Vous êtes sur la page 1sur 7

MAKALAH

PENGERTIAN, PERSAMAAN, DAN PERBEDAAN


ANTARA AKHLAQ, ETIKA, MORAL, DAN SUSILA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akhlaq dan Tasawuf


Dosen Pembimbing: Drs. H. Muhammad Fahmi Muqoddas

Oleh:
AHMAD MUDIYANTORO
07510015

JURUSAN AKIDAH DAN FILSAFAT


FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
JOGJAKARTA
2008
A. PENGERTIAN AKHLAQ, ETIKA, MORAL, DAN SUSILA
1. Akhlaq

Akhlaq secara etimologi merupakan bentuk jamak dari khulq


artinya perangai, tabiat, pekerti. Sedang secara terminologi akhlak adalah
kemampuan/kondisi jiwa yang merupakan sumber dari segala kegiatan
manusia yang dilakukan secara spontan tanpa pemikiran. Akhlaq terbentuk
dari latihan dan praktek berulang (pembiasaan). Sehingga jika sudah
menjadi akhlaq tidak mudah dihapus. Akhlaq memiliki kedudukan utama,
bahkan menjadi puncak kesempurnaan manusia.

Ibn Miskawaih mengatakan bahwa akhlaq adalah sifat yang


tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan
tanpa memerluka pemikiran dan pertimbangan.

Imam Al Ghazali mendefinisikan akhlaq sebagai sifat yang


tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan
gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

Mu’jam al Wasith, Ibrahim Anis mengatakan bahwa akhlaq adalah


sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang dengannya lahirlah macam-
macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan
pertimbangan.

Dalam kitab Dairatul Ma’arif secara singkat akhlaq diartikan sifat-


sifat manusia yang terdidik.

Akhlaq memiliki cakupan yang luas, yaitu mencakup hubungan


kepada Sang Pencipta (Allah), sesama manusia, terhadap diri sendiri,
maupun dengan lingkungan atau sesama makhluk Tuhan yang lain.
Akhlaq dalam Islam tidak lepas dan terkait erat dengan aqidah dan syariah,
ia merupakan buah dan sekaligus puncak dari keduanya. Akhlaq
menekankan keutamaan, nilai-nilai, kemulian dan kesucian (hati dan

1
perilaku), Akhlaq Islami harus diupayakan agar menjadi sistem nilai
(etika/moral) yang mendasari budaya masyarakat.

Akhlaq yang baik berpangkal dari ketaqwaan kepada Allah di


manapun berada. Selain itu akhlaq yang baik merupakan manifestasi dari
kemampuan menahan hawa nafsu dan adanya rasa malu. Agar kita
senantiasa berakhlaq baik maka harus selalu menimbang perbuatan
dengan hati nurani yang bersih. Salah satu tanda atau ciri akhlaq yang baik
yaitu mendatangkan ketenangan jiwa dan kebahagiaan pelakunya. Tapi
sebaliknya jika mendatangkan keraguan, kecemasan dan “ingin tidak
diketahui orang lain” merupakan isyarat akhlaq yang buruk. Banyak sekali
akhlaq mulia (akhlaqul karimah) yang harus menjadi hiasan seorang
muslim, demikian juga banyak akhlaq buruk (akhlaqul madzmumah) yang
harus dihindari.

2. Etika

Secara etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani, ethos yang


berarti watak kesusilaan atau adat. Dalam KBBI etika diartikan ilmu
pengetahuan tentang asas-asas akhlaq (moral).

Secara terminologi, etika mempunyai banyak ungkapan yang


semuanya itu tergantung pada sudut pandang masing-masing ahli.

Ahmad Amin mengartikan etika sebagai ilmu yang menjelaskan


arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh
manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk
melakukan apa yang seharusnya diperbuat.

Soegarda Poerbakawatja mengartikan etika sebagai filsafat nilai,


kesusilaan tentang baik-buruk, serta berusaha mempelajari nilai-nilai dan
merupakan juga nilai-nilai itu sendiri.

2
Ki Hajar Dewantara menjelaskan etika merupakan ilmu yang
mempelajari soal kebaikan (dan keburukan) di dalam hidup manusia
semuanya, teristimewa yang mengenai gerak gerik pikiran dan rasa yang
dapat merupakan pertimbangan dan perasaan sdampai mengenai tujuan
yang dapat merupakan perbuatan.

Austin Fogothey (seperti yang dikutip Ahmad Charris Zubair)


mengatakan bahwa etika berhubungan dengan seluruh ilmu pengetahuan
tentang manusia dan masyarakat sebagi antropologi, psikologi, sosiologi,
ekonomi, ilmu politik dan hukum.

Frankena (seperti juga dikutip Ahmad Charris Zubair) menyatakan


bahwa etika sebagi cabang filsafat, yaitu filsafat moral atau pemikiran
filsafat tentang moralitas, problem moral, dan pertimbangan moral.

Dalam Encyclopedia Britanica, etika dinyatakan sebagai filsafat


moral, yaitu studi yang sistematik mengenai sifat dasar dan konsep-konsep
nilai baik, buruk, harus, benar, salah dan sebagainya.

Dari beberapa definisi tersebut, etika berhubungan erat dengan


empat hal:
a. Dilihat dari obyek formal (pembahasannya), etika berupaya membahas
perbuatan yang dilakukan manusia. Dan sebagai obyek materialnya
adalah manusia.
b. Dilihat dari sumbernya, etika bersumber pada akal pikiran atau filsafat.
Sebagai hasil pemikiran maka etika tidak bersifat mutlak, absolut, dan
universa. Akan tetapi terbatas, dapat berubah, memiliki kekurangan,
kelebihan, dan sebagainya.
c. Dilihat dari fungsinya, etika berfungsi sebagi penilai, penentu dan
penetap terhadap suatu perbuatan yang dilakukan manusia, yaitu
apakah perbuatan itu akan dinilai baik, buruk, mulia, terhormat, hina

3
dan sebagainya. dengan demikian etika lebih berperan sebagi
konseptor terhadap sejumlah perilaku yang dilakukan manusia.
d. Dilihat dari segi sifatnya, etika bersifat relatif yakni dapat berubah-
ubah sesuai dengan tuntutan zaman.

Dengan ciri-cirinya yang demikian itu, etika lebih merupakan ilmu


pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang
dilakukan manusia untuk dikatakan baik atau buruk. Berbagai pemikiran
yang dilakukan para filsof barat mengenai perbuatan yang baik atau buruk
dapat dikelompokkan kepada pemikiran etika, karena berasal dari hasil
berpikir. Dengan demikian etika bersifat humanistis dan anthropocentris,
yakni berdasarkan pada pemikiran manusia dan diarahkan pada manusia.
Dengan kata lain etika adalah aturan atau pola tingkah laku yang
dihasilkan oleh akal manusia.

3. Moral

Dari segi bahasa moral berasal dari bahasa Latin, mores (jamak
dari kata mos) yang berarti adat kebiasaan. Dalam KBBI dikatakan bahwa
moral adalah penentuan baik-buruk terhadap perbuatan dan kelakuan.

Secara istilah moral merupakan istilah yang digunakan uantuk


menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau
perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik, atau
buruk.

Di dalam buku The Advanced Leaner's Dictionary of Current


English moral mengandung pengertian:
a. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan benar dan salah, baik dan
buruk.
b. Kemampuan untuk memahami perbedaan antara benar dan salah.
c. Ajaran atau gambaran tingkah laku yang baik.

4
Berdasarkan kutipan tersebut, dapat dipahami bahwa moral adalah
istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktivitas
manusia dengan nilai (ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah. Jika
dalam kehidupan sehari-hari dikatakan bahwa orang tersebut bermoral,
maka yang dimaksudkan adalah bahwa orang tersebut tingkah lakunya
baik.

4. Susila

Secara bahasa kesusilaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu su


dan sila yang mendapat tambahan ke-an. Su berarti baik, bagus dan sila
berarti dasar, prinsip, peraturan hidup atau norma. Susila juga dapat berarti
sopan beradab, baik budi bahasanya. Sehingga kesusilaan berarti
kesopanan. Dengan demikian kesusilaan lebih mengacu pada upaya
membimbing, memandu, mengarahkan, membiasakan dan
memasyarakatkan hidup yang sesuai dengan norma atau nilai-nilai yang
berlaku dalam masyarakat. Kesusilaan menggambarkan keadaan di mana
orang selalu menerapkan nilai-nilai yang dipandang baik.

B. PERSAMAAN-PERSAMAAN

Diantara akhlaq, etika, moral, dan susila memiliki obyek yang sama,
yaitu sebagai obyek materialnya adalah manusia dan sebagai obyek formalnya
adalah perbuatan manusia yang kemudian ditentukan posisinya apakah baik
atau buruk.

Dari segi fungsinya sama dalam menentukan hukum atau nilai dari
suatu perbuatan yang dilakukan manusia untuk ditentukan baik-buruknya.

5
Dari segi tujuannya sama-sama menghendaki terciptanya keadaan
masyarakat yang baik, teratur, aman, damai, dan tenteram sehingga sejahtera
batiniah dan lahiriah.

C. PERBEDAAN-PERBEDAAN

Dalam etika, untuk menentukan nilai perbuatan manusia baik atau


buruk menggunakan tolok ukur akal pikiran atau rasio, sedangkan dalam
moral dan susila menggunakan tolok ukur norma-norma yang tumbuh dan
berkembang dan berlangsung dalam masyarakat (adat istiadat), dan dalam
akhlaq menggunakan ukuran Al Qur’an dan Al Hadis untuk menentukan baik-
buruknya. Dalam hal ini etika lebih bersifat pemikiran filosofis dan berada
dalam dataran konsep-konsep (bersifat teoretis), sedangkan moral berada
dalam dataran realitas dan muncul dalam tingkah laku yang berkembang di
masyarakat (bersifat praktis).

Etika dipakai untuk pengkajian system nilai yang ada, sedangkan


moral dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai.

Etika memandang tingkah laku manusia secara umum, tapi moral dan
susila lebih bersifat local dan individual.

Akhlaq yang berdasarkan pada Al Qur’an dan Al Hadis maka akhlaq


bersifat mutlak, absolut, dan tidak dapat diubah. Sementara etika, moral, dan
susila berdasar pada sesuatu yang berasal dari manusia maka lebih bersifat
terbatas dan dapat berubah sesuai tuntutan zaman.

Ref:
Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf. 2003. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Gunawan. http://aagun2010.multiply.com/journal/item/7/Akhlak_al-Karimah
diakses tanggal 24 Februari 2008

Vous aimerez peut-être aussi