)
pada mencit jantan yang dibuat diare dengan oleum ricini.
Dalam pemanfaatan tumbuhan sebagai obat, kebenaran bahan baku penting
untuk menjamin manfaat dan keamanan pengobatan. Oleh karena itu sebelum
dilakukan penelitian untuk melihat efek tumbuhan secara farmakologi, tumbuhan
yang digunakan dikarakterisasi terlebih dahulu untuk menjamin mutu bahan baku
yang akan digunakan (Sari, 2006).
II. Rumusan Masalah 1. Apa penyebab utama penyakit diare ? 2. Bagaimana mekanisme mengatasi diare dengan obat generik ? 3. Bagaimana mekanisme penggunaan simplisia kulit batang salam sebagai antidiare ? III. Tujuan Dapat menginformasikan cara penggunaan simplisia dari singkong sebagai antidiare dengan baik dan benar.
IV. Manfaat Dapat menggunakan simplisia daun singkong sebagai antidiare dengan baik dan benar.
Bab II TINJAUAN PUSTAKA Diare adalah salah satu gangguan kesehatan yang lazim memengaruhi banyak orang. Gangguan ini adalah suatu gejala dan bukan penyakit. Ada beberpa penyebab diare yang mungkin, tetapi yang paling umum adalah infeksi. Diare adalah penyebab utama penyebab utama penyakit dan kematian anak-anak di Negara-negara berkembang, seperti India atau Indonesia. Diare juga merupakan penyebab penting dari gizi buruk atau malnutrisi. Ini karena anak-anak cenderung makan lebih sedikit dalam suatu episode diare. Juga, diare dapat memengaruhi pencernaan makanan secara buruk. Akibatnya, tubuh mungkin tidak dapat memanfaatkan makanan dengan efektif. Tubuh kita membutuhkan nutrien tambahan ketika menderita infeksi apapun untuk memerangi kuman-kuman yang menyebabkan penyakitnya. Makanan yang tidak memadai dan pencernaan yang tidak baik secara bersama-sama berpengaruh buruk terhadap status nutrisi seorang anak. Diare dan atau komplikasinya dapat dicegah dengan cara-cara yang sederhana dan efektif. Penyakit diare dapat menyerang siapa saja, baik itu anak-anak maupun orang dewasa. Diare adalah sebuah penyakit di mana penderita mengalami rangsangan buang air besar yang terus-menerus dan tinja atau feses memiliki kandungan air yang berlebihan. Penyebab Diare Diare bukanlah penyakit yang datang dengan sendirinya. Biasanya ada yang menjadi pemicu terjadinya diare. Secara umum, berikut ini beberapa penyebab diare, yaitu: 1. Infeksi oleh bakteri, virus (sebagian besar diare pada bayi dan anak disebabkan oleh infeksi rotavirus) atau parasit. 2. Alergi terhadap makanan atau obat tertentu terutama antibiotik. 3. Infeksi oleh bakteri atau virus yang menyertai penyakit lain seperti: Campak, Infeksi telinga, Infeksi tenggorokan, Malaria, dll. 4. Pemanis buatan. 5. Pada bayi saat dikenalkam MPASI seringkali memiliki efeksamping diare karena perut kaget dengan makanan dan minuman yang baru dikenal lambungnya. Diare selain disebabkan oleh beberapa infeksi virus dan juga akibat dari racun bakteria, juga bisa disebabkan oleh faktor kebersihan lingkungan tempat tinggal. Lingkungan yang kumuh dan kotor menjadi tempat berkembang bakteri (E.coli), virus dan parasit (jamur, cacing, protozoa), dan juga lalat yang turut berperan dalam membantu penyebaran kuman penyakit diare. Istilah Diare dibagi menjadi berbagai macam bentuk diantaranya: 1. Diare akut : kurang dari 2 minggu 2. Diare Persisten : lebih dari 2 minggu 3. Disentri : diare disertai darah dengan ataupun tanpa lender 4. Kholera : diare dimana tinjanya terdapat bakteri Cholera Diare jarang membahayakan, namun dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan nyeri kejang pada bagian perut. Meskipun tidak membutuhkan perawatan khusus, penyakit diare perlu mendapatkan perhatian serius, karena dapat menyebabkan dehidrasi(kekurangan cairan tubuh). Dehidrasi dapat ditengarai dengan gejala fisik seperti bibir terasa kering, kulit menjadi keriput, mata dan ubun-ubun menjadi cekung, serta menyebabkan syok. Untuk mencegah dehidrasi dengan meminum larutan oralit. Karena itu, penderita diare harus banyak minum air dan diberi obat anti diare Jika diare tidak segera diobati akan menimbulkan kematian karena menurut data badan Kesehatan Dunia (WHO World Healt Organitation ) Penyakit mencret atau diare adalah penyebab nomor satu kematian balita diseluruh dunia. Yang membunuh lebih dari 1,5 juta orang pertahun . Gejala Diare Beberapa gejala penyakit diare dapat langsung dikenali atau dirasakan oleh penderita. Di antara gejala tersebut adalah: o Buang air besar terus menerus disertai dengan rasa mulas yang berkepanjangan o Tinja yang encer dengan frekuensi 4 x atau lebih dalam sehari o Pegal pada punggung, dan perut sering berbunyi o Mengalami dehidrasi (kekurangan cairan tubuh) o Diare yang disebabkan oleh virus dapat menimbulkan mual dan muntah-muntah o Badan lesu atau lemah o Panas o Tidak nafsu makan o Darah dan lendir dalam kotoran Salah satu gejala lainnya dari penyakit diare adalah gastroenteritis. Gastroenteritis adalah peradangan pada saluran pencernaan yang diakibatkan oleh infeksi atau keracunan makanan.
2.1 Uraian Tumbuhan
Salam adalah nama pohon penghasil daun rempah yang dipergunakan dalam
masakan nusantara (Anonim d , 2009). Tumbuhan ini juga dikenal dengan nama
lain seperti ubar serai (Melayu), manting (Jawa) dan gowok (Sunda). Dalam
bahasa Inggris dikenal dengan nama salam leaf, sedangkan nama ilmiahnya
adalah Syzygium polyanthum (Wight.) Walp atau Eugenia polyantha Wight
(Hariana, 2008).
2.1.1 Sistematika Tumbuhan
Sistematika tumbuhan salam sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Superdivisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Syzygium
Spesies : Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.
2.1.2 Morfologi Tumbuhan
Pohon bertajuk rimbun tinggi sampai 25 m. Batang bercabang-cabang, arah
tumbuh batang tegak lurus, berkayu, biasanya keras dan kuat, bentuk batang bulat,
permukaan batang beralur. Cara percabangan monopodial karena batang pokok
selalu tampak jelas. Arah tumbuh cabang tegak sebab sudut antar batang dan cabang amat kecil. Termasuk dalam tumbuhan menahun atau tumbuhan keras
karena dapat mencapai umur bertahun-tahun belum juga mati (Anonim b , 2007).
Daun bila diremas berbau harum, berbentuk lonjong sampai elip atau bundar
telur sungsang, pangkal lancip sedangkan ujung lancip sampai tumpul, panjang 5
cm sampai 15 cm, lebar 35 mm sampai 65 mm, terdapat 6 sampai 10 urat daun
lateral, panjang tangkai daun 5 mm sampai 12 mm (Dit Jen POM, 1980).
Perbungaan berupa malai, keluar dari ranting, berbau harum. Bila musim
berbunga, pohon akan dipenuhi oleh bunga-bunganya. Kelopak bunga berbentuk
cangkir yang lebar, ukuran 1 mm. Mahkota bunga bewarna putih, panjang 2,5
mm sampai 3,5 mm. Benang sari terbagi 4 kelompok panjang 3 mm bewarna
kuning lembayung (Dit Jen POM, 1980).
Akar termasuk akar tunggang, berbentuk seperti tombak karena pangkalnya
besar dan meruncing keujung dengan serabut-serabut akar sebagai percabangan
atau biasa disebut akar tombak (Anonim b , 2007).
Buah buni, bewarna merah gelap , berbentuk bulat dengan garis tengah 8
mm sampai 9 mm pada bagian tepi berakar lembaga yang sangat pendek (Dit Jen
POM, 1980).
2.1.3 Kandungan Kimia Tumbuhan
Kandungan kimia salam antara lain minyak atsiri, tanin dan flavonoid.
Anggota famili Myrtaceae memiliki sifat rasa kelat,wangi dan astringen (Hariana,
2008). Kulit batang salam mengandung tanin dan flavonoid (Anonim c , 2007).
2.1.4 Kegunaan Tumbuhan
Daun salam digunakan terutama sebagai rempah pengharum masakan di
sejumlah negeri di Asia Tenggara, baik untuk masakan daging, ikan, sayur mayur, maupun nasi. Daun ini dicampur dalam keadaan utuh, kering ataupun segar dan
turut dimasak hingga masakan tersebut matang. Rempah ini memberikan aroma
yang khas. Kayunya bewarna coklat jingga kemerahan dan berkualitas menengah.
Kayu yang tergolong ke dalam kayu kelat (nama dalam perdagangan) ini dapat
dipergunakan sebagai bahan bangunan dan perabot rumah tangga. Kulit batang
salam mengandung tanin, sering dimanfaatkan sebagai ubar (mewarnai dan
mengawetkan) jala dan anyaman dari bambu. Dari segi kesehatan, daun salam
efektif menurunkan kadar gula darah, menurunkan tekanan darah, menurunkan
kadar kolesterol darah, menurunkan kadar asam urat, mengobati sakit maag
(gastritis), gatal-gatal (pruritis), kudis (scabies) dan eksim. Daun salam juga
mampu menghambat pertumbuhan bakteri-bakteri penyebab penyakit, seperti
bakteri Escherichia coli, Vibrio cholera dan Salmonella Sp, karena daya
antibakteri ini daun salam juga dapat mengatasi serangan diare. Selain daunnya,
tumbuhan salam memiliki bagian lain yang juga berpotensi sebagai obat alam.
Kulit batang atau kulit pohon dan buah salam juga bisa digunakan sebagai obat
antidiare. Buah salam mempunyai kelebihan lain, diantaranya bisa menetralisasi
efek mabuk karena mengkonsumsi alkohol terlalu banyak (Anonim a , 2004 ;
Anonim d , 2009).
2.2 Simplisia dan Ekstrak
2.2.1 Simplisia
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa
bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dibedakan simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan (mineral). Simplisia nabati adalah simplisia berupa
tumbuhan utuh, bagian tumbuhan atau eksudat tumbuhan (Dit Jen POM, 2000).
2.2.2 Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif
dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang
tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang telah ditetapkan
(Dit Jen POM, 1995).
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan zat aktif dengan menggunakan pelarut
yang sesuai. Metode ekstraksi dengan menggunkan pelarut dapat dibagi kedalam
dua cara yaitu:
a. cara dingin, yaitu:
1. maserasi, adalah proses pengekstraksian simplisia dengan menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada
temperatur ruangan (kamar).
Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan yang terus menerus.
Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah
dilakukan penyarian maserat pertama, dan seterusnya.
2. perkolasi, adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai
sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada
temperatur ruangan (kamar).
Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara,
tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/ penampungan ekstrak) terus menerus sampai diperoleh akstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali
bahan.
b. cara panas, yaitu:
1. refluks, adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan
dengan adanya pendingin balik.
2. soxlet, adalah ekstraksi menggunkan pelarut yang selalu baru yang
umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu
dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
3. digesti, adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara
umum dilakukan pada temperatur 40-50C.
4. infus, adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air
(bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur
96-98C) selama waktu tertentu (1520 menit).
Dekok, adalah infus pada waktu yang lebih lama (30 menit) dan
temperatur sampai titik didih air (Dit Jen POM, 2000).