Vous êtes sur la page 1sur 239

Maida Mandriani

siapa berharap pada manusia bersiaplah untuk kecewa, siapa berharap pada Allah sungguh Dia
Mahakuasa
Selasa, 28 Januari 2014
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA Ny. S, 20 TAHUN DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS KRANGKENG KABUPATEN
INDRAMAYU TAHUN 2013

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada studi kasus ini penulis akan membahas mengenai asuhan
kebidanan pada Ny. S yang dimulai dari usia kehamilan 35 minggu,
persalinan, nifas, bayi baru lahir sampai 6 minggu di Wilayah Kerja
Puskesmas Krangkeng Kabupaten Indramayu Tahun 2013, sebagai berikut:
A. Asuhan Kehamilan
Dari pengkajian yang dilakukan pada Ny. S didapatkan bahwa Ny. S
berumur 20 tahun sedang hamil anak pertama. Usia kehamilan Ny. S
mencapai usia kehamilan 39 minggu, sehingga termasuk kehamilan aterm
(cukup bulan). Penulis melakukan asuhan 2 kali pada umur kehamilan 35
minggu dan 37 minggu. Ibu dinyatakan hamil oleh bidan setelah Ny. S
merasa telat haid 3 bulan. Setelah ibu tahu bahwa dirinya hamil, ibu rajin
untuk memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan. Kunjungan yang
dilakukan oleh Ny. S selama kehamilan sudah sesuai dengan standar
kunjungan ANC untuk setiap ibu hamil yaitu minimal 4 kali, yaitu satu kali
pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua, dan dua kali
trimester ketiga (Saifuddin, 2009 : 90).
Asuhan kebidanan yang diberikan kepada Ny. S meliputi :
1. T1 (Timbang Berat Badan Dan Ukur Tinggi Badan)
Dalam keadaan normal kenaikan berat badan ibu sebelum dan
sesudah hamil, dihitung mulai dari trimester I sampai trimester III yang
berkisar 9-13,5 kg. Kenaikan berat badan setiap minggu pada kehamilan
trimester III yang tergolong normal adalah 0,4-0,5 kg. (Mandriawati, 2011 :
37)
Pengukuran tinggi badan ibu hamil dilakukan untuk mendeteksi faktor
resiko terhadap kehamilan yang sering berhubungan dengan keadaan
rongga panggul. (Mandriawati, 2011 : 43)
Asuhan kebidanan yang dilakukan penulis pada Ny. S adalah
menimbang berat badan yang hasilnya adalah selama hamil meningkat 10
kg dari sebelum hamil (55 kg menjadi 65 kg), dari kunjungan pertama
sampai kunjungan kedua yang dilakukan oleh mahasiswa didapatkan hasil
penambahan berat badan sbanyak 1 kg. Sedangkan untuk tinggi badan Ny.
S 160 cm. Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan kepada Ny. S tidak
ada kesenjangan antara teori dan praktek, dimana tinggi badan Ny. S 160
cm dan penambahan berat badan Ny. S selama hamil meningkat 10 kg, dari
kunjungan pertama sampai kunjungan kedua yang dilakukan oleh
mahasiswa didapatkan hasil penambahan berat badan sbanyak 1 kg, hal ini
adalah normal.
2. T2 (Tekanan Darah)
Tekanan darah yang tinggi dalam kehamilan merupakan sebuah
resiko. Tekanan darah dikatakan tinggi bila lebih dari 140/90 mmHg atau
lebih, dan diastolic 15 mmHg atau lebih dapat berlanjut menjadi preeklampsi
dan eklampsi. (Mandriwati, 2011:117)
Asuhan yang dilakukan penulis didapatkan hasil tekanan darah pada
Ny. S pada kunjungan ANC pertama kali 110/70 mmHg dan pada kunjungan
ANC kedua 110/70 mmHg.
Pada kasus Ny. S dengan sistol 110 mmHg dan diastol 70 mmHg.
Tekanan darah dikatakan tinggi bila tekanan darah sistolik 140 mmHg atau
diastolik 90 mmHg pada saat awal pemeriksaan dapat mengindikasikan
potensi hipertensi dan membutuhkan pemantauan ketat selama kehamilan.
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan pada Ny. S tidak ada
kesenjangan antara teori dan praktek dimana tekanan darah Ny. S 110/70
mmHg, hal ini adalah normal.
3. T3 (Status Gizi)
Nilai status gizi ibu dilihat dari peningkatan berat badan ibu dan
kecukupan istirahat ibu, serta dilihat dari LILA Ibu. Jika LILA kurang dari
23,5 cm beresiko untuk melahirkan anak Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
(Mandriawati, 2011:117).
Ibu hamil harus makan makanan yang bergizi, seperti karbohirat,
protein, mineral, supaya bayi tidak kekurangan energi kalori. Untuk
mengetahui Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan rumus :
IMT = Berat Badan (kg) / Tinggi Badan (cm) /100)
2

Nilai status gizi Ny. S didapat lingkar lengan atas ibu 25 cm, adapun
indeks massa tubuh Ny.S didapat 25. Berdasarkan pengkajian yang telah
dilakukan pada Ny. S tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek
dimana LILA 25 cm dan IMT 25, hal ini adalah normal.
4. T4 (Tinggi Fundus Uteri)
Tujuan pemeriksaan TFU menggunakan tekhnik Mc Donald adalah
menentukan umur kehamilan berdasarkan minggu, dan hasilnya bisa
dibandingkan dengan hasil anamnesis Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT)
dan kapan gerakan janin mulai dirasakan. TFU dalam sentimeter (cm) yang
normal harus sama dengan umur kehamilan dalam minggu ynag ditentukan
berdasarkan Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT). (Mandriwati, 2011:88)
Hasil pengukuran tinggi fundus uteri terakhir pada Ny. S adalah 31
cm. TFU lebih dari 40 cm dilakukan rujukan karena termasuk dalam 20
penapisan. Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan pada Ny. S tidak
ada kesenjangan antara teori dan praktek dimana TFU 31 cm, hal ini adalah
normal.
5. T5 (Presentasi Janin dan DJJ)
Dilakukannya pemeriksaan presentasi janin, yaitu untuk mengetahui
bagian terendah janin. Dilakukannya pemeriksaan DJJ yaitu untuk
mengetahui apakah bayi dalam keadaan sehat, bunyi jantungnya teratur
dan frekuensi berkisar antara 120 160 kali/ menit. Kalau bunyi jantung
kurang dari 120 kali/ menit atau lebih dari 160 kali/ menit atau tidak
teratur, janin dalam keadaan asfiksia (kekurangan oksigen) yang disebut
gawat janin. (Mandriawati, 2011:107).
Dari pengkajian yang dilakukan pada Ny.S didapatkan bahwa
presentasi janin kepala, denyut jantung janin berkisar 140x/menit.
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan pada Ny. S tidak ada
kesenjangan antara teori dan praktek dimana DJJ berkisar 140x/menit, hal
ini adalah normal.
6. T6 (Imunisasi TT)
Imunisasi berasal dari kata imun yang artinya kebal, Imunisasi
artinya kekebalan. Pemberian imunisasi tetanus toksoid artinya pemberian
kekebalan terhadap penyakit tetanus kepada ibu hamil dan bayi yang
dikandungnya. Sehingga pada saat melahirkan ibu dan bayi terhindar dari
penyakit tetanus. Pemberian imunisasi tetanus toksoid setidaknya dilakukan
2 kali selama hamil. (Mandriwati, 2011:147)
Penulis tidak melakukan memberikan imunisasi TT karena ibu sudah
mendapatkan imunisasi TT sebanyak 2 kali. TT 1 pada tanggal 02-04-2013
dan TT 2 pada tanggal 12-06-2013.
Pada kasus Ny. S sudah mendapatkan imunisasi TT dua kali, hal ini
bagus karena Ny. S sudah mengikuti prosedur yang ada dan dapat
mencegah resiko bayi Ny. S terkena penyakit tetanus pada bayi baru lahir.
Berdasarkan pengkajian yang tela dilakukan pada Ny. S tidak ada
kesenjangan antara teori dan praktek dimana Ny. S sudah mendapatkan
imunisasi TT sebanyak dua kali, hal ini adalah normal.
7. T7 (Tablet zat besi)
Standar selama hamil ibu harus mendapatkan tablet zat besi 90 Fe.
Minum 1 tablet tambah darah secara teratur setiap hari selama hamil.
Dimulai dengan memberikan 1 tablet sehari sesegera mungkin setelah rasa
mual hilang. Tiap tablet mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan
asam folat 500 g, minimal masing-masing 90 tablet. Tablet besi sebaiknya
tidak diminum bersama teh atau kopi karena akan mengganggu penyerapan
(Saifuddin, 2009 : 91).
Pada kasus Ny. S didapati kadar Hb yang normal yaitu 11,8 gr%,
karena Ny. S rutin mengkonsumsi tablet zat besi, dengan kadar Hb yang
normal dapat mencegah persalinan prematur, berat badan lahir bayi rendah
dan resiko perdarahan pada pospartum.
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan pada Ny. S tidak ada
kesenjangan antara teori dan praktek, dimana kadar Hb 11,8 gr% setelah
rutin mengkonsumsi tablet zat besi, hal ini adalah normal.
8. T8 (Tes penyakit menular)
Pemeriksaan terhadap penyakit menular seksual sangat penting
karena dapat membahayakan perkembangan janin bahkan kematian janin.
(Mandriawati, 2011:165)
Dilakukan tes penyakit menular karena adanya indikasi yang
mengarah pada hal tersebut, misalnya rasa gatal yang sangat hebat di
daerah sekitar kelamin, keputihan yang berbau busuk, timbul kutil yang
seperti jengger ayam.
Pada kasus Ny.S tidak dilakukan tes penyakit menular seksual karena
tidak ada indikasi yang mengarah pada hal tersebut.
9. T9 (Tata Laksana Kasus)
Tata laksana kasus dilakukan untuk mendeteksi apakah terdapat
kegawatdaruratan pada ibu hamil serta merencanakan penatalaksanaan
kegawatdaruratan tersebut. (Mandriawati, 2011:165)
Dari hasil asuhan pada Ny. S yang dilakukan oleh penulis, Ny. S dan
janin dalam keadaan baik, tidak ada keluhan lain yang mengarah pada
tanda bahaya. Hanya saja ibu merasakan ketidaknyaman terhadap
perubahan dirinya yaitu pada umur kehamilan 37 minggu ibu merasa sering
BAK. Hal tersebut merupakan hal yang fisiologis karena sering BAK
disebabkan karena kepala janin mulai turun kebawah pintu atas panggul
sehingga menekan kandung kemih sehingga sering timbul rasa ingin BAK,
Ny. S dianjurkan untuk menjaga personal hygine. Berdasarkan pengkajian
yang telah dilakukan pada Ny. S tidak ada kesenjangan antara teori dan
praktek dimana Ny. S merasakan ketidaknyamanan sering BAK pada
kehamilan aterm, hal ini adalah normal.
10. T10 (Temu wicara)
Temu wicara/konseling sangat diperlukan karena untuk memecahkan
permasalahan yang berkaitan dengan kehamilannya, pemahaman diri
tentang permasalahan yang sedang dihadapi, dan penyusunan rencana
pemecahan masalah yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
Tujannya untuk mengarahkan perilaku yang tidak sehat menjadi sehat,
membimbing klien belajar mengambil keputusan, membimbing klien
mencegah timbulnya masalah. (Mandriawati, 2011:165)
Temu wicara pada Ny. S dilakukan untuk menerangkan pada ibu
mengenai ketidaknyamanan yang dirasakan oleh ibu seperti sering BAK
pada kehamilan aterm, persiapan persalinan serta rujukan apabila terdapat
komplikasi.
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan pada Ny. S tidak ada
kesenjangan antara teori dengan praktek dimana Ny. S merasakan
ketidaknyamanan pada kehamilannya seperti sering BAK karena pada
kehamilan cukup bulan terdapat penurunan bagian terbawah janin sehingga
menekan kandung kemih, hal ini adalah normal.
B. Asuhan Persalinan
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung selama 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun pada janin. (Saifuddin, 2009:100).
Pada saat usia kehamilan 39 minggu, Ny. S mengalami persalinan.
Kehamilan. Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan pada Ny. S tidak
ada kesenjangan antara teori dan praktek dimana Ny. S mengalami
persalinan pada usia kehamilan 39 minggu, hal ini adalah normal.
1. Kala I
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang
teratur dan mengikat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka
lengkap (10 cm). Kala I terdiri atas dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif.
Fase laten dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan
penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap, berlangsung hingga
serviks membuka kurang dari 4 cm, pada umumnya fase laten berlangsung
hampir atau hingga 8 jam. Fase aktif dari pembukaan 4 cm hingga mencapai
pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1
cm perjam (nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm
(multipara). (Lailliyana, 2011 : 3-4)
Pada kala I persalinan asuhan yang diberikan pada Ny. S sudah sesuai
dengan standar APN, hasil pemeriksaan semuanya dalam batas normal,
ketuban pecah setengah jam yang lalu pada jam 11.30 WIB, setelah
dilakukan PD didapatkan hasil pembukaan sudah 7 cm.
1 jam kemudian dilakukan PD kedua dan didapatkan hasil pembukaan
sudah lengkap (10 cm), dalam 1 jam pembukaan meningkat dari
pembukaan 7 cm menjadi 10 cm.
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan pda Ny. S tidak ada
kesenjangan antara teori dan praktek dimana kala I dimulai sejak adanya
kontraksi sampai pembukaan lengkap berlangsung selama 9 jam, hal ini
adalah normal.
2. Kala II
Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap
(10cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua juga disebut kala
pengeluaran bayi. Proses ini berlangsung 2 jam pada primipara dan 1 jam
pada multipara. (Varney, 2009:751)
Pada kala II persalinan asuhan yang diberikan pada Ny. S sudah
sesuai dengan standar APN, hasil pemeriksaan semuanya dalam batas
normal, dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai lahirnya bayi dengan
waktu 25 menit, bayi lahir jam 13. 25 WIB, jenis kelamin laki-laki.
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan pada Ny. S tidak ada
kesenjangan antara teori dengan praktek dimana kala II berlangsung selama
25 menit dimulai dari pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi, hal ini
adalah normal.
3. Kala III
Kala tiga persalinan dimulai saat proses lahirnya bayi sampai dengan
lahirnya plasenta. Proses ini dikenal sebagai kala persalinan plasenta. Kala
III persalinan berlangsung rata-rata antara 5 dan 10 menit. Akan tetapi,
kisaran normal kala tiga sampai 30 menit. Resiko perdarahan meningkat
apabila kala III lebih lama dari 30 menit. (Varney, 2009:825)
Pada kala III persalinan asuhan yang diberikan pada Ny. S sudah
sesuai dengan standar APN, hasil pemeriksaan semuanya dalam batas
normal, plasenta lahir setelah 5 menit kelahiran bayi.
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan pada Ny. S tidak ada
kesenjangan antara teori dengan praktek dimana kala III berlangsung
selama 5 menit, hal ini adalah normal.
4. Kala IV
Persalinan kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua
jam setelah itu. Selama kala IV petugas harus memantau ibu setiap 15
menit pada jam pertama setelah kelahiran plasenta dan 30 menit pada jam
kedua setelah persalinan. (Varney, 2009:835)
Kala IV adalah pemantauan ibu 2 jam post partum pada 1 jam
pertama dilakukan obervasi tiap 15 menit, dan pada 1 jam kedua observasi
dilakukan tiap 30 menit.
Pada kala IV persalinan asuhan yang diberikan pada Ny. S sudah
sesuai dengan standar APN, selama pemantauan kala IV tidak ditemukan
adanya masalah ataupun komplikasi.
C. Asuhan Nifas
Masa nifas (peurperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum
hamil. Lama nifas ini yaitu 6 minggu. (Saifuddin, 2009:122).
Pada masa nifas Ny. S mendapatkan asuhan kebidanan sebanyak 6
kali pemeriksaan, 2 jam post partum, 6 jam post partum, 2 hari post
partum, 6 hari post partum, 2 minggu post partum dan 6 minggu post
partum.
Tujuan kunjungan 2 sampai 6 jam postpartum adalah mencegah
perdarahan, memberi konseling kepada ibu dan keluarga tentang bagaimana
cara mencegah perdarahan dengan cara melakukan massase, pemberian
ASI awal, memfasilitasi ibu melakukan hubungan dengan bayi,
Menganjurkan untuk tidak menahan BAB, istirahat yang cukup dan personal
hygiene. (Saleha, 2009 : 6).
1. Asuhan 2 jam nifas
Fokus asuhan pada 2 jam adalah memantau perdarahan. Pada 2 jam
postpartum asuhan yang diberikan pada Ny. S sudah sesuai dengan standar
pelayanan nifas, hasil pemeriksaan semuanya dalam batas normal, ibu
sudah bisa miring kanan dan kiri, keadaan ibu baik
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan pada Ny. S tidak ada
kesenjangan antara teori dengan praktek dimana keadaan umum ibu baik,
hal ini adalah normal.
2. Asuhan 6 jam nifas
Fokus asuhan pada 6 jam adalah memantau perdarahan. Pada 6
jam postpartum asuhan yang diberikan pada Ny. S sudah sesuai dengan
standar pelayanan nifas, hasil pemeriksaan semuanya dalam batas normal,
ibu sudah BAK, keadaan ibu baik
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan pada Ny. S tidak ada
kesenjangan antara teori dengan praktek dimana keadaan umum ibu baik,
hal ini adalah normal.
3. Asuhan 2 hari nifas
Fokus asuhan pada 2 hari adalah infeksi. Pada 2 hari postpartum
asuhan yang diberikan pada Ny. S sudah sesuai dengan standar pelayanan
nifas, hasil pemeriksaan semuanya dalam batas normal, ASI sudah keluar,
lochea rubra, tanda homman negatif, ibu sudah BAB.
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan pada Ny. S tidak ada
kesenjangan antara teori dengan praktek dimana keadaan umum ibu baik,
hal ini adalah normal.
4. Asuhan 6 hari nifas
Fokus asuhan pada 6 hari adalah infeksi. Pada 6 hari postpartum
asuhan yang diberikan pada Ny. S sudah sesuai dengan standar pelayanan
nifas, hasil pemeriksaan semuanya dalam batas normal, ASI keluar lancar,
lochea sanguinolenta, tanda homman negatif.
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan pada Ny. S tidak ada
kesenjangan antara teori dan praktek dimana keadaan umum ibu baik, hal
ini adalah normal.
5. Asuhan 2 minggu nifas
Fokus asuhan pada 2 minggu adalah involusi. Pada 2 minggu
postpartum asuhan yang diberikan pada Ny. S sudah sesuai dengan standar
pelayanan nifas, hasil pemeriksaan semuanya dalam batas normal, TFU
sudah tidak teraba, lochea serosa.
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan pada Ny. S tidak ada
kesenjangan antara teori dan praktek dimana keadaan umum baik, TFU
sudah tidak teraba dan lochea serosa, hal ini adalah normal.
6. Asuhan 6 minggu nifas
Fokus asuhan pada 6 minggu adalah pemberian KB. Pada 6 minggu
postpartum asuhan yang diberikan pada Ny. S sudah sesuai dengan standar
pelayanan nifas, hasil pemeriksaan semuanya dalam batas normal, sudah
tidak ada pengeluaran lochea, ibu menjadi aksptor KB suntik 3 bulan.
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan pada Ny. S tidak ada
kesenjangan antara teori dengan praktek dimana keadaan umum baik,
sudah tidak ada pengeluaran lochea, hal ini adalah normal.
D. Asuhan Bayi Baru Lahir
Segera setelah bayi baru lahir, penulis melakukan penilaian dengan
cepat dan hasilnya adalah normal seperti bayi menangis kuat, gerakan otot
aktif serta warna kulit kemerahan sehingga langsung meletakkan bayi di
atas perut Ny. S, segera mengeringkan, membungkus kepala dan badan
bayi kecuali tali pusat, mengganti kain yang basah dengan kain atau handuk
bersih dan kering, kemudian tali pusat dijepit kira-kira 3 cm dari pangkal
pusat bayi dengan klem 1 dan 2 cm dari klem pertama kemudian memotong
tali pusat diantara kedua klem tersebut, menutupi kepala dan membiarkan
tali pusat terbuka, bayi diberikan pada Ny. S, untuk mendekap bayinya dan
memfasilitasi IMD.
Penulis melakukan asuhan pada bayi baru lahir sebanyak 7 kali
pemeriksaan yaitu pada 1 jam, 2 jam, 6 jam, 2 hari, 6 hari, 2 minggu dan 6
minggu.
1. Asuhan 1 jam BBL
Pada 1 jam bayi baru lahir asuhan yang diberikan sudah sesuai dengan
standar asuhan BBL, bayi sudah diberikan injeksi vitamin K 1 mg/IM dan
salep mata tetrasiklin 1%. Hasil asuhan 1 jam bayi baru lahir adalah
keadaan bayi baik,
2. Asuhan 2 jam BBL
Pada 2 jam bayi baru lahir asuhan yang diberikan sudah sesuai dengan
standar asuhan BBL, bayi sudah dibrikan imunisasi Hb
0
0,5 ml/IM.
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan pada bayi Ny. S tidak
ada kesenjangan antara teori dan praktek dimana keadaan umum bayi baik,
BB 3500 gram, PB 50 cm, dan LK 32 cm, hal ini adalah normal.
3. Asuhan 6 jam BBL
Pada 6 jam bayi baru lahir asuhan yang diberikan sudah sesuai dengan
standar asuhan BBL. Bayi dibedong dan deberi topi untuk menjaga
kehangatan tubuh bayi, bayi sudah BAB dan BAK.
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan pada bayi Ny. S tidak
ada kesenjangan antara teori dengan praktek dimana keadaan umum bayi
baik, hal ini adalah normal.
4. Asuhan 2 hari BBL
Pada 2 hari bayi baru lahir asuhan yang diberikan sudah sesuai dengan
standar asuhan BBL. Bayi menyusu kuat serta tidak diberikan makanan
tambahan selain ASI.
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan pada bayi Ny. S tidak
ada kesenjangan antara teori dengan praktek dimana keadaan umum bayi
baik, BB 3500, hal ini adalah normal.
5. Asuhan 6 hari BBL
Pada 6 hari bayi baru lahir asuhan yang diberikan sudah sesuai dengan
standar asuhan BBL. Talipusat sudah terlepas 1 hari yang lalu, bayi
mengalami penurnan berat badan sebanyak 300 gram.
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan pada bayi Ny. S tidak
ada kesenjangan antara teori dengan praktek dimana keadaan umum bayi
baik, BB 3500 gram terjadi penurunan sebesar 300 gram sehingga menjadi
3200 gram, karena bayi mengalami adaptasi kehidupan diluar rahim dan
melakukan penyesuaian, hal ini adalah normal.
6. Asuhan 2 minggu BBL
Pada 2 minggu pada bayi baru lahir asuhan yang diberikan sudah
sesuai dengan standar asuhan BBL, bayi menyusu dengan baik dan
mengalami kenaika berat badan sebanyak 400 gram.
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan pada bayi Ny. S tidak
ada kesenjangan antara teori dan praktek dimana keadaan umum bayi baik,
BB 3200 gram mengalami kenaikan 400 gram sehingga menjadi 3600 gram,
hal ini adalah normal.
7. Asuhan 6 minggu BBL
Pada 6 minggu bayi baru lahir asuhan yang diberikan sudah sesuai
dengan standar asuhan BBL. Bayi sudah mendapatkan imunisasi BCG dan
polio
1,
bayi mengalami kenaikan berat badan sebanyak 800 gram.
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada bayi Ny. S tidak ada
kesenjangan antara teori dan praktek dimana keadaan umum bayi baik, BB
3600 gram mengalami kenaikan 800 gram selama 4 minggu sehingga
menjadi 4400 gram, hal ini adalah normal.
Diposkan oleh Maida Mandriani di 06.03
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: Studi Kasus DIII Kebidanan
Lokasi: Indramayu, West Java, Indonesia
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Mengenai Saya

Maida Mandriani
Lihat profil lengkapku
Arsip Blog
2014 (6)
o Januari (6)
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA Ny. S, 20 TAHU...
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA Ny. S, 20 TAHU...
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA Ny. S, 20 TAHU...
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA Ny. S, 20 TAHU...
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA Ny. S, 20 TAHU...
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA Ny. S, 20 TAHU...
Template Watermark. Diberdayakan oleh Blogger.

A. Konsep Dasar Persalinan
1. Pengertian
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup
bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan
bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Proses ini di mulai dengan adanya kontrasi
persalinan sejati, yang ditandai dengan perubahan serviks secara progresif dan diakhiri dengan
kelahiran plasenta.
Kelahiran bayi merupakan pristiwa penting bagi kehidupan seorang pasien dan
keluarganya. Sangat pentng untuk diingat bahwa persalinan adalah proses yang normal dan
merupakan kejadian yang sehat. Namun demikian, potensi terjadinya komplikasi yang
mengancam nyawa selalu ada sehingga bidan harus mengamati dengan ketat pasien dan bayi
sepanjang proses melahirkan. Dukungan yang terus menerus an penatalaksanaan yang trampil ari
bidan dapat menyumbangkan suatu pengalaman melahirkan yang menyenagkan dengan hasil
persalinan yang sehat dan memuaskan. (APN Revisi tahun 2010)

2. Sebab-sebab terjadinya persalinan
Sebab sebab terjadinya persalinan masih merupakan teori yang komplek. Perubahan
perubahan dalam biokimia dan biofisika telah banyak mengungkapkan mulai dari
berlangsungnya partus antara lain penurunan kadar hormon progesteron dan estrogen.
Progesteron merupakan penenang bagi otot otot uterus. Menurunnya kadar hormon ini terjadi 1
2 minggu sebelum persalinan. Kadar prostaglandin meningkat menimbulkan kontraksi
myometrium. Keadaan uterus yang membesar dan menjadi tegang mengakibatkan iskemia otot
otot uterus yang mengganggu sirkulasi uterus plasenta sehingga plasenta berdegenerasi. Tekanan
pada ganglion servikale dari fleksus frankenhauser di belakang serviks menyebabkan uterus
berkontraksi.

3. Mekanisme persalinan
Kepemimpinan, ada aturan main, ada hukumnya, ada tatakramanya dan ada waktu untuk
memimpin, semua ini disebut kepemimpinan persalinanKeseluruhan 58 standar dan langkah
asuhan persalinan normal yang mempunyai arti, maksud dan tujuan, dan harus dikuasai seorang
bidan tersebut adalah
Mendengar dan Melihat Adanya Tanda Persalinan Kala Dua.
Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul oksitosin &
memasukan alat suntik sekali pakai 2 ml ke dalam wadah partus set.
Memakai celemek plastik.
Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dgn sabun & air mengalir.
Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yg akan digunakan untuk pemeriksaan
dalam.
Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan oksitosin dan letakan
kembali kedalam wadah partus set.
Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan vulva ke perineum.
Melakukan pemeriksaan dalam pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput ketuban sudah
pecah.
Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, membuka
sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.
Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai pastikan DJJ dalam batas
normal (120 160 x/menit).
Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, meminta ibu untuk meneran
saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran.
Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (Pada saat ada his, bantu
ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman.
Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran.
Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi nyaman, jika ibu belum
merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah
membuka vulva dengan diameter 5 6 cm.
Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu
Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 6 cm, memasang handuk bersih untuk
menderingkan janin pada perut ibu.
Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin
Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara spontan.
Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental. Menganjurkan kepada ibu
untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakan kepala kearah bawah dan distal hingga
bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk
melahirkan bahu belakang.
Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan
dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku
sebelah atas.
Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah bokong dan tungkai
bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan ari telinjuk tangan kiri diantara kedua
lutut janin)
Melakukan penilaian selintas : Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan?
Dan Apakah bayi bergerak aktif
Mengeringkan tubuh bayi nulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan
tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Membiarkan
bayi atas perut ibu.
Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus.
Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitasin agar uterus berkontraksi baik.
Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM (intramaskuler) di 1/3 paha
atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).
Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.
Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari
klem pertama.
Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan
pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut.
Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan
kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi.
Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva
Meletakan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk mendeteksi. Tangan
lain menegangkan tali pusat.
Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan, sementara tangan kiri
menekan uterus dengan hati-hati kearah doroskrainal. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 40
detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan
mengulangi prosedur.
Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran
sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas,
mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial).
Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati. Bila perlu
(terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah untuk
membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban.
Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri dengan menggosok fundus
uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik
(fundus teraba keras)
Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk memastikan bahwa
seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan masukan kedalam kantong
plastik yang tersedia.
Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan penjahitan bila laserasi
menyebabkan perdarahan.
Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.
Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam.
Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik profilaksis,
dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri anterolateral.
Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di paha kanan
anterolateral.
Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.
Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca
persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan.
Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik.
Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10
menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi.
Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Membersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan
darah. Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan kering.
Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu ingin minum.
Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.
Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5% melepaskan sarung tangan dalam
keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%
Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
Melengkapi partograf.

4. Teori-Teori Mengenai Proses Terjadinya Persalinan
Penyebab terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti,sehingga timbul beberapa
teori yang menyatakan kemungkinan proses persalinan. Menurut manuaba (1998), pengertian
persalinan adalahsebagaiberikut.

1. Teori Penurunan Hormon
Beberapa hari sebelum partus terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron.
Sehingga otot rahim sensitif terhadap oksitosin. Penurunan kadar progestron pda tingkat tertentu
menyebabkan otot rahim molai kontraksi.


2. Teori Kerengangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Apabila batas
tersebut telah terlewati, maka akan terjadi kontraksi, sehingga persalinan dapat dimulai.
3. Teori Plasenta Menjadi Tua
Plasenta yang semmakin tua sering dengan bertambahnya usia kehamilan akan
mmenyebabkan turunya kadar estrogen dan progesteron, sehingga pembuluh darah mengalami
kekejangan dan timbul kontraksi rahim.
4. Teori Iritasi Mekanik
Di belakan seviks terletak ganglion servikale/fleksus Fran Kenhauser. Bila ganglion ini
digeser dan ditekan atau tertekan kepada janin, maka akan timbul kontraksi rahim.
5. Teori Oksitosin Interna
Menurutnya kosentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan mengakibatkan aktivitas
oksitosin meningkat dan kontraksi braxton hicks sering terjadi, sehingga persalian dapat dimulai.
6. Teori Prostaglanndin
Prostaglanndinn yang dikeluarkan oleh decidua konssentrasinya meninggkat sejak usia
kehamilan 15 minggu. Prostaglandin dianggap sebagai pemicu terjadinya persalinan, pemberian
prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot hamil.

Persalinan normal adalah proses lahirnya janin dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan
alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang pada umumnya berlangsung kurang dari 24 jam.
Persalinan normal menurut Farer (2001) adalah persalinan yang memiliki karakteristik berikut
ini.
a. Terjadi pada kehamilan aterm, bukan prmatur atau pun postmrur.
b. Mempunyai onset yang spontan, bukan karena induksi.
c. Selesai setelah 4 jam dan sebelum 24 jam sejak saat onset, bukan partus presipitatus ataupun
partus lama.
d. Janing tunggal dengan presentasi puncak kepala dan oksiput ada bagian anterior pelvis.
e. Terlaksana tampa bantuan artifial.
f. Tidak terdapatkomplikasi.
g. Mencakup kelahiran plasenta yang normal.
5. Tanda-tanda Gejala Persalinan
a. Tanda dan gejala permualaan persalinan menurut mochtar (1994). Sebelum terjdi persalinan
yang sebenarnya, beberapa seminggu sebelum wanita memasuki hari perkiraan kelahiran yang di
sebut kala pendahuluan (preparatori stage of labor) dengan tanda sbb.
1) Lightening atau settling atau dropping, yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul..pada
primigravida terjadi menjelang minggu ke-36. Lightenig disebabkan oleh:
Kontraksi braxton hicks;
Ketegangan dinding perut;
Ketegangan ligamentum rotumdum;
Gaya berat janin.
2) Saat kepala masuk pintu atas panggul, ibu akan merasakan rasa sesat pada perut bagian atas
berkurang dan pada bagian bawah terasa sesak.
a. Perut kelihatan lebih melebar dan fundus uteri turun.
b. Sering miksi atau sulit berkemih.
c. Sakit di pinggang dan di perut.
d. Serviks mulai lembek dan mendatar. Pada multi para gambaran ini kurang jelas, karena kepala
janin baru masuk pintu atas panggul menjelalan persalinan.
e. Terjadinya his permulaan atau his palsu. Sifat dari his palsu adalah :
Rasa nyeri ringan di bagian bawah;
Datanya tidak teratur;
Durasi pendek;
Tidak bertambah dengan beraktivitas tidak ada perubahan pada serviks.
b. Tanda-tanda persalinan inpartu adalah sebagai berrikut.
1) Terjadi his persalinan, dengan karakteristik:
Pinggang terasa sakit yang menjalar kedepan ;
Sifat sakitnya teratur, interval makin pendek, dan kekuatannya makin besar ;
Berpengaruh terhadap perubahaan serviks ;
Dengan beraktivitas kekuan makin bertambah.
2) Pengeluaran lendir bercampur darah.
3) Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
4) Hasil pemeriksaan dalam (PD) menunjukan terjadinya perlunakan, pendaratan, dan pembukaan
serviks. Karakteristik kontraksi uterus atau his yang perlu diperhatikan adalah: kekuatan
kontraksi/intensitas, frekuensi, dan durasi. Tiap kontraksi uterus tediri atas tiga fase sebagai
berikut.
Incement, yaitu ketikabintensitas atau kekuatan kontraksi terbentuk.
Aceme, yaitu puncak maksimum dari kontraksi.
Decrement, yaitu ketika otot uterus mulai kontraksi.

6. Sebab-sebab Mulainya Persalinan
Beberapa teori yang dikemukakan ialah:
Penurunan Kadar Progesteron
Proses penurunan fungsi plasenta terjadi mulai usia kehamilan 28 minggu, dimana terjadinya
penimbunan jaringan ikat sehingga pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu.
Produksi progesteron menurun sehingga otot rahim menjadi sensitif terhadap oksitosin.
Teori Oxytocin
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofise posterior. Perubahan hormon estrogen dan
progesteron dapat mengubah sensitivitas otot rahim sehingga terjadi his
Keregangan Otot- Otot
Otot rahim mempunyai kemampuan untuk merenggang dalam batas tertentu, setelah melewati
batas tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai.
Pengaruh Janin
Kehamilan dengan Aensephalus sering terjadi keterlambatan persalinan karena tidak terbentuk
hipotalamus (Teori ini dikemukakan oleh Linggin 1973). Dari berbagai percobaan maka dapat
disimpulkan ada hubungan antara hipotalamus-pituitari dengan mulainya persalinan.
Teori Prostaglandin
Prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu. Prostaglandin dihasilkan oleh
desidua, dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi di keluarkan.
Pemberian oksitosin pada kehamilan dapat menimbulkan his

B. Faktor yang Mempengaruhi Persalinan
1. Passage (Jalan Lahir)
Tulang panggul terdiri dari :
Tulang panggul dibentuk oleh gabungan illium, iskium, pubis, dan tulang- tulang sacrum.
Terdapat empat sendi panggul, yaitu simfisis pubis, sendi sakroiliaka kiri dan kanan dan
sakrokoksiges.
Tulang panggul dipisahkan oleh pintu atas panggul menjadi dua bagian: panggul palsu
dan panggul sejati. Panggul palsu adalah bagian diatas pintu atas panggul dan tidak berkaitan
dengan persalinan. Panggul sejati di bagi menjadi tiga bidang: pintu atas atau permukaan atas,
panggul tengah atau rongga panggul, dan pintu bawah panggul.
Bagian anterior pintu atas panggul yakni batas atas panggul dibentuk oleh tepi atas tulang
pubis; bagian lateralnya dibentuk oleh dibentuk oleh linea illiopektinea, yakni sepanjang jalan
inominata dan bagian posteriornya dibentuk oleh bagian anterior tepi atas sakrum dan
promontorium sakrum.
Rongga panggul tengah merupakan saluran lengkung yang memiliki dinding anterior pendek dan
dinding posterior yang jauh lebih cembung dan panjang. Rongga panggul melekat pada bagian
posterior simfisis pubis, iscium sebagian illium sakrum, dan koksigum.
Pintu bawah panggul adalah batas bawah panggul sejati, dilihat dari bawah berbentuk
lonjong, dibagian anterior dibatasi lengkung pubis, dibagian lateral oleh tuberositas iskium,dan
dibagian posterior oleh ujung koksigum, pada kehamilan tahap akhir, koksigem dapat bergerak
(kecuali jika struktur itu patah, misalnya akibat jatuh dan telah menyatu dengan sakrum ketika
sedang penyembuhan.
Pada ketinggian yang berbeda, bentuk dan saluran ukuran panggul juga berbeda,
diameter bidang pintu atas, panggul tengah, pintu bawah dan sumbu jalan lahir menentukan
mungkin tidaknya persalinan pervaginam berlangsung dan bagai mana janin dapat menuruni
jalan lahir (pergerakan kardinal mekanisme persalinan).
Empat jenis panggul dasar dikelompokan sebagai berikut::
1. ginekoid (tiple wanita klasik)
2. android (mirip panggul pria)
3. antropoid (mirip panggul kera)
4. platipeloid (panggul pipih)

Panggul ginekoid adalah bentuk yang paling yang paling sering ditemui, bentuk panggul
ginekoid dimiliki oleh 50 % wanita.
Bidang-Bidang Hodge :
Hodge I : Setinggi Promontorium ke Pinggir Atas Simfisis Pubis
Hodge II : Sejajar Hodge I setinggi Pinggir Bawah Simfisis Pubis
Hodge III : Sejajar Hodge I dan II setinggi Spina Isisadika
Hodge IV : Sejajar Hodge I, II dan III setinggi Ujung Os Cocygis

1. Ukuran Panggul
1.1. Pintu atas panggul
Dari ukuran- ukuran p a p conjungata vera adalah ukuran yang terpenting dan satu- satunya
ukuran yang dapat di ukur dengan mengurangi conjungata diagonalis dengan 1,5 2 cm,
tergantung dari lebar dan inklinasinya symphysis
1.2. Bidang Tengah Panggul
ukuran- ukuran bidang tengah panggul tak dapat diukur secara klinis dan memerlukan
rontgenologis
1.3. Pintu Bawah Panggul
Perhatikan bentuk arcus pubis hendaknya merupakan sudut yang tumpul.

2. Otot Dasar Panggul
1. Permukaan belakang panggul dihubungkan oleh jaringan ikat antara os sakrum da illium disebut
ligamentum sakro illiaca posterior dan bagian depan disebut ligamentum sacr illiaca anterior
2. Ligamentum yang menghubungkan anatara os sacrum dan spina ischium disebut ligamentum
sacro spinosum
3. Ligementum antara os sacrum dan os tuber isciadicum dinamakan ligamentum sacr tuberosum
4. Dasar panggul/ diafragma pelvis terdiri dari bagian otot disebut musculus levator ani
5. Bagian membran disebut diafragma urogenital
6. Musculus levator ani menyelubungi rektum terdiri dari musculus pubo coccygeus, musculus
illiococcygeus dan musculus ischio coccygeus.
7. Direngah musculus pubococcygeus kanan dan kiri ada hiatus urogenitalis merupakan celah
segitiga.
8. Hiatus dibatasi sekat yang menyelubungi pintu bawah panggul sebelah depan. Pada wanita sekat
ini merupakan tempat keluarnya uretra dari vagina.
9. Fungsi diafragma pelvis adalah menjaga agar genetalia interna tetap pada tempatnya. Jika
menurun fungsinya maka akan terjadi prolaps.

3. Pasesenger (Janin Dan Plasenta)
1. Janin
Janin bergerak disepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi beberapa faktor: yakni
: ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin.
a. Ukuran Kepala Janin
Ukuran Diameter
Diameter Sub Occipito Bregmatika 9,5 cm
Diameter Occipitofrontalis Frontalis 12
Diameter Mento Occipito 13,5 cm
Diameter Submento Bregmatika 9,5 cm
Diameter Biparietal 9,5 cm
Diameter Bitemporalis 8 cm
Ukuran Cirkumferensia
Cirkumferensia Fronto Occipitalis 34 cm
Cirkumferensia Mento Occipitalis 35 cm
Cirkumferensia Sub Occipitalis Bregmatika 32 cm

b. Ukuran Badan Janin
Bahu
Jarak antara kedua akromion 12 cm
Lingkaran Bahu 34 cm
Bokong
Lebar bokong (diameter intertrokanterika) 12 cm
Lingkaran Bokong 27 cm

c. Presentasi Janin
Presentasi adalah bagian janin yang pertama kali memasuki pintu atas panggul dan terus
melalui jalan lahir saat persalinan mencapai aterm.
Tiga presentasi janin yang utama ialah : kepala (96 %); Sungsang (3%); Bahu (1%).
Bagian Presentasi ialah bagian tubuh janin yang pertama kali teraba oleh jari pemeriksa
saat melakukan pemeriksaan dalam. Faktor- faktor yang mempengaruhi bagian presentasi ialah
letak janin, sikap janin, dan ekstensi atau fleksi kepala janin
d. Letak Janin
Letak adalah hubungan antara sumbu panjang (punggung) janin terhadap sumbu panjang
(punggung) ibu.
Ada dua macam letak :
Memanjang atau vertikal, dimana sumbu panjang janin paralel dengan sumbu panjang ibu
Melintang atau horisontal, dimana sumbu panjang janin membentuk sudut terhadap sumbu
panjang ibu.
Letak memanjang dapat berupa presentasi kepalan atau presentasi sacrum
e. Sikap Janin
Sikap adalah hubungan bagian tubuh janin yang satu dengan bagian yang lain. Hal ini
akibat penyesuaian janin terhadap bentuk rongga rahim. Pada kondisi normal punggung janin
sangat fleksi ke arah dada, dan paha fleksi kearah sendi lutut disebut fleksi umum. Tangan
disilang di depan toraks dan tali pusat terletak diantara lengan dan tungkai. Penyimpangan sikap
normal dapat menimbulkan kesulitan saat kelahiran
Diameter biparietal ialah diameter lintang terbesar kepala janin. Kepala dalam sikap
pleksi sempurna memungkinkan diameter sukoksipitobregmatika (diameter terkecil) memasuki
panggul sejati dengan mudah
f. Posisi Janin
Posisi ialah hubungan antara bagian presentasi (oksiput, sakrum, mentum(dagu) sinsiput,
(puncak kepala yang defleksi/ menengadah) terhadap 4 kuadran panggul ibu. Posisi dinyatakan
dengan singkatan yang terdiri dari hurup pertama masing- masing kata kunci; OAKa = posisi
Oksipitoanterior kanan.
Engagement menunjukan bahwa diameter tranversa terbesar bagian presentasi telah
memasuki pintu atas panggul. Pada presentasi kepala fleksi dengan benar diameter bivarietal
(9,25 cm) merupakam diameter terlebar.
Engagement dapat diketahui melalui pemeriksaan abdoment atau pemeriksaan dalam.
Stasiun adalah hubungan antara bagian presentasi janin dengan garis imajiner (bayangan)
yang ditarik dari spina iskiadika ibu, statiun dinyatakan dalam centimeter, yakni diatas atau
dibawah spina.

2. Plasenta
Karena plasenta juga harus melalui jalan lahir, ia juga dianggap sebagai penumpang yang
menyertai janin. Namun plasenta jarang menghambat proses persalinan pada persalinan normal.
3. Air Ketuban
Waktu persalinan air ketuban membuka servik dengan mendorong selaput janin kedalam
ostium uteri, bagian selaput anak yang diatas ostium uteri yang menonjol waktu his disebut
ketuban. Ketuban inilah yang membuka serviks
2. Power (Kekuatan)
Kontraksi involunter dan volunter secara bersamaan untuk mengeluarkan janin dan
vlasenta dari uterus. Kontraksi involunter disebut kekuatan primer, menandai dimulainya
persalinan. Apabila servik berdilatasi usaha volunter dimulai untuk mendorong, yang disebut
kekuatan sekunder, yang memperbesar kekuatan kontraksi involunter
1. His/ Kekuatan Primer
His atau kekuatan primer berasal dari titik pemicu tertentu terdapat pada penrbalan
lapisan otot disegmen uterus bagian atas, dari titik pemicu, kontraksi dihantar keuterus bagian
bawah dalam bentuk gelombang, diselingi periode istirahat singkat. Digunakan untuk
menggambar kontraksi involunter ini frekuensi (waktu antar kontraksi yaitu waktu antara awal
suatu kontraksi dan awal kontraksi berikutnya); durasi (lama kontraksiL); dan intensitas
(kekuatan kontraksi). Kekuatan primer membuat serviks menipis (effacement) dan berdilatasi
dan janin turun.penifisan serviks adalah pemendekan dan penipisan serviks selama tahap pertama
persalinan pada kehamilan aterem pertama, effacement biasanya terjadi lebih dahulu dari pada
dilatasi, pada kehamilan berikutnya, effacement dan dilatasi cenderung terjadi bersamaan dilatasi
serviks adalah pembesaran muara dan saluran serviks, yang terjadi pada awal persalinan.
Diameter meningkat dari 1cm sampai dilatasi lengkap (10cm) supaya janin aterm dapat
dilahirkan.apabila dilatasi serviks lengkap , servik tidak dapat lagi diraba menandakan akhir
tahap pertama persalinan.
Dilatasi serviks terjadi karena komponen muskulofibrosa tertarik dari serviks ke arah
atas, akibat kontraksi uterus yang kuat,tekanan yang ditimbulkan cairan amnion selama ketuban
utuh atau kekuatan yang timbul akibat tekanan bagian presentasi juga membuat serviks
berdilatasi, jaringan serviks akibat infeksi atau pembedahan dapat menghambat dilatasi serviks.
2. Tenaga Mengejan (Kekuatan Sekinder)
Segera setelah bagian presentasi mencapai dasar panggul, sifat kontraksi berubah, yakni
bersifat mendorong keluar. Ibu ingin mengedan , Usaha mendorong kebawah (kekuatan
sekunder) dibantu dengan usaha volunter yang sama dengan yang dilakukan saat buang air besar
(mengedan). Digunakan otot- otot diafragma dan abdomen ibu berkontraksi dan mendorong
keluar isi jalan lahir. Hal ini menghasilkan menigkatkan tekanan intraabdomen. Tekanan ini
menekan uterus pada semua sisi dan menambah kekuatan untuk mendorong keluar.
Kekuatan sekunder tidak mempengaruhi dilatasi serviks, tetapi setelah lengkap, kekuatan
ini cukup penting untuk mendorong bayi keluar dari uterus dan vagina. Apabila dalam persalinan
ibu melakukan usaha volunter(mengedan) terlalu dini, dilatasi serviks alkan terhambat.
Mengedan akan melelahkan ibu dan menimbulkan trauma serviks.


C. Asuhan Persalinan Kala I, II, III, dan IV
1. Kala I (kala Pembukaan)
Permulaan persalinan ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah karena serviks
mulai mendatar dan membuka. Kala pembuka dibagi menjadi du fase (mochtar, 1994).
a. Fase laten: pembukaan serviks berlangsung lambbat, sampai pembukaan 3 cm yang berlangsung
dalam tujuh sampai delapan jam.
b. Fase aktif: berlangsung selanma enam jam yang dibagi atas tiga subvase, antara lain.
periode akselerasi, pembukaan menjadi 4 cm yang berllangsung selam dua jam.
periode dilatasi maksimal, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 9 cm.
periode deselerasi, yaitu pembukaan berlansung llambat kembali dalam waktu dua jam
pembukaan dari 9 cm mencapai lengkap 10 cm. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung
selama 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam. Bardasarkan kurva Friedman
diperhitungkan pembukaan primigravida adalah 1 cm tiap jam dan untuk multigravida 2 cm tiap
jam. Dengan perhitungan tersebut, maka waktu pembuaan lengkkap dapat diperkirakan.

2. Kala II (kala Pengeluaran)
Menurut mochtar (1994), pada kala pengeluaran janin, his terkoordinir, kuat, interval 2-3
menit dengan durasi 50 sampai 100 detik. Pada akhir kala I ketuban akan pecah disertai
pengeluaran cairan mendada, kepala janin turun masuk ruang panggul, sehingga terjadi tekanan
pada otot dasar panggul yang akan menimbulkan keinginan untuk mengejan. Oleh karena
tertekannya fleksus Franken Hauser, ibu merasa seperti ingin buang air besar karena adanya
tekanan pada rektum. Tanda-tanda kala II (Farrer, 2001) antara lain:
a. pemeriksaan vaginal serviks sudah dilatasi penuh.
b. Selaput amnion biasanya sudah pecah.
c. His atau kontraksi uterus yang berlangsung panjang kuat, dan tidak begitu sering bukan 2-3
menit lagi, melainkan sekitar 3-5 menit sekali.
d. Mungkin terdapat tetesan darah dari vagina.
e. Ibu mengalami desakan kuat untuk mengejan.
f. Sfingter ani terlihat berlilatasi.
g. Perineum tampak menonjol.

3. Kala III (Pelepasan Uri)
Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai 10 menit. Lepasnya plasenta
secara Schultze yang biasanya tidak ada perarahan sebelum plasenta lahir dan banyak
mengeluarkan darah setelah plasenta lahir. Sedangkan pengeluaran plasenta cara Duncan yaitu
plasenta lepas dari pinggir, biasanya darah mengalir keluar antara selaput ketuan (Mochtar
1994). Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memerhatikan tanda-tanda:
a. uterus menjadi bundar;
b. fundus uterus mengalami kontraksi kuat;
c. uterus terdorong ke atas karena plasenta lepass ke segmen bawah rahim;
d. tali pusat bertambah panjang;
e. terjadi perdarah
4. Kala IV (Observasi)
Kala IV dimaksudkan untuk observasi pendarahan postpartun. Paling sering terjadi
pendarhan pad dua jam pertama, yang perlu diobservasi adalah:
a. Tingkat kesadaran;
b. Tanda tanda vital;
c. Kontrasi uterus;
d. Terjadinya pendarahan pendarahan dikatakan normal jika jumlahnya tidak lebih dari 500 ml.




partus prematurus iminens
Senin, 13 Mei 2013

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut WHO kematian ibu adalah kematian seorang wanita waktu hamil atau dalam 42
hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, terlepas dari tuanya kehamilan dan
tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan. Angka Kematian Ibu (AKI) di negara
berkembang merupakan masalah yang besar dimana jumlah kematian maternal masih tinggi,
diperhitungkan terhadap 1.000 atau 10.000 kelahiran hidup bahkan dibeberapa negara terhadap
100.000 kelahiran hidup. WHO memperkirakan diseluruh dunia setiap tahunnya lebih dari
585.000 meninggal saat hamil atau bersalin (Depkes RI, 2007).
Menurut data dari Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 tingkat
kematian ibu saat melahirkan di Indonesia masih sangat tinggi atau hampir setiap satu jam, dua
ibu melahirkan meninggal dunia. Indonesia merupakan negara dengan Angka Kematian Ibu
(AKI) tertinggi se-ASEAN yaitu 228 per 100.000 kelahiran hidup.
Pada target nasional Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015, AKI akan turun
dari 228/100.000 kelahiran hidup menjadi 102/100.000 kelahiran hidup begitu juga dengan
Angka Kematian Bayi (AKB) turun menjadi 23/1.000 kelahiran hidup (SDKI, 2007).
Berdasarkan data Profil Kesehatan Kabupaten/Kota di Provinsi Bengkulu pada tahun 2010
kematian ibu berjumlah 45 orang dan tahun 2011 turun menjadi 40 orang, akan tetapi secara
Angka Kematian Ibu di provinsi Bengkulu Tahun 2011 meningkat yaitu sebesar 120 per 100.000
kelahiran hidup, dibandingkan pada tahun 2010 Angka Kematian Ibu hanya 115,2 per 100.000
kelahiran hidup. Sedangkan Angka Kematian bayi (AKB) pada tahun 2011 berdasarkan data
profil kesehatan Kab/Kota sebanyak 33.343 kelahiran hidup di provinsi Bengkulu, jumlah
kematian bayi sebesar 319 dimana 205 bayi lahir mati. Angka kematian Bayi per 1000 kelahiran
hidup di Provinsi Bengkulu, pada tahun 2010 sebesar 5,2 per 1000 kelahiran hidup dan pada
tahun 2011 meningkat menjadi 9,6 per 1000 kelahiran hidup.
Angka Kematian Ibu (AKI) Kota Bengkulu Tahun 2011 adalah 185,1 per 100.000 kelahiran
hidup atau 10 orang kematian ibu karena melahirkan. Kematian ibu karena melahirkan di Kota
Bengkulu tahun 2011 terjadi pada ibu berusia 20-34 tahun sebanyak 9 orang dan pada usia diatas
35 tahun 1 orang, kematian ibu karena perdarahan 2 orang, hypertensi 2 orang dan lain-lain 6
orang. Angka kematian ibu karena melahirkan ini masih di bawah angka kematian secara
nasional yang mencapai 262 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan Kematian Bayi tahun 2011
berjumlah 64 orang dan bayi lahir mati berjumlah 25 orang. Adapun penyebab kematian neonatal
atau kematian bayi sebelum mencapai usia satu minggu adalah BBLR berjumah 12 orang,
asfiksia 4 orang dan lain-lain 11 orang. Angka Kematian Bayi tahun 2011 sebesar 11,8 per 1000
kelahiran hidup, angka ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2010 sebesar 8,4 per 1000 kelahiran
hidup (Dinkes Kota Bengkulu, 2011).
Tingkat kematian secara umum berhubungan erat dengan tingkat kesehatan walaupun
penyebab kematian dapat dibedakan sebagai penyebab secara langsung maupun tidak langsung.
Penyebab langsung tingginya AKI adalah perdarahan, terutama perdarahan post partum (28%),
keracunan kehamilan/eklamsia (24%), infeksi (11%), komplikasi masa puerperieum (8%),
persalinan macet (5%), abortus (5%) dan lain-lain (11%) ........( penyebab AKB+persen)
sedangkan penyebab tidak langsung tingginya AKI adalah karena kondisi masyarakat seperti
pendidikan, sosial-ekonomi, dan budaya serta keadaan sarana pelayanan yang kurang siap
(Depkes RI, 2007).
Persalinan prematur berpotensi meningkatkan kematian perinatal sekitar 65-67%, umumnya
berkaitan dengan berat badan lahir rendah (Nugroho, 2010). Indonesia memiliki angka kejadian
partus prematurus sekitar 19% dan merupakan penyebab utama kematian perinatal (Manuaba,
2009). Partus prematurus dapat diartikan sebagai dimulainya kontraksi uterus yang disertai
dengan perdarahan dan dilatasi serviks serta turunnya kepala bayi pada wanita hamil yang lama
kehamilannya kurang dari 37 minggu (Oxorn, 2010).
Berdasarkan pengertian partus prematurus di atas dapat disimpulkan bahwa Partus
Prematurus Iminens (PPI) adalah adanya suatu ancaman pada kehamilan dimana timbulnya
tanda-tanda persalinan pada usia kehamilan yang belum aterm (20 minggu-37 minggu) dan berat
badan lahir bayi kurang dari 2500 gram.
Komplikasi yang dapat terjadi akibat Partus Prematurus Iminens pada ibu yaitu dapat
menyebabkan infeksi endometrium sehingga menyebabkan sepsis dan lambatnya penyembuhan
luka episiotomi (Nugroho, 2010). Sedangkan pada bayi memiliki resiko yang lebih tinggi seperti
gangguan resprasi, gagal jantung kongesif, perdarahan intraventrikel dan kelainan neurologik,
hiperbilirubinemia, sepsis dan kesulitan makan (Benson, 2012)
Data dari RSUD Dr. M.Yunus Bengkulu pada tahun 2010 dari 1643 jumlah persalinan
terdapat 81 (4,93%) kasus PPI dan 64 kasus partus prematur, tahun 2011 dari 1857 jumlah
persalinan terdapat 132 (7,10%) kasus PPI dan 66 kasus partus prematur dan pada tahun 2012
dari 1307 jumlah persalinan terdapat 151 (11,55%) kasus PPI dan 38 kasus partus prematur,
sedangkan pada tahun 2013 mulai dari bulan januari sampai maret dari 239 jumlah persalinan
terdapat 44 (18,41%) kasus PPI. Dari data diatas dapat dilihat bahwa angka kejadian Partus
Prematurus Iminens (PPI) di RSUD dr. M. Yunus bengkulu mengalami peningkatan setiap
tahunnya.
Berdasarkan data diatas penulis tertarik mengambil kasus dengan judul Asuhan kebidanan
pada ibu hamil dengan Partus Prematurus Iminens (PPI) di Ruang Mawar RSUD dr. M.Yunus
Bengkulu tahun 2013 dengan menerapkan manajemen kebidanan SOAP.



B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diambil perumusan masalah sebagai berikut:
Masih tingginya angka kejadian Partus Prematurus Iminens (PPI) di Ruang Mawar RSUD dr.
M. Yunus Bengkulu pada tahun 2013 dan Bagaimanakah penatalaksanaan Asuhan kebidanan
pada ibu hamil dengan Partus Prematurus Iminens (PPI) di Ruang Mawar RSUD dr. M. Yunus
Bengkulu dengan menggunakan manajemen SOAP?

C. Tujuan Studi Kasus
1. Tujuan Umum
Untuk dapat melaksanakan dan meningkatkan kemampuan penulis dalam memberikan asuhan
kebidanan pada ibu hamil dengan partus prematurus iminens sesuai teori manajemen kebidanan
yang diaplikasikan dalam asuhan kebidanan menurut SOAP.
2. Tujuan Khusus
Penulis mampu :
a. Melakukan pengkajian data Subjektif pada ibu hamil dengan partus prematurus iminens.
b. Melakukan pengkajian data Objektif pada ibu hamil dengan partus prematurus iminens.
c. Menganalisa dan merumuskan diagnosa pada ibu hamil dengan partus prematurus iminens.
d. Melaksanakan rencana tindakan serta evaluasi rencana tindakan asuhan kebidanan pada ibu
hamil dengan partus prematurus iminens.
e. Membuat pendokumentasian asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan partus prematurus
iminens.

D. Manfaat Studi Kasus
1. Manfaat Teoritis
Dapat menambah ilmu pengetahuan bagi penulis dalam penerapan proses manajemen asuhan
kebidanan pada ibu hamil dengan Partus Prematurus Iminens. Hasil studi kasus ini dapat
digunakan sebagai masukan dalam pengembangan studi kasus berikutnya.
2. Manfaat praktis
Dapat menambah keterampilan dan kemampuan penulis dalam memberikan asuhan kebidanan
kepada ibu hamil dengan partus prematurus iminens.

E. Keaslian studi kasus
Studi kasus tentang ibu hamil dengan partus prematurus iminens ini pernah dilakukan oleh :
1. Nova Maya Sari (2007) dengan judul Asuhan Kebidanan pada ibu hamil dengan partus
prematurus iminens terhadap Ny. Y Di RB Sayang Ibu kecamatan Sukamaju Lampung Timur.
Hasil studi kasus : Pada ibu dengan partus prematur dilakukan Konseling Informasi Edukasi
(KIE), terapi obat Eritromycin 4x500mg, Nifedipin 3x10mg, Sulfas ferrosus 11, rencana USG,
Inj. Dexamethasone 2x1 Ampul selama 2 hari. Asuhan yang dberikan yaitu : mengobservasi
K/U, TTV, DJJ, kontraksi dan menyarankan ibu untuk bedrest total
Setelah melakukan asuhan diperoleh hasil : keadaan janin baik, keadaan umum ibu baik, TD
: 110/70 mmHg, pembukaan 4 cm, perdarahan (+), kehamilan tidak dapat dipertahankan.
2. Indra Kukuh Anggoro (2010) dengan judul Asuhan Kebidanan pada ibu hamil dengan partus
prematurus iminens terhadap Ny.Z Di RSUD Salatiga.
Hasil studi kasus : Dilakukan Konseling Informasi Edukasi (KIE), terapi yang telah dilakukan
antara lain : pertahankan kehamilan, bedrest total, Eritromycin 4x500mg, Nifedipin 3x10 mg,
Sulfas ferrosus 1x1, rencana USG, Inj. Dexamethasone 2x1 Ampul selama 2 hari. Asuhan yang
diberikan : memantau K/U, TTV, DJJ, kontraksi dan menyarankan ibu untuk bedrest total
Setelah melakukan asuhan diperoleh hasil : K/U ibu baik, TTV normal, DJJ : 140x/menit,
kontraksi berhenti, kehamilan masih bisa dipertahankan.
3. Romi Yunita (2012) dengan judul Asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny. S G
5
P
4
A
0
dengan
Partus prematurus iminens Di RSUD dr. M. Yunus Bengkulu.
Hasil studi kasus : Pada ibu dengan partus prematur dilakukan Konseling Informasi Edukasi
(KIE) dan memberikan support mental, melakukan kolaborasi dalam pemeriksaan penunjang
seperti pemeriksaan USG dan pemeriksaan laboratorium serta pemberian obat tokolitik
nifedipine 4x10 mg, Inj. Dexamethasone 2x1 ampul dan amoxilin 3x500 mg. Asuhan yang
diberikan yaitu : mengoservasi K/U, kesadaran, TTV, His, DJJ dan menganjurkan ibu untuk
bedrest total, memberikan cairan dan perbaikan gizi (diet TKTP) serta memberikan konseling
hubungan seksual, penyebab, komplikasi dan cara mencegah partus prematurus
Setelah melakukan asuhan diperoleh hasil : K/U ibu baik, TTV normal, kontraksi berhenti,
DJJ normal, pengeluaran lendir bercampur darah sudah tidak ada keluar lagi dan kehamilan
dapat dipertahankan.
Perbedaan studi kasus diatas dengan studi kasus ini adalah subjek, waktu dan tempat
pelaksanaan studi kasus.

F. Sistematika penulisan
Adapun sistematika penulisan Studi Kasus ini dibuat sistematika penulisan yang meliputi:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis menjelaskan secara singkat mengenai latar belakang, perumusan masalah,
tujuan studi kasus, manfaat studi kasus, keaslian studi kasus dan sistematika penulisan.


BAB II TINJAUAN TEORI
Dalam bab ini berisi tentang teori medis partus prematurus, teori asuhan kebidanan yang meliputi
pengertian, manajemen kebidanan secara SOAP dan kerangka konsep.
BAB III METODOLOGI
Dalam bab ini berisi tentang jenis studi kasus, lokasi studi kasus, subyek studi kasus,waktu studi
kasus, instrumen studi kasus, tekhnik pengumpulan data dan alat-alat yang dibutuhkan.
BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
Bab ini menyajikan laporan kasus dengan menggunakan manajemen kebidanan menurut SOAP.
BAB V PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan dan saran. Kesimpulan dirumuskan untuk menjawab tujuan penulis
dan merupakan inti dari pembahasan penanganan partus prematurus iminens.
Saran merupakan alternatif pemecahan masalah dan anggapan kesimpulan yang hendaknya
bersifat realistis operasional yang artinya saran itu dapat dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori medis
1. Partus prematurus iminens
a. Pengertian
Menurut Oxorn (2010), partus prematurus atau persalinan prematur dapat diartikan sebagai
dimulainya kontraksi uterus yang teratur yang disertai pendataran dan atau dilatasi servix serta
turunnya bayi pada wanita hamil yang lama kehamilannya kurang dari 37 minggu (kurang dari
259 hari) sejak hari pertama haid terakhir. Menurut Nugroho (2010) persalinan preterm atau
partus prematur adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan kurang dari 37 minggu (antara
20-37 minggu) atau dengan berat janin kurang dari 2500 gram. Partus preterm adalah kelahiran
setelah 20 minggu dan sebelum kehamilan 37 minggu dari hari pertama menstruasi terakhir
(Benson, 2012). Menurut Rukiyah (2010), partus preterm adalah persalinan pada umur
kehamilan kurang dari 37 minggu atau berat badan lahir antara 500-2499 gram. Berdasarkan
beberapa teori diatas dapat diketahui bahwa Partus Prematurus Iminens (PPI) adalah adanya
suatu ancaman pada kehamilan dimana timbulnya tanda-tanda persalinan pada usia kehamilan
yang belum aterm (20 minggu-37 minggu) dan berat badan lahir bayi kurang dari 2500 gram.
b. Etiologi dan faktor predisposisi
Menurut Nugroho (2010), mengenai penyebab partus prematurus iminens belum banyak
yang diketahui, namun faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya partus prematurus iminens
dapat diklasifikasikan secara rinci sebagai berikut : kondisi umum, keadaan sosial ekonomi
rendah, kurang gizi, anemia, perokok berat (lebih dari 10 batang perhari), umur hamil terlalu
muda kurang dari 20 tahun atau terlalu tua diatas 35 tahun, penyakit ibu yang menyertai
kehamilanserta penyulit kebidanan
Perkembangan dan keadaan hamil dapat meningkatkan terjadinya partus prematurus iminens
diantaranya :
1) Kehamilan dengan hidramnion, kehamilan ganda, pre-eklampsia
2) Kehamilan dengan perdarahan antepartum pada solusio plasenta, plasenta previa, pecahnya
sinus marginalis
3) Kehamilan dengan pecah ketuban dini : terjadi gawat janin, temperatur tinggi
4) Kelainan anatomi rahim
5) Keadaan rahim yang sering menimbulkan kontraksi dini : serviks inkompeten karena kondisi
serviks, amputasi serviks
6) Kelainan kongenital rahim
7) Infeksi pada vagina asenden (atas) menjadi amnionitis
Menurut Oxorn (2010), etiologi terjadinya partus prematurus iminens adalah :
1) Iatrogenik
a) Sectio cessarea ulangan yang dikerjakan terlalu dini
b) Pengakhiran kehamilan yang terlalu dini karena alasan bahwa bayi lebih baik dirawat di bangsal
anak dari pada dibiarkan dalam rahim. Termasuk keadaan seperti diabetes maternal, penyakit
hipertensi dalam kehamilan, erythroblastiosis dan retardasi pertumbuhan intrauterine.
2) Spontan yaitu 50% idiopatik, ketuban pecah dini, inkompetensi cervix, insufisiensi plasenta,
overdistensi uterus karena kehamilan kembar, polyhidramnion, janin yang besar. Perdarahan
dalam trimester ketiga seperti plasenta previa, abrubtio plasenta dan vasa previa. Abnormalitas
uterus yang mencegah ekspansi seperti hipoplasia uteri, uterus septata atau bicornuata, synechiae
intrauterine dan leimyoma. Trauma karena jatuh, terpukul pada perut dan tindakan pembedahan.
Penyakit pada ibu seperti toksemia, anemia, penyakit ginjal yang kronis dan penyakit demam
yang akut. Faktor-faktor yang menyertai misalnya status sosial-ekonomi yang rendah, merokok,
bakteriuria, perawatan prenatal yang buruk.
Menurut Benson (2012), yang menyebabkan peningkatan resiko terjadinya partus prematurus
iminens meliputi riwayat partus preterm dalam kehamilan terdahulu, merokok lebih dari
setengah bungkus sehari, terpapar DES dalam uterus dan anamnesis biopsi konus (pengangkatan
sentral serviks untuk mendeteksi kondisi premaligna atau maligna).
Menurut Winkjosastro (2010), kondisi selama kehamilan yang beresiko terjadinya partus
prematurus iminens adalah :
1) Janin dan plasenta seperti terjadinya perdarahan trimester awal, perdarahan antepartum (plasenta
previa, solusio plasenta, vasa plasenta), ketuban pecah dini, pertumbuhan janin terhambat,
kehamilan gameli dan Polyhidramnion
2) Pada ibu seperti penyakit berat pada ibu, diabetes melitus, pre-eklamsi/hipertensi, infeksi saluran
kemih, penyakit infeksi dengan demam stress psikologik, kelainan bentuk uterus / serviks,
riwayat persalinan preterm / abortus berulang, inkompetensi serviks (panjang serviks kurang dari
1cm), pemakaian obat narkotik, trauma, perokok berat (lebih dari 10 batang perhari), kelaianan
imunologi / kelainan rhesus dan usia.
Menurut Nugroho (2010), faktor yang mempengaruhi prematuritas adalah umur ibu, suku,
bangsa, sosial dan ekonomi, bakterinuria, BB ibu sebelum hamil dan sewaktu hamil, kawin dan
tidak kawin (tidak sah 15% prematur, kawin sah 13% prematur), prenatal (antenatal) care,
anemia, penyakit jantung, jarak persalinan yang terlalu rapat, pekerjaan yang terlalu berat
sewaktu hamil.
Faktor resiko prematuritas menurut ( Nugroho, 2010 ) :
1) Mayor seperti keadaan dengan kehamilan multiple, hidramnion, anomali uterus, serviks terbuka
lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, serviks mendatar atau memendek kurang dari 1 cm
pada kehamilan 32 minggu, riwayat abortus pada trimester II lebih dari 1 kali, riwayat persalinan
preterm sebelumnya, operasi abdominal pada kehamilan preterm, riwayat operasi konisasi,
iritabilitas uterus.
2) Minor seperti penyakit yang disertai demam, perdarahan pervaginam setelah kehamilan 12
minggu, riwayat pielonefritis, merokok lebih dari 10 batang perhari. riwayat abortus pada
trimester II, riwayat abortus pada trimester I lebih dari 2 kali.
c. Patofisiologi
Persalinan prematur menunjukkan adanya kegagalan mekanisme yang bertanggung jawab
untuk mempertahankan kondisi tenang uterus selama kehamilan atau adanya gangguan yang
menyebabkan singkatnya kehamilan atau membebani jalur persalinanan normal sehingga
memicu dimulainya proses persalinan secara dini. Empat jalur terpisah telah dipaparkan, yaitu
stress, infeksi, regangan dan perdarahan (Norwintz, 2007)
d. Tanda tanda persalinan prematur
Menurut Manuaba (2009), jika proses persalinan berkelanjutan akan terjadi tanda klinik
sebagai berikut :
1) Kontraksi berlangsung sekitar 4 kali per 20 menit atau 8 kali dalam satu jam
2) Terjadi perubahan progresif serviks seperti pembukaan lebih dari 1 cm, perlunakan sekitar 75-80
% bahkan terjadi penipisan serviks.
Kriteria partus prematurus iminens menurut Saefuddin (2009) antara lain kontraksi yang
teratur dengan jarak 7-8 menit atau kurang dan adanya pengeluaran lendir kemerahan atau cairan
pervaginam dan diikuti salah satu berikut ini :
1) Pada periksa dalam : pendataran 50-80 % atau lebih dan pembukaan 2 cm atau lebih
2) Mengukur panjang serviks dangan vaginal probe USG : jika panjang serviks kurang dari 2 cm
pasti akan terjadi persalinan prematur
Sedangkan kriteria untuk menentukan diagnosis partus prematurus iminens menurut
Wiknjosastro (2010) yaitu :
1) Terjadi pada usia 22-37 minggu
2) Kontraksi yang berulang sedikitnya setiap 7-8 menit sekali atau 2-3 kali dalam waktu 10 menit
3) Adanya nyeri pada punggung bawah
4) Perdarahan bercak
5) Perasaan menekan daerah serviks
6) Pemeriksaan serviks menunjukkan telah terjadi pembukaan sedikitnya 2 cm dan penipisan 50-80
%
7) Presentasi janin rendah sampai mencapai spa isiadika
8) Selaput ketuban pecah dapat merupakan tanda awal terjadinya persalinan prematur
e. Pemerikaan penunjang
Menurut Nugroho (2010) pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut
:
1) Laboratorium
a) Pemeriksaan kultur urine
b) Pemeriksaan gas dan pH darah janin
c) Pemeriksaan darah tepi ibu : jumlah leukosit
d) C-reactive protein. CRP ada pada serum penderita infeksi akut dan dideteksi berdasarkan
kemampuannya untuk mempresipitasi fraksi polisakarida somatik non spesifik kuman
pneumococcus yang disebut fraksi C. CRP, dibentuk di hepatosit sebagai reaksi terhadap IL-1,
IL-6, TNF.
2) Amniosintesis : hitung leukosit, pewarnaan Gram bakteri (+) pasti amnionitis, kultur, kadar IL-1,
IL-6, kadar glukosa cairan amnion


3) Pemeriksaan ultrasonografi
a) Oligohidramnion : berhubungan dengan korioamnionitis dan koloni bakteri pada amnion.
b) Penipisan serviks : bila ketebalan serviks < 3 cm (USG), dapat dipastikan akan terjadi persalinan
preterm..
c) Kardiotokografi : kesejahteraan janin, frekuensi dan kekuatan kontraksi
d) Sonografi seviks transperineal dapat menghindari manipulasi intravagina terutama pada kasus
KPD dan plasenta previa
f. Komplikasi partus prematurus iminens
Menurut Nugroho (2010), komplikasi partus prematurus iminens yang terjadi pada ibu
adalah terjadinya persalinan prematur yang dapat menyebabkan infeksi endometrium sehingga
mengakibatkan sepsis dan lambatnya penyembuhan luka episiotomi. Sedangkan pada bayi
prematur memiliki resiko infeksi neonatal lebih tinggi seperti resiko distress pernafasan, sepsis
neonatal, necrotizing enterocolitis dan perdarahan intraventikuler.
Menurut Benson (2012), terdapat paling sedikit enam bahaya utama yang mengancam
neonatus prematur, yaitu gangguan respirasi, gagal jantung kongestif, perdarahan intraventrikel
dan kelainan neurologik, hiperilirubinemia, sepsis dan kesulitan makan.
Sedangkan menurut Oxorn (2010), prognosis yang dapat terjadi pada persalinan
prematuritas adalah :
1) Anoksia 12 kali lebih sering terjadi pada bayi prematur
2) Gangguan respirasi
3) Rentan terhadap kompresi kepala karena lunaknya tulang tengkorak dan immaturitas jaringan
otak
4) Perdarahan intracranial 5 kali lebih sering pada bayi prematur dibanding bayi aterm
5) Cerebral palsy
6) Terdapat insidensi kerusakan organik otak yang lebih tinggi pada bayi prematur (meskipun
banyak orangorang jenius yang dilahirkan sebelum aterm).
g. Penatalaksanaan / pengobatan
Menurut Benson (2012), pengobatan utama terdiri atas dua modalitas yaitu istirahat baring
dan obat obatan.
1) Istirahat baring
Terdapat berbagai penelitian yang menunjukkan bahwa istirhat baring bermanfaat baik dalam
pencegahan maupun membantu penghentian partus yang telah berlangsung disertai dengan obat
obatan. Hidrasi intravena sering dianjurkan sebagai bentuk awal intervensi, sebelum mulai
dengan obat-obat farmakologik.

2) Obat farmakologik
a) Beta simpatomimetik
Dinamakan demikian karena lebih merangsang reseptor beta adrenergik, dua obat yang paling
sering digunakan adalah ritodrine dan terbutaline. Reaksi kerja obat ini yaitu dapat menurunkan
tonus otot polos uterus, bronkiolus dan vaskulator, output urine juga berkurang dan
glikogenolisis dan pembebasan insulin kedua duanya meningkat, nadi meningkat, tekanan
darah diastolik menurun, frekuensi jantung cepat.
Prosedur pemberian ritodrine :
(1) Usahakan pemeriksaan darah lengkap dengan platelet, elektrolit serum, dan glukosa
(2) Mulai infus IV kemudian mulai obat dengan kecepatan 50 100 / menit, harus menggunakan
infussion pump
(3) Naikkan dosis dengan 50 / menit setiap 15 menit sampai kontraksi lebih kecil dari empat kali /
jam atau sampai dosis maksimum 350 / menit
(4) Pertahankan dosis selama 6 12 jam, pemantauan fetus terus dilakukan dan pasien tetap
diobservasi sampai menjadi stabil dengan medikasi oral
(5) Ubah menjadi pengobatan oral dengan pemberian 10 20 mg ritodrine peroral satu jam sebelu
menghentikan medikasi IV. Tindak lanjuti dengan 10 20 mg ritodrine peroral setiap 2 4 jam
sesuai keperluan.
b) Magnesium Sulfat
Mekanisme kerja magnesium yaitu menurunkan kalsium bebas intraselular yang perlu untuk
kontraksi otot polos, namun magnesium memiliki efek ini pada semua otot.
Salah satu efek samping yang sangat mengganggu adalah disforia dimana dilukiskan perasaan
bagai terperangkap awan gelap.
Prosedur pemberian Magnesium Sulfat :
(1) Magnesium merupakan pilihan yang baik bagi pasien dengan diabetes, perdarahan dan gangguan
jantung.
(2) Usahakan pemeriksaan darah lengkap dengan platelet, elektrolit serum, dan glukosa
(3) Berikan dosis awal 4g selama 10 20 menit dan kemudian infus magnesium dengan kecepatan 1
3 g / jam. Dosis magnesium tidak boleh melebihi 4 g / jam karena kadar toksik mungkin
tercapai
(4) Naikkan dosis sebanyak 0,5 g setiap 15 menit sampai kontraksi uterus sama atau kurang dari 4
per jam
(5) Frekuensi pernafasan dan refleks tendon dalam harus imonitor dengan seksama
(6) Setelah relaksasi uterus tercapai, sejumlah ahli kebidanan akan menganti obat dengan beta
simpatomimetik oral.
Menurut Nugroho (2010), pada kasus amnionitis yang tidak mungkin ditangani ekspektatif,
harus dilakukan intervensi yaitu dengan :
1) Akslerasi pematangan fungsi paru
a) Terapi glukokortikoid, misalnya dengan betamethasone 12 mg IM, 2 kali selang 24 jam, atau
dexamethasone 5 mg tiap 12 jam IM sampai 4 dosis
b) Thyrotropin releasing hormone 400 IV, akan meningkatkan kadar triiodothyronine yang dapat
meningkatkan produksi surfaktan
c) Suplemen inositol, karena inositol merupakan komponen membran fosfolipid yang berperan
dalam pembentukan surfaktan.
2) Pemberian antibiotika
a) Pemberian antibiotika yang tepat dapat menurunkan angka kejadian koriomnionitis dan sepsis
neonatorum
b) Diberikan 2 gram ampicillin IV tiap 6 jam sampai persalinan selesai
c) Peneliti lain memberikan antibiotik kombinasi untuk kuman anaerob
d) Setelah itu dilakukan deteksi dan penanganan terhadap faktor resiko persalinan prematur, bila
tidak ada kontra indikasi, diberi tokolitik.
3) Pemberian tokolitik
a) Nifedipine 10 mg diulang tiap 30 menit, maksimum 40 mg/6 jam. Umumnya hanya diperlukan
20 mg dan dosis perawatan 3x10 mg
b) Golongan beta mimetik : salbutamol per infuse : 20 50 / menit atau salbutamol per oral : 4
mg, 2 4 kali / hari










Tabel 2.1
Dosis pemakaian obat tokolitik
Obat Dosis awal Dosis selanjutnya
Efek samping dan hal
yang harus diperhatiakan
Salbutamol 10 mg dalam
larutan NaCl
atau RL, ulai
infuse 10 tetes /
menit
Bila kontraksi masih
ada, tingkatkan
tetesan infuse 10
tetes per menit
sampai kontraksi
berhenti atau nadi
Takikardi ibu : kurangi
tetesan bila nadi 120 x /
menit, hati hati
pemakaian pada ibu
anemi
Edema paru ibu : dapat
Sumber :
Saefuddin
(2009)
i.
Pencegahan
Pencegahan
partus
prematurus
iminens
menurut
Oxorn
(2010)
adalah :
1) Tindakan
umum
a) Dilaksanakan perawatan prenatal, diet, pemberian vitamin dan penjagaan hygiene
b) Aktivitas ( kerja, perjalanan, coitus ) dibatasi pada pasien dengan riwayat partus prematurus
c) Penyakit panas yang akut harus diobati secara aktif dan segera
d) Keadaan seperti toksemia dan diabetes memerlukan kontrol yang seksama
e) Tindakan pembedahan abdomen yang elektif dan tindakan operatif gigi harus ditunda.
2) Tindakan khusus
a) Pasien dengan kehamilan kembar harus istrahat di tempat tidur sejak minggu ke 28 hingga
minggu ke 36 atau ke 38
ibu melebihi 120 x /
menit.
Bila kontraksi
berhenti, jaga tetesan
paling tidak 12 jam
setelah kontraksi
uterus berakhir.
Maintenance
ventolin per oral 3 x
4 mg / hari paling
sedikit 7 hari

terjadi bila memakai
steroid bersamaan dengan
salbutamol. Batasi air,
jaga keseimbangan cairan
dan hentikan obat
MgSo4 Berikan dosis
awal 6 g
Diikuti dosis
selanjutnya 2g / jam
Hati hati untuk
hipermagnesia untuk janin
dan ibu
Periksa refleks dan
respiratory rate dan
produksi urine

Nifedipine 20 mg per oral 3 x 20 mg Lemas, hipotensi
Nitrat 10 mg
sublingual
20 mg per oral Pusing, sakit kepala, mual
b) Fybrodenoma uteri, jika terdapat keluhan maka harus dirawat dengan istirahat di tempat tidur
dan analgesia. Pembedahan sedapat mungkin dihindari.
c) Plasenta previa dirawat dengan istirahat total dan transfusi darah untuk menunda kelahiran bayi
sampai tercapai ukuran viabel. Perdarahan yang hebat memerlukan pembedahan segera
d) Inkompetensi cervix harus dijahit dalam bagian pertama trimester kedua selama semua
persyaratan terpenuhi
e) Sectio caesarea elektif dan ulangan hanya dilakukan bila yakin bahwa bayi sudah cukup besar.
Bahaya pada pembedahan dini adalah kelahiran bayi kecil yang tidak dapat bertahan hidup
f) Obatobat yang dapat menghentikan persalinan
Menurut Winkjosastro (2010), beberapa langkah yang dapat mencegah terjadinya partus
prematurus iminens adalah sebagai berikut:
1) Hindari kehamilan pada ibu yang terlalu muda (kurang dari 17 tahun ) atau terlalu tua ( lebih
dari 35 tahun )
2) Hindari jarak kehamilan terlalu dekat ( kurang dari 2 tahun )
3) Menggunakan kesempatan periksa hamil dan memperoleh pelayanan antenatal yang baik
4) Anjurkan tidak merokok maupun mengkonsumsi alkohol serta obat terlarang
5) Hindari kerja berat dan beristirahat yang cukup
6) Obati penyakit yang dapat menyebabkan persalinan prematur
7) Kenali dan obati infeksi genital
8) Deteksi dan penanganan faktor resiko terhadap persalinan prematur



B. Manajemen Kebidanan SOAP
1. Pengertian
Proses manajemen adalah suatu proses pemecahan. Proses menajemen memberi suatu metode
pengaturan atau pengorganisasian pikiran dan tindakan dalam suatu urutan yang logis dan
menguntungkan baik pasien maupun petugas kesehatan. Proses ini menggambarkan prilaku yang
diharapkan dari klinisi yang tidak hanya melibatkan proses berfikir dan bertindak, tetapi juga
tingkat prilaku pada setiap langkah yang akan dicapai dalam memberikan asuhan atau pelayanan
yang aman dan menyeluruh (Sutjiati, 2010).
2. Langkah langkah manajemen kebidanan SOAP
a. Data Subyektif
Merupakan informasi yang dicatat mencakup identitas, keluhan yang diperoleh dari hasil
wawancara langsung kepada pasien / klien (anamnesis) atau dari keluarga dan tenaga kesehatan
(allo anamnesis) (Sudarti, 2010).
1) Biodata yang diambil untuk pasien (suami, istri).
Pengkajian biodata antara lain :
a) Nama : Dikaji dengan nama yang jelas dan lengkap, untuk menghindari adanya kekeliruhan
atau untuk membedakan dengan klien atau pasien lainnya.
b) Umur : Untuk mengetahui faktor resiko. Pada ibu hamil dengan PPI biasanya terjadi pada usia
< 20 tahun atau > 35 tahun (Nugroho, 2010)
c) Agama : Untuk memberikan motivasi atau dorongan sesuai dengan agama yang dianut.
d) Suku bangsa : Untuk mengetahui adat istiadat yang menguntungkan dan merugikan.
e) Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat intelektual, tingkat penerimaan informasi hal-hal
baru atau pengetahuan baru karena tingkat pendidikan yang lebih tinggi, mudah mendapatkan
informasi. Memudahkan ibu untuk menerima informasi KIE tanda bahaya partus prematurus
iminens.
f) Pekerjaan : Untuk mengetahui status ekonomi keluarga. Pada ibu hamil dengan PPI terjadi
pada keadaan sosial ekonomi rendah dan pekerjaan yang terlalu berat sewaktu hamil (Nugroho,
2010).
g) Alamat : Untuk mempermudah hubungan jika diperlukan dalam keadaan mendesak
sehingga bidan mengetahui tempat tinggal pasien.


2) Keluhan Utama
Untuk mengetahui keluhan yang dirasakan saat pemeriksaan serta berhubungan dengan
persalinan. Pada kasus ibu hamil dengan partus prematurus iminens keluhannya meliputi mules
yang berulang pada usia kehamilan 20-37 minggu, keluar lendir bercampur darah, kram seperti
menstruasi, nyeri punggung bawah, tekanan panggul yang terasa seperti bayi mendorong
kebawah, cairan encer yang keluar dari vagina (Winkjosastro, 2010)
3) Riwayat menstruasi
Menurut Sutjiati (2010), untuk mengetahui tentang usia menarche, siklus menstruasi, lama
menstruasi, nyeri, pendarahan intra menstruasi, problem dan prosedur (misal: amenorrhoe,
perdarahan irregular)
4) Riwayat Kehamilan Sekarang
Primigravida / multigravida, usia kehamilan, presentasi letak janin, hari pertama haid terakhir,
gerakan janin, obat yang dikonsumsi, keluhan selama hamil, ANC berapa kali, teratur/tidak,
penyuluhan yang pernah didapat, imunisasi TT dan kekhawatiran khusus trauma dan kelainan
letak (Nugroho, 2010). Pada ibu hamil dengan PPI biasanya mempunyai riwayat kehamilan
ganda, hidramnion, pre-eklampsia, perdarahan antepartum seperti solusio plasenta, plasenta
previa, pecahnya sinus marginalis, ketuban pecah dini, serviks inkompetensia, infeksi pada
vagina asenden (Nugroho, 2010).
5) Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan yang lalu
Untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat penyakit seperti : hypertensi, jantung, diabetes
melitus dan asma.
b) Riwayat kesehatan sekarang
Untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat ini. Pada ibu dengan
PPI, penyakit yang diderita ibu seperti toksemia, anemia, penyakit ginjal yang kronis dan
penyakit demam yng akut (Oxorn, 2010).
c) Riwayat kesehatan keluarga
Untuk mengetahui adanya penyakit menurun seperti asma, DM, hipertensi, jantung serta
penyakit menular seperti epilepsi yang dapat mempengaruhi kehamilan serta adanya riwayat
keturunan kembar (Sutjiati, 2010).
6) Riwayat perkawinan
Yang perlu dikaji adalah status perkawinan sah atau tidak, lamanya perkawinan, sudah berapa
lama menikah (Sutjiati, 2010). Pada ibu hamil dengan PPI terjadi 15% terjadi persalinan
prematur pada kawin tidak sah (Nugroho, 2010).

7) Riwayat keluarga berencana
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama,
adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi dan apakah ada kegagalan dalam menjalankan
program berKB (Sutjiati, 2010).
8) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
a) Kehamilan : Untuk mengetahui berapa umur kehamilan, bagaimana letak janin dan berapa
tinggi fundus uteri, apakah sesuai dengan umur kehamilan atau tidak. Pada ibu dengan PPI
adanya riwayat abortus berulang dan perawatan prenatal care yang buruk (Wiknjsastro, 2010).
b) Persalinan : Spontan atau buatan, lahir aterm atau prematur, ada atau tidak perdarahan, waktu
persalinan ditolong oleh siapa, dimana tempat melahirkan, ada atau tidak riwayat persalinan
prematur sebelumnya. Pada ibu hamil dengan PPI memiliki riwayat abortus pada trimester II
lebih dari 1 kali, riwayat persalinan preterm sebelumnya, operasi abdominal pada kehamilan
preterm (Nugroho, 2010)
c) Nifas : Apakah ada luka episiotomi atau robekan jalan lahir yang telah dijahit.
d) Anak : Jenis kelamin, hidup atau mati, kalau sudah meninggal pada usia berapa dan
sebab meninggal, berat badan dan panjang badan waktu lahir.
9) Pola kebiasaan sehari-hari
Menurut (Saminem, 2010) pola kebiasaan seharihari yang perlu dikaji adalah :
a) Pola nutrisi
Makan teratur 3 kali sehari, 1 piring nasi, lauk, sayur dan buah, minum kurang lebih 8 gelas per
hari, susu, teh dan air putih. Pada ibu yang kurang gizi dapat mempengaruhi terjadinya PPI
(Nugroho, 2010).
b) Pola Aktivitas
Apa aktivitas sehari-hari yang dilakukan ibu. Pada ibu hamil dengan PPI baianya melakukan
pekerjaan yang terlalu berat (Nugroho, 2010).
c) Pola Seksual
Untuk mengetahui apakah hubungan seksual berlangsung dengan normal dan ada keluhan atau
tidak. Pada ibu dengan PPI biasanya frekuensi hubungan seksual berlebihan terutama pada usia
kehamilan tua dan dengan posisi yang tidak aman
d) Pola eliminasi
Utuk mengetahui frekuensi BAB dan BAK serta output cairan. Pada ibu hamil dengan PPI
biasanya disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih atau bakterinuria ( Wiknjosasttro, 2010).
e) Perokok dan pemakai obat-obatan
Untuk mengetahui apakah ada kebiasaan merokok dan mengkonsumsi obat-obatan serta alkohol.
Pada ibu dengan PPI biasanya perokok berat atau lebih dari 10 batang/hari (Wiknjsastro, 2010).
b. Data Obyektif
Data Obyektif menggambarkan dokumentasi hasil pemeriksaan fisik, hasil laboratorium dan
pemeriksaan diagnostik lain yang dilakukan sesuai dengan beratnya masalah. Catatan medik dan
informasi dari keluarga atau orang lain yang dapat dimasukkan dalam data obyektif ini. Data ini
akan memberikan bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis untuk
mendukung asuhan sebagai langkah kedua dalam SOAP (Saminem, 2010).
1) Pemeriksaan Umum
a) Keadaan umum : Untuk mengetahui keadaan umum ibu apakah baik, sedang atau buruk.
b) Kesadaran : Untuk mengetahui tingkat kesadaran yaitu composmentis, apatis, samnolen,
atau koma. Normalnya kesadaran composmentis
c) Tekanan darah : Untuk mengetahui tekanan darah ibu, normal tekanan darah adalah 120/80
mmHg. Pada ibu hamil dengan PPI biasanya mengalami anemia selama kehamilannya (Nugroho,
2010).
d) Suhu : Apakah ada peningkatan suhu atau tidak. Normalnya suhu tubuh adalah 35,6
0
C 37,6
0
C . pada ibu dengan PPI adanya demam yang akut (Oxorn, 2010).
e) Denyut nadi : Untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam menit. Batas normal 60-
100x/menit.
f) Respirasi : Untuk mengetahui frekuensi pernafasan yang dihitung dalam 1 menit. Batas
normal dalam 1 menit adalah 16-24 x/menit
g) Berat badan : Untuk mengetahui adanya kenaikan berat badan selama hamil. Penambahan
berat badan rata-rata 0,3-0,5 kg/ minggu. Tetapi nilai normal untuk penambahan berat badan
selama kehamilan 9-12 kg
h) Tinggi badan : Untuk mengetahui tinggi badan ibu hamil, kurang dari 145 cm atau tidak,
termasuk resiko tinggi atau tidak
i) Lila : Untuk mengetahui lingkar lengan atas ibu, normalnya 23,5 cm
2) Pemeriksaan fisik
a) Kepala
(1) Rambut : Untuk menilai warna, ketebalan, distribusi merata atau tidak
(2) Muka : Keadaan muka pucat atau tidak, adakah kelainan atau tidak, adakah oedema atau tidak.
(3) Mata : Conjungtiva warna pucat atau kemerahan, skelera putih atau tidak
(4) Hidung : Untuk mengetahui ada tidaknya polip
(5) Telinga : Bagaimana keadaan daun telinga, liang telinga, bentuk telinga, dan
posisinya
(6) Mulut : Untuk mengetahui apakah mulut bersih dan kering, ada carries, dan karang
gigi atau tidak


b) Leher
Untuk mengetahui apakah ada pembesaran vena juguluris, pembesaran kelenjar limfe dan tyroid
c) Dada dan axilla
(1) Mamae : Untuk mengetahui bentuk payudara dan pigmentasi puting, puting susu
menonjol, benjolan abnormal dan kolostrum
(2) Axilla : Adakah tumor atau benjolan, adakah nyeri tekan atau tidak
d) Ekstremitas
Untuk mengetahui apakah ada oedema atau tidak, terdapat varicess atau tidak, reflex patella + / -
3) Pemeriksaan khusus obstetri
1. Inspeksi
Untuk mengetahui pembesaran perut sesuai usia kehamilan, bentuk abdomen, linea alba / nigra,
striae albkan / lividae, kelainan dan pergerakan janin.
2. Palpasi
Tinggi fundus uteri : Untuk mengetahui TFU dengan cara menggunakan
pita ukur, dilakukan pengukuran dengan menempatkan ujung pita ukur pada tepi atas sympisis
pubis dan tetap menjaga pita ukur agar tetap menempel pada dinding abdomen da diukur
jaraknya kebagian atas fundus uteri. Pada ibu hamil dengan PPI tinggi fundus uteri pada usia
kehamilan 20 minggu sepusat atau 16-18 cm, usia kehamilan 28 minggu 24-26 cm, usia
kehamilan 32 minggu 28-30 cm, usia kehamilan 36 minggu 32-34 cm.
Leopold I : Menentukan TFU dan bagian apa yang terdapat pada
fundus ibu
Leopod II : Menentukan apa yang terdapat disebelah kanan dan kiri
perut ibu
Leopold III : Menentukan bagian apa yang terdapat dibawah perut
ibu dan apakah sudah masuk PAP atau belum
Leopold IV : Menentukan seberapa jauh bagian terendah janin masuk
PAP (pada primipara masuk PAP pada usia kehamilan 36 minggu dan pada multipara saat
persalinan)
HIS / Kontraksi : Untuk mengkaji frekuensi, lamanya dan kekuatan
kontraksi. Pada ibu dengan partus prematurus iminens terjadinya kontraksi uterus yang teratur
dengan jarak 7-8 menitatau kurang atau 2-3 kali dalam waktu 10 menit sekali atau 1-2 kali
(Wiknjosastro, 2010)
Tafsiran berat : Untuk memperkirakan berat badan janin. Pada ibu
dengan partus prematurus iminens tafsiran berat janin adalah < 2500 gram
4) Pemeriksaan dalam anogenital
a) Vulva/vagina
Untuk mengetahui adakah edema, varises, luka, kemerahan atau tidak, pembesaran kelenjar
bartolini, ada pengeluarann pervaginam atau tidak, ada pembukaan atau tidak, penipisan,
presentasi, selaput ketuban masih utuh atau tidak dan sudah sejauh mana penurunan kepala. Pada
ibu hamil dengan PPI adanya pengeluaran lendir kemerahan atau cairan pervaginam. Pada
pemeriksaan dalam, pendataran 50-80 % atau lebih, pembukaan 2cm atau lebih (Saefuddin,
2009).
b) Perineum
Untuk mengetahui ada bekas luka atau tidak, ada keluhan atau tidak

c) Anus
Untuk mengetahui ada hemoroid atau tidak, ada kelainan atau tidak.
5) Pemeriksaan penunjang
Dilakukan untuk mendukung penegakan diagnosa. Pada kasus partus prematurus imminens data
yang diperlukan adalah berupa USG (tebal serviks 2 cm), keadaan air ketuban, CTG
(kesejahteraan janin), CRP (> 0,7 mg / ml ), leokosit dalam air ketuban (20 / ml atau lebih),
leukosit dalam serum ibu (>13.000 / ml), kultur urine, pemeriksaan gas dan pH darah janin.
c. Analisa data
Merupakan kesimpulan dari data subjektif dan objektif. Analisa pada partus prematurus iminens
yaitu : Ny. ....., G .... P .... A .... umur < 20 tahun atau > 35 tahun, usia kehamilan 20-37
minggu, janin gameli, , keadaan ibu dan bayi baik / buruk.
d. Penatalaksanaan dan Evaluasi
Merupakan rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan analisis data serta evaluasi dari
tindakan yang telah dilakukan, seperti:
1) Menginformasikan hasil pemeriksaan dan rencana asuhan, ibu mengerti dengan apa yang
diinformasikan
2) Konseling tentang partus prematurus iminens, ibu memahami apa yang dimaksud dengan partus
prematurus, tanda gejalanya dan komplikasi yang terjadi
3) Menganjurkan ibu untuk istirahat total agar kehamilannya dapat dipertahankan, ibu mau
mengikuti anjuran untuk beristiahat total
4) Memberikan terapi sesuai dengan indikasi dan instruksi dokter
Misalnya pemberian :
a) Kortikosteroid untuk pematangan paru
(1) Betamethason : 12 mg selang 2x24 jam
(2) Dexamethason : 5 mg tiap 12 jam, IM, sampai 4 dosis
b) Antibiotik : 2 g ampicilin, IV
c) Memberikan tokolitik
(1) Kalsium antagonis: 10 mg nifedipin, diulang tiap 5 menit maksimm 40 mg / 6 jam
(2) Golongan beta-mimetik
Salbutamol : 20-50 g / menit, salbutamol per oral 4 mg, 2-4 kali sehari
5) Memantau keadaan janin, keadaan janin baik
6) Memantau kontraksi, DJJ dan apabila upaya tokolitik tidak berhasil, lakukan pemantauan
kemajuan persalinan





C. Kerangka konsep
INPUT PROSES OUTPUT
Ibu hamil dengan partus prematurus iminens
Hasil asuhan kebidanan :
a. K/U baik
b. TTV normal
c. Kontraksi berhenti
d. Tidak terjadi gawat janin
e. Kehamilan dapat dipertahankan
f. Tanggapan pasien terhadap penjelasan baik

Asuhan kebidanan menurut manajemen SOAP :
S : Pengkajian data
O : Pemeriksaan umum, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang
A : Menganalisa data sesuai data yang didapat
P : Melakukan penatalaksanaan














Bagan 2.1 Kerangka konsep Partus prematurs iminens (Sudarti, 2010)








Diposkan oleh mogerzmery di 06.49 2 komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Beranda
Langganan: Entri (Atom)
Arsip Blog
2013 (1)
o Mei (1)
<!--[if !mso]>v\:* {behavior:url(#default#VML);}o\...
Mengenai Saya
mogerzmery
Lihat profil lengkapku
Template Watermark. Diberdayakan oleh Blogger.




partus prematurus iminens
Senin, 13 Mei 2013

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut WHO kematian ibu adalah kematian seorang wanita waktu hamil atau dalam 42
hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, terlepas dari tuanya kehamilan dan
tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan. Angka Kematian Ibu (AKI) di negara
berkembang merupakan masalah yang besar dimana jumlah kematian maternal masih tinggi,
diperhitungkan terhadap 1.000 atau 10.000 kelahiran hidup bahkan dibeberapa negara terhadap
100.000 kelahiran hidup. WHO memperkirakan diseluruh dunia setiap tahunnya lebih dari
585.000 meninggal saat hamil atau bersalin (Depkes RI, 2007).
Menurut data dari Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 tingkat
kematian ibu saat melahirkan di Indonesia masih sangat tinggi atau hampir setiap satu jam, dua
ibu melahirkan meninggal dunia. Indonesia merupakan negara dengan Angka Kematian Ibu
(AKI) tertinggi se-ASEAN yaitu 228 per 100.000 kelahiran hidup.
Pada target nasional Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015, AKI akan turun
dari 228/100.000 kelahiran hidup menjadi 102/100.000 kelahiran hidup begitu juga dengan
Angka Kematian Bayi (AKB) turun menjadi 23/1.000 kelahiran hidup (SDKI, 2007).
Berdasarkan data Profil Kesehatan Kabupaten/Kota di Provinsi Bengkulu pada tahun 2010
kematian ibu berjumlah 45 orang dan tahun 2011 turun menjadi 40 orang, akan tetapi secara
Angka Kematian Ibu di provinsi Bengkulu Tahun 2011 meningkat yaitu sebesar 120 per 100.000
kelahiran hidup, dibandingkan pada tahun 2010 Angka Kematian Ibu hanya 115,2 per 100.000
kelahiran hidup. Sedangkan Angka Kematian bayi (AKB) pada tahun 2011 berdasarkan data
profil kesehatan Kab/Kota sebanyak 33.343 kelahiran hidup di provinsi Bengkulu, jumlah
kematian bayi sebesar 319 dimana 205 bayi lahir mati. Angka kematian Bayi per 1000 kelahiran
hidup di Provinsi Bengkulu, pada tahun 2010 sebesar 5,2 per 1000 kelahiran hidup dan pada
tahun 2011 meningkat menjadi 9,6 per 1000 kelahiran hidup.
Angka Kematian Ibu (AKI) Kota Bengkulu Tahun 2011 adalah 185,1 per 100.000 kelahiran
hidup atau 10 orang kematian ibu karena melahirkan. Kematian ibu karena melahirkan di Kota
Bengkulu tahun 2011 terjadi pada ibu berusia 20-34 tahun sebanyak 9 orang dan pada usia diatas
35 tahun 1 orang, kematian ibu karena perdarahan 2 orang, hypertensi 2 orang dan lain-lain 6
orang. Angka kematian ibu karena melahirkan ini masih di bawah angka kematian secara
nasional yang mencapai 262 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan Kematian Bayi tahun 2011
berjumlah 64 orang dan bayi lahir mati berjumlah 25 orang. Adapun penyebab kematian neonatal
atau kematian bayi sebelum mencapai usia satu minggu adalah BBLR berjumah 12 orang,
asfiksia 4 orang dan lain-lain 11 orang. Angka Kematian Bayi tahun 2011 sebesar 11,8 per 1000
kelahiran hidup, angka ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2010 sebesar 8,4 per 1000 kelahiran
hidup (Dinkes Kota Bengkulu, 2011).
Tingkat kematian secara umum berhubungan erat dengan tingkat kesehatan walaupun
penyebab kematian dapat dibedakan sebagai penyebab secara langsung maupun tidak langsung.
Penyebab langsung tingginya AKI adalah perdarahan, terutama perdarahan post partum (28%),
keracunan kehamilan/eklamsia (24%), infeksi (11%), komplikasi masa puerperieum (8%),
persalinan macet (5%), abortus (5%) dan lain-lain (11%) ........( penyebab AKB+persen)
sedangkan penyebab tidak langsung tingginya AKI adalah karena kondisi masyarakat seperti
pendidikan, sosial-ekonomi, dan budaya serta keadaan sarana pelayanan yang kurang siap
(Depkes RI, 2007).
Persalinan prematur berpotensi meningkatkan kematian perinatal sekitar 65-67%, umumnya
berkaitan dengan berat badan lahir rendah (Nugroho, 2010). Indonesia memiliki angka kejadian
partus prematurus sekitar 19% dan merupakan penyebab utama kematian perinatal (Manuaba,
2009). Partus prematurus dapat diartikan sebagai dimulainya kontraksi uterus yang disertai
dengan perdarahan dan dilatasi serviks serta turunnya kepala bayi pada wanita hamil yang lama
kehamilannya kurang dari 37 minggu (Oxorn, 2010).
Berdasarkan pengertian partus prematurus di atas dapat disimpulkan bahwa Partus
Prematurus Iminens (PPI) adalah adanya suatu ancaman pada kehamilan dimana timbulnya
tanda-tanda persalinan pada usia kehamilan yang belum aterm (20 minggu-37 minggu) dan berat
badan lahir bayi kurang dari 2500 gram.
Komplikasi yang dapat terjadi akibat Partus Prematurus Iminens pada ibu yaitu dapat
menyebabkan infeksi endometrium sehingga menyebabkan sepsis dan lambatnya penyembuhan
luka episiotomi (Nugroho, 2010). Sedangkan pada bayi memiliki resiko yang lebih tinggi seperti
gangguan resprasi, gagal jantung kongesif, perdarahan intraventrikel dan kelainan neurologik,
hiperbilirubinemia, sepsis dan kesulitan makan (Benson, 2012)
Data dari RSUD Dr. M.Yunus Bengkulu pada tahun 2010 dari 1643 jumlah persalinan
terdapat 81 (4,93%) kasus PPI dan 64 kasus partus prematur, tahun 2011 dari 1857 jumlah
persalinan terdapat 132 (7,10%) kasus PPI dan 66 kasus partus prematur dan pada tahun 2012
dari 1307 jumlah persalinan terdapat 151 (11,55%) kasus PPI dan 38 kasus partus prematur,
sedangkan pada tahun 2013 mulai dari bulan januari sampai maret dari 239 jumlah persalinan
terdapat 44 (18,41%) kasus PPI. Dari data diatas dapat dilihat bahwa angka kejadian Partus
Prematurus Iminens (PPI) di RSUD dr. M. Yunus bengkulu mengalami peningkatan setiap
tahunnya.
Berdasarkan data diatas penulis tertarik mengambil kasus dengan judul Asuhan kebidanan
pada ibu hamil dengan Partus Prematurus Iminens (PPI) di Ruang Mawar RSUD dr. M.Yunus
Bengkulu tahun 2013 dengan menerapkan manajemen kebidanan SOAP.



B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diambil perumusan masalah sebagai berikut:
Masih tingginya angka kejadian Partus Prematurus Iminens (PPI) di Ruang Mawar RSUD dr.
M. Yunus Bengkulu pada tahun 2013 dan Bagaimanakah penatalaksanaan Asuhan kebidanan
pada ibu hamil dengan Partus Prematurus Iminens (PPI) di Ruang Mawar RSUD dr. M. Yunus
Bengkulu dengan menggunakan manajemen SOAP?

C. Tujuan Studi Kasus
1. Tujuan Umum
Untuk dapat melaksanakan dan meningkatkan kemampuan penulis dalam memberikan asuhan
kebidanan pada ibu hamil dengan partus prematurus iminens sesuai teori manajemen kebidanan
yang diaplikasikan dalam asuhan kebidanan menurut SOAP.
2. Tujuan Khusus
Penulis mampu :
a. Melakukan pengkajian data Subjektif pada ibu hamil dengan partus prematurus iminens.
b. Melakukan pengkajian data Objektif pada ibu hamil dengan partus prematurus iminens.
c. Menganalisa dan merumuskan diagnosa pada ibu hamil dengan partus prematurus iminens.
d. Melaksanakan rencana tindakan serta evaluasi rencana tindakan asuhan kebidanan pada ibu
hamil dengan partus prematurus iminens.
e. Membuat pendokumentasian asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan partus prematurus
iminens.

D. Manfaat Studi Kasus
1. Manfaat Teoritis
Dapat menambah ilmu pengetahuan bagi penulis dalam penerapan proses manajemen asuhan
kebidanan pada ibu hamil dengan Partus Prematurus Iminens. Hasil studi kasus ini dapat
digunakan sebagai masukan dalam pengembangan studi kasus berikutnya.
2. Manfaat praktis
Dapat menambah keterampilan dan kemampuan penulis dalam memberikan asuhan kebidanan
kepada ibu hamil dengan partus prematurus iminens.

E. Keaslian studi kasus
Studi kasus tentang ibu hamil dengan partus prematurus iminens ini pernah dilakukan oleh :
1. Nova Maya Sari (2007) dengan judul Asuhan Kebidanan pada ibu hamil dengan partus
prematurus iminens terhadap Ny. Y Di RB Sayang Ibu kecamatan Sukamaju Lampung Timur.
Hasil studi kasus : Pada ibu dengan partus prematur dilakukan Konseling Informasi Edukasi
(KIE), terapi obat Eritromycin 4x500mg, Nifedipin 3x10mg, Sulfas ferrosus 11, rencana USG,
Inj. Dexamethasone 2x1 Ampul selama 2 hari. Asuhan yang dberikan yaitu : mengobservasi
K/U, TTV, DJJ, kontraksi dan menyarankan ibu untuk bedrest total
Setelah melakukan asuhan diperoleh hasil : keadaan janin baik, keadaan umum ibu baik, TD
: 110/70 mmHg, pembukaan 4 cm, perdarahan (+), kehamilan tidak dapat dipertahankan.
2. Indra Kukuh Anggoro (2010) dengan judul Asuhan Kebidanan pada ibu hamil dengan partus
prematurus iminens terhadap Ny.Z Di RSUD Salatiga.
Hasil studi kasus : Dilakukan Konseling Informasi Edukasi (KIE), terapi yang telah dilakukan
antara lain : pertahankan kehamilan, bedrest total, Eritromycin 4x500mg, Nifedipin 3x10 mg,
Sulfas ferrosus 1x1, rencana USG, Inj. Dexamethasone 2x1 Ampul selama 2 hari. Asuhan yang
diberikan : memantau K/U, TTV, DJJ, kontraksi dan menyarankan ibu untuk bedrest total
Setelah melakukan asuhan diperoleh hasil : K/U ibu baik, TTV normal, DJJ : 140x/menit,
kontraksi berhenti, kehamilan masih bisa dipertahankan.
3. Romi Yunita (2012) dengan judul Asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny. S G
5
P
4
A
0
dengan
Partus prematurus iminens Di RSUD dr. M. Yunus Bengkulu.
Hasil studi kasus : Pada ibu dengan partus prematur dilakukan Konseling Informasi Edukasi
(KIE) dan memberikan support mental, melakukan kolaborasi dalam pemeriksaan penunjang
seperti pemeriksaan USG dan pemeriksaan laboratorium serta pemberian obat tokolitik
nifedipine 4x10 mg, Inj. Dexamethasone 2x1 ampul dan amoxilin 3x500 mg. Asuhan yang
diberikan yaitu : mengoservasi K/U, kesadaran, TTV, His, DJJ dan menganjurkan ibu untuk
bedrest total, memberikan cairan dan perbaikan gizi (diet TKTP) serta memberikan konseling
hubungan seksual, penyebab, komplikasi dan cara mencegah partus prematurus
Setelah melakukan asuhan diperoleh hasil : K/U ibu baik, TTV normal, kontraksi berhenti,
DJJ normal, pengeluaran lendir bercampur darah sudah tidak ada keluar lagi dan kehamilan
dapat dipertahankan.
Perbedaan studi kasus diatas dengan studi kasus ini adalah subjek, waktu dan tempat
pelaksanaan studi kasus.

F. Sistematika penulisan
Adapun sistematika penulisan Studi Kasus ini dibuat sistematika penulisan yang meliputi:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis menjelaskan secara singkat mengenai latar belakang, perumusan masalah,
tujuan studi kasus, manfaat studi kasus, keaslian studi kasus dan sistematika penulisan.


BAB II TINJAUAN TEORI
Dalam bab ini berisi tentang teori medis partus prematurus, teori asuhan kebidanan yang meliputi
pengertian, manajemen kebidanan secara SOAP dan kerangka konsep.
BAB III METODOLOGI
Dalam bab ini berisi tentang jenis studi kasus, lokasi studi kasus, subyek studi kasus,waktu studi
kasus, instrumen studi kasus, tekhnik pengumpulan data dan alat-alat yang dibutuhkan.
BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
Bab ini menyajikan laporan kasus dengan menggunakan manajemen kebidanan menurut SOAP.
BAB V PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan dan saran. Kesimpulan dirumuskan untuk menjawab tujuan penulis
dan merupakan inti dari pembahasan penanganan partus prematurus iminens.
Saran merupakan alternatif pemecahan masalah dan anggapan kesimpulan yang hendaknya
bersifat realistis operasional yang artinya saran itu dapat dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori medis
1. Partus prematurus iminens
a. Pengertian
Menurut Oxorn (2010), partus prematurus atau persalinan prematur dapat diartikan sebagai
dimulainya kontraksi uterus yang teratur yang disertai pendataran dan atau dilatasi servix serta
turunnya bayi pada wanita hamil yang lama kehamilannya kurang dari 37 minggu (kurang dari
259 hari) sejak hari pertama haid terakhir. Menurut Nugroho (2010) persalinan preterm atau
partus prematur adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan kurang dari 37 minggu (antara
20-37 minggu) atau dengan berat janin kurang dari 2500 gram. Partus preterm adalah kelahiran
setelah 20 minggu dan sebelum kehamilan 37 minggu dari hari pertama menstruasi terakhir
(Benson, 2012). Menurut Rukiyah (2010), partus preterm adalah persalinan pada umur
kehamilan kurang dari 37 minggu atau berat badan lahir antara 500-2499 gram. Berdasarkan
beberapa teori diatas dapat diketahui bahwa Partus Prematurus Iminens (PPI) adalah adanya
suatu ancaman pada kehamilan dimana timbulnya tanda-tanda persalinan pada usia kehamilan
yang belum aterm (20 minggu-37 minggu) dan berat badan lahir bayi kurang dari 2500 gram.
b. Etiologi dan faktor predisposisi
Menurut Nugroho (2010), mengenai penyebab partus prematurus iminens belum banyak
yang diketahui, namun faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya partus prematurus iminens
dapat diklasifikasikan secara rinci sebagai berikut : kondisi umum, keadaan sosial ekonomi
rendah, kurang gizi, anemia, perokok berat (lebih dari 10 batang perhari), umur hamil terlalu
muda kurang dari 20 tahun atau terlalu tua diatas 35 tahun, penyakit ibu yang menyertai
kehamilanserta penyulit kebidanan
Perkembangan dan keadaan hamil dapat meningkatkan terjadinya partus prematurus iminens
diantaranya :
1) Kehamilan dengan hidramnion, kehamilan ganda, pre-eklampsia
2) Kehamilan dengan perdarahan antepartum pada solusio plasenta, plasenta previa, pecahnya
sinus marginalis
3) Kehamilan dengan pecah ketuban dini : terjadi gawat janin, temperatur tinggi
4) Kelainan anatomi rahim
5) Keadaan rahim yang sering menimbulkan kontraksi dini : serviks inkompeten karena kondisi
serviks, amputasi serviks
6) Kelainan kongenital rahim
7) Infeksi pada vagina asenden (atas) menjadi amnionitis
Menurut Oxorn (2010), etiologi terjadinya partus prematurus iminens adalah :
1) Iatrogenik
a) Sectio cessarea ulangan yang dikerjakan terlalu dini
b) Pengakhiran kehamilan yang terlalu dini karena alasan bahwa bayi lebih baik dirawat di bangsal
anak dari pada dibiarkan dalam rahim. Termasuk keadaan seperti diabetes maternal, penyakit
hipertensi dalam kehamilan, erythroblastiosis dan retardasi pertumbuhan intrauterine.
2) Spontan yaitu 50% idiopatik, ketuban pecah dini, inkompetensi cervix, insufisiensi plasenta,
overdistensi uterus karena kehamilan kembar, polyhidramnion, janin yang besar. Perdarahan
dalam trimester ketiga seperti plasenta previa, abrubtio plasenta dan vasa previa. Abnormalitas
uterus yang mencegah ekspansi seperti hipoplasia uteri, uterus septata atau bicornuata, synechiae
intrauterine dan leimyoma. Trauma karena jatuh, terpukul pada perut dan tindakan pembedahan.
Penyakit pada ibu seperti toksemia, anemia, penyakit ginjal yang kronis dan penyakit demam
yang akut. Faktor-faktor yang menyertai misalnya status sosial-ekonomi yang rendah, merokok,
bakteriuria, perawatan prenatal yang buruk.
Menurut Benson (2012), yang menyebabkan peningkatan resiko terjadinya partus prematurus
iminens meliputi riwayat partus preterm dalam kehamilan terdahulu, merokok lebih dari
setengah bungkus sehari, terpapar DES dalam uterus dan anamnesis biopsi konus (pengangkatan
sentral serviks untuk mendeteksi kondisi premaligna atau maligna).
Menurut Winkjosastro (2010), kondisi selama kehamilan yang beresiko terjadinya partus
prematurus iminens adalah :
1) Janin dan plasenta seperti terjadinya perdarahan trimester awal, perdarahan antepartum (plasenta
previa, solusio plasenta, vasa plasenta), ketuban pecah dini, pertumbuhan janin terhambat,
kehamilan gameli dan Polyhidramnion
2) Pada ibu seperti penyakit berat pada ibu, diabetes melitus, pre-eklamsi/hipertensi, infeksi saluran
kemih, penyakit infeksi dengan demam stress psikologik, kelainan bentuk uterus / serviks,
riwayat persalinan preterm / abortus berulang, inkompetensi serviks (panjang serviks kurang dari
1cm), pemakaian obat narkotik, trauma, perokok berat (lebih dari 10 batang perhari), kelaianan
imunologi / kelainan rhesus dan usia.
Menurut Nugroho (2010), faktor yang mempengaruhi prematuritas adalah umur ibu, suku,
bangsa, sosial dan ekonomi, bakterinuria, BB ibu sebelum hamil dan sewaktu hamil, kawin dan
tidak kawin (tidak sah 15% prematur, kawin sah 13% prematur), prenatal (antenatal) care,
anemia, penyakit jantung, jarak persalinan yang terlalu rapat, pekerjaan yang terlalu berat
sewaktu hamil.
Faktor resiko prematuritas menurut ( Nugroho, 2010 ) :
1) Mayor seperti keadaan dengan kehamilan multiple, hidramnion, anomali uterus, serviks terbuka
lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, serviks mendatar atau memendek kurang dari 1 cm
pada kehamilan 32 minggu, riwayat abortus pada trimester II lebih dari 1 kali, riwayat persalinan
preterm sebelumnya, operasi abdominal pada kehamilan preterm, riwayat operasi konisasi,
iritabilitas uterus.
2) Minor seperti penyakit yang disertai demam, perdarahan pervaginam setelah kehamilan 12
minggu, riwayat pielonefritis, merokok lebih dari 10 batang perhari. riwayat abortus pada
trimester II, riwayat abortus pada trimester I lebih dari 2 kali.
c. Patofisiologi
Persalinan prematur menunjukkan adanya kegagalan mekanisme yang bertanggung jawab
untuk mempertahankan kondisi tenang uterus selama kehamilan atau adanya gangguan yang
menyebabkan singkatnya kehamilan atau membebani jalur persalinanan normal sehingga
memicu dimulainya proses persalinan secara dini. Empat jalur terpisah telah dipaparkan, yaitu
stress, infeksi, regangan dan perdarahan (Norwintz, 2007)
d. Tanda tanda persalinan prematur
Menurut Manuaba (2009), jika proses persalinan berkelanjutan akan terjadi tanda klinik
sebagai berikut :
1) Kontraksi berlangsung sekitar 4 kali per 20 menit atau 8 kali dalam satu jam
2) Terjadi perubahan progresif serviks seperti pembukaan lebih dari 1 cm, perlunakan sekitar 75-80
% bahkan terjadi penipisan serviks.
Kriteria partus prematurus iminens menurut Saefuddin (2009) antara lain kontraksi yang
teratur dengan jarak 7-8 menit atau kurang dan adanya pengeluaran lendir kemerahan atau cairan
pervaginam dan diikuti salah satu berikut ini :
1) Pada periksa dalam : pendataran 50-80 % atau lebih dan pembukaan 2 cm atau lebih
2) Mengukur panjang serviks dangan vaginal probe USG : jika panjang serviks kurang dari 2 cm
pasti akan terjadi persalinan prematur
Sedangkan kriteria untuk menentukan diagnosis partus prematurus iminens menurut
Wiknjosastro (2010) yaitu :
1) Terjadi pada usia 22-37 minggu
2) Kontraksi yang berulang sedikitnya setiap 7-8 menit sekali atau 2-3 kali dalam waktu 10 menit
3) Adanya nyeri pada punggung bawah
4) Perdarahan bercak
5) Perasaan menekan daerah serviks
6) Pemeriksaan serviks menunjukkan telah terjadi pembukaan sedikitnya 2 cm dan penipisan 50-80
%
7) Presentasi janin rendah sampai mencapai spa isiadika
8) Selaput ketuban pecah dapat merupakan tanda awal terjadinya persalinan prematur
e. Pemerikaan penunjang
Menurut Nugroho (2010) pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut
:
1) Laboratorium
a) Pemeriksaan kultur urine
b) Pemeriksaan gas dan pH darah janin
c) Pemeriksaan darah tepi ibu : jumlah leukosit
d) C-reactive protein. CRP ada pada serum penderita infeksi akut dan dideteksi berdasarkan
kemampuannya untuk mempresipitasi fraksi polisakarida somatik non spesifik kuman
pneumococcus yang disebut fraksi C. CRP, dibentuk di hepatosit sebagai reaksi terhadap IL-1,
IL-6, TNF.
2) Amniosintesis : hitung leukosit, pewarnaan Gram bakteri (+) pasti amnionitis, kultur, kadar IL-1,
IL-6, kadar glukosa cairan amnion


3) Pemeriksaan ultrasonografi
a) Oligohidramnion : berhubungan dengan korioamnionitis dan koloni bakteri pada amnion.
b) Penipisan serviks : bila ketebalan serviks < 3 cm (USG), dapat dipastikan akan terjadi persalinan
preterm..
c) Kardiotokografi : kesejahteraan janin, frekuensi dan kekuatan kontraksi
d) Sonografi seviks transperineal dapat menghindari manipulasi intravagina terutama pada kasus
KPD dan plasenta previa
f. Komplikasi partus prematurus iminens
Menurut Nugroho (2010), komplikasi partus prematurus iminens yang terjadi pada ibu
adalah terjadinya persalinan prematur yang dapat menyebabkan infeksi endometrium sehingga
mengakibatkan sepsis dan lambatnya penyembuhan luka episiotomi. Sedangkan pada bayi
prematur memiliki resiko infeksi neonatal lebih tinggi seperti resiko distress pernafasan, sepsis
neonatal, necrotizing enterocolitis dan perdarahan intraventikuler.
Menurut Benson (2012), terdapat paling sedikit enam bahaya utama yang mengancam
neonatus prematur, yaitu gangguan respirasi, gagal jantung kongestif, perdarahan intraventrikel
dan kelainan neurologik, hiperilirubinemia, sepsis dan kesulitan makan.
Sedangkan menurut Oxorn (2010), prognosis yang dapat terjadi pada persalinan
prematuritas adalah :
1) Anoksia 12 kali lebih sering terjadi pada bayi prematur
2) Gangguan respirasi
3) Rentan terhadap kompresi kepala karena lunaknya tulang tengkorak dan immaturitas jaringan
otak
4) Perdarahan intracranial 5 kali lebih sering pada bayi prematur dibanding bayi aterm
5) Cerebral palsy
6) Terdapat insidensi kerusakan organik otak yang lebih tinggi pada bayi prematur (meskipun
banyak orangorang jenius yang dilahirkan sebelum aterm).
g. Penatalaksanaan / pengobatan
Menurut Benson (2012), pengobatan utama terdiri atas dua modalitas yaitu istirahat baring
dan obat obatan.
1) Istirahat baring
Terdapat berbagai penelitian yang menunjukkan bahwa istirhat baring bermanfaat baik dalam
pencegahan maupun membantu penghentian partus yang telah berlangsung disertai dengan obat
obatan. Hidrasi intravena sering dianjurkan sebagai bentuk awal intervensi, sebelum mulai
dengan obat-obat farmakologik.

2) Obat farmakologik
a) Beta simpatomimetik
Dinamakan demikian karena lebih merangsang reseptor beta adrenergik, dua obat yang paling
sering digunakan adalah ritodrine dan terbutaline. Reaksi kerja obat ini yaitu dapat menurunkan
tonus otot polos uterus, bronkiolus dan vaskulator, output urine juga berkurang dan
glikogenolisis dan pembebasan insulin kedua duanya meningkat, nadi meningkat, tekanan
darah diastolik menurun, frekuensi jantung cepat.
Prosedur pemberian ritodrine :
(1) Usahakan pemeriksaan darah lengkap dengan platelet, elektrolit serum, dan glukosa
(2) Mulai infus IV kemudian mulai obat dengan kecepatan 50 100 / menit, harus menggunakan
infussion pump
(3) Naikkan dosis dengan 50 / menit setiap 15 menit sampai kontraksi lebih kecil dari empat kali /
jam atau sampai dosis maksimum 350 / menit
(4) Pertahankan dosis selama 6 12 jam, pemantauan fetus terus dilakukan dan pasien tetap
diobservasi sampai menjadi stabil dengan medikasi oral
(5) Ubah menjadi pengobatan oral dengan pemberian 10 20 mg ritodrine peroral satu jam sebelu
menghentikan medikasi IV. Tindak lanjuti dengan 10 20 mg ritodrine peroral setiap 2 4 jam
sesuai keperluan.
b) Magnesium Sulfat
Mekanisme kerja magnesium yaitu menurunkan kalsium bebas intraselular yang perlu untuk
kontraksi otot polos, namun magnesium memiliki efek ini pada semua otot.
Salah satu efek samping yang sangat mengganggu adalah disforia dimana dilukiskan perasaan
bagai terperangkap awan gelap.
Prosedur pemberian Magnesium Sulfat :
(1) Magnesium merupakan pilihan yang baik bagi pasien dengan diabetes, perdarahan dan gangguan
jantung.
(2) Usahakan pemeriksaan darah lengkap dengan platelet, elektrolit serum, dan glukosa
(3) Berikan dosis awal 4g selama 10 20 menit dan kemudian infus magnesium dengan kecepatan 1
3 g / jam. Dosis magnesium tidak boleh melebihi 4 g / jam karena kadar toksik mungkin
tercapai
(4) Naikkan dosis sebanyak 0,5 g setiap 15 menit sampai kontraksi uterus sama atau kurang dari 4
per jam
(5) Frekuensi pernafasan dan refleks tendon dalam harus imonitor dengan seksama
(6) Setelah relaksasi uterus tercapai, sejumlah ahli kebidanan akan menganti obat dengan beta
simpatomimetik oral.
Menurut Nugroho (2010), pada kasus amnionitis yang tidak mungkin ditangani ekspektatif,
harus dilakukan intervensi yaitu dengan :
1) Akslerasi pematangan fungsi paru
a) Terapi glukokortikoid, misalnya dengan betamethasone 12 mg IM, 2 kali selang 24 jam, atau
dexamethasone 5 mg tiap 12 jam IM sampai 4 dosis
b) Thyrotropin releasing hormone 400 IV, akan meningkatkan kadar triiodothyronine yang dapat
meningkatkan produksi surfaktan
c) Suplemen inositol, karena inositol merupakan komponen membran fosfolipid yang berperan
dalam pembentukan surfaktan.
2) Pemberian antibiotika
a) Pemberian antibiotika yang tepat dapat menurunkan angka kejadian koriomnionitis dan sepsis
neonatorum
b) Diberikan 2 gram ampicillin IV tiap 6 jam sampai persalinan selesai
c) Peneliti lain memberikan antibiotik kombinasi untuk kuman anaerob
d) Setelah itu dilakukan deteksi dan penanganan terhadap faktor resiko persalinan prematur, bila
tidak ada kontra indikasi, diberi tokolitik.
3) Pemberian tokolitik
a) Nifedipine 10 mg diulang tiap 30 menit, maksimum 40 mg/6 jam. Umumnya hanya diperlukan
20 mg dan dosis perawatan 3x10 mg
b) Golongan beta mimetik : salbutamol per infuse : 20 50 / menit atau salbutamol per oral : 4
mg, 2 4 kali / hari










Tabel 2.1
Dosis pemakaian obat tokolitik
Obat Dosis awal Dosis selanjutnya
Efek samping dan hal
yang harus diperhatiakan
Salbutamol 10 mg dalam
larutan NaCl
atau RL, ulai
infuse 10 tetes /
menit
Bila kontraksi masih
ada, tingkatkan
tetesan infuse 10
tetes per menit
sampai kontraksi
berhenti atau nadi
Takikardi ibu : kurangi
tetesan bila nadi 120 x /
menit, hati hati
pemakaian pada ibu
anemi
Edema paru ibu : dapat
Sumber :
Saefuddin
(2009)
i.
Pencegahan
Pencegahan
partus
prematurus
iminens
menurut
Oxorn
(2010)
adalah :
1) Tindakan
umum
a) Dilaksanakan perawatan prenatal, diet, pemberian vitamin dan penjagaan hygiene
b) Aktivitas ( kerja, perjalanan, coitus ) dibatasi pada pasien dengan riwayat partus prematurus
c) Penyakit panas yang akut harus diobati secara aktif dan segera
d) Keadaan seperti toksemia dan diabetes memerlukan kontrol yang seksama
e) Tindakan pembedahan abdomen yang elektif dan tindakan operatif gigi harus ditunda.
2) Tindakan khusus
a) Pasien dengan kehamilan kembar harus istrahat di tempat tidur sejak minggu ke 28 hingga
minggu ke 36 atau ke 38
ibu melebihi 120 x /
menit.
Bila kontraksi
berhenti, jaga tetesan
paling tidak 12 jam
setelah kontraksi
uterus berakhir.
Maintenance
ventolin per oral 3 x
4 mg / hari paling
sedikit 7 hari

terjadi bila memakai
steroid bersamaan dengan
salbutamol. Batasi air,
jaga keseimbangan cairan
dan hentikan obat
MgSo4 Berikan dosis
awal 6 g
Diikuti dosis
selanjutnya 2g / jam
Hati hati untuk
hipermagnesia untuk janin
dan ibu
Periksa refleks dan
respiratory rate dan
produksi urine

Nifedipine 20 mg per oral 3 x 20 mg Lemas, hipotensi
Nitrat 10 mg
sublingual
20 mg per oral Pusing, sakit kepala, mual
b) Fybrodenoma uteri, jika terdapat keluhan maka harus dirawat dengan istirahat di tempat tidur
dan analgesia. Pembedahan sedapat mungkin dihindari.
c) Plasenta previa dirawat dengan istirahat total dan transfusi darah untuk menunda kelahiran bayi
sampai tercapai ukuran viabel. Perdarahan yang hebat memerlukan pembedahan segera
d) Inkompetensi cervix harus dijahit dalam bagian pertama trimester kedua selama semua
persyaratan terpenuhi
e) Sectio caesarea elektif dan ulangan hanya dilakukan bila yakin bahwa bayi sudah cukup besar.
Bahaya pada pembedahan dini adalah kelahiran bayi kecil yang tidak dapat bertahan hidup
f) Obatobat yang dapat menghentikan persalinan
Menurut Winkjosastro (2010), beberapa langkah yang dapat mencegah terjadinya partus
prematurus iminens adalah sebagai berikut:
1) Hindari kehamilan pada ibu yang terlalu muda (kurang dari 17 tahun ) atau terlalu tua ( lebih
dari 35 tahun )
2) Hindari jarak kehamilan terlalu dekat ( kurang dari 2 tahun )
3) Menggunakan kesempatan periksa hamil dan memperoleh pelayanan antenatal yang baik
4) Anjurkan tidak merokok maupun mengkonsumsi alkohol serta obat terlarang
5) Hindari kerja berat dan beristirahat yang cukup
6) Obati penyakit yang dapat menyebabkan persalinan prematur
7) Kenali dan obati infeksi genital
8) Deteksi dan penanganan faktor resiko terhadap persalinan prematur



B. Manajemen Kebidanan SOAP
1. Pengertian
Proses manajemen adalah suatu proses pemecahan. Proses menajemen memberi suatu metode
pengaturan atau pengorganisasian pikiran dan tindakan dalam suatu urutan yang logis dan
menguntungkan baik pasien maupun petugas kesehatan. Proses ini menggambarkan prilaku yang
diharapkan dari klinisi yang tidak hanya melibatkan proses berfikir dan bertindak, tetapi juga
tingkat prilaku pada setiap langkah yang akan dicapai dalam memberikan asuhan atau pelayanan
yang aman dan menyeluruh (Sutjiati, 2010).
2. Langkah langkah manajemen kebidanan SOAP
a. Data Subyektif
Merupakan informasi yang dicatat mencakup identitas, keluhan yang diperoleh dari hasil
wawancara langsung kepada pasien / klien (anamnesis) atau dari keluarga dan tenaga kesehatan
(allo anamnesis) (Sudarti, 2010).
1) Biodata yang diambil untuk pasien (suami, istri).
Pengkajian biodata antara lain :
a) Nama : Dikaji dengan nama yang jelas dan lengkap, untuk menghindari adanya kekeliruhan
atau untuk membedakan dengan klien atau pasien lainnya.
b) Umur : Untuk mengetahui faktor resiko. Pada ibu hamil dengan PPI biasanya terjadi pada usia
< 20 tahun atau > 35 tahun (Nugroho, 2010)
c) Agama : Untuk memberikan motivasi atau dorongan sesuai dengan agama yang dianut.
d) Suku bangsa : Untuk mengetahui adat istiadat yang menguntungkan dan merugikan.
e) Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat intelektual, tingkat penerimaan informasi hal-hal
baru atau pengetahuan baru karena tingkat pendidikan yang lebih tinggi, mudah mendapatkan
informasi. Memudahkan ibu untuk menerima informasi KIE tanda bahaya partus prematurus
iminens.
f) Pekerjaan : Untuk mengetahui status ekonomi keluarga. Pada ibu hamil dengan PPI terjadi
pada keadaan sosial ekonomi rendah dan pekerjaan yang terlalu berat sewaktu hamil (Nugroho,
2010).
g) Alamat : Untuk mempermudah hubungan jika diperlukan dalam keadaan mendesak
sehingga bidan mengetahui tempat tinggal pasien.


2) Keluhan Utama
Untuk mengetahui keluhan yang dirasakan saat pemeriksaan serta berhubungan dengan
persalinan. Pada kasus ibu hamil dengan partus prematurus iminens keluhannya meliputi mules
yang berulang pada usia kehamilan 20-37 minggu, keluar lendir bercampur darah, kram seperti
menstruasi, nyeri punggung bawah, tekanan panggul yang terasa seperti bayi mendorong
kebawah, cairan encer yang keluar dari vagina (Winkjosastro, 2010)
3) Riwayat menstruasi
Menurut Sutjiati (2010), untuk mengetahui tentang usia menarche, siklus menstruasi, lama
menstruasi, nyeri, pendarahan intra menstruasi, problem dan prosedur (misal: amenorrhoe,
perdarahan irregular)
4) Riwayat Kehamilan Sekarang
Primigravida / multigravida, usia kehamilan, presentasi letak janin, hari pertama haid terakhir,
gerakan janin, obat yang dikonsumsi, keluhan selama hamil, ANC berapa kali, teratur/tidak,
penyuluhan yang pernah didapat, imunisasi TT dan kekhawatiran khusus trauma dan kelainan
letak (Nugroho, 2010). Pada ibu hamil dengan PPI biasanya mempunyai riwayat kehamilan
ganda, hidramnion, pre-eklampsia, perdarahan antepartum seperti solusio plasenta, plasenta
previa, pecahnya sinus marginalis, ketuban pecah dini, serviks inkompetensia, infeksi pada
vagina asenden (Nugroho, 2010).
5) Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan yang lalu
Untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat penyakit seperti : hypertensi, jantung, diabetes
melitus dan asma.
b) Riwayat kesehatan sekarang
Untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat ini. Pada ibu dengan
PPI, penyakit yang diderita ibu seperti toksemia, anemia, penyakit ginjal yang kronis dan
penyakit demam yng akut (Oxorn, 2010).
c) Riwayat kesehatan keluarga
Untuk mengetahui adanya penyakit menurun seperti asma, DM, hipertensi, jantung serta
penyakit menular seperti epilepsi yang dapat mempengaruhi kehamilan serta adanya riwayat
keturunan kembar (Sutjiati, 2010).
6) Riwayat perkawinan
Yang perlu dikaji adalah status perkawinan sah atau tidak, lamanya perkawinan, sudah berapa
lama menikah (Sutjiati, 2010). Pada ibu hamil dengan PPI terjadi 15% terjadi persalinan
prematur pada kawin tidak sah (Nugroho, 2010).

7) Riwayat keluarga berencana
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama,
adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi dan apakah ada kegagalan dalam menjalankan
program berKB (Sutjiati, 2010).
8) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
a) Kehamilan : Untuk mengetahui berapa umur kehamilan, bagaimana letak janin dan berapa
tinggi fundus uteri, apakah sesuai dengan umur kehamilan atau tidak. Pada ibu dengan PPI
adanya riwayat abortus berulang dan perawatan prenatal care yang buruk (Wiknjsastro, 2010).
b) Persalinan : Spontan atau buatan, lahir aterm atau prematur, ada atau tidak perdarahan, waktu
persalinan ditolong oleh siapa, dimana tempat melahirkan, ada atau tidak riwayat persalinan
prematur sebelumnya. Pada ibu hamil dengan PPI memiliki riwayat abortus pada trimester II
lebih dari 1 kali, riwayat persalinan preterm sebelumnya, operasi abdominal pada kehamilan
preterm (Nugroho, 2010)
c) Nifas : Apakah ada luka episiotomi atau robekan jalan lahir yang telah dijahit.
d) Anak : Jenis kelamin, hidup atau mati, kalau sudah meninggal pada usia berapa dan
sebab meninggal, berat badan dan panjang badan waktu lahir.
9) Pola kebiasaan sehari-hari
Menurut (Saminem, 2010) pola kebiasaan seharihari yang perlu dikaji adalah :
a) Pola nutrisi
Makan teratur 3 kali sehari, 1 piring nasi, lauk, sayur dan buah, minum kurang lebih 8 gelas per
hari, susu, teh dan air putih. Pada ibu yang kurang gizi dapat mempengaruhi terjadinya PPI
(Nugroho, 2010).
b) Pola Aktivitas
Apa aktivitas sehari-hari yang dilakukan ibu. Pada ibu hamil dengan PPI baianya melakukan
pekerjaan yang terlalu berat (Nugroho, 2010).
c) Pola Seksual
Untuk mengetahui apakah hubungan seksual berlangsung dengan normal dan ada keluhan atau
tidak. Pada ibu dengan PPI biasanya frekuensi hubungan seksual berlebihan terutama pada usia
kehamilan tua dan dengan posisi yang tidak aman
d) Pola eliminasi
Utuk mengetahui frekuensi BAB dan BAK serta output cairan. Pada ibu hamil dengan PPI
biasanya disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih atau bakterinuria ( Wiknjosasttro, 2010).
e) Perokok dan pemakai obat-obatan
Untuk mengetahui apakah ada kebiasaan merokok dan mengkonsumsi obat-obatan serta alkohol.
Pada ibu dengan PPI biasanya perokok berat atau lebih dari 10 batang/hari (Wiknjsastro, 2010).
b. Data Obyektif
Data Obyektif menggambarkan dokumentasi hasil pemeriksaan fisik, hasil laboratorium dan
pemeriksaan diagnostik lain yang dilakukan sesuai dengan beratnya masalah. Catatan medik dan
informasi dari keluarga atau orang lain yang dapat dimasukkan dalam data obyektif ini. Data ini
akan memberikan bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis untuk
mendukung asuhan sebagai langkah kedua dalam SOAP (Saminem, 2010).
1) Pemeriksaan Umum
a) Keadaan umum : Untuk mengetahui keadaan umum ibu apakah baik, sedang atau buruk.
b) Kesadaran : Untuk mengetahui tingkat kesadaran yaitu composmentis, apatis, samnolen,
atau koma. Normalnya kesadaran composmentis
c) Tekanan darah : Untuk mengetahui tekanan darah ibu, normal tekanan darah adalah 120/80
mmHg. Pada ibu hamil dengan PPI biasanya mengalami anemia selama kehamilannya (Nugroho,
2010).
d) Suhu : Apakah ada peningkatan suhu atau tidak. Normalnya suhu tubuh adalah 35,6
0
C 37,6
0
C . pada ibu dengan PPI adanya demam yang akut (Oxorn, 2010).
e) Denyut nadi : Untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam menit. Batas normal 60-
100x/menit.
f) Respirasi : Untuk mengetahui frekuensi pernafasan yang dihitung dalam 1 menit. Batas
normal dalam 1 menit adalah 16-24 x/menit
g) Berat badan : Untuk mengetahui adanya kenaikan berat badan selama hamil. Penambahan
berat badan rata-rata 0,3-0,5 kg/ minggu. Tetapi nilai normal untuk penambahan berat badan
selama kehamilan 9-12 kg
h) Tinggi badan : Untuk mengetahui tinggi badan ibu hamil, kurang dari 145 cm atau tidak,
termasuk resiko tinggi atau tidak
i) Lila : Untuk mengetahui lingkar lengan atas ibu, normalnya 23,5 cm
2) Pemeriksaan fisik
a) Kepala
(1) Rambut : Untuk menilai warna, ketebalan, distribusi merata atau tidak
(2) Muka : Keadaan muka pucat atau tidak, adakah kelainan atau tidak, adakah oedema atau tidak.
(3) Mata : Conjungtiva warna pucat atau kemerahan, skelera putih atau tidak
(4) Hidung : Untuk mengetahui ada tidaknya polip
(5) Telinga : Bagaimana keadaan daun telinga, liang telinga, bentuk telinga, dan
posisinya
(6) Mulut : Untuk mengetahui apakah mulut bersih dan kering, ada carries, dan karang
gigi atau tidak


b) Leher
Untuk mengetahui apakah ada pembesaran vena juguluris, pembesaran kelenjar limfe dan tyroid
c) Dada dan axilla
(1) Mamae : Untuk mengetahui bentuk payudara dan pigmentasi puting, puting susu
menonjol, benjolan abnormal dan kolostrum
(2) Axilla : Adakah tumor atau benjolan, adakah nyeri tekan atau tidak
d) Ekstremitas
Untuk mengetahui apakah ada oedema atau tidak, terdapat varicess atau tidak, reflex patella + / -
3) Pemeriksaan khusus obstetri
1. Inspeksi
Untuk mengetahui pembesaran perut sesuai usia kehamilan, bentuk abdomen, linea alba / nigra,
striae albkan / lividae, kelainan dan pergerakan janin.
2. Palpasi
Tinggi fundus uteri : Untuk mengetahui TFU dengan cara menggunakan
pita ukur, dilakukan pengukuran dengan menempatkan ujung pita ukur pada tepi atas sympisis
pubis dan tetap menjaga pita ukur agar tetap menempel pada dinding abdomen da diukur
jaraknya kebagian atas fundus uteri. Pada ibu hamil dengan PPI tinggi fundus uteri pada usia
kehamilan 20 minggu sepusat atau 16-18 cm, usia kehamilan 28 minggu 24-26 cm, usia
kehamilan 32 minggu 28-30 cm, usia kehamilan 36 minggu 32-34 cm.
Leopold I : Menentukan TFU dan bagian apa yang terdapat pada
fundus ibu
Leopod II : Menentukan apa yang terdapat disebelah kanan dan kiri
perut ibu
Leopold III : Menentukan bagian apa yang terdapat dibawah perut
ibu dan apakah sudah masuk PAP atau belum
Leopold IV : Menentukan seberapa jauh bagian terendah janin masuk
PAP (pada primipara masuk PAP pada usia kehamilan 36 minggu dan pada multipara saat
persalinan)
HIS / Kontraksi : Untuk mengkaji frekuensi, lamanya dan kekuatan
kontraksi. Pada ibu dengan partus prematurus iminens terjadinya kontraksi uterus yang teratur
dengan jarak 7-8 menitatau kurang atau 2-3 kali dalam waktu 10 menit sekali atau 1-2 kali
(Wiknjosastro, 2010)
Tafsiran berat : Untuk memperkirakan berat badan janin. Pada ibu
dengan partus prematurus iminens tafsiran berat janin adalah < 2500 gram
4) Pemeriksaan dalam anogenital
a) Vulva/vagina
Untuk mengetahui adakah edema, varises, luka, kemerahan atau tidak, pembesaran kelenjar
bartolini, ada pengeluarann pervaginam atau tidak, ada pembukaan atau tidak, penipisan,
presentasi, selaput ketuban masih utuh atau tidak dan sudah sejauh mana penurunan kepala. Pada
ibu hamil dengan PPI adanya pengeluaran lendir kemerahan atau cairan pervaginam. Pada
pemeriksaan dalam, pendataran 50-80 % atau lebih, pembukaan 2cm atau lebih (Saefuddin,
2009).
b) Perineum
Untuk mengetahui ada bekas luka atau tidak, ada keluhan atau tidak

c) Anus
Untuk mengetahui ada hemoroid atau tidak, ada kelainan atau tidak.
5) Pemeriksaan penunjang
Dilakukan untuk mendukung penegakan diagnosa. Pada kasus partus prematurus imminens data
yang diperlukan adalah berupa USG (tebal serviks 2 cm), keadaan air ketuban, CTG
(kesejahteraan janin), CRP (> 0,7 mg / ml ), leokosit dalam air ketuban (20 / ml atau lebih),
leukosit dalam serum ibu (>13.000 / ml), kultur urine, pemeriksaan gas dan pH darah janin.
c. Analisa data
Merupakan kesimpulan dari data subjektif dan objektif. Analisa pada partus prematurus iminens
yaitu : Ny. ....., G .... P .... A .... umur < 20 tahun atau > 35 tahun, usia kehamilan 20-37
minggu, janin gameli, , keadaan ibu dan bayi baik / buruk.
d. Penatalaksanaan dan Evaluasi
Merupakan rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan analisis data serta evaluasi dari
tindakan yang telah dilakukan, seperti:
1) Menginformasikan hasil pemeriksaan dan rencana asuhan, ibu mengerti dengan apa yang
diinformasikan
2) Konseling tentang partus prematurus iminens, ibu memahami apa yang dimaksud dengan partus
prematurus, tanda gejalanya dan komplikasi yang terjadi
3) Menganjurkan ibu untuk istirahat total agar kehamilannya dapat dipertahankan, ibu mau
mengikuti anjuran untuk beristiahat total
4) Memberikan terapi sesuai dengan indikasi dan instruksi dokter
Misalnya pemberian :
a) Kortikosteroid untuk pematangan paru
(1) Betamethason : 12 mg selang 2x24 jam
(2) Dexamethason : 5 mg tiap 12 jam, IM, sampai 4 dosis
b) Antibiotik : 2 g ampicilin, IV
c) Memberikan tokolitik
(1) Kalsium antagonis: 10 mg nifedipin, diulang tiap 5 menit maksimm 40 mg / 6 jam
(2) Golongan beta-mimetik
Salbutamol : 20-50 g / menit, salbutamol per oral 4 mg, 2-4 kali sehari
5) Memantau keadaan janin, keadaan janin baik
6) Memantau kontraksi, DJJ dan apabila upaya tokolitik tidak berhasil, lakukan pemantauan
kemajuan persalinan





C. Kerangka konsep
INPUT PROSES OUTPUT
Ibu hamil dengan partus prematurus iminens
Hasil asuhan kebidanan :
a. K/U baik
b. TTV normal
c. Kontraksi berhenti
d. Tidak terjadi gawat janin
e. Kehamilan dapat dipertahankan
f. Tanggapan pasien terhadap penjelasan baik

Asuhan kebidanan menurut manajemen SOAP :
S : Pengkajian data
O : Pemeriksaan umum, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang
A : Menganalisa data sesuai data yang didapat
P : Melakukan penatalaksanaan














Bagan 2.1 Kerangka konsep Partus prematurs iminens (Sudarti, 2010)








Diposkan oleh mogerzmery di 06.49 2 komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Beranda
Langganan: Entri (Atom)
Arsip Blog
2013 (1)
o Mei (1)
<!--[if !mso]>v\:* {behavior:url(#default#VML);}o\...
Mengenai Saya
mogerzmery
Lihat profil lengkapku
Template Watermark. Diberdayakan oleh Blogger.


PERSALINAN PREMATUR


PERSALINAN PREMATUR

A. Pengertian
Bersalin (partus) adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan ari), yang
dapat hidup ke dunia luar dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain. Partus ada
beberapa macam yaitu : Partus immaturus adalah : Kurang dari 28 minggu lebih dari 20 minggu
dengan berat janin 1000-500 gram.
Persalinan prematur adalah persalinan yang dimulai setelah kehamilan 20 minggu dan
sebelum kehamilan 37 minggu, BB >500gr dan <2500gr.
Kategori Berat Badan Lahir Rendah:
1. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) < 2500 gram,
2. BBLSR (Berat Badan Lahir Sangat Rendah) < 1500 gram
3. BBLER (Berat Badan Lahir Sangat Rendah ) 1000 gram (Prawiroharjo, Sarwono 2008: 668).
Partus postmaturus atau scrotinus adalah : partus yang terjadi 2 minggu atau lebih dari waktu
partus yang diperkirakan. In partu adalah seorang wanita yang sedang dalam keadaan persalinan.
Partus biasa atau partus normal atau partus spontan adalah bila bayi lahir dengan presentasi
belakang kepala tanpa memakai alat-alat atau pertolongan istimewa serta tidak melukai ibu dan
bayi, dan umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam.
Partus luar biasa atau partus abnormal adalah : bila bayi dilahirkan pervaginam dengan
cunam, atau ekstraktor vakum, versi dan ekstraksi, dekapitasi, embriotomi dan sebagainya.
B. Etiologi
Menurut Sarwono Prawirohardjo. Ilmu Kebidanan. 2008. Etiologi persalinan prematur
sering kali tidak diketahui. Ada beberapa kondisi medik yang mendorong untuk dilakukannya
tindakan sehingga terjadi persalinan prematur.
Kondisi yang menimbulkan partus prematur.
1. Faktor Janin dan plasenta:
Perkembangan Janin Terhambat.
Merupakan kondisi dimana salah satu sebabnya ialah pemasokan oksigen dan makanan mungkin
kurang adekuat dan hal ini mendorong untuk terminasi kehamilan lebih dini.


a. Solusio Plasenta.
Terlepasnya plasenta akan merangsang untuk terjadi persalinan prematur. Meskipun sebagian
besar terjadi pada matur. Pada pasien dengan riwayat solusio plasenta maka kemungkinan
terulang menjadi lebih besar.
b. Plasenta Previa.
Sering kali berhubungan dengan persalinan prematur akibat harus dilakukan tindakan pada
perdarahan yang banyak. Bila terjadi perdarahan banyak maka kemungkinan kondisi janin
kurang baik karena hipoksia.
c. Ketuban Pecah Dini.
Mungkin mengawali terjadinya kontraksi atau sebaliknya. Ada beberapa kondisi yang mungkin
menyertai seperti serviks inkompeten, hidramnion, kehamilan ganda, infeksi vagina dan serviks
dan lain-lain. Infeksi asenden merupakan teori yang cukup kuat dalam mendukung terjadinya
amnionitis dan kemungkinan ketuban pecah.
d. Kehamilan Ganda
Sebanyak 10% pasien dengan partus preterm ialah kehamilan ganda dan secara umum kehamilan
ganda mempunyai masa gestasi yang lebih pendek.
e. Kelainan genetik
f. Infeksi (TORCH)
h. Polihidramnion
Pada kehamilan normal, cairan amnion memberikan ruang bagi janin untuk tumbuh, bergerak,
dan berkembang. Tanpa cairan amnion, uterus akan berkontraksi dan menekan janin. Jika terjadi
pengurangan volume cairan amnion pada awal kehamilan, janin akan mengalami berbagai
kelainan seperti gangguan perkembangan anggota gerak, cacat dinding perut, dan sindroma
Potter , suatu sindrom dengan gambaran wajah berupa kedua mata terpisah jauh, terdapat lipatan
epikantus, pangkal hidung yang lebar, telinga yang rendah dan dagu yang tertarik ke belakang.
Pada pertengahan usia kehamilan, cairan amnion menjadi sangat penting bagi perkembangan
paru janin. Tidak cukupnya cairan amnion pada pertengahan usia kehamilan akan menyebabkan
terjadinya hipoplasia paru yang dapat menyebabkan kematian.Selain itu cairan ini juga
mempunyai peran protektif pada janin, cairan ini mengandung agen-agen anti bakteria dan
bekerja menghambat pertumbuhan bakteri yang memiliki potensi patogen.

Selama proses
persalinan dan kelahiran cairan amnion terus bertindak sebagai medium protektif pada janin
untuk memantau dilatasi servik. Selain itu cairan amnion juga berperan sebagai sarana
komunikasi antara janin dan ibu. Kematangan dan kesiapan janin untuk lahir dapat diketahui dari
hormon urin janin yang diekskresikan ke dalam cairan amnion.Apabila polihidramnion akan
peregangannya berlebihan, ibu dapat mengalami dispnea dan pada kasus ekstrim, mungkin hanya
dapat bernafas bila dalam posisi tegak. Sering terjadi edema akibat penekanan sistem vena besar
oleh uterus yang sangat besar, terutama di ekstremitas bawah, vulva, dan dinding abdomen.
Walaupun jarang, dapat terjadi oligouria berat akibat obstruksi ureter oleh uterus yang sangat
besar. Biasanya akan menyebabkan persalinan sebelum usia gestasi 28 minggu, atau gejala dapat
menjadi demikian parah sehingga harus dilakukan intervensi.
i. Hipertiroid (Takikardi)
Hormon tiroid memiliki efek pada otot jantung, sirkulasi perifer dan sistem saraf simpatis yang
berpengaruh terhadap hemodinamik kardiovaskuler pada penderita hipertiroid. Perubahan yang
utama meliputi: peningkatan denyut jantung, kontraktilitas otot jantung, curah jantung, relaksasi
diastolik dan penggunaan oksigen oleh otot jantung serta penurunan resistensi vaskuler sistemik
dan tekanan diastolik. Gangguan fungsi kelenjar tiroid dapat menimbulkan efek yang dramatik
terhadap sistem kardiovaskuler, seringkali menyerupai penyakit jantung primer. Pada ibu hamil
yang mengalami hipertiroid akan terjadi takikardi sehingga penyampaian oksigen ke janin tidan
bisa berjalan lancar sehingga menyebabkan abortus.
g. Vasa frevia
2. Faktor Ibu:
a.Hipertensi
Tekanan darah tinggi menyebabkan penolong cenderung untuk mengakhiri kehamilan, hal ini
menimbulkan prevatensi persalinan prematur meningkat.
b.Kelainan Rhesus.
Sebelum ditemukan anti D imunoglabulin maka kejadian induksi menjadi berkurang, meskipun
demikian hal ini masih sering terjadi.
c.Diabetes.
Pada kehamilan dengan diabetes yang tidak terkendali maka dapat dipertimbangkan untuk
mengakhiri kehamilan. Tapi saat ini dengan pemberian insulin dan diet yang terprogram,
umunya gula darah dapat dikendalikan.
d.Kelainan Bawaan Uterus
Meskipun jarang terjadi tetapi dapat dipertimbangkan hubungan kejadian partus preterm dengan
kelainan uterus yang ada.
e.Serviks Inkompeten.
Hal ini mungkin menjadi penyebab abortus selain partus preterm. Riwayat tindakan serviks dapat
dihubungkan dengan terjadinya inkompeten. Chamberlain dan Gibbings menemukan 60% dari
pasien serviks inkompeten pernah mengalami abortus spontan dan 49% mengalami pengakhiran
kehamilan pervaginam.
f.Gizi
Jika ibu hamil menderita kurang gizi, maka janin yang ada dalam kandungannya juga akan
kekurangan gizi. Situasi ini akan berdampak pada masa depan kehidupan anak, yaitu terancam
berbagai penyakit, di antaranya kegemukan (obesitas), jantung, diabetes, kanker payudara,
tekanan darah tinggi hingga pertumbuhan hati janin yang tidak sempurna. Janin yang kurang gizi
tidak dapat tumbuh dengan baik. Janin akan kecil dan ini menyebabkan fungsi hati pada
kehidupannya kelak tak sempurna, termasuk kemungkinan untuk mencernakan kolesterol. Maka
bayi yang lahir dengan hati yang kecil kelak kadar kolesterol darahnya tinggi dengan segala
akibatnya. jika janin dalam kandungan kurang gizi, maka janin bersangkutan akan beradaptasi
untuk menghemat makanan yang didapat. Ini berarti tubuh janin akan mengalami perubahan
terhadap ensim insulin, dalam hal ini insulin. Selain itu janin yang kekurangan gizi tidak akan
mampu mempertahankan diri lebih lama dalam kandungan sehingga kemungkinan besar terjadi
premature, disebabkan oleh asupan nutrisi dari ibu yang tidak mencukupi.
g.Perdarahan masif
h.Infeksi (TORCH)
TORCH adalah istilah untuk menggambarkan gabungan dari empat jenis penyakit infeksi yaitu
TOxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat jenis penyakti infeksi ini, sama-
sama berbahaya bagi janin bila infeksi diderita oleh ibu hamil. Infeksi TORCH yang terjadi pada
ibu hamil dapat menyebabkan keguguran, bayi lahir prematur, dan dapat juga menyebabkan
kelainan pada janin yang dikandungnya. Kelainan yang muncul dapat bersifat ringan atau berat,
kadang-kadang baru timbul gejala setelah remaja. kerusakan mata (radang mata), kerusakan
telinga (tuli), kerusakan jantung, gangguan pertumbuhan, gangguan saraf pusat, kerusakan otak
(radang otak), keterbelakangan mental, pembesaran hati dan limpa. Penurunan antibody pada ibu
mengakibatkan kelemahan pada janin terhadap infeksi sehingga janin tidak dapat bertahan lama
atau akan lahir premature.
i.Anemia
Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena perubahan sirkulasi
yang makin meningkat terhadap plasenta dari pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat
45-65% dimulai pada trimester ke II kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke 9 dan
meningkatnya sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang aterem serta kembali normal 3 bulan
setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasenta, yang
menyebabkan peningkatan sekresi aldesteron. Anemia juga menyebabkan rendahnya
kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen. Pada wanita
hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Risiko
kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan angka kematian
perinatal meningkat. Di samping itu, perdarahan antepartum dan postpartum lebih sering
dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih sering berakibat fatal, sebab wanita yang anemis
tidak dapat mentolerir kehilangan darah. Dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan
yang sangat ringan hingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan abortus, partus
imatur/prematur), gangguan proses persalinan (inertia, atonia, partus lama, perdarahan atonis),
gangguan pada masa nifas (subinvolusi rahim, daya tahan terhadap infeksi dan stress kurang,
produksi ASI rendah), dan gangguan pada janin (abortus, dismaturitas, mikrosomi, BBLR,
kematian perinatal, dan lain-lain).
j.Infeksi saluran kemih/genital/intrauteri
k.Stress psikologi
Stress atau perasaan tertekan akan dapat berakibat buruk pada bayi anda. Bagaimana stress dapat
mempengaruhi bayi anda, yaitu-- lewat perubahan fisik yang terjadi pada anda akibat stress,
seperti peningkatan detak jantung dan peningkatan hormone stress,-- mungkin anda berfikir hal
ini tidak secara langsung berpengaruh bagi bayi.
Dalam waktu pendek, tingkat stress yang tinggi akan dapat menyebabkan gejala : rasa lemas,
kurang tidur, perasaan cemas, nafsu makan terganggu atau terlalu banyak makan, sakit kepala
dan punggung. Dan jika tetap tak diatasi, dapat menimbulkan masalah kesehatan yang lebih
serius seperti tekanan darah tinggi, sakit jantung, dan juga memperendah kekebalan tubuh
terhadap infeksi. Semua ini dapat berpengaruh pada bayi anda, seperti substasi-substasi yang
berasal dari hormone stress dapat mempunyai pengaruh yang merugikan bagi bayi. Dan stress
menjadi lebih besar pengaruhnya karena wanita yang sedang dalam keadaan stress akan
bertingkah laku berbeda. Contohnya wanita yang sedang stress biasanya tidak dapat makan
dengan baik dan pelarian ke rokok atau alcohol, dimana semua ini meningkatkan resiko pada
kesehatan bayi anda. Semua hal ini memungkinkan terjadinya abortus.
l.Riwayat persalinan preterm/abortus berulang
m.Pemakaian obat narkotik
Ibu hamil sebaiknya tidak mengonsumsi obat-obat herbal dan vitamin dosis tinggi, atau obat-
obatan lainnya tanpa pengawasan dokter. Obat-obatan dapat memengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan janin, khususnya pada masa-masa awal kehamilan masa sensitive antara minggu
ke-6 sampai minggu ke -12, yaitu fase kehamilan dimana semua organ vital bayi sedang
dibentuk.
Obat-obatan mungkin saja aman bagi ibu hamil, namun berbahaya bagi janin apalagi jika
dikombinasikan dengan obat-obatan lainnya atau makanan-makanan tertentu.
Jika obat-obat yang biasanya diperbolehkan saja tidak diizinkan untuk dikonsumsi sembarangan
selama hamil, apalagi obat-obatan terlarang seperti narkotika. Obat-obatan semacam itu tentu
memberikan efek yang lebih buruk dan lebih parah lagi untuk Anda dan bayi Anda.
Bila Anda sedang sakit, beritahukan kepada dokter bahwa Anda sedang hamil agar dokter tahu
harus meresepkan obat-obatan yang boleh dikonsumsi oleh Anda. Jangan minum obat dengan
resep yang kadaluwarsa atau obat yang diresepkan untuk orang lain.
Sebagian obat obatan memang harus diminum untuk menyembuhkan penyakit kronis seperti
diabetes, penyakit jantung, masalah tiroid, rematik, dan lainnya yang tetap harus berdasarkan
resep dokter.
Beberapa obat yang masih relative aman untuk wanita hamil diantaranya amoxicillin, ampicillin,
ephedrine, paracetamol. Namun, ingat kesemuanya harus tetap sepengetahuan dokter Anda
Alkohol merupakan racun yang dapat mengganggu perkembangan janin. Dampak alcohol
terhadap kehamilan baru benar-benar diperhatikan secara serius dalam 15 tahun terakhir.
Alkohol bisa masuk ke dalam aliran darah bayi dan sangat mengganggu selama masa-masa
penting perkembangan bayi, yaitu sekitar minggu ke-6 sampai minggu ke-12, dan minggu-
minggu selanjutnya selama kehamilan.
Jika meminum alcohol lebih dari dua kali (dua gelas) sehari, satu diantara sepuluh janin akan
mengalami fetal alcohol syndrome (FAS) yang bisa mengakibatkan kelaianan-kelainan pada
wajah seperti pecah-pecah pada langit-langit mulut, dan bibir sumbing. Kelainanan lain yang
bisa muncul adalah kelainan jantung, perkembangan anggota badan yang tidak normal, dan bayi
dengan tingkat kecerdasan yang lebih rendah.
Jika ibu hamil meminum alcohol kurang dari dua gelas sehari, maka resiko kelainan pada janin
masih tetap ada. Hal ini disebabkan karena sebagian tubuh ibu hamil mengolah alcohol menjadi
acetaldehyde, zat yang sangat beracun.
Bayi yang lahir dari wanita peminum alcohol, beresiko memiliki berat badan yang lebih rendah
dari bayi rata-rata yang ibunya bukan peminum. Selain itu, bayi yang ibunya peminum biasanya
tidak bisa lama bertahan hidup. Menurut hasil penelitian, sekecil apapun kadar alcohol yang
diminum selama hamil bisa beresiko mengalami berbagai kelainan, baik kelainan fisik maupun
kelainan mental.
n. Trauma
o. Perokok berat
Dalam rokok, terkandung zat-zat kimia yang bisa membatasi pertumbuhan janin. Zat-zat kimia
tersebut mereduksi jumlah sel yang dihasilkan di dalam tubuh dan otak janin. Nikotin yang
terandung di dalam rokok membuat pembuluh-pembuluh darah menjadi mengkerut, sehingga
mengurangi persediaan darah untuk plasenta yang berakibat terganggunya pertumbuhan
janin.Dalam darah perokok kadar karbon moniksidanya lebih tinggi. Perempuan perokok yang
hamil harus menghentikan kebiasaan merokoknya karena akan sangat merugikan kesehatan janin
yang dikandung. Karbon monoksida akan terkonsentrasi dalam darah janin. Karbondioksida akan
meracuni dan mengurangi jumlah oksigen yang dibawa ke dalam darah. Semakin banyak jumlah
karbonmonoksida dalam darah janin, maka akan semakin rendah berat badan bayi saat lahir.
Menurut penelitan, ibu perokok biasanya akan melahirkan bayi dengan berat badan yang lebih
rendah 200 gram dari bayi yang dilahirkan dari ibu bukan perokok. Bayi dengan berat badan
rendah lebih rentan terhadap berbagai infeksi, bisa terkena berbagai masalah kesehatan dan lebih
kecil kemungkinannya untuk bertahan hidup. Masih menurut hasil penelitian, kemungkinan bayi
lahir premature pada perempuan perokok hampir dua kali lipat.
Orang yang merokok biasanya makan lebih sedikit, sehingga janin yang dikandung tidak akan
mendapatkan gizi yang cukup untuk tumbuh dengan baik. Ibu perokok sering mengalami
defisiensi (kekurangan) zinc (seng), mangan, vitamin A, B6, B12, dan C.
Perokok lebih mungkin melahirkan anak dengan segala jenis cacat bawaan, khususnya pecah-
pecah pada langit-langit mulut, bibir sumbing, kelainan system saraf pusat. Resiko-resiko
kelainan tersebut akan semakin besar pada perokok berat.
Resiko keguguran (aborsi spontan) dan bayi lahir mati juga semakin besar (dua kali lipat) pada
perokok. Hal tersebut dikarenakan merokok menyebabkan resiko plasenta turun ke bawah di
dalam rahim. Merokok juga bisa menyebabkan plasenta bayi menjadi lebih tipis, pembuluh-
pembuluh darah menjadi rusak. Kematian neonatal lebih sering terjadi pada janin yang ibunya
perokok. Ibu-ibu yang masih terus merokok setelah bulan keempat kehamilan memiliki resiko
hampir sepertiga bayinya mati dalam seminggu setelah lahir. Asap rokok menyebabkan bayi
sangat beresiko mengalami gangguan kesehatan selama tahun pertama kehidupannya. Bayi
cenderung menderita bronchitis dan memiliki peluang lebih besar untuk mengalami kematian
mendadak atau SIDS (Sudden Infant Death Syndrome). Wanita yang sebelumnya merokok lalu
mengurangi atau berhenti merokok sebelum minggu ke-20 kehamilan bisa saja melahirkan bayi
dengan berat badan yang sama dengan bayi yang lahir dari wanita bukan perokok, namun masih
tetap menyisakan resiko abnormalitas/kelainan bawaan karena pernah merokok pada fase-fase
awal kehamilan atau sebelum pembuahan. Resiko kelainan pada bayi juga dimiliki oleh wanita-
wanita perokok pasif yang terbiasa hidup dengan asap rokok. Anak-anak yang ayahnya perokok
berat beresiko dua kali lipat terkena abnormalitas/kelainan.
Separuh dari wanita hamil yang mengalami kelahiran prematur terjadi tanpa alasan atau
sebab yang tidak diketahui. Banyak hal yang dapat mempertinggi risiko terjadinya kelahiran
prematur. Beberapa di antaranya, infeksi mulut rahim atau saluran kencing, pecahnya kantung
amnion (cairan ketuban), dan lemahnya mulut rahim. Penyakit kronik seperti tekanan darah
tinggi, diabetes, penyakit ginjal dan thyroid (gondok), serta pemakaian substansi seperti perokok,
peminum alkohol atau pemakai narkoba juga bisa memicu kelahiran prematur. Begitu pula jika
usia ibu saat hamil kurang dari 18 tahun atau lebih dari 40 tahun. Kondisi lainnya seperti janin
dengan kelainan kongenital atau produksi cairan amnion berlebihan dapat pula merangsang
persalinan lebih awal.
C. Patofisiologi
Beberapa pemeriksaan dan faktor risiko dapat memperkirakan terjadinya partus prematurus,
antara lain ras kulit hitam, indeks masa tubuh yang rendah, perdarahan pervagina, kontraksi,
infeksi pelvis, bakterial vaginosis, partus prematurus habitualis, tes serviko vaginal fetal
fibronectin, dan ukuran servik yang pendek. Dua yang disebutkan terakhir merupakan prediktor
paling kuat.
Partus prematurus dapat diperkirakan dengan mencari faktor resiko mayor atau minor. Faktor
resiko minor adalah penyakit yang disertai demam, perdarahan pervaginam pada kehamilan lebih
dari 12 minggu, riwayat pielonefritis, merokok lebih dari 10 batang per hari, riwayat abortus
pada trimester II, riwayat abortus pada trimester I lebih dari 2kali Faktor resiko mayor adalah
kahamilan multipel, hidramnion, anomali uterus, serviks terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan
32 minggu, riwayat abortus pada trimester II lebih dari 1 kali, riwayat persalinan preterm
sebelumnya, operasi abdominal pada kehamilan preterm, riwayat operasi konisasi dan iritabilitas
uterus. Pasien tergolong resiko tinggi bila dijumpai 1 atau lebih faktor resiko mayor atau bila ada
2 atau lebih faktor resiko minor atau bila ditemukan keduanya.
D. Diagnosis
Diagnosis preterm yaitu:
a. HPHT harus jelas.
b. Kontraksi uterus yang berulang sedikitnya setiap 7-8 menit sekali atau 2-3 kali dalam waktu 10
menit
c. Adanya nyeri pada punggung bawah.
d. Perdarahan bercak.
e. Persaan menekan daerah serviks
f. Pemeriksaan serviks menunjukan telah terjadi pembukaan sedikitnya 2cm dan penipisan 50-
80%..
g. Pada fase aktif, intensitas dan frekuensi kontraksi meningkat saat pasien melakukan aktivitas.
h. Usia kehamilan antara 20 37 minggu.
i. Ultrasonografi untuk melihat Taksiran berat janin sesuai usia kehamilan antara 20 37 minggu.
j. Presentasi janin abnormal lebih sering ditemukan pada persalinan preterm.
k. Selaput ketuban pecah dapat merupakan tanda awal terjadinya persalinan preterm.
l. USG : air ketuban.
m. Amniosentesis untuk melihat kematangan beberapa organ janin, seperti rasio lasitin, spingo
myelin, surfaktan, dll.
n. Riwayat persalinan yang lalu.
o. Urinalisis
p. Pemeriksaan darah lengkap dan hitung jenis.
Bila persalinan kemudian menjadi nyata, maka pengobatan dapat dimulai. Bila tidak fungsi
uterus dievaluasi lebih lanjut dengan menggunakan topografi ekstenal untuk merekam dan
lamanya kontraksi, pembukaan serviks yang progresif, merupakan tanda persalinan.


E. Komplikasi
Komplikasi pada bayi:
a. Sindroma gawat pernafasan (penyakit membran hialin).
Paru-paru yang matang sangat penting bagi bayi baru lahir. Agar bisa bernafas dengan
bebas, ketika lahir kantung udara (alveoli) harus dapat terisi oleh udara dan tetap terbuka.
Alveoli bisa membuka lebar karena adanya suatu bahan yang disebut surfaktan, yang dihasilkan
oleh paru-paru dan berfungsi menurunkan tegangan permukaan. Bayi prematur seringkali tidak
menghasilkan surfaktan dalam jumlah yang memadai, sehingga alveolinya tidak tetap terbuka.
Diantara saat-saat bernafas, paru-paru benar-benar mengempis, akibatnya terjadi Sindroma
Distres Pernafasan. Sindroma ini bisa menyebabkan kelainan lainnya dan pada beberapa kasus
bisa berakibat fatal. Kepada bayi diberikan oksigen; jika penyakitnya berat, mungkin mereka
perlu ditempatkan dalam sebuah ventilator dan diberikan obat surfaktan (bisa diteteskan secara
langsung melalui sebuah selang yang dihubungkan dengan trakea bayi).
b. Ketidakmatangan pada sistem saraf pusat bisa menyebabkan gangguan refleks menghisap atau
menelan, rentan terhadap terjadinya perdarahan otak atau serangan apneu. Selain paru-paru yang
belum berkembang, seorang bayi prematur juga memiliki otak yang belum berkembang. Hal ini
bisa menyebabkan apneu (henti nafas), karena pusat pernafasan di otak mungkin belum matang.
Untuk mengurangi mengurangi frekuensi serangan apneu bisa digunakan obat-obatan. Jika
oksigen maupun aliran darahnya terganggu. otak yang sangat tidak matang sangat rentan
terhadap perdarahan (perdarahan intraventrikuler).atau cedera .
c. Ketidakmatangan sistem pencernaan menyebabkan intoleransi pemberian makanan. Pada
awalnya, lambung yang berukuran kecil mungkin akan membatasi jumlah makanan/cairan yang
diberikan, sehingga pemberian susu yang terlalu banyak dapat menyebabkan bayi muntah. Pada
awalnya, lambung yang berukuran kecil mungkin akan membatasi jumlah makanan/cairan yang
diberikan, sehingga pemberian susu yang terlalu banyak dapat menyebabkan bayi muntah.
d. Retinopati dan gangguan penglihatan atau kebutaan (fibroplasia retrolental)
e. Displasia bronkopulmoner.
f. Penyakit jantung.
g. Jaundice.
Setelah lahir, bayi memerlukan fungsi hati dan fungsi usus yang normal untuk membuang
bilirubin (suatu pigmen kuning hasil pemecahan sel darah merah) dalam tinjanya. Kebanyakan
bayi baru lahir, terutama yang lahir prematur, memiliki kadar bilirubin darah yang meningkat
(yang bersifat sementara), yang dapat menyebabkan sakit kuning (jaundice). Peningkatan ini
terjadi karena fungsi hatinya masih belum matang dan karena kemampuan makan dan
kemampuan mencernanya masih belum sempurna. Jaundice kebanyakan bersifat ringan dan akan
menghilang sejalan dengan perbaikan fungsi pencernaan bayi.
h. Infeksi atau septikemia. Sistem kekebalan pada bayi prematur belum berkembang sempurna.
Mereka belum menerima komplemen lengkap antibodi dari ibunya melewati plasenta (ari-ari).
Resiko terjadinya infeksi yang serius (sepsis) pada bayi prematur lebih tinggi. Bayi prematur
juga lebih rentan terhadap enterokolitis nekrotisasi (peradangan pada usus).
i. Anemia
j. Bayi prematur cenderung memiliki kadar gula darah yang berubah-ubah, bisa tinggi
(hiperglikemia maupun rendah (hipoglikemia).
k. Perkembangan dan pertumbuhan yang lambat.
l. Keterbelakangan mental dan motorik.
F. Penanganan
Persalinan preterm tidak bisa diprediksi, namun bisa dicegah. Yaitu dengan pemberian obat
yang bekerja melemaskan otot-otot rahim sehingga tidak terjadi kontraksi. Pemberian obat ini
dimaksudkan untuk menahan bayi agar tidak lahir, karena janin kurang dari 36 minggu dan berat
kurang 2,5 kg, paru-parunya belum sempurna sehingga dapat mengakibatkan gagal nafas. Gagal
nafas ini bisa menyebabkan kematian.
Oleh karena usia hamil dan berat lahir merupakan faktor penentu dari fetal survival maka
Yang menjadi tujuan utama pengelolaan persalinan adalah :
1) Meningkatkan usia hamil
2) Meningkatkan berat lahir
3) Menurunkan morbiditas dan mortalitas perinata
4) Prinsip pengelolaan persalinan preterm yang membakat adalah tergantung pada
5) Kondisi ketuban masih utuh atau sudah pecah.
6) Usia kehamilan dan perkiraan berat janin.
7) Ada atau tidak adanya gejala klinis dari infeksi intra uterin.
8) Ada atau tidak petanda-petanda yang meramalkan persalinan dalam waktu yang relatif dekat
(kontraksi, penipisan servik dan kadar IL-6 dalam air ketuban ). Pengelolaan persalinan preterm
dengan ketuban yang masih intak.
Pada dasarnya apabila tidak ada bahaya untuk ibu dan/atau janin maka pengelolaan persalinan
preterm yang membakat adalah konservatif, yakni :
1) Menunda persalinan dengan tirah baring dan pemberian obat-obat tokolitik.
2) Memberikan obat-obat untuk memacu pematangan paru janin.
3) Memberikan obat-obat antibiotika untuk mencegah risiko terjadinya infeksi perinatal
4) Merencanakan cara persalinan prterm yang aman dan dengan trauma yang minimal
5) Mempersiapkan perawatan neonatal dini yang intensif untuk bayi-bayi prematur.
Setiap persalinan preterm harus dirujuk ke rumah sakit, cari apakah maternal ada factor penyulit,
dinilai apakah termasuk risiko tinggi atau rendah sebelumdirujuk, berikan air minum 1000 ml
dalam waktu 30 menit dan nilai apakah kontraksi berhenti apa tidak Bila kontraksi masih
berlanjut, berikan obat tokolitik seperti fenoterol 5 mg peroral dosis tunggal sebagai pilihan
pertama atau ritodrin 10 mg peroral dosis tunggal sebagai pilihan kedua atau ibuprofen 400 mg
peroral dosis tunggal pilihan ketiga Bila pasien menolak dirujuk, pasien harus istirahat baring
dan banyak minum, tidak diperbolehkan bersenggama. Pasien diberi tokolitik seperti fenoterol 5
mg peroral tiap 6 jam atau ritodrin 10 mg peroral tiap 4 jam atau ibuprofen 400 mg peroral tiap 8
jam sampai 2 hari bebas kontraksi.Persalinan tidak boleh ditunda bila ada kontraindikasi mutlak (
gawat janin, korioamnionitis, perdarahan antepartum yang banyak) dan kontraindikasi relative (
gestosis, diabetes mellitus, pertumbuhan janin terhambat dan pembukaan serviks 4cm). Di rumah
sakit dilakukan Observasi pasien selama 30-60 menit. Penatalaksanaannyatergantung kontraksi
uterus serta dilatasi dan pembukaan serviks.
a. Hidrasi dan sedasi, yaitu dengan NaCl 0,9%; dekstrosa 5% atau RL; dektrosa 5% sebanyak 1:
1 dan sedasi dengan morfin sulfat 8- 12 mg IM selama 1 jam sambil mengobservasi ibu dan janin
Pasien kemudian dikelompokan menjadi 3 kelompok:
Kelompok I : Pembukaan serviks terus berlangsung maka diberikan tokolisis.
Kelompok II : Tidak ada perubahan pembukaan dan kontraksi secara masih terjadi maka
diberikan tokolisis.
Kelompok III : Tidak ada perubahan dan kontraksi uterus berkurang maka pasien hanya
diobservasi.
Berikan tokolisis bila janin dalam keadaan baik, kehamilan 20-37 minggu, pembukaan serviks
kurang dari 4 cm, dan selaput ketuban masih ada. Jenis tokolisis adalah betamimetik adrenergik,
magnesium sulfat 4g, etil alkohol dan glukokortikoid.
Lakukan persalinan pervaginam bila janin presentasi kepala atau episiotomi lebar dan ada
perlindungan forseps terutama pada kehamilan 35 minggu. Lakukan persalinan dengan SC bila
janin letak sungsang, gawat janin dengan syarat partus pervaginam terpenuhi, infeksi intrapartum
dengan syarat partus pervaginam tidak terpenuhi, janin letak lintang, plasenta previa dan tafsiran
berat janin 1500 gr.
Penatalaksanaan pada kelahiran dan persalinan premature
Kelahiran harus berlangsung di rumah sakit yang dilengkapi dengan special intensive care
nurseries atau bangsal anak dengan perawatan intensif khusus. Pemindahan bayi ke rumah sakit
rujukan setelah lahir bukan merupakan pendekatan yang memuaskan.
Prinsip bahwa kelahiran bokong yang prematur sebaiknya dilaksanakan dengan sectio caesarea
adalah berdasarkan 2 observasi:
1. Sehubungan dengan tubuh janin, kepala janin yang prematur secara proporsional akan
lebih besar daripada kepala janin aterm. Badan dapat melewati servik dan panggul tapi
bagian lunak janin lahir tidak cukup berdilatasi untuk memberikan ruang bagi kepala
sehingga terjadilah kemacetan.
2. Bukti statistik bahwa bayi prematur dengan presentasi bokong lebih aman bila dilahirkan
lewat sectio caesarea.
a. Persalinan
Tindakan yang hati-hati dan tidak kasar merupakan hal yang teramat penting. Bayi
prematur dengan tengkorak yang lunak dan daya tahan yang rendah tidak akan mampu
menghadapi trauma. Kalau mungkin, kontraksi kuat yang berlebihan dan partus presipitatus
harus dihindari. Sayangnya baik bayi maupun uterus tidak siap untuk persalinan yang normal.
Sering cervik yang belum matang menambah kesulitan-kesulitan tersebut. Monitoring denyut
jantung anak secara terus-menerus merupakan hal yang penting.
b. Analgesia dan anesthesia
Bayi prematur amat peka terhadap obat-obat yang diberikan kepada ibu untuk meredakan
nyeri. Sekalipun dosisnya kecil bisa terjadi depresi pusat-pusat vital yang menyebabkan respirasi
terlambat dimulai dan timbul asphyxia. Selama proses persalinan sebaiknya dihindari pemakaian
segala jenis narkotik. Kelahiran paling aman dilaksanakan dengan infiltrasi lokal atau pudendal
block. Jika diperlukan anesthesi yang lebih dalam, bisa digunakan teknik konduksi seperti
epidural block.

c. Kelahiran
1. kelahiran harus dilaksanakan secara hati-hati dan perlahan-lahan untuk
menghindari kompresi dan dekompresi kepala secara cepat
2. oksigen diberikan lewat masker kepada ibu selama kelahiran
3. ketuban tidak boleh dipecahkan secara artifisial. Kantong ketuban berguna
sebagai bantal bagi tengkorak prematur yang lunak dengan sutura-suturanya yang
masih terpisah lebar
4. episiotomi mengurang tekanan pada cranium bayi
5. foerceps rendah dapat membantu dilatasi bagian lunak jalan lahir dan
mengarahkan kepala bayi lewat perineum. Kami lebih menyukai kelahiran
spontan kalau keadaannya memungkinkan
6. ekstraksi bokong tidak boleh dilakukan. Bahaya tambahan pada kelahiran
prematur adalah bahwa bokong tidak dapat menghasilkan pelebaran jalan lahir
yang cukup untuk menyediakan ruang bagi kepala bayi yang relatif besar
7. kelahiran presipitatus dan yang tidak ditolong berbahaya bagi bayi-bayi prematur
8. seorang ahli neonatus harus hadir pada saat kelahiran.


d. Perawatan Bayi Prematur
1. posisi kepala di bawah (pada sudut sekitar 30
o
) dipertahankan untuk memudahkan
drainage tractus respiratorius. Jika perdarahan intracranial dicurigai, bayi harus
dibaringkan dalam posisi horizontal
2. sekret diaspirasi dari dalam tengkorak dan hidung secara hati-hati dengan alat pengisap
lendir
3. inkubator sangat menolong karena suhu, kelembaban dan oksigen bisa dikontrol.
Atmosfer yang paling baik adalah atmosfer yang hangat. Untuk mencegah terjadinya
retrolental fibroplasia, kadar oksigen harus dibawah 40 %
4. bayi yang apneu harus diberi oksigen selama 1 sampai 2 menit dari kelahiranyya.
Diperlukan pernapasan buatan yang memadai. Kami mendapatkan bahwa teknik
pernapasan dengan balon dan masker (bag and mask technique) merupakan teknik yang
efisien dan aman
5. tindakan resusitasi harus hati-hati dan tidak kasar. Pemukulan dan pemijatan tidak
dianjurkan. Yang paling baik adalah penanganan yang sedikit mungkin
6. kadang-kadang diperlukan laryngoskop untuk mengeluarkan debris dari dalam tractus
respiratorius dan untuk melakukan intubasi guna memasukkan oksigen
7. respirasi yang sukar dan menetap dapat menunjukkan adanya pneumothorax atau hernia
diafragmatika
8. kalau bayinya terbius oleh obat-obat yang digunakan ibu, maka pengaruh obat-obat
depresan ini dapat dilawan dengan pemberian Nalline kepada bayi tersebut. Takarannya
adalah 0,2 mg yang diberikan ke dalam vena umbilicalis. Jika berat bayi kurang dari 1000
gram, takarannya adalah 0,1 mg. Obat-obat perangsang tidak boleh digunakan
9. sekalipun tidak ada kesepakatan apakah tali pusat harus dijepit secara dini ataukah bayi
harus diangkat lebih tinggi daripada placenta sampai denyut tali pusat berhenti, namun
terdapat kesepakatan bahwa tali pusat tidak boleh diurut ke arah bayi karena darah
tambahan yang masuk mendadak ke dalam sirkulasi darah bayi dapat menimbulkan
overloading dan memberikan beban kepada jantung
10. karena prematuritas umumnya disertai kongenital, bayi harus diperiksa dengan cermat
11. kalau mungkin kelahiran harus dihadiri oleh dokter spesialis anak
12. bangsal perawatan prematur yang terpisah dengan staf yang terlatih khusus merupakan
fasilitas yang amat berharga.
13. yang terbaru adalah metode Kanguru untuk bayi prematur: perawatan ini bisa digunakan
sebagai penggnti perawatan dengan inkubator, caranya, dengan mengenakan popok dan tutup
kepala pada bayi yang baru lahir. Kemudian, bayi diletakkan di antara payudara ibu dan ditutupi
baju ibu yang berfungsi sebagai kantung kanguru. Posisi bayi tegak ketika ibu berdiri atau
duduk, dan tengkurap atau miring ketika berbaring. Hal ini dilakukan sepanjang hari oleh ibu
atau pengganti ibu (ayah atau anggota keluarga lain).
5

G. Pencegahan
Partus prematurus dapat dicegah dengan cara:
a. Tindakan umum
1. dilaksanakan perawatan prenatal, diet, pemberian vitamin dan penjagaan hygiene
2. aktifitas (kerja, perjalanan, coitus) dibatasi pada pasien-pasien dengan riwayat partus prematurus
3. penyakit-penyakit panas yang akut harus diobati secara aktif dan segera
4. keadaan seperti toxemia dan diabetes memerlukan kontrol yang seksama
5. tindakan pembedahan abdomen yang elektif dan tindakan operatif gigi yang berat harus ditunda.
b.Tindakan khusus
1. pasien-pasien dengan kehamilan kembar harus istirahat di tempat tidur sejak minggu ke-28
hingga minggu ke-36 atau ke-38
2. fibromyoma uteri, kalau memberikan keluhan, dirawat dengan istirahat di tempat tidur dan
analgesia. Pembedahan sedapat mungkin dihindari
3. placenta previa dirawat dengan istirahat total dan transfusi darah untuk menunda kelahiran bayi
sampai tercapai ukuran yang viabel. Tentu saja perdarahan yang hebat memerlukan pembedahan
segera
4. inkompetensi cerviks harus dijahit dalam bagian pertama trimester kedua selama semua
persyaratannya dipenuhi
5. sectio caesarea elektif dan ulangan hanya dilakukan kalau kita yakin bahwa bayi sudah cukup
besar. Bahaya pada pembedahan yang terlalu dini adalah kelahiran bayi-bayi yang tidak bisa
bertahan hidup
obat-obat dapat digunakan untuk menghentikan persalinan.
H. Prognosis Prematur
a. prematur dewasa ini merupakan faktor yang paling sering terjadi yang terkait kematian dan
morbiditas bayi. Sebagian besar bayi yang meninggal dalam 28 hari pertama mempunyai bobot
yang kurang dari 2500 gram pada saat lahir
b.anoksia 12 kali lebih sering terjadi pada bayi-bayi prematur
c.gangguan respirasi menyebabkan 44 % kematian yang terjadi pada umur kurang dari 1 bulan.
Jika berat bayi kurang dari 1000 gram, angka kematian ini naik menjadi 74 %
d.karena lunaknya tulang tengkorak dan immaturitas jaringan otak, bayi prematur lebih rentan
terhadap kompresi kepala
e.pada pusat pelayanan yang maju dengan fasilitas yang optimal, bayi yang lahir dengan berat
2000-2500 gram mempunyai harapan hidup lebih dari 97 %, 1500-2000 gram lebih dari 90 %,
dan 1000-1500 gram sebesar 65-80 %.

Diposkan 23rd December 2011 oleh Bidan Pendidik D4 Stikes 'Aisyiyah Yogyakarta
Label: SRI UTARI (20110104229)
0
Tambahkan komentar

Bidan Pendidik D4 Stikes 'Aisyiyah

Klasik
Kartu Lipat
Majalah
Mozaik
Bilah Sisi
Cuplikan
Kronologis
MUTU PELAYANAN KEBIDANAN by Dwi Siti Rahayu
PERDARAHAN POST PARTUM POST PARTUM HEMORRHAGIC (PPH)
PERSALINAN PREMATUR
December 16th, 2011
December 16th, 2011
December 15th, 2011
December 15th, 2011
December 15th, 2011
December 14th, 2011
Lina Yusni..201110104204
KEBIJAKAN PEMERINTAH TERKAIT SEXUAL TRANSMITTED DISEASE
MUTU PELAYANAN KEBIDANAN by Dwi
Siti Rahayu

DWI SITI RAHAYU (201110104248)
KELAS F
D4 AANVULLEN

MUTU PELAYANAN KEBIDANAN

Pelayanan kebidanan bermutu adalah pelayanan yang dapat memuaskan setiap pemakai
jasa pelayanan yang sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk dan diselenggarakan
sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan. Kode etik dan
standar pelayanan profesi, pada dasarnya merupakan kesepakatan di antara kalangan profesi
sehingga wajib digunakan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan setiap kegiatan profesi.
Dimensi kepuasan pasien dapat dibedakan menjadi dua macam:
Pertama, kepuasan yang mengacu pada penerapan kode etik serta standar pelayanan
profesi kebidanan. Kepuasan tersebut pada dasarnya mencakup penilaian terhadap kepuasan
pasien mengenai hubungan bidan dengan pasien, kenyamanan pelayanan, kebebasan melakukan
pemulihan, pengetahuan dan kompetensi (scientific knowledge dan technical skill) serta
efektivitas pelayanan.
Kedua, kepuasan yang mengacu pada penerapan semua persyaratan pelayanan kebidanan.
Suatu pelayanan dikatakan bermutu jika penerapan semua persyaratan pelauanan
kebidanan dapat memuaskan pasien. Ukuran pelayanan kebidanan yang bermutu adalah
ketersediaan pelayanan kebidanan (acailable), kewajaran pelayanan kebidanan (appropriate),
kesinambungan pelayanan kebidanan (continue), penerimaan jasa pelayanan kebidanan
(acceptable), keterjangkauan pelayanan kebidanan (affordable), efisiensi pelayanan kebidanan
(efficient), dan mutu pelayanan kebidanan (quality). Mutu pelayanan kebidanan berorientasi
pada penerapan kode etik dan standar pelayanan kebidanan, serta kepuasan yang mengacu pada
penerapan semua persyaratan pelayanan kebidanan. Tujuan akhir kedua dimensi mutu pelayanan
kebidanan tersebut adalah kepuasan pasien yang dilayani bidan.
Bentuk program menjaga mutu pelayanan kebidanan tergantung dari unsur pelayanan
kesehatan yang lebih diprioritaskan sebagai sasaran, program menjaga mutu dapat dibedakan
atas 5 macam, yaitu :

A. Program menjaga mutu perspektif/prospektif
Program menjaga mutu prospektif adalah program menjaga mutu yang dilaksanakan
sebelum pelayanan kesehatan diselenggarakan. Pada bentuk ini, perhatian utama lebih ditujukan
pada unsure masukan serta lingkungan. Untuk menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan
yang bermutu, perlulah diupayakan unsure masukan dan lingkungan yang sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan. Prinsip pokok program menjaga mutu prospektif sering dimanfaatkan
dalam menyusun peraturan perundang-undangan. Beberapa diantaranya yang terpenting adalah :
1. Standarisasi (standardization)
Untuk dapat menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu,
ditetapkanlah standarisasi institusi kesehatan. Izin menyelenggarakan pelayanan kesehatan hanya
diberikan kepada institusi kesehatan yang memenuhi standar yang telah ditetapkan. Dengan
adanya ketentuan tentang standarisasi, yang lazimnya mencakup tenaga dan saran, dapatlah
dihindarinya berfungsinya institusi kesehatan yang tidak memenuhi syarat. Standarisasi adalah
suatu pernyataan tentang mutu yang diharapkan yaitu yang menyangkut masukan proses dari
system pelayanan kesehatan.
Telah disadari bahwa pertolongan pertama/penanganan kegawatdaruratan obstetric
neonatal merupakan komponen penting dan merupakan bagian tak terpisahkan dari pelayanan
kebidanan di setiap tingkat pelayanan. Bila hal tersebut dapat diwujudkan, maka angka kematian
ibu dapat diturunkan. Berdasarkan itu, standar pelayanan kebidanan ini untuk penanganan
keadaan tersebut, disamping standar untuk pelayanan kebidanan dasar.
Dengan demikian ruang lingkup standar pelayanan kebidanan meliputi 24 standar yang
dikelompokkan sebagai berikut:
a. Standar pelayanan umum (2 standar)
b. Standar pelayanan antenatal (6 standar)
c. Standar pertolongan persalinan (4 standar)
d. Standar pelayanan nifas (3 standar)
e. Standar penanganan kegawatdaruratan obstetric-neonatal (9 standar)
2. Perizinan (licensure)
Sekalipun standarisasi telah terpenuhi, bukan lalu berarti mutu pelayanan kesehatan selalu dapat
dipertanggung jawabkan. Untuk mencegah pelayanan kesehatan yang tidak bermutu, standarisasi
perlu diikuti dengan perizinan yang lazimnya ditinjau secara berkala. Izin menyelenggarakan
pelayanan kesehatan hanya diberikan kepada institusi kesehatan dan atau tenaga pelaksana yang
memenuhi persyaratan. Lisensi adalah proses administasi yang dilakukan oleh pemerintah atau
yang berwewenang berupa surat izin praktik yang diberikan kepada tenaga profesi yang telah
teregistrasi untuk pelayanan mandiri. Tujuan lisensi adalah sebagai berikut:
a. Tujuan umum lisensi: Melindungi masyarakat dari pelayanan profesi.
b. Tujuan khusus lisensi: Memberi kejelasan batas wewenang dan menetapkan sarana dan
prasarana.
Lisensi (perizinan) pada tenaga kesehatan ini juga tercantum pada peraturan pemerintah
Republik Indonesia Nomor 32 tahun 1996 Bab III Pasal 4.
a. Tenaga kesehatan hanya dapat melakukan upaya kesehatan yang bersangkutan memiliki ijin dari
Menteri.
b. Dikecualikan dari pemilikan ijin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) bagi tenaga kesehatan
masyarakat.
3. Sertifikasi (certification)
Sertifikasi adalah tindak lanjut dari perizinan,yakni memberikan sertifikat (pengakuan) kepada
institusi kesehatan dan atau tenaga pelaksanan yang benar-benar memenuhi persyaratan.


4. Akreditasi (accreditation)
Akreditasi adalah bentuk lain dari sertifikasi yang nilainya dipandang lebih tinggi. Lazimnya
akreditasi tersebut dilakukan secara bertingkat, yakni yang sesuai dengan kemampuan institusi
kesehatan dan atau tenaga pelaksana yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Akreditasi
adalah kegiatan yang dilakukan untuk menentukan kelayakan program dan satuan pendidikan
pada jalur pendidikan formal dan non formal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan
berdasarkan kriteria yang terbuka.

B. Program Menjaga Mutu Konkuren
Yang dimaksud dengan Program menjaga mutu konkuren adalah yang diselenggarakan
bersamaan dengan pelayanan kesehatan. Pada bentuk ini perhatian utama lebih ditujukan pada
standar proses, yakni memantau dan menilai tindakan medis, keperawatan dan non medis yang
dilakukan. Program menjaga mutu konkuren adalah program menjaga mutu yang dilaksanakan
bersamaan dengan penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Pada bentuk ini, perhatian utama lebih
ditujukan pada unsur proses, yakni menilai tindakan medis dan nonmedis yang dilakukan.
Apabila kedua tindakan tersebut tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, maka berarti
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan kurang bermutu.
Program menjaga mutu konkuren dinilai paling baik, namun paling sulit dilaksanakan.
Penyebab utamanya adalah karena adanya factor tentang rasa serta bias pada waktu
pengamatan. Seseorang akan cenderung lebih berhati-hati, apabila mengetahui sedang diamati.
Kecuali apabila pelayanan kesehatan tersebut dilaksanakan oleh satu tim (team work), atau
apabila telah terbentuk kelompok kesejawatan (per group).
Mutu pelayanan kesehatan sebenarnya menunjuk pada penampilan (performance) dari
pelayanan kesehatan yang dikenal dengan Keluaran (output) yaitu hasil akhir kegiatan dari
tindakan dokter dan tenaga profesi lainnya terhadap pasien, dalam arti perubahan derajat
kesehatan dan kepuasan baik positif maupun sebaliknya. Sedangkan baik atau tidaknya keluaran
tersebut sangat dipengaruhi oleh proses (process), masukan (input) dan lingkungan
(environment). Maka jelaslah bahwa baik atau tidaknya mutu pelayanan kesehatan sangat
dipengaruhi oleh unsur-unsur tersebut, dan untuk menjamin baiknya mutu pelayanan kesehatan
ketiga unsur harus diupayakan sedemikian rupa agar sesuai dengan standar dan atau kebutuhan.
1. Tujuan
Tujuan program menjaga mutu mencakup dua hal yang bersifat pokok, yang jika disederhanakan
dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Tujuan antara.
Tujuan antara yang ingin dicapai oleh program menjaga mutu ialah diketahuinya mutu
pelayanan. Jika dikaitkan dengan kegiatan program menjaga mutu, tujuan ini dapat dicapai
apabila masalah serta prioritas masalah mutu berhasil ditetapkan.


b. Tujuan akhir.
Tujuan akhir yang ingin dicapai oleh program menjaga mutu ialah makin meningkatnya mutu
pelayanan. Jika dikaitkan dengan kegiatan program menjaga mutu, tujuan ini dapat dicapai
apabila masalah dan penyebab masalah mutu berhasil diatasi.
2. Manfaat
Apabila program menjaga mutu dapat dilaksanakan, banyak manfaat yang akan diperoleh.
Secara umum beberapa manfaat yang dimaksudkan adalah:
a. Dapat lebih meningkatkan efektifitas pelayanan kesehatan.
Peningkatan efektifitas yang dimaksud di sini erat hubungannya dengan dapat diselesaikannya
masalah yang tepat dengan cara penyelesaian masalah yang benar. Karena dengan
diselenggarakannya program menjaga mutu dapat diharapkan pemilihan masalah telah dilakukan
secara tepat serta pemilihan dan pelaksanaan cara penyelesaian masalah telah dilakukan secara
benar.
b. Dapat lebih meningkatkan efesiensi pelayanan kesehatan.
Peningkatan efesiensi yang dimaksudkan disini erat hubungannya dengan dapat dicegahnya
pnyelenggaraan pelayanan yang berlebihan atau yang dibawah standar. Biaya tambahan karena
pelayanan yang berlebihan atau karena harus mengatasi berbagai efek samping karena pelayanan
yang dibawah standar akan dapat dicegah.
c. Dapat lebih meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.
Peningkatan penerimaan ini erat hubungannya dengan telah sesuainya pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan.
Apabila peningkatan penerimaan ini dapat diwujudkan, pada gilirannya pasti akan berperan besar
dalam turut meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara keseluruhan.
d. Dapat melindungi pelaksana pelayanan kesehatan dari kemungkinan munculnya gugatan hukum.
Pada saat ini sebagai akibat makin baiknya tingkat pendidikan dan keadaan sosial
ekonomi masyarakat serta diberlakukannya berbagai kebijakan perlindungan publik, tampak
kesadaran hukum masyarakat makin meningkat pula. Untuk melindungi kemungkinan
munculnya gugatan hukum dari masyarakat yang tidak puas terhadap pelayanan kesehatan, tidak
ada pilihan lain yang dapat dilakukan kecuali berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan
yang terjamin mutunya. Dalam kaitan itu peranan program menjaga mutu jelas amat penting,
karena apabila program menjaga mutu dapat dilaksanakan dapatlah diharapkan terselenggaranya
pelayanan kesehatan yang bermutu, yang akan berdampak pada peningkatan kepuasan para
pemakai jasa pelayanan kesehatan.


C. Program Menjaga Mutu Retrospektif
Program menjaga mutu retrospektif adalah program menjaga mutu yang dilaksanakan
setelah pelayanan kesehatan diselenggarakan. Pada bentuk ini, perhatian utama lebih ditujukan
pada unsur keluaran, yakni menilai pemanpilan peleyanan kesehatan. Jika penampilan tersebut
berada dibawah standar yang telah ditetapkan, maka berarti pelayanan kesehtan yang
diselenggarakan kurang bermutu.
Karena program menjaga mutu retrospektif dilaksanakan setelah diselenggarakannya
pelayanan kesehatan, maka objek program menjaga mutu umumnya bersifat tidak langsung.
Dapat berupa hasil dari pelayanan kesehatan, atau pandangan pemakai jasa pelayanan kesehatan.
Beberapa contoh program menjaga mutu retrospektif adalah:
1. Reviw rekam medis (record review)
Disini penampilan pelayanan kesehatan dinilai dari rekam medis yang dipergunakan. Semua
catatan yang ada dalam rekam medis dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan.
Tergantung dari masalah yang ingin dinilai, reviu rekam medis dapat dibedakan atas beberapa
macam. Misalnya drug usage review jika yang dinilai adalah penggunaan obat, dan atau surgical
case review jika yang dinilai adalah pelayanan pembedahan. Review merupakan penilaian
terhadap pelayanan yang diberikan, penggunaan sumber daya, laporan kejadian/kecelakaan
seperti yang direfleksikan pada catatan-catatan. Penilaian dilakukan baik terhadap dokumennya
sendiri apakah informasi memadai maupun terhadap kewajaran dan kecukupan dari pelayanan
yang diberikan.
2. Review jaringan (tissue review)
Disini penampilan pelayanan kesehatan (khusus untuk bedah) dinilai dari jaringan pembedahan
yang dilakukan. Apabila gambaran patologi anatomi dari jaringan yang diangkat telah sesuai
dengan diagnosis yang ditegakkan, maka berarti pelayanan bedah tersebut adalah pelayanan
kesehatan yang bermutu.
3. Survei klien (client survey)
Disini penampilan pelayanan kesehatan dinilai dari pandangan pemakai jasa pelayanan
kesehatan. Survai klien ini dapat dilakukan secara informal, dalam arti melangsungkan tanya
jawab setelah usainya setiap pelayanan kesehatan, atau secara formal, dalam arti melakukan
suatu survei yang dirancang khusus. Survei dapat dilaksanakan melalui kuesioner atau interview
secara langsung maupun melalui telepon, terstruktur atau tidak terstruktur. Misalnya : survei
kepuasan pasien.

D. Program Menjaga Mutu Internal
Yang dimaksud dengan Program menjaga mutu internal adalah bentuk kedudukan
organisasi yang bertanggungjawab menyelenggarakan Program Menjaga Mutu berada di dalam
institusi yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Untuk ini di dalam institusi pelayanan
kesehatan tersebut dibentuklah suatu organisasi secara khusus diserahkan tanggung jawab akan
menyelenggarakan Program Menjaga Mutu.
1. Tujuan
Tujuan Program Menjaga Mutu secara umum dapat dibedakan atas dua macam. Tujuan
tersebut adalah:
a. Tujuan Umum
Tujuan umum Program Menjaga Mutu adalah untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan.

b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus Program Menjaga Mutu dapat dibedakan atas lima macam yakni:
1) Diketahuinya masalah mutu pelayanan kesehatan yang diselenggarkan,
2) Diketahuinya penyebab munculnya masalah kesehatan yang diselenggarakan,
3) Tersusunnya upaya penyelesaian masalah dan penyebab masalah mutu pelayanan kesehatan
yang ditemukan,
4) Terselenggarakan upaya penyelesaian masalah dan penyebab masalah mutu pelayanan kesehatan
yang ditemukan,
5) Tersusunnya saran tindak lanjut untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan.
Jika ditinjau dari peranan para pelaksananya, secara umum dapat dibedakan atas dua
macam:
1. Para pelaksana program menjaga mutu adalah para ahli yang tidak terlibat dalam pelayanan
kesehatan (expert group) yang secara khusus diberikan wewenang dan tanggung jawab
menyelenggarakan program menjaga mutu.
2. Para pelaksana program menjga mutu adalah mereka yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan (team based),jadi semacam gugus kendali mutu,sebagaimana yang banyak dibentuk
didunia industry.
Dari dua bentuk organisasi yang dapat dibentuk ini, yang dinilai paling baik adalah
bentuk yang kedua, karena sesungguhnya yang paling bertanggungjawab menyelenggarakan
program menjaga mutu seyogyanya bukan orang lain melainkan adalah mereka yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan itu sendiri.

E. Program Menjaga Mutu Eksternal
Pada bentuk ini kedudukan organisasi yang bertanggungjawab menyelenggarakan
program menjaga mutu berada diluar institusi yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan.
Untuk ini, biasanya untuk suatu wilayah kerja tertentu dan/atau untuk kepentingan tertentu,
dibentuklah suatu organisasi, diluar institusi yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan, yang
diserahkan tanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan, yang diserahkan tanggung
jawab menyelenggarakan program menjaga mutu, misalnya suatu badan penyelenggara program
asuransi kesehatan, yang untuk kepentingan programnya, membentuksuatu unit program
menjaga mutu, guna memantau, menilai serta mengajukan saran-saran perbaikan mutu pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan oleh berbagai institusipelayanan kesehatan yang tergabung
dalam program yang dikembangkannya.
Pada program menjaga mutu eksternal seolah-olah ada campur tangan pihak luar untuk
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh suatu institusi pelayanan kesehatan, yang
biasanya sulit diterima.
1. Menetapkan Masalah Mutu
Masalah adalah sesuatu hal yang tidak sesuai dengan harapan. Dengan demikian, masalah
mutu layanan kesehatan adalah kesenjangan yang terjadi antara harapan dengan kenyataan dari
berbagai dimensi mutu layanan kesehatan termasuk kepuasan pasien, kepuasan petugas
kesehatan, dan kepatuhan petugas kesehatan dalam menggunakan standar layanan kesehatan
sewaktu memberikan layanan kesehatan kepada pasien. Masalah mutu layanan kesehatan dapat
dikenali dengan berbagai cara antara lain :
a. Melalui pengamatan langsung terhadap petugas kesehatan yang sedang melakukan layanan
kesehatan.
b. Melalui wawancara terhadap pasien dan keluarganya, masyarakat, serta petugas kesehatan.
c. Dengan mendengar keluahan pasien dan keluarganya, masyarakat, serta petugas kesehatan.
d. Dengan membaca serta memeriksa catatan dan laporan serta rekam medik.
Inventarisasi masalah mutu layanan kesehatan dasar akan dilakukan oleh kelompok.
Jaminan mutu layanan kesehatan melalui curah pendapat atau teknik kelompok nominal. Setiap
anggota kelompok diminta mengemukakan sebanyak mungkin masalah mutu layanan kesehatan.
Setelah terkumpul, masalah utu tersebut harus diseleksi untuk membedakan mana yang benar-
benar masalah mutu atau bukan. Seleksi dilakukan melalui klarifikasi dan komfirmasi terhadap
masalah yang terkumpul.
Klarifikasi di sini ditujukan untuk menghilangkan atau memperjelas masalah yang belum
atau tidak jelas dan untuk menghindari terjadinya masalah mutu layanan kesehatan yang
tumpang tindih. Komfirmasi maksudnya adalah terdapatnya dukungan data untuk setiap masalah
yang telah diklarifikasikan sebagai bukti bahwa masalah mutu layanan kesehatan memang ada.
Setelah dilakukan klarifikasi dan konfirmasi, maka yang bukan masalah mutu akan disingkirkan,
sementara masalah mutu yang tersisa akan ditentukan prioritasnya. Masalah mutu yang baik
dapat digunakan sebagai bahan ajar untuk mencari pengalaman dalam memecahkan masalah
mutu layanan kesehatan. Karakteristik masalah mutu semacam ini antara lain :
a. Mudah dikenali, karena biasanya dapat dipecahkan dengan mudah dan cepat.
b. Masalah mutu layanan kesehatan, yang menurut petugas layanan penting;.
c. Masalah mutu layanan kesehatan yang mempunyai hubungan emosional dengan petugas
layanan.

DAFTAR PUSTAKA

Setiawan. 2010, sekumpulan Naskah etika Kebidanan dan Hukum Kesehatan. Jakarta: CV. Trans Info
Medika

W., Nurul Eko. 2010 Eika Profesi dan Hukum Kebidanan. Yogyakarta: Pustaka Rihama

Wahyuningsih, Heni Puji. 2005. Etika Profesi Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya

Zulvadi, Dudi. 2010. Etika & Manajemen Kebidanan. Yogyakarta: Cahaya Ilmu

http://eprints.undip.ac.id/23741/1/Dadang_Hermanto.pdf

http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/09/manajemen_mutu_pelayanan_kesehatan.pdf

http://www.lrckesehatan.net/upload/mutu%20pelayanan.pdf

http://honey72.wordpress.com/2011/06/11/bentuk-bentuk-menjaga-mutu-pelayanan-kebidanan/

Diposkan 6th January 2012 oleh Bidan Pendidik D4 Stikes 'Aisyiyah Yogyakarta
0
Tambahkan komentar



Memuat
Template Dynamic Views. Diberdayakan oleh Blogger.
aporan Pendahuluan Partus Prematur

Definisi
Menurut Barbara R. Straight.
Persalinan prematur adalah persalinan yang dimulai setelah kehamilan 20 minggu
dan sebelum kehamilan 37 minggu.

Menurut Firmansyah (2006)
Partus prematur adalah kelahiran bayi pada saat masa kehamilan kurang dari 259
hari dihitung dari hari terakhir haid ibu.

Menurut Mochtar (1998)
Partus prematurus yaitu persalinan pada kehamilan 28 sampai 37 minggu, berat
badan lahir 1000 sampai 2500 gram.

Partus prematurus adalah persalinan pada umur kehamilan kurang dari 37 minggu
atau berat badan lahir antara 500 sampai 2499 gram (Sastrawinata, 2003).

Etiologi
Menurut Rompas (2004)
Beberapa resiko yang dapat menyebabkan partus prematurus yaitu :
a. Faktor resiko mayor
Kehamilan multiple
Hidramnion
anomali uterus serviks terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu
Serviks mendatar/memendek kurang dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu
Riwayat abortus pada trimester II lebih dari 1 kali
Riwayat persalinan pretem sebelumnya, operasi abdominal pada kehamilan preterm
riwayat operasi konisasi
iritabilitas uterus.
b. Faktor resiko minor
Penyakit yang disertai demam
Perdarahan pervaginam setelah kehamilan 12 minggu
riwayat pielonefritis
Merokok lebih dari 10 batang perhar
Riwayat abortus pada trimester II
Riwayat abortus pada trimester I lebih dari 2 kali.

Menurut Sarwono Prawirohardjo. 2005.
Kondisi yang menimbulkan partus prematur.
1. Hipertensi
Tekanan darah tinggi menyebabkan penolong cenderung untuk mengakhiri
kehamilan, hal ini menimbulkan prevatensi persalinan prematur meningkat.
2. Perkembangan Janin Terhambat.
Merupakan kondisi dimana salah satu sebabnya ialah pemasokan oksigen dan
makanan mungkin kurang adekuat dan hal ini mendorong untuk terminasi
kehamilan lebih dini.
3. Solusio Plasenta.
Terlepasnya plasenta akan merangsang untuk terjadi persalinan prematur.
Meskipun sebagian besar terjadi pada matur. Pada pasien dengan riwayat solusio
plasenta maka kemungkinan terulang menjadi lebih besar.
4. Plasenta Previa.
Sering kali berhubungan dengan persalinan prematur akibat harus dilakukan
tindakan pada perdarahan yang banyak. Bila terjadi perdarahan banyak maka
kemungkinan kondisi janin kurang baik karena hipoksia.
5. Kelainan Rhesus.
Sebelum ditemukan anti D imunoglabulin maka kejadian induksi menjadi
berkurang, meskipun demikian hal ini masih sering terjadi.
6. Diabetes.
Pada kehamilan dengan diabetes yang tidak terkendali maka dapat
dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Tapi saat ini dengan pemberian
insulin dan diet yang terprogram, umunya gula darah dapat dikendalikan.

Menifestasi Klinis
a) Kontraksi uterus yang teratur sedikitnya 3 5 menit sekali selama 45 detik dalam
waktu minimal 2 jam.
b) Pada fase aktif, intensitas dan frekuensi kontraksi meningkat saat pasien melakukan
aktivitas.
c) Usia kehamilan antara 20 36 minggu.
d) Ketuban pecah prematur
e) Taksiran berat janin sesuai usia kehamilan antara 20 37 minggu.
f) Presentasi janin abnormal lebih sering ditemukan pad persalinan preterm.
(Menurut FKUI. Kapita Selekta Kedokteran. 2001).
Tanda & Gejala Partus Prematur
a. Sakit kram seperti menstruasi dapat membingungkan dengan sakit lingkar ligamen
b. Sakit punggung, berbeda dengan yang dalami oleh wanita hamil.
c. Tekanan atau sakit suprapubik, dapat membingungkan dengan infeksi saluran
kencing.
d. Sensasi tekanan atau berat pelvik
e. Diarrhea
f. Kontraksi uterus yang tidak normal (sakit atau tidak) terasa lebih sering dari pada
setiap 10 menit untuk 1 jam atau lebih dan tidak sembuh dengan berbaring.
g. Pecah membran prematur
(Menurut Rustam Mochtar.1998)
Patofisologis
Faktor yg berpengaruh (enzim sitokinin, prostaglandin, KPD) menyebabkan
aliran darah ke placenta berkurang mengakibatkan nyeri & intoleransi aktivitas yang
menimbulkan kontraksi uterus, sehingga menyebabkan persalinan prematur


Dampak
Pada Ibu
menyebabkan ansietas dan kurangnya informasi tentang kehamilan mengakibatkan
kurangnya pengetahuan untuk merawat dan menjaga kesehatan saat kehamilan

Pada Bayi
Imaturitas organ vital
Berat badan lahir rendah
Adaptasi terhadap rangsangan belum sempurna
Asfiksia
Pencegahan
a. Melakukan pengawasan hamil dengan seksama dan teratur
b. Melakukan konsultasi terhadap penyakit yang dapat menyebabkan kehamilan dan
persalinan preterm.
c. Memberikan nasehat tentang gizi saat kehamilan, meningkatkan pengertian KB-
interval, memperhatikan tentang berbagai kelainan yang timbul dan sgera
melakukan konsultasi, menganjurkan untuk pemeriksaan tambahan sehingga secara
dini penyakit ibu dapat diketahui dan diawasi / diobati.
d. Meningkatakan keadaan sosial ekonomi keluarga dan kesehatan lingkungan
(Manuaba, 2005).






Daftar Pustaka

Mansjoer, Arif, Kuspuji Triyanti, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius:
Jakarta.

Markum AH, Asril Aminullah, dkk. 1981. Kegawatan Pada Anak. FKUI: Jakarta.

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. EGC: Jakarta

R. Stright, Barbara.2000. Keperawatan Ibu.-BBL. EGC: Jakarta.

Prawirohardjo, Sarwono, 2005. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pusatka: Jakarta

aporan Pendahuluan Partus Prematur

Definisi
Menurut Barbara R. Straight.
Persalinan prematur adalah persalinan yang dimulai setelah kehamilan 20 minggu
dan sebelum kehamilan 37 minggu.

Menurut Firmansyah (2006)
Partus prematur adalah kelahiran bayi pada saat masa kehamilan kurang dari 259
hari dihitung dari hari terakhir haid ibu.

Menurut Mochtar (1998)
Partus prematurus yaitu persalinan pada kehamilan 28 sampai 37 minggu, berat
badan lahir 1000 sampai 2500 gram.

Partus prematurus adalah persalinan pada umur kehamilan kurang dari 37 minggu
atau berat badan lahir antara 500 sampai 2499 gram (Sastrawinata, 2003).

Etiologi
Menurut Rompas (2004)
Beberapa resiko yang dapat menyebabkan partus prematurus yaitu :
a. Faktor resiko mayor
Kehamilan multiple
Hidramnion
anomali uterus serviks terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu
Serviks mendatar/memendek kurang dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu
Riwayat abortus pada trimester II lebih dari 1 kali
Riwayat persalinan pretem sebelumnya, operasi abdominal pada kehamilan preterm
riwayat operasi konisasi
iritabilitas uterus.
b. Faktor resiko minor
Penyakit yang disertai demam
Perdarahan pervaginam setelah kehamilan 12 minggu
riwayat pielonefritis
Merokok lebih dari 10 batang perhar
Riwayat abortus pada trimester II
Riwayat abortus pada trimester I lebih dari 2 kali.

Menurut Sarwono Prawirohardjo. 2005.
Kondisi yang menimbulkan partus prematur.
1. Hipertensi
Tekanan darah tinggi menyebabkan penolong cenderung untuk mengakhiri
kehamilan, hal ini menimbulkan prevatensi persalinan prematur meningkat.
2. Perkembangan Janin Terhambat.
Merupakan kondisi dimana salah satu sebabnya ialah pemasokan oksigen dan
makanan mungkin kurang adekuat dan hal ini mendorong untuk terminasi
kehamilan lebih dini.
3. Solusio Plasenta.
Terlepasnya plasenta akan merangsang untuk terjadi persalinan prematur.
Meskipun sebagian besar terjadi pada matur. Pada pasien dengan riwayat solusio
plasenta maka kemungkinan terulang menjadi lebih besar.
4. Plasenta Previa.
Sering kali berhubungan dengan persalinan prematur akibat harus dilakukan
tindakan pada perdarahan yang banyak. Bila terjadi perdarahan banyak maka
kemungkinan kondisi janin kurang baik karena hipoksia.
5. Kelainan Rhesus.
Sebelum ditemukan anti D imunoglabulin maka kejadian induksi menjadi
berkurang, meskipun demikian hal ini masih sering terjadi.
6. Diabetes.
Pada kehamilan dengan diabetes yang tidak terkendali maka dapat
dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Tapi saat ini dengan pemberian
insulin dan diet yang terprogram, umunya gula darah dapat dikendalikan.

Menifestasi Klinis
a) Kontraksi uterus yang teratur sedikitnya 3 5 menit sekali selama 45 detik dalam
waktu minimal 2 jam.
b) Pada fase aktif, intensitas dan frekuensi kontraksi meningkat saat pasien melakukan
aktivitas.
c) Usia kehamilan antara 20 36 minggu.
d) Ketuban pecah prematur
e) Taksiran berat janin sesuai usia kehamilan antara 20 37 minggu.
f) Presentasi janin abnormal lebih sering ditemukan pad persalinan preterm.
(Menurut FKUI. Kapita Selekta Kedokteran. 2001).
Tanda & Gejala Partus Prematur
a. Sakit kram seperti menstruasi dapat membingungkan dengan sakit lingkar ligamen
b. Sakit punggung, berbeda dengan yang dalami oleh wanita hamil.
c. Tekanan atau sakit suprapubik, dapat membingungkan dengan infeksi saluran
kencing.
d. Sensasi tekanan atau berat pelvik
e. Diarrhea
f. Kontraksi uterus yang tidak normal (sakit atau tidak) terasa lebih sering dari pada
setiap 10 menit untuk 1 jam atau lebih dan tidak sembuh dengan berbaring.
g. Pecah membran prematur
(Menurut Rustam Mochtar.1998)
Patofisologis
Faktor yg berpengaruh (enzim sitokinin, prostaglandin, KPD) menyebabkan
aliran darah ke placenta berkurang mengakibatkan nyeri & intoleransi aktivitas yang
menimbulkan kontraksi uterus, sehingga menyebabkan persalinan prematur


Dampak
Pada Ibu
menyebabkan ansietas dan kurangnya informasi tentang kehamilan mengakibatkan
kurangnya pengetahuan untuk merawat dan menjaga kesehatan saat kehamilan

Pada Bayi
Imaturitas organ vital
Berat badan lahir rendah
Adaptasi terhadap rangsangan belum sempurna
Asfiksia
Pencegahan
a. Melakukan pengawasan hamil dengan seksama dan teratur
b. Melakukan konsultasi terhadap penyakit yang dapat menyebabkan kehamilan dan
persalinan preterm.
c. Memberikan nasehat tentang gizi saat kehamilan, meningkatkan pengertian KB-
interval, memperhatikan tentang berbagai kelainan yang timbul dan sgera
melakukan konsultasi, menganjurkan untuk pemeriksaan tambahan sehingga secara
dini penyakit ibu dapat diketahui dan diawasi / diobati.
d. Meningkatakan keadaan sosial ekonomi keluarga dan kesehatan lingkungan
(Manuaba, 2005).






Daftar Pustaka

Mansjoer, Arif, Kuspuji Triyanti, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius:
Jakarta.

Markum AH, Asril Aminullah, dkk. 1981. Kegawatan Pada Anak. FKUI: Jakarta.

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. EGC: Jakarta

R. Stright, Barbara.2000. Keperawatan Ibu.-BBL. EGC: Jakarta.

Prawirohardjo, Sarwono, 2005. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pusatka: Jakarta



aporan Pendahuluan Partus Prematur

Definisi
Menurut Barbara R. Straight.
Persalinan prematur adalah persalinan yang dimulai setelah kehamilan 20 minggu
dan sebelum kehamilan 37 minggu.

Menurut Firmansyah (2006)
Partus prematur adalah kelahiran bayi pada saat masa kehamilan kurang dari 259
hari dihitung dari hari terakhir haid ibu.

Menurut Mochtar (1998)
Partus prematurus yaitu persalinan pada kehamilan 28 sampai 37 minggu, berat
badan lahir 1000 sampai 2500 gram.

Partus prematurus adalah persalinan pada umur kehamilan kurang dari 37 minggu
atau berat badan lahir antara 500 sampai 2499 gram (Sastrawinata, 2003).

Etiologi
Menurut Rompas (2004)
Beberapa resiko yang dapat menyebabkan partus prematurus yaitu :
a. Faktor resiko mayor
Kehamilan multiple
Hidramnion
anomali uterus serviks terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu
Serviks mendatar/memendek kurang dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu
Riwayat abortus pada trimester II lebih dari 1 kali
Riwayat persalinan pretem sebelumnya, operasi abdominal pada kehamilan preterm
riwayat operasi konisasi
iritabilitas uterus.
b. Faktor resiko minor
Penyakit yang disertai demam
Perdarahan pervaginam setelah kehamilan 12 minggu
riwayat pielonefritis
Merokok lebih dari 10 batang perhar
Riwayat abortus pada trimester II
Riwayat abortus pada trimester I lebih dari 2 kali.

Menurut Sarwono Prawirohardjo. 2005.
Kondisi yang menimbulkan partus prematur.
1. Hipertensi
Tekanan darah tinggi menyebabkan penolong cenderung untuk mengakhiri
kehamilan, hal ini menimbulkan prevatensi persalinan prematur meningkat.
2. Perkembangan Janin Terhambat.
Merupakan kondisi dimana salah satu sebabnya ialah pemasokan oksigen dan
makanan mungkin kurang adekuat dan hal ini mendorong untuk terminasi
kehamilan lebih dini.
3. Solusio Plasenta.
Terlepasnya plasenta akan merangsang untuk terjadi persalinan prematur.
Meskipun sebagian besar terjadi pada matur. Pada pasien dengan riwayat solusio
plasenta maka kemungkinan terulang menjadi lebih besar.
4. Plasenta Previa.
Sering kali berhubungan dengan persalinan prematur akibat harus dilakukan
tindakan pada perdarahan yang banyak. Bila terjadi perdarahan banyak maka
kemungkinan kondisi janin kurang baik karena hipoksia.
5. Kelainan Rhesus.
Sebelum ditemukan anti D imunoglabulin maka kejadian induksi menjadi
berkurang, meskipun demikian hal ini masih sering terjadi.
6. Diabetes.
Pada kehamilan dengan diabetes yang tidak terkendali maka dapat
dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Tapi saat ini dengan pemberian
insulin dan diet yang terprogram, umunya gula darah dapat dikendalikan.

Menifestasi Klinis
a) Kontraksi uterus yang teratur sedikitnya 3 5 menit sekali selama 45 detik dalam
waktu minimal 2 jam.
b) Pada fase aktif, intensitas dan frekuensi kontraksi meningkat saat pasien melakukan
aktivitas.
c) Usia kehamilan antara 20 36 minggu.
d) Ketuban pecah prematur
e) Taksiran berat janin sesuai usia kehamilan antara 20 37 minggu.
f) Presentasi janin abnormal lebih sering ditemukan pad persalinan preterm.
(Menurut FKUI. Kapita Selekta Kedokteran. 2001).
Tanda & Gejala Partus Prematur
a. Sakit kram seperti menstruasi dapat membingungkan dengan sakit lingkar ligamen
b. Sakit punggung, berbeda dengan yang dalami oleh wanita hamil.
c. Tekanan atau sakit suprapubik, dapat membingungkan dengan infeksi saluran
kencing.
d. Sensasi tekanan atau berat pelvik
e. Diarrhea
f. Kontraksi uterus yang tidak normal (sakit atau tidak) terasa lebih sering dari pada
setiap 10 menit untuk 1 jam atau lebih dan tidak sembuh dengan berbaring.
g. Pecah membran prematur
(Menurut Rustam Mochtar.1998)
Patofisologis
Faktor yg berpengaruh (enzim sitokinin, prostaglandin, KPD) menyebabkan
aliran darah ke placenta berkurang mengakibatkan nyeri & intoleransi aktivitas yang
menimbulkan kontraksi uterus, sehingga menyebabkan persalinan prematur


Dampak
Pada Ibu
menyebabkan ansietas dan kurangnya informasi tentang kehamilan mengakibatkan
kurangnya pengetahuan untuk merawat dan menjaga kesehatan saat kehamilan

Pada Bayi
Imaturitas organ vital
Berat badan lahir rendah
Adaptasi terhadap rangsangan belum sempurna
Asfiksia
Pencegahan
a. Melakukan pengawasan hamil dengan seksama dan teratur
b. Melakukan konsultasi terhadap penyakit yang dapat menyebabkan kehamilan dan
persalinan preterm.
c. Memberikan nasehat tentang gizi saat kehamilan, meningkatkan pengertian KB-
interval, memperhatikan tentang berbagai kelainan yang timbul dan sgera
melakukan konsultasi, menganjurkan untuk pemeriksaan tambahan sehingga secara
dini penyakit ibu dapat diketahui dan diawasi / diobati.
d. Meningkatakan keadaan sosial ekonomi keluarga dan kesehatan lingkungan
(Manuaba, 2005).






Daftar Pustaka

Mansjoer, Arif, Kuspuji Triyanti, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius:
Jakarta.

Markum AH, Asril Aminullah, dkk. 1981. Kegawatan Pada Anak. FKUI: Jakarta.

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. EGC: Jakarta

R. Stright, Barbara.2000. Keperawatan Ibu.-BBL. EGC: Jakarta.

Prawirohardjo, Sarwono, 2005. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pusatka: Jakarta

MaPhia Black




Search...


ABOUT ME

Nouna Shaleha
10% galak
30% malas
40% Smart
50% pemalu
60% Gaul
70% Humor
80% Perhatian
90% baik
Lihat profil lengkapku
My COMMUNITY



FoLLow mE Ukey??
LABELS
AFGAN SYAHREZA (1)
Agnes Davonar (1)
ANALISA (5)
ARTIKEL (12)
ARTIKEL KESEHATAN (5)
ASUHAN KEBIDANAN (12)
ASUHAN KEPERAWATAN (1)
ASUHAN NEONATUS (14)
Avenged Sevenfold (2)
BERBAGI CERITA HANTU (1)
BISNIS ONLINE (3)
BISNIS WARNET (5)
Bondan ft. Fade2Black (2)
BUG DORK (1)
CERPEN (1)
CIVIC EDUCATION (1)
CONTOH ASUHAN KEBIDANAN (88)
DADALI (1)
EKONOMI MAKRO (7)
EKONOMI MIKRO (4)
EKONOMI SYARI'AH (3)
EKSISTENSI KELOMPOK BERMAIN (2)
EPISTEMOLOGI (34)
ETIKA PROFESI DAN HUKUM KEBIDANAN (4)
FAKULTAS HUKUM (2)
FILSAFAT ILMU (1)
FORMAT PENGKAJIAN (13)
GIZI REPRODUKSI (3)
KOMPUTER_MANIA (5)
KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM (5)
KONTES SEO (1)
KOTAK (1)
KUMPULAN PENYAKIT (2)
LAPORAN GIZI REPRODUKSI (2)
LARA HATI (1)
MAKALAH (4)
MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN (3)
MAKALAH BIOLOGI REPRODUKSI (2)
MAKALAH GIZI REPRODUKSI (1)
MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN (3)
MAKALAH ASUHAN NEONATUS (6)
MAKALAH ASUHAN PERSALINAN (1)
MAKALAH FARMAKOLOGI (3)
MAKALAH KESEHATAN REPRODUKSI (2)
MAKALAH KOMUNIKASI KESEHATAN (1)
MAKALAH PENGANTAR KEBIDANAN (1)
MANAJEMEN INFORMATIKA (1)
MATHEMATICS (1)
MoZZa (1)
MUOZA_LUPH (1)
NEWSLATTER (1)
NOUNA DHO (24)
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA (PBSI) (14)
PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA (1)
PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS (3)
PENGANTAR BISNIS (1)
PENYAKIT IBU HAMIL (1)
PERPUSTAKAAN (2)
PERSMA (1)
PROGRAMER (1)
PROMOSI KESEHATAN (1)
PSIKOLOGI (1)
REALIGI (5)
REMAJA (3)
SATUAN PENYULUHAN (3)
SENSEI ANNE AHIRA (30)
SEVENTEEN (1)
SKRIPSI (3)
SMASH (1)
Suharti S.S.T. S.Pd (1)
TAFSIR AYAT EKONOMI (1)
TIPE - X (1)
TIPS (5)
TOKOH DUNIA (4)
TRIK (12)
TUTORIAL PHP (1)
UNGU CLIQUERZ (1)
VARIASY (1)
WEBSITE (5)
.:: LINK EXCHANGE ::.
<a
href="http://maphiablack.blogspot.com/"><b><blink>MaPhia
?? ? ??? ? Black</blink></b></a><br/>



























































































|K|ibim's |B|log

--> L <--
Ladida Cafe
Let's Be Smart
Lora Malunk Blog

--> M <--
MagaHaya!
Mahakarya Blog Yoedha
Majapahit 1478
Majapahit Info
Mantab Jaya Blog
Masakan Khas Indonesia
Me and Coffe
Midi Karaoke Henny Fadilla
Mimpi Okkanz
Mascipul[dot]com
MISS SIDAMULYA
Modern Technology
Modification Blog
Movie Online Site
Mr. Dhie
Music Instrument
Myria DiFa

--> N <--
Natural Health
*Nova Maya Sari*

--> O <--
Obat Sakit 2011
Obet_Master7
Ody_Ercha
OJ Free Backlink
OZENK POTGIETER
OZY-W

--> P <--
Parking
Pengelana Jagat
Penghuni 60
Pier's BLOG | Kumpulan Askep - Artikel Kesehatan
Pinginbelajar.com
Planet Hobbies
Prapatan Kertek Simple Blog
--> R <--
Rainbow Lady's Challenge Blog
Rasyakreebo
RINKO SAMANI BLOG
Recipes Health Beauty
Run-D BLoG

--> S <--
Shanushy Ngeblog
Saonone's Online Notes
S@ndhie Salomegank
Se Avancee
Se-Masa
Setya Blog
Share With Irfan
Shawn Ann's World
Silver Nitrate
SMILENET4U
Soni Site's
STICKSERIES.COM

--> T <--
Tambelan Blog
TanThowi.com
Terminal Transit
the dark anco
Tips Online | Aulia Net | Bermain Blog
Tutorial Blogging
Tutorial Blog Terbaru
Tulus Dari Hati

--> U <--
Urang Kapuas

--> V <--
V12gether Blog

--> W <--
Warna Tulisan
wArNa-wArNa cErIa..
Weblog Zauma Zalfiah
Wedding Dresses
Wicak Kudus Kretek
Widodo
World Cup 2010 South Africa

--> X <-- XNOTHINGTOLOSE SHOP

--> Y <--
Yang Penting SHARE
Yayat's Blog
YobelCELL AUTOREFILL

--> Z <--
Zulfa Bakery
Minggu, 06 Februari 2011
DOKUMENTASI KEBIDANAN ASUHAN PERSALINAN DENGAN PARTUS
PREMATUR
Diposkan oleh Nouna Shaleha di 08.06

LANDASAN TEORI

PARTUS PREMATUR

A. Definisi
Menurut Barbara R. Straight. Keperawatan Ibu - BBL.
Persalinan prematur adalah persalinan yang dimulai setelah kehamilan 20 minggu dan sebelum
kehamilan 37 minggu.

B. Etiologi dan Faktor Risiko
Menurut Sarwono Prawirohardjo. Ilmu Kebidanan. 2003.
Etiologi persalinan prematur sering kali tidak diketahui. Ada beberapa kondisi medik yang
mendorong untuk dilakukannya tindakan sehingga terjadi persalinan prematur.

Kondisi yang menimbulkan partus prematur.
1. Hipertensi
Tekanan darah tinggi menyebabkan penolong cenderung untuk mengakhiri kehamilan, hal ini
menimbulkan prevatensi persalinan prematur meningkat.
2. Perkembangan Janin Terhambat.
Merupakan kondisi dimana salah satu sebabnya ialah pemasokan oksigen dan makanan mungkin
kurang adekuat dan hal ini mendorong untuk terminasi kehamilan lebih dini.
3. Solusio Plasenta.
Terlepasnya plasenta akan merangsang untuk terjadi persalinan prematur. Meskipun sebagian
besar terjadi pada matur. Pada pasien dengan riwayat solusio plasenta maka kemungkinan
terulang menjadi lebih besar.



4. Plasenta Previa.
Sering kali berhubungan dengan persalinan prematur akibat harus dilakukan tindakan pada
perdarahan yang banyak. Bila terjadi perdarahan banyak maka kemungkinan kondisi janin
kurang baik karena hipoksia.
5. Kelainan Rhesus.
Sebelum ditemukan anti D imunoglabulin maka kejadian induksi menjadi berkurang, meskipun
demikian hal ini masih sering terjadi.
6. Diabetes.
Pada kehamilan dengan diabetes yang tidak terkendali maka dapat dipertimbangkan untuk
mengakhiri kehamilan. Tapi saat ini dengan pemberian insulin dan diet yang terprogram,
umunya gula darah dapat dikendalikan.

Kondisi yang menimbulkan kontraksi:
Ada beberapa kondisi ibu yang merangsang terjadinya kontraksi spontan, kemungkinan telah
terjadi produksi prostaglandin.
1. Kelainan Bawaan Uterus
Meskipun jarang terjadi tetapi dapat dipertimbangkan hubungan kejadian partus preterm dengan
kelainan uterus yang ada.
2. Ketuban Pecah Dini.
Mungkin mengawali terjadinya kontraksi atau sebaliknya. Ada beberapa kondisi yang mungkin
menyertai seperti serviks inkompeten, hidramnion, kehamilan ganda, infeksi vagina dan serviks
dan lain-lain. Infeksi asenden merupakan teori yang cukup kuat dalam mendukung terjadinya
amnionitis dan kemungkinan ketuban pecah.
3. Serviks Inkompeten.
Hal ini mungkin menjadi penyebab abortus selain partus preterm. Riwayat tindakan serviks dapat
dihubungkan dengan terjadinya inkompeten. Chamberlain dan Gibbings menemukan 60% dari
pasien serviks inkompeten pernah mengalami abortus spontan dan 49% mengalami pengakhiran
kehamilan pervaginam.
4. Kehamilan Ganda
Sebanyak 10% pasien dengan partus preterm ialah kehamilan ganda dan secara umum kehamilan
ganda mempunyai masa gestasi yang lebih pendek.

C. Menifestasi Klinis
Menurut FKUI. Kapita Selekta Kedokteran. 2001.
1. Kontraksi uterus yang teratur sedikitnya 3 5 menit sekali selama 45 detik dalam waktu
minimal 2 jam.
2. Pada fase aktif, intensitas dan frekuensi kontraksi meningkat saat pasien melakukan aktivitas.
3. Usia kehamilan antara 20 37 minggu.
4. Taksiran berat janin sesuai usia kehamilan antara 20 37 minggu.
5. Presentasi janin abnormal lebih sering ditemukan pad persalinan preterm.
Bila persalinan kemudian menjadi nyata, maka pengobatan dapat dimulai. Bila tidak fungsi
uterus dievaluasi lebih lanjut dengan menggunakan topografi ekstenal untuk merekam dan
lamanya kontraksi, pembukaan serviks yang progresif, merupakan tanda persalinan.

D. Pencegahan
Menurut Sarwono Prawirohardjo. Ilmu Kebidanan. 2005.
Yang dimaksud disini dengan pencegahan ialah pencegahan kelahiran prematur bukan karena
kondisi medik (perdarahan, hpertensi). Jadi bila ada pasien dengan indikasi (riwayat preterm)
atau gemelli dapat dimasukkan ke dalam program ini.

Beberapa peneliti telah mencoba membuat program bagi pasien dengan indikasi partus preterm
dan mencoba menghentikan proses dengan terapi tokolisis, hasilnya cukup menarik dengan
menurunkan kejadian preterm sampai separuhnya.

Pasien diberitahu mengenai gejala kontraksi, baik secara palpasi maupun alat perekam selama 2
jam dalam sehari.

Dari penelitian yang dilakukan ternyata kontraksi menjadi lebih sering yaitu 2 x/10 menit dlam
48 jam menjelang partus. Pasien dpat diinstruksikan bahwa bila merasakan kontraksi 4 kali atau
lebih per jam diminta untuk menghubungi klinik. Pasien dianjurkan untuk datang ke klinik dan
dinilai keadaan serviks yang bila ternyata sudah matang maka dapat dilakukan pengobatan
takolisis. Sebelum memberikan terapi takolisis, sebaiknya dilakukan pengawasan adanya his,
dalam keadaan pasien berbaring miring dan memberikannya minum. Bila kontraksi hilang maka
tak perlu melanjutkan terapi takolisis.

Perlu diperiksa adanya kontra indikasi pemberian obat. Obat beta mimetic jangan dberikan pada
pasien dengan penyakit jantung, edema paru. Pengobatan takolisis dimulai dengan infus dan
kemudian dapat dilanjutkan dengan obat oral secara berobat jalan bila ternyata partus dapat
ditunda.

Obat anti prostaglandin (misalnya Indomethacin) harus dipakai dengan sangat selektif mengingat
komplikasi yang ditimbulkan terhadap janin seperti sindrom gawat nafas dan kelainan ginjal.

Obat Beta Mimetik
Nama generik Nama Dagang
Dosis
IV/menit Oral mg/hari
Isoxuprine Duvadilan, Vasodilan 50 200 g 4 8x 10 mg
Salbutamol
Terbutalin
Hexoprenaline
Vertolin
Bricasma
Ipradol
20 50 g
10 20 g
0,075 -1,3 g
2 4x 4 mg
3x 5 mg
8x 0,5 mg

Dikutip dari Weldinger (1984)

Kelahiran preterm merupakan masalah rsional yang multikompleks dan perlu pemecahan yang
konseptual. Secara mikro ada program yang komprehensif di tiap klinik untuk mencegah
kelahiran preterm. Ibu sebaiknya dirujuk kepada klinik yang mampu menangani resusitasi,
stabilisasi, dan perawatan bayi preterm. Kebijakan penanganan sebaiknya disesuaikan dengan
kondisi setempat yang memerlukan evaluasi teus-menerus guna mengurangi mortalitas dan
morbiditas bayi preterm.

E. Pemeriksaan Penunjang
Menurut FKUI. Kapita Selekta Kedokteran. 2001.
1. Pemeriksaan darah lengkap dan hitung jenis.
2. Urinalisis.
3. Ultrasonografi untuk melihat taksiran berat janin, posisi janin dan letak plasenta.
4. Amniosentesis untuk melihat kematangan beberapa organ janin, seperti rasio lasitin, spingo
myelin, surfaktan, dll.

F. Penatalaksanaan.
Menurut FKUI. Kapita Selekta Kedokteran. 2001.
Setiap persalinan preterm harus dirujuk ke rumah sakit. Cari apakah faktor penyulit ada. Dinilai
apakah termasuk risiko tinggi atau rendah.
1. Sebelum dirujuk, berikan air minum 1.000 ml dalam waktu 30 menit dan nilai apakah kontraksi
berhenti atau tidak.
2. Bila kontraksi masih berlanjut, berikan obat takolitik seperti Fenoterol 5 mg peroral dosis
tunggal sebagai pilihan pertama atau Ritodrin mg peroral dosis tinggi sebagai pilihan kedua, atau
Ibuprofen 400 mg peroral dosis tungga sebagai pilihan ketiga.
3. Bila pasien menolak dirujuk, pasien harus istirahat baring dan bayak minum, tidak
diperbolehkan bersenggama. Pasien diberi takolitik seperti Fenoterol 5 mg peroral 6 jam atau
Ritodrin 10 mg peroral tiap 4 jam atau Ibuprofen 400 mg peroral tiap 8 jam sampai 2 hari bebas
kontraksi.
4. Persalinan tidak boleh ditunda bila ada kontraindikasi mutlak (gawat janin, karioamnionitis,
perdarahan antepartum yang banyak) dan kontraindikasi relative (gestosis, DM, pertumbuhan
janin terhambat dan pembukaan serviks 4 cm).

Dirumah sakit dilakukan:
1. Observasi pasien selama 30 60 menit. Penatalaksanaannya tegantung kontraksi uterus serta
dilatasi dan pembukaan serviks.
a. Hidrasi dan sedasi, yaitu hidrasi dengan NaCl 0,9%, dekstrosa 5% atau ringer laktat, dekstrosa
5% sebanyak 1:1 dan sedasi dengan morfin sulfat 6 12 mg Im selama 1 jam sambil
mengobservasi ibu dan janin.
b. Pasien kemudian dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu
- Kelompok I : Pembukaan serviks terus berlangsung maka diberikan takolisis.
- Kelompok II : Tidak ada perubahan pembukaan dan kontraksi uterus masih terjadi maka diberikan takolisis.
- Kelompok III : Tidak ada perubahan pembukaan dan kontraksi uterus berkurang maka pasien hanya diobservasi.
2. Berikan takolisis bila janin dalam keadaan baik. Kehamilan 20 37 minggu, pembukaan serviks
kurang dari 4 cm dan selaput ketuban masih ada.
Jenis takolisis adalah Beta Mimetik Adrenergik, Magnesium Sulfat 4 g (200 ml MgSO
4
10%
dalam 800 ml Dekstrosa 5% dngan tetesan 100 ml/jam), Etil Alkohol, dan Glukokotikoid
(contoh Deksametason 12 mg/hari selama 3 hari).
Lakukan persalinan pervaginam bila janin presentasi kepala atau lakukan episiotomi lebar dan
ada perlindungan forseps terutama pada kehamilan 35 minggu. Lakukan persalinan dengan
seksio sesarea bila janin letak sungsang, gawat janin dengan syarat partus pervaginam tidak
terpenuhi, infeksi intrapartum dengan syarat partus pervaginam tidak terpenuhi, janin letak
lintang, plasenta previa, dan taksiran berat janin 1.500 gram.
ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN
DENGAN PARTUS PREMATUR TERHADAP NY. Y
DI RB SAYANG IBU KECAMATAN SUKAMAJU
LAMPUNG TIMUR
TAHUN 2007


I. Pengumpulan Data Dasar.
Tanggal 25 Juli 2007, Pukul 05.00 WIB.
A. 1. Identifikasi Klien
Nama Klien : Ny Y Nama Suami : Tn. X
Umur : 25 tahun Umur : 27 tahun
Kebangsaan : Indonesia Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Tani
Alamat Rumah : Jl. Soekarno Alamat Rumah: Jl Soekarno
No. 21 Tj. Raya No. 21 Tj. Raya

2. Keluhan Utama
Ibu hamil anak pertama, usia kehamilan 32 minggu, ibu mengatakan mulas dan nyeri perut
bagian bawah dan mengeluarkan cairan pervaginam lendir bercampur darah.

3. Tanda-Tanda Persalinan
Ibu datang pukul 05.00 WIB ada his, frekuensinya 2 3 kali dalam 10 menit lamanya 30 35
detik.

4. Pengeluaran Pervaginam
Blood Slym


5. Riwayat Kehamilan
Menarche : 16 September 2006
Lamanya : 6 7 hari
Siklus : 28 hari
HPHT : 17 Oktober 2006
TP : 24 Juli 2007
ANC dilakukan secara teratur di tempat bidan.

6. Riwayat Imunisasi
Selama hamil ibu imunisasi TT 2x.
TT
1
pada usia kehamilan 5 bulan di bidan N
TT
2
pada usia kehamilan 6 bulan di bidan N

7. Riwayat Kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Ibu hamil anak pertama.

8. Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir.
Gerakan janin sangat kuat, fekuensi > 10 kali/menit.

9. Makan dan Minum Terakhir
Ibu makan terakhir tadi pagi, tetapi hanya sedikit karena nafsu makan ibu berkurang sejak
adanya his.

10. BAB dan BAK Terakhir
Ibu mengatakan sering BAK hari ini.
Ibu biasanya BAB 1x sehari yaitu pada pagi hari sebelum shalat shubuh.

11. Tidur
Tidur 7 8 jam sehari.

12. Psikologis
Ibu merasa gelisah dan takut dalam menghadapi persalinan karena kehamilannya yang kurang
cukup bulan.

B. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum ibu : Baik Kesadaran : Composmentis
Tanda vital: TD : 140/90 mmHg RR : 20x/menit
Pols : 80x/menit Temp : 36,5C

2. Pemeriksaan Kebidanan
a. Inspeksi
Rambut : Bersih, tidak mudah rontok, warna hitam, dan tidak ada ketombe.
Mata : Kanan dan Kiri simetris, conjungtiva merah muda dan sklera tidak ikterik, fungsi penglihatan
normal.
Muka : Bersih, tidak ada oedema dan tidak ada cloasma gravidarum
Hidung : Bersih, tidak ada secret, tak ada polip dan fungsi penciuman baik.
Mulut : Bersih, tidak ada caries, ada gigi yang berlubang dan tidak ada stomatitis.
Telinga : Bersih, tidak ada serumen dan fungsi pendengaran baik.
Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan vena jugularis.
Mamae : Simetris, tidak ada benjolan yang abnormal, putting susu menonjol, terdapat hyperpigmentasi
pada areola dan kolostrum sudah keluar meskipun sedikit.
Dada : Simetris, pergerakan nafas teratur, tak terdengar bunyi wheezing dan ronchi.
Perut : Terdapat linea nigra dan strie gravidarum serta tidak ada luka bekas operasi
Genetalia : Pengeluaran blood slym, tidak ada oedema dan varices.
Ekstrimitas atas dan bawah.
Atas : Simetris, pergerakan baik, tidak ada cacat, jari tangan lengkap.
Bawah : Simetris, pergerakan baik, terdapat oedema, jari kaki lengkap.

b. Palpasi
Leopold I : TFU 3 jari bawah Px
Leopold II : Puka
Leopold III : Presentasi kepala
Leopold IV : Bagian terendah sudah masuk PAP
Mc Donald : TFU : 32 minggu
TBJ : (TFU 11) x 155
: (32 11) x 55
: 3.255 gram

c. Auskultasi
DJJ (+), frekuensi 134 x/menit

d. Perkusi
Reflek Patela (+)




e. Pemeriksaan Dalam
Pukul 05.00 WIB
Perineum : Tidak kaku
Dinding Vagina : Cekung
Ujung sacrum : Masih teraba
Portio : Masih tebal
Konsistensi : Lembut
Pembukaan : 3 cm
Dilatasi serviks : 30%
Ketuban : Utuh
Penurunan kepala : Hodge III, 3/5

II. Interpretasi Data Dasar, Diagnosa, Masalah dan Kebutuhan Kala I
1. Diagnosa
G
1
P
0
A
0
hamil 32 minggu, inpartu kala I fase laten, Janin tunggal, hidup intrauterine memanjang,
presentasi kepala dengan partus premature.
Dasar:
a. Ibu mengatakan mulas dan nyeri perut bagian bawah serta mengeluarkan cairan pervaginam
lendir bercampur darah.
b. Ibu merasa gelisah dan takut menghadapi persalinan karena kehamilan yang kurang cukup
bulan.
c. Pada pemeriksaan dalam di dapat pemukaan 3 cm, konsistensi lembut, bagian terendah Hodge
III, dilatasi serviks 30%.
d. Tekanan darah 140/90 mmHg.
e. Protein urine (-)

2. Masalah
a. Ada nyeri His
Dasar : Ibu merasa kesakitan di bagian perut.
His timbul 2 3 kali dalam 10 menit lamanya 30 35 menit.

b. Gangguan peningkatan tekanan darah.
Dasar : Hasil pemeriksaan TD 140/90mmHg,protein urine (-)
Ibu merasa khawatir dalam menghadapi persalinan.

c. Cemas
Dasar : Ibu merasa takut dan gelisah dalam menghadapi persalinan.
Karena kehamilan yang kurang cukup bulan.

3. Kebutuhan
a. Pemberian nutrisi dan cairan.
b. Penyuluhan menghadapi persalinan kala III
1. Cara mengedan yang efektif.
2. Persiapkan fisik dan mental ibu.
3. Pengurangan rasa nyeri.
c. Pertolongan persalinan yang aman dan nyaman.
d. Dukungan psikologis

III. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial yang Berhubungan (Kala I)
Potensial terjadi penyulit dalam persalinan seperti pada ibu (perdarahan) dan pada bayi (BBLR).

IV. Identifikasi Data yang Membutuhkan Tindakan Segera dan Kolaborasi.
a. Kolaborasi dengan dokter ahli kebidanan.
b. Segera merujuk.

V. Rencana Management (Kala I)
1. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan.
a. Jelaskan kondisi ibu saat ini.
b. Jelaskan tentang kemajuan persalinan.
2. Siapkan alat-alat
a. Siapkan ruang untuk persalinan.
b. Alat untuk persalinan.
c. Perlengkapan untuk ibu dan bayi.
3. Siapkan ibu
a. Ganti pakaian ibu
b. Tempatkan di ruang bersalin.
4. Atur posisi ibu senyaman mungkin
a. Anjurkan miring ke kiri.
b. Ajarkan cara mengedan yang baik dan anjurkan untuk relaksasi
5. Libatkan orang-orang untuk memberi dukungan psikologis.
Hadirkan pendamping yang dianggap penting bagi ibu.
6. Beri nutrisi
Beri ibu kebutuhan nutrisi berupa makanan dan minuman.
7. Pantau tanda-tanda vital
Ukur tanda-tanda vital.
8. Pantau kemajuan persalinan.
Lakukan pengawasan kala I atau observasi dengan partograf

VI. Implementasi
1. Menjelaskan pada ibu tentang kondisinya saat ini bahwa ketuban belum pecah.
Ibu tidak boleh mengedan, agar menarik nafas panjang bila perutnya terasa sakit dan ibu boleh
mencari posisi yang nyaman, ibu boleh minum dan BAK ke kamar kecil.
2. Mempersiapkan alat untuk persalinan yaitu.
a. Menyiapkan ruangan untuk bersalin yang bersih dan membuat lingkungan senyaman mungkin.
b. Alat untuk persalinan yaitu partus set, heating set, obat-obatan dan alat resusitasi.
c. Perlengkapan pakaian ibu dan bayi.
3. Menyiapkan ibu.
Mengganti pakaian ibu dan menempatkan ibu di ruang bersalin.


4. Mengatur posisi ibu senyaman mungkin.
a. Menganjurkan ibu agar tidur dengan posisi miring ke kiri agar tidak menghambat aliran darah ke
janin.
b. Menganjurkan ibu untuk mengedan yang baik yaitu menarik nafas panjang. Kedua tangan
merangkul paha, mata dibuka dan mulut ditutup. Kemungkinan mengedan sewaktu ada his dan
teknik relaksasi yaitu ibu diminta menahan nafas panjang, tahan nafas sebentar kemudian
lepaskan dengan meniup melalui mulut sewaktu his serta ibu istirahat di luar his.
5. Melibatkan orang-orang untuk memberi dukungan psikologis yaitu
Menghadirkan suami dan keluarga yang dianggap penting bagi ibu.
6. Memberi nutrisi
Memberi kebutuhan nutrisi pada ibu berupa makanan dan minuman.
7. Memantau dan mengukur tanda-tanda vital.
TD : 130/80 mmHg RR : 18 x/menit
Pols : 78x/menit Temp : 36,2C
8. Menggunakan partograf untuk memantau kemajuan persalinan
a. Kontraksi uterus dalam 10 menit.
b. Denyut jantung janin setiap 30 menit.

VII. Evaluasi
1. Ibu mengerti tentang kondisinya saat ini bahwa ibu sedang menghadapi proses persalinan.
2. Ibu sudah merasa tenang setelah mendapat penjelasan tentang kondisinya.
3. Ruang dan alat pesalinan sudah siap.
4. Ibu mangatakan tahu cara mengedan yang baik.
5. Ibu mengatakan perutnya semakin mules dan terasa ingin BAB.
6. Pemeriksaan Dalam pukul 10.30 WIB
Pembukaan serviks 10 cm tidak teraba, ketuban pecah pukul 10.30 WIB secara spontan, vulva
membuka, uuk kanan depan, turunnya kepala di Hodge IV.
7. Pengawasan kala I.
a. Fase Laten
Pukul Pembukaan Kontraksi Lamanya Nadi DJJ Penurunan Ketuban
05.00
05.30
06.00
06.30
07.00
07.30
08.00
08.30
09.00
3 cm







7 cm
3x/10
menit
3x/10
menit
3x/10
menit
3x/10
menit
3x/10
menit
3x/10
menit
3x/10
menit
3x/10
menit
3x/10
menit
20 -40
detik
20 -40
detik
20 -40
detik
20 -40
detik
35 detik
35 detik
40 detik
40 detik
40 detik
80
x/menit
82
x/menit
80
x/menit
83
x/menit
78
x/menit
80
x/menit
82
x/menit
83
x/menit
80
x/menit
134
x/menit
130
x/menit
132
x/menit
130
x/menit
135
x/menit
132
x/menit
130
x/menit
132
x/menit
134
x/menit
3/5







2/5
(+)







(+)

b. Fase aktif
Partograf terlampir

CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal 25 Juli 2007. Pukul 10.30 WIB
Kala II
S : a. Ibu mengatakan rasa ingin BAB dan ingin mengedan.
b. Ibu mengatakan rasa sakit bertambah sering dan lama menjalar dari punggung ke perut bagian
bawah.

O : a. His 3 4 x/10 menit, teratur lamanya 40-45 detik
b. DJJ 135 x/ment, teratur.
c. Keadaan kandung kemih kosong.
d. Pengeluaran dari vagina blood slym yang semakin banyak.
e. Inspeksi vulva membuka, anus mengembang, perineum menonjol
f. PD pukul 10. 30 WIB dengan hasil
Dinding vagina tidak ada kelainan.
Portio tidak teraba, effacement 100%.
Pembukaan serviks 10 cm (lengkap)
Ketuban pecah.
Presentasi kepala, penurunan bagian terendah di Hodge IV.
g. Tanda-tanda vital.
TD : 120/70 mmHg RR : 22 x/menit
Pols : 78 x/menit Temp : 37,3C.

A : Diagnosa
G
1
P
0
A
0
hamil 32 minggu inpartu kala II, jainin tunggal, hidup memanjang, intrauterin, dan
presentasi kepala.
Dasar:
a. Ibu mengatakan hamil anak ke-1
b. HPHT : 17 10 2006 TP : 24 07 2007
c. Umur kehamilan 32 minggu.
d. Pada inspeksi tampak : vulva membuka, anus mengembang, perineum menonjol.
e. Pada pemeriksaan dalam : portio tidak teraba, perbukaan serviks 10 cm, ketuban (-), presentasi
kepala,uuk kanan depan, penurunan bagian terendah di Hodge IV.
f. Pada pemeriksaan Leopold : Puka, kepala sudah masuk PAP.
g. DJJ : 134x/menit, teratur terdapat I punctum maximum.
h. Pada Leopold teraba I bagian lunak dan keras yang berarti terdapat satu bokong dan satu kepala.

Masalah:
Nyeri his.
Dasar:
a. Ibu mengatakan nyeri semakin kuat dan bertambah kuat.
b. Memberikan dukungan terus-menerus pada ibu.
c. Menjaga kandung kemih tetap kosong.
d. Penatalaksanaan nyeri his.
e. Memimpin meneran dan bernafas baik selama persalinan.
f. Melahirkan bayi.

P : a. Jelaskan pada ibu tentang kondisinya saat ini bahwa pembukaan serviks sudah 10 cm (lengkap)
dan ibu memasuki proses persalinan untuk melahirkan bayinya.
b. Berikan dukungan / support terus-menerus : ibu harus semangat dalam menjalani proses
persalinan.
c. Pimpin ibu untuk meneran : ibu boleh mengedan pada waktu timbul his, seperti orang BAB keras
meneran di bawah, kepala melihat ke fundus tangan merangkul ke-2 pahanya, jangan bersuara
saat meneran sampai his hilang.
d. Anjurkan ibu untuk bernafas yang baik selama persalinan.
Saat his hilang dianjurkan ibu untuk menarik nafas dalam dari hidung dan keluarkan lewat
mulut, beri minum diantara his.
e. Menolong melahirkan bayi.
1. Ketika kepala krowing, letakkan tangan kiri pada kepala bayi agar tidak terjadi defleksi
maksimal yang terlalu cepat, sementara tangan kanan mensupport perineum.
2. Ketika kepala bayi telah lahir seluruhnya, lap wajah bayi dan mulut dengan kassa steril.
3. Periksa apakah ada lilitan tali pusat.
4. Menunggu sambil membantu putaran paksi luar sesuai letak punggung.
5. Letakkan tangan secara biparietal, kemudian tarikan lembut ke bawah untuk melahirkan bahu
depan kemudian lembut ke atas menyesuaikan sumbu jalan lahir untuk melahirkan bahu
belakang.
6. Lahirkan bayi seluruhnya pukul 11.00 WIB.
7. Keringkan bayi,klem tali pusat dan potong tali kemudian ikat taIi pusat.
8. Zlym Zhuinger rangsangan untuk bernafas.
9. Antropometri.
Bayi lahir pukul 11.00 WIB
BB : 2.300 gram
PB : 47 cm
Jenis kelamin : laki-laki, anus (+), cacat (-)
Keadaan bayi :
Bayi belum bisa beradaptasi di luar uterus secara sempurna, sehingga perlu dilakukan perawatan
pada bayi:
a. Memberikan lingkungan yang baik agar bayi tetap hangat (suhu bayi harus 36C 37C)
dengan memasukkan bayi kedalam inkubator.
b. Menjaga agar saluran nafas bagian atas tetap bebas dengan memperhatikan posisi bayi dan
pengisapan lendir jalan nafas secara berkala.

Kala III.
Tanggal 25 0 7 2007 Pukul 11.15 WIB.

S : a. Ibu mengatakan bahwa ia merasa lega dan senang atas kelahiran meskipun bayinya masih dalam
perawatan.
b. Ibu mengatakan masih merasa mulas pada perutnya.

O : a. Bayi lahir spontan pervaginam, letak belakang kepala, jenis kelamin laki-laki.
b. Ibu tampak senang dan bahagia.
TD : 120/70 mmHg Temp : 37,2 C
RR : 22 x/menit Pols : 76 x/menit
c. Janin tunggal.
d. Plasenta belum lahir
e. Pada palpasi didapat, uterus terasa bulat dan keras TFU : sepusat
f. Pada inspeksi tidak terdapat robekan jalan lahir.



A : Diagnosa
P
1
A
0
partus spontan pervaginam, partu Kala III
Dasar:
a. Bayi lahir pukul 11.00 WIB
b. Plasenta belum lahir.
Kebutuhan.
Melakukan manajemen aktif kala III.

P : a. Lakukan pengawasan Kala III
b. Periksa fundus untuk memastikan janin tunggal, kandung kemih kosong dan adanya kontraksi.
c. Melakukan manajemen aktif kala III.
1. Berikan oksitosin 10 U IM di 1/3 paha bagian luar.
2. Lakukan peregangan tali pusat terkendali.
3. Lakukan masase fundus untuk membantu kontraksi.
d. Melakukan pengeluaran plasenta dengan teknik memutar searah jarum jam. Setelah plasenta
lepas, periksa plasenta dan selaput ketuban.
e. Masase fundus uteri selama 15 detik.
f. Observasi kontraksi uterus, perdarahan dan tanda-tanda vital.
g. Bersihkan bekuan darah dari vagina.
h. Pastikan kandung kemih kosong.
i. Plasenta lahir lengkap dan spontan pukul 11.25 WIB.
Kotiledon dan selaput : Utuh
Panjang tali pusat : 45 cm
Tebal plasenta : 2 cm
Lebar plasenta : 15 cm
Berat plasenta : 400 gram
Insersi : Marginal
Tidak terdapat robekan jalan lahir.
Pengeluaran pervaginam darah 100cc
i. Jaga Personal Hygiene.
Membersihkan ibu dan mengganti pakaian ibu.

Kala IV.

S : a. Ibu mengatakan senang dengan kelahiran bayi laki-lakinya.
b. Ibu mengatakan perutnya msih terasa mulas-mulas.
c. Ibu merasa lega karena plasenta sudah lahir.

O : a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : composmentis
c. Tanda-tanda vital.
TD : 120/70 mmHg Temp : 37,2 C
RR : 20 x/menit Pols : 76 x/menit
d. TFU 2 jari dibawah pusat.
e. 15 detik pertama kontraksi uterus baik.
f. Pengeluaran urine sebanyak 150 cc tiap BAK.
g. Colostrum sudah mulai keluar tetapi hanya sedikit.
h. Lochea berawarna merah, berbau normal amis.
i. Ibu belum BAB selama post partum.

A : Diagnosa
P
1
A
0
partus spontan, partu Kala IV.
Dasar:
a. Ibu melahirkan anak ke-1
b. Ibu partus spontan pervaginam pukul 11.00 WIB.
c. Plasenta lahir lengkap.

Kebutuhan
Observasi keadaan ibu ; keadaan umum, perdarahan yang keluar involusi uterus dan TTV.



P : a. Periksa fundus
TFU : 2 jari bawah pusat.
Kontraksi uterus : baik
Perdarahan normal.
b. Periksa kandung kemih : Tekan blasnya, apabila terasa penuh, rangsang untuk berkemih.
c. ganti pakaian ibu.
d. Membereskan alat-alat.
e. Mengukur tanda-tanda vital
TD : 110/70 mmHg RR : 22 x/menit
Pols : 78 x/menit Temp : 36,5C
f. Ajarkan dan anjurkan ibu untuk bergerak sedikit, miring ke kiri dan kanan, duduk dan berjalan
(mobilisasi dini).
g. Anjurkan ibu untuk makan dan minum.
h. Libatkan suami dan keluarga dalam perawatan ibu.
DAFTAR PUSTAKA


Markum AH, Asril Aminullah, dkk. 1981. Kegawatan Pada Anak. FKUI: Jakarta.

R. Stright, Barbara. Keperawatan Ibu.-BBL. EGC: Jakarta.

Mansjoer, Arif, Kuspuji Triyanti, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius: Jakarta.

Prawirohardjo, Sarwono, 2005. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pusatka: Jakarta















Label: CONTOH ASUHAN KEBIDANAN
0 komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Subscribe to: Poskan Komentar (Atom)
Maphia Black

Nouna ShaLeha

Buat Lencana Anda
WiraUsaha OnLine




BLOG ARCHIVE
2013 (34)
2012 (35)
2011 (261)
o Desember (5)
o Oktober (23)
o September (38)
o Agustus (1)
o Juli (4)
o Juni (7)
o Mei (8)
o April (5)
o Maret (36)
o Februari (49)
Maphia_BLack
ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS PADA IBU BERSALIN
DENGA...
ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN PATOLOGIS
DENGAN ...
DOKUMENTASI KEBIDANAN DENGAN KASUS RETENSIO
PLASE...
Asuhan Kebidanan Pada Persalinan Dengan Episiotom...
MALPOSISI
MANAJEMEN KEBIDANAN PERSALINAN DENGAN
CEPHAOPELVIC...
DOKUMENTASI KEBIDANAN DENGAN KASUS MALPRESENTASI
ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN NORMAL TERHADAP
N...
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN DENGAN PARTUS
...
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN TERHADAP NY. S...
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN TERHADAP NY. S...
MANAJEMEN KEBIDANAN PATOLOGIS PADA IBU BERSALIN
D...
DOKUMENTASI KEBIDANAN PARTUS PRESIPITATUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. R DENGAN PERSALINAN D...
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN GRANDE
MULTIPAR...
DOKUMENTASI KEBIDANAN ASUHAN PERSALINAN DENGAN
PAR...
MANAJEMEN KEBIDANAN PATOLOGIS PADA IBU BERSALIN
TE...
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN PATOLOGI
DENGA...
ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN / DENGAN
PRESENT...
ASUHAN KEBIDANAN KELAINAN PEMBEKUAN DARAH PADA
IBU...
ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN PATOLOGIS
DENGAN ...
ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN DENGAN RUPTURA
U...
ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN PATOLOGIS
DENGAN ...
ASUHAN KEBIDANAN DENGAN PARTUS PRIMITUA
ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN DENGAN PARITAS
K...
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN DENGAN ANEMIA
...
ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN DENGAN KASUS
RIWA...
ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN DENGAN INDUKSI
TE...
ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN PATOLOGIS
INERSIA...
ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DENGAN KASUS
PERSALINA...
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN
BBLR...
ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN DENGAN SELANG 15
...
ASUHAN KEBIDANAN PADA KEHAMILAN PATOLOGIS DENGAN
G...
ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN PATOLOGIS
TERHADA...
ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN DENGAN ATONIA
UT...
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN DENGAN FASE
LAT...
ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN DENGAN KEGAGALAN
K...
ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN PATOLOGIS DENGAN LI...
ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN PATOLOGIS
DENGA...
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN DENGAN OEDEMA
ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DENGAN PERINEUM KAKU
Manfaat Air Kelapa
Kuasai Kecerdasan Emosi Anda!
Nikmatilah Perbedaan!
Afgan Bawalah Cintaku
Fenomena Alay Ciri-Ciri Orang Alay Super Aneh Nora...
ALLAY MODE ON
ALAY
o Januari (85)
2010 (79)
STATISTIK





Template by:

MaPhia Black. Design by SkinCorner Sponsored by StylistBackgrounds

MaPhia Black




Search...


ABOUT ME

Nouna Shaleha
10% galak
30% malas
40% Smart
50% pemalu
60% Gaul
70% Humor
80% Perhatian
90% baik
Lihat profil lengkapku
My COMMUNITY



FoLLow mE Ukey??
LABELS
AFGAN SYAHREZA (1)
Agnes Davonar (1)
ANALISA (5)
ARTIKEL (12)
ARTIKEL KESEHATAN (5)
ASUHAN KEBIDANAN (12)
ASUHAN KEPERAWATAN (1)
ASUHAN NEONATUS (14)
Avenged Sevenfold (2)
BERBAGI CERITA HANTU (1)
BISNIS ONLINE (3)
BISNIS WARNET (5)
Bondan ft. Fade2Black (2)
BUG DORK (1)
CERPEN (1)
CIVIC EDUCATION (1)
CONTOH ASUHAN KEBIDANAN (88)
DADALI (1)
EKONOMI MAKRO (7)
EKONOMI MIKRO (4)
EKONOMI SYARI'AH (3)
EKSISTENSI KELOMPOK BERMAIN (2)
EPISTEMOLOGI (34)
ETIKA PROFESI DAN HUKUM KEBIDANAN (4)
FAKULTAS HUKUM (2)
FILSAFAT ILMU (1)
FORMAT PENGKAJIAN (13)
GIZI REPRODUKSI (3)
KOMPUTER_MANIA (5)
KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM (5)
KONTES SEO (1)
KOTAK (1)
KUMPULAN PENYAKIT (2)
LAPORAN GIZI REPRODUKSI (2)
LARA HATI (1)
MAKALAH (4)
MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN (3)
MAKALAH BIOLOGI REPRODUKSI (2)
MAKALAH GIZI REPRODUKSI (1)
MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN (3)
MAKALAH ASUHAN NEONATUS (6)
MAKALAH ASUHAN PERSALINAN (1)
MAKALAH FARMAKOLOGI (3)
MAKALAH KESEHATAN REPRODUKSI (2)
MAKALAH KOMUNIKASI KESEHATAN (1)
MAKALAH PENGANTAR KEBIDANAN (1)
MANAJEMEN INFORMATIKA (1)
MATHEMATICS (1)
MoZZa (1)
MUOZA_LUPH (1)
NEWSLATTER (1)
NOUNA DHO (24)
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA (PBSI) (14)
PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA (1)
PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS (3)
PENGANTAR BISNIS (1)
PENYAKIT IBU HAMIL (1)
PERPUSTAKAAN (2)
PERSMA (1)
PROGRAMER (1)
PROMOSI KESEHATAN (1)
PSIKOLOGI (1)
REALIGI (5)
REMAJA (3)
SATUAN PENYULUHAN (3)
SENSEI ANNE AHIRA (30)
SEVENTEEN (1)
SKRIPSI (3)
SMASH (1)
Suharti S.S.T. S.Pd (1)
TAFSIR AYAT EKONOMI (1)
TIPE - X (1)
TIPS (5)
TOKOH DUNIA (4)
TRIK (12)
TUTORIAL PHP (1)
UNGU CLIQUERZ (1)
VARIASY (1)
WEBSITE (5)
.:: LINK EXCHANGE ::.
<a
href="http://maphiablack.blogspot.com/"><b><blink>MaPhia
?? ? ??? ? Black</blink></b></a><br/>



























































































|K|ibim's |B|log

--> L <--
Ladida Cafe
Let's Be Smart
Lora Malunk Blog

--> M <--
MagaHaya!
Mahakarya Blog Yoedha
Majapahit 1478
Majapahit Info
Mantab Jaya Blog
Masakan Khas Indonesia
Me and Coffe
Midi Karaoke Henny Fadilla
Mimpi Okkanz
Mascipul[dot]com
MISS SIDAMULYA
Modern Technology
Modification Blog
Movie Online Site
Mr. Dhie
Music Instrument
Myria DiFa

--> N <--
Natural Health
*Nova Maya Sari*

--> O <--
Obat Sakit 2011
Obet_Master7
Ody_Ercha
OJ Free Backlink
OZENK POTGIETER
OZY-W

--> P <--
Parking
Pengelana Jagat
Penghuni 60
Pier's BLOG | Kumpulan Askep - Artikel Kesehatan
Pinginbelajar.com
Planet Hobbies
Prapatan Kertek Simple Blog
--> R <--
Rainbow Lady's Challenge Blog
Rasyakreebo
RINKO SAMANI BLOG
Recipes Health Beauty
Run-D BLoG

--> S <--
Shanushy Ngeblog
Saonone's Online Notes
S@ndhie Salomegank
Se Avancee
Se-Masa
Setya Blog
Share With Irfan
Shawn Ann's World
Silver Nitrate
SMILENET4U
Soni Site's
STICKSERIES.COM

--> T <--
Tambelan Blog
TanThowi.com
Terminal Transit
the dark anco
Tips Online | Aulia Net | Bermain Blog
Tutorial Blogging
Tutorial Blog Terbaru
Tulus Dari Hati

--> U <--
Urang Kapuas

--> V <--
V12gether Blog

--> W <--
Warna Tulisan
wArNa-wArNa cErIa..
Weblog Zauma Zalfiah
Wedding Dresses
Wicak Kudus Kretek
Widodo
World Cup 2010 South Africa

--> X <-- XNOTHINGTOLOSE SHOP

--> Y <--
Yang Penting SHARE
Yayat's Blog
YobelCELL AUTOREFILL

--> Z <--
Zulfa Bakery
Minggu, 06 Februari 2011
DOKUMENTASI KEBIDANAN ASUHAN PERSALINAN DENGAN PARTUS
PREMATUR
Diposkan oleh Nouna Shaleha di 08.06

LANDASAN TEORI

PARTUS PREMATUR

A. Definisi
Menurut Barbara R. Straight. Keperawatan Ibu - BBL.
Persalinan prematur adalah persalinan yang dimulai setelah kehamilan 20 minggu dan sebelum
kehamilan 37 minggu.

B. Etiologi dan Faktor Risiko
Menurut Sarwono Prawirohardjo. Ilmu Kebidanan. 2003.
Etiologi persalinan prematur sering kali tidak diketahui. Ada beberapa kondisi medik yang
mendorong untuk dilakukannya tindakan sehingga terjadi persalinan prematur.

Kondisi yang menimbulkan partus prematur.
1. Hipertensi
Tekanan darah tinggi menyebabkan penolong cenderung untuk mengakhiri kehamilan, hal ini
menimbulkan prevatensi persalinan prematur meningkat.
2. Perkembangan Janin Terhambat.
Merupakan kondisi dimana salah satu sebabnya ialah pemasokan oksigen dan makanan mungkin
kurang adekuat dan hal ini mendorong untuk terminasi kehamilan lebih dini.
3. Solusio Plasenta.
Terlepasnya plasenta akan merangsang untuk terjadi persalinan prematur. Meskipun sebagian
besar terjadi pada matur. Pada pasien dengan riwayat solusio plasenta maka kemungkinan
terulang menjadi lebih besar.



4. Plasenta Previa.
Sering kali berhubungan dengan persalinan prematur akibat harus dilakukan tindakan pada
perdarahan yang banyak. Bila terjadi perdarahan banyak maka kemungkinan kondisi janin
kurang baik karena hipoksia.
5. Kelainan Rhesus.
Sebelum ditemukan anti D imunoglabulin maka kejadian induksi menjadi berkurang, meskipun
demikian hal ini masih sering terjadi.
6. Diabetes.
Pada kehamilan dengan diabetes yang tidak terkendali maka dapat dipertimbangkan untuk
mengakhiri kehamilan. Tapi saat ini dengan pemberian insulin dan diet yang terprogram,
umunya gula darah dapat dikendalikan.

Kondisi yang menimbulkan kontraksi:
Ada beberapa kondisi ibu yang merangsang terjadinya kontraksi spontan, kemungkinan telah
terjadi produksi prostaglandin.
1. Kelainan Bawaan Uterus
Meskipun jarang terjadi tetapi dapat dipertimbangkan hubungan kejadian partus preterm dengan
kelainan uterus yang ada.
2. Ketuban Pecah Dini.
Mungkin mengawali terjadinya kontraksi atau sebaliknya. Ada beberapa kondisi yang mungkin
menyertai seperti serviks inkompeten, hidramnion, kehamilan ganda, infeksi vagina dan serviks
dan lain-lain. Infeksi asenden merupakan teori yang cukup kuat dalam mendukung terjadinya
amnionitis dan kemungkinan ketuban pecah.
3. Serviks Inkompeten.
Hal ini mungkin menjadi penyebab abortus selain partus preterm. Riwayat tindakan serviks dapat
dihubungkan dengan terjadinya inkompeten. Chamberlain dan Gibbings menemukan 60% dari
pasien serviks inkompeten pernah mengalami abortus spontan dan 49% mengalami pengakhiran
kehamilan pervaginam.
4. Kehamilan Ganda
Sebanyak 10% pasien dengan partus preterm ialah kehamilan ganda dan secara umum kehamilan
ganda mempunyai masa gestasi yang lebih pendek.

C. Menifestasi Klinis
Menurut FKUI. Kapita Selekta Kedokteran. 2001.
1. Kontraksi uterus yang teratur sedikitnya 3 5 menit sekali selama 45 detik dalam waktu
minimal 2 jam.
2. Pada fase aktif, intensitas dan frekuensi kontraksi meningkat saat pasien melakukan aktivitas.
3. Usia kehamilan antara 20 37 minggu.
4. Taksiran berat janin sesuai usia kehamilan antara 20 37 minggu.
5. Presentasi janin abnormal lebih sering ditemukan pad persalinan preterm.
Bila persalinan kemudian menjadi nyata, maka pengobatan dapat dimulai. Bila tidak fungsi
uterus dievaluasi lebih lanjut dengan menggunakan topografi ekstenal untuk merekam dan
lamanya kontraksi, pembukaan serviks yang progresif, merupakan tanda persalinan.

D. Pencegahan
Menurut Sarwono Prawirohardjo. Ilmu Kebidanan. 2005.
Yang dimaksud disini dengan pencegahan ialah pencegahan kelahiran prematur bukan karena
kondisi medik (perdarahan, hpertensi). Jadi bila ada pasien dengan indikasi (riwayat preterm)
atau gemelli dapat dimasukkan ke dalam program ini.

Beberapa peneliti telah mencoba membuat program bagi pasien dengan indikasi partus preterm
dan mencoba menghentikan proses dengan terapi tokolisis, hasilnya cukup menarik dengan
menurunkan kejadian preterm sampai separuhnya.

Pasien diberitahu mengenai gejala kontraksi, baik secara palpasi maupun alat perekam selama 2
jam dalam sehari.

Dari penelitian yang dilakukan ternyata kontraksi menjadi lebih sering yaitu 2 x/10 menit dlam
48 jam menjelang partus. Pasien dpat diinstruksikan bahwa bila merasakan kontraksi 4 kali atau
lebih per jam diminta untuk menghubungi klinik. Pasien dianjurkan untuk datang ke klinik dan
dinilai keadaan serviks yang bila ternyata sudah matang maka dapat dilakukan pengobatan
takolisis. Sebelum memberikan terapi takolisis, sebaiknya dilakukan pengawasan adanya his,
dalam keadaan pasien berbaring miring dan memberikannya minum. Bila kontraksi hilang maka
tak perlu melanjutkan terapi takolisis.

Perlu diperiksa adanya kontra indikasi pemberian obat. Obat beta mimetic jangan dberikan pada
pasien dengan penyakit jantung, edema paru. Pengobatan takolisis dimulai dengan infus dan
kemudian dapat dilanjutkan dengan obat oral secara berobat jalan bila ternyata partus dapat
ditunda.

Obat anti prostaglandin (misalnya Indomethacin) harus dipakai dengan sangat selektif mengingat
komplikasi yang ditimbulkan terhadap janin seperti sindrom gawat nafas dan kelainan ginjal.

Obat Beta Mimetik
Nama generik Nama Dagang
Dosis
IV/menit Oral mg/hari
Isoxuprine
Salbutamol
Terbutalin
Hexoprenaline
Duvadilan, Vasodilan
Vertolin
Bricasma
Ipradol
50 200 g
20 50 g
10 20 g
0,075 -1,3 g
4 8x 10 mg
2 4x 4 mg
3x 5 mg
8x 0,5 mg

Dikutip dari Weldinger (1984)

Kelahiran preterm merupakan masalah rsional yang multikompleks dan perlu pemecahan yang
konseptual. Secara mikro ada program yang komprehensif di tiap klinik untuk mencegah
kelahiran preterm. Ibu sebaiknya dirujuk kepada klinik yang mampu menangani resusitasi,
stabilisasi, dan perawatan bayi preterm. Kebijakan penanganan sebaiknya disesuaikan dengan
kondisi setempat yang memerlukan evaluasi teus-menerus guna mengurangi mortalitas dan
morbiditas bayi preterm.

E. Pemeriksaan Penunjang
Menurut FKUI. Kapita Selekta Kedokteran. 2001.
1. Pemeriksaan darah lengkap dan hitung jenis.
2. Urinalisis.
3. Ultrasonografi untuk melihat taksiran berat janin, posisi janin dan letak plasenta.
4. Amniosentesis untuk melihat kematangan beberapa organ janin, seperti rasio lasitin, spingo
myelin, surfaktan, dll.

F. Penatalaksanaan.
Menurut FKUI. Kapita Selekta Kedokteran. 2001.
Setiap persalinan preterm harus dirujuk ke rumah sakit. Cari apakah faktor penyulit ada. Dinilai
apakah termasuk risiko tinggi atau rendah.
1. Sebelum dirujuk, berikan air minum 1.000 ml dalam waktu 30 menit dan nilai apakah kontraksi
berhenti atau tidak.
2. Bila kontraksi masih berlanjut, berikan obat takolitik seperti Fenoterol 5 mg peroral dosis
tunggal sebagai pilihan pertama atau Ritodrin mg peroral dosis tinggi sebagai pilihan kedua, atau
Ibuprofen 400 mg peroral dosis tungga sebagai pilihan ketiga.
3. Bila pasien menolak dirujuk, pasien harus istirahat baring dan bayak minum, tidak
diperbolehkan bersenggama. Pasien diberi takolitik seperti Fenoterol 5 mg peroral 6 jam atau
Ritodrin 10 mg peroral tiap 4 jam atau Ibuprofen 400 mg peroral tiap 8 jam sampai 2 hari bebas
kontraksi.
4. Persalinan tidak boleh ditunda bila ada kontraindikasi mutlak (gawat janin, karioamnionitis,
perdarahan antepartum yang banyak) dan kontraindikasi relative (gestosis, DM, pertumbuhan
janin terhambat dan pembukaan serviks 4 cm).

Dirumah sakit dilakukan:
1. Observasi pasien selama 30 60 menit. Penatalaksanaannya tegantung kontraksi uterus serta
dilatasi dan pembukaan serviks.
a. Hidrasi dan sedasi, yaitu hidrasi dengan NaCl 0,9%, dekstrosa 5% atau ringer laktat, dekstrosa
5% sebanyak 1:1 dan sedasi dengan morfin sulfat 6 12 mg Im selama 1 jam sambil
mengobservasi ibu dan janin.
b. Pasien kemudian dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu
- Kelompok I : Pembukaan serviks terus berlangsung maka diberikan takolisis.
- Kelompok II : Tidak ada perubahan pembukaan dan kontraksi uterus masih terjadi maka diberikan takolisis.
- Kelompok III : Tidak ada perubahan pembukaan dan kontraksi uterus berkurang maka pasien hanya diobservasi.
2. Berikan takolisis bila janin dalam keadaan baik. Kehamilan 20 37 minggu, pembukaan serviks
kurang dari 4 cm dan selaput ketuban masih ada.
Jenis takolisis adalah Beta Mimetik Adrenergik, Magnesium Sulfat 4 g (200 ml MgSO
4
10%
dalam 800 ml Dekstrosa 5% dngan tetesan 100 ml/jam), Etil Alkohol, dan Glukokotikoid
(contoh Deksametason 12 mg/hari selama 3 hari).
Lakukan persalinan pervaginam bila janin presentasi kepala atau lakukan episiotomi lebar dan
ada perlindungan forseps terutama pada kehamilan 35 minggu. Lakukan persalinan dengan
seksio sesarea bila janin letak sungsang, gawat janin dengan syarat partus pervaginam tidak
terpenuhi, infeksi intrapartum dengan syarat partus pervaginam tidak terpenuhi, janin letak
lintang, plasenta previa, dan taksiran berat janin 1.500 gram.
ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN
DENGAN PARTUS PREMATUR TERHADAP NY. Y
DI RB SAYANG IBU KECAMATAN SUKAMAJU
LAMPUNG TIMUR
TAHUN 2007


I. Pengumpulan Data Dasar.
Tanggal 25 Juli 2007, Pukul 05.00 WIB.
A. 1. Identifikasi Klien
Nama Klien : Ny Y Nama Suami : Tn. X
Umur : 25 tahun Umur : 27 tahun
Kebangsaan : Indonesia Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Tani
Alamat Rumah : Jl. Soekarno Alamat Rumah: Jl Soekarno
No. 21 Tj. Raya No. 21 Tj. Raya

2. Keluhan Utama
Ibu hamil anak pertama, usia kehamilan 32 minggu, ibu mengatakan mulas dan nyeri perut
bagian bawah dan mengeluarkan cairan pervaginam lendir bercampur darah.

3. Tanda-Tanda Persalinan
Ibu datang pukul 05.00 WIB ada his, frekuensinya 2 3 kali dalam 10 menit lamanya 30 35
detik.

4. Pengeluaran Pervaginam
Blood Slym


5. Riwayat Kehamilan
Menarche : 16 September 2006
Lamanya : 6 7 hari
Siklus : 28 hari
HPHT : 17 Oktober 2006
TP : 24 Juli 2007
ANC dilakukan secara teratur di tempat bidan.

6. Riwayat Imunisasi
Selama hamil ibu imunisasi TT 2x.
TT
1
pada usia kehamilan 5 bulan di bidan N
TT
2
pada usia kehamilan 6 bulan di bidan N

7. Riwayat Kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Ibu hamil anak pertama.

8. Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir.
Gerakan janin sangat kuat, fekuensi > 10 kali/menit.

9. Makan dan Minum Terakhir
Ibu makan terakhir tadi pagi, tetapi hanya sedikit karena nafsu makan ibu berkurang sejak
adanya his.

10. BAB dan BAK Terakhir
Ibu mengatakan sering BAK hari ini.
Ibu biasanya BAB 1x sehari yaitu pada pagi hari sebelum shalat shubuh.

11. Tidur
Tidur 7 8 jam sehari.

12. Psikologis
Ibu merasa gelisah dan takut dalam menghadapi persalinan karena kehamilannya yang kurang
cukup bulan.

B. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum ibu : Baik Kesadaran : Composmentis
Tanda vital: TD : 140/90 mmHg RR : 20x/menit
Pols : 80x/menit Temp : 36,5C

2. Pemeriksaan Kebidanan
a. Inspeksi
Rambut : Bersih, tidak mudah rontok, warna hitam, dan tidak ada ketombe.
Mata : Kanan dan Kiri simetris, conjungtiva merah muda dan sklera tidak ikterik, fungsi penglihatan
normal.
Muka : Bersih, tidak ada oedema dan tidak ada cloasma gravidarum
Hidung : Bersih, tidak ada secret, tak ada polip dan fungsi penciuman baik.
Mulut : Bersih, tidak ada caries, ada gigi yang berlubang dan tidak ada stomatitis.
Telinga : Bersih, tidak ada serumen dan fungsi pendengaran baik.
Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan vena jugularis.
Mamae : Simetris, tidak ada benjolan yang abnormal, putting susu menonjol, terdapat hyperpigmentasi
pada areola dan kolostrum sudah keluar meskipun sedikit.
Dada : Simetris, pergerakan nafas teratur, tak terdengar bunyi wheezing dan ronchi.
Perut : Terdapat linea nigra dan strie gravidarum serta tidak ada luka bekas operasi
Genetalia : Pengeluaran blood slym, tidak ada oedema dan varices.
Ekstrimitas atas dan bawah.
Atas : Simetris, pergerakan baik, tidak ada cacat, jari tangan lengkap.
Bawah : Simetris, pergerakan baik, terdapat oedema, jari kaki lengkap.

b. Palpasi
Leopold I : TFU 3 jari bawah Px
Leopold II : Puka
Leopold III : Presentasi kepala
Leopold IV : Bagian terendah sudah masuk PAP
Mc Donald : TFU : 32 minggu
TBJ : (TFU 11) x 155
: (32 11) x 55
: 3.255 gram

c. Auskultasi
DJJ (+), frekuensi 134 x/menit

d. Perkusi
Reflek Patela (+)




e. Pemeriksaan Dalam
Pukul 05.00 WIB
Perineum : Tidak kaku
Dinding Vagina : Cekung
Ujung sacrum : Masih teraba
Portio : Masih tebal
Konsistensi : Lembut
Pembukaan : 3 cm
Dilatasi serviks : 30%
Ketuban : Utuh
Penurunan kepala : Hodge III, 3/5

II. Interpretasi Data Dasar, Diagnosa, Masalah dan Kebutuhan Kala I
1. Diagnosa
G
1
P
0
A
0
hamil 32 minggu, inpartu kala I fase laten, Janin tunggal, hidup intrauterine memanjang,
presentasi kepala dengan partus premature.
Dasar:
a. Ibu mengatakan mulas dan nyeri perut bagian bawah serta mengeluarkan cairan pervaginam
lendir bercampur darah.
b. Ibu merasa gelisah dan takut menghadapi persalinan karena kehamilan yang kurang cukup
bulan.
c. Pada pemeriksaan dalam di dapat pemukaan 3 cm, konsistensi lembut, bagian terendah Hodge
III, dilatasi serviks 30%.
d. Tekanan darah 140/90 mmHg.
e. Protein urine (-)

2. Masalah
a. Ada nyeri His
Dasar : Ibu merasa kesakitan di bagian perut.
His timbul 2 3 kali dalam 10 menit lamanya 30 35 menit.

b. Gangguan peningkatan tekanan darah.
Dasar : Hasil pemeriksaan TD 140/90mmHg,protein urine (-)
Ibu merasa khawatir dalam menghadapi persalinan.

c. Cemas
Dasar : Ibu merasa takut dan gelisah dalam menghadapi persalinan.
Karena kehamilan yang kurang cukup bulan.

3. Kebutuhan
a. Pemberian nutrisi dan cairan.
b. Penyuluhan menghadapi persalinan kala III
1. Cara mengedan yang efektif.
2. Persiapkan fisik dan mental ibu.
3. Pengurangan rasa nyeri.
c. Pertolongan persalinan yang aman dan nyaman.
d. Dukungan psikologis

III. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial yang Berhubungan (Kala I)
Potensial terjadi penyulit dalam persalinan seperti pada ibu (perdarahan) dan pada bayi (BBLR).

IV. Identifikasi Data yang Membutuhkan Tindakan Segera dan Kolaborasi.
a. Kolaborasi dengan dokter ahli kebidanan.
b. Segera merujuk.

V. Rencana Management (Kala I)
1. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan.
a. Jelaskan kondisi ibu saat ini.
b. Jelaskan tentang kemajuan persalinan.
2. Siapkan alat-alat
a. Siapkan ruang untuk persalinan.
b. Alat untuk persalinan.
c. Perlengkapan untuk ibu dan bayi.
3. Siapkan ibu
a. Ganti pakaian ibu
b. Tempatkan di ruang bersalin.
4. Atur posisi ibu senyaman mungkin
a. Anjurkan miring ke kiri.
b. Ajarkan cara mengedan yang baik dan anjurkan untuk relaksasi
5. Libatkan orang-orang untuk memberi dukungan psikologis.
Hadirkan pendamping yang dianggap penting bagi ibu.
6. Beri nutrisi
Beri ibu kebutuhan nutrisi berupa makanan dan minuman.
7. Pantau tanda-tanda vital
Ukur tanda-tanda vital.
8. Pantau kemajuan persalinan.
Lakukan pengawasan kala I atau observasi dengan partograf

VI. Implementasi
1. Menjelaskan pada ibu tentang kondisinya saat ini bahwa ketuban belum pecah.
Ibu tidak boleh mengedan, agar menarik nafas panjang bila perutnya terasa sakit dan ibu boleh
mencari posisi yang nyaman, ibu boleh minum dan BAK ke kamar kecil.
2. Mempersiapkan alat untuk persalinan yaitu.
a. Menyiapkan ruangan untuk bersalin yang bersih dan membuat lingkungan senyaman mungkin.
b. Alat untuk persalinan yaitu partus set, heating set, obat-obatan dan alat resusitasi.
c. Perlengkapan pakaian ibu dan bayi.
3. Menyiapkan ibu.
Mengganti pakaian ibu dan menempatkan ibu di ruang bersalin.


4. Mengatur posisi ibu senyaman mungkin.
a. Menganjurkan ibu agar tidur dengan posisi miring ke kiri agar tidak menghambat aliran darah ke
janin.
b. Menganjurkan ibu untuk mengedan yang baik yaitu menarik nafas panjang. Kedua tangan
merangkul paha, mata dibuka dan mulut ditutup. Kemungkinan mengedan sewaktu ada his dan
teknik relaksasi yaitu ibu diminta menahan nafas panjang, tahan nafas sebentar kemudian
lepaskan dengan meniup melalui mulut sewaktu his serta ibu istirahat di luar his.
5. Melibatkan orang-orang untuk memberi dukungan psikologis yaitu
Menghadirkan suami dan keluarga yang dianggap penting bagi ibu.
6. Memberi nutrisi
Memberi kebutuhan nutrisi pada ibu berupa makanan dan minuman.
7. Memantau dan mengukur tanda-tanda vital.
TD : 130/80 mmHg RR : 18 x/menit
Pols : 78x/menit Temp : 36,2C
8. Menggunakan partograf untuk memantau kemajuan persalinan
a. Kontraksi uterus dalam 10 menit.
b. Denyut jantung janin setiap 30 menit.

VII. Evaluasi
1. Ibu mengerti tentang kondisinya saat ini bahwa ibu sedang menghadapi proses persalinan.
2. Ibu sudah merasa tenang setelah mendapat penjelasan tentang kondisinya.
3. Ruang dan alat pesalinan sudah siap.
4. Ibu mangatakan tahu cara mengedan yang baik.
5. Ibu mengatakan perutnya semakin mules dan terasa ingin BAB.
6. Pemeriksaan Dalam pukul 10.30 WIB
Pembukaan serviks 10 cm tidak teraba, ketuban pecah pukul 10.30 WIB secara spontan, vulva
membuka, uuk kanan depan, turunnya kepala di Hodge IV.
7. Pengawasan kala I.
a. Fase Laten
Pukul Pembukaan Kontraksi Lamanya Nadi DJJ Penurunan Ketuban
05.00
05.30
06.00
06.30
07.00
07.30
08.00
08.30
09.00
3 cm







7 cm
3x/10
menit
3x/10
menit
3x/10
menit
3x/10
menit
3x/10
menit
3x/10
menit
3x/10
menit
20 -40
detik
20 -40
detik
20 -40
detik
20 -40
detik
35 detik
35 detik
40 detik
40 detik
40 detik
80
x/menit
82
x/menit
80
x/menit
83
x/menit
78
x/menit
80
x/menit
82
x/menit
134
x/menit
130
x/menit
132
x/menit
130
x/menit
135
x/menit
132
x/menit
130
x/menit
3/5







2/5
(+)







(+)
3x/10
menit
3x/10
menit
83
x/menit
80
x/menit
132
x/menit
134
x/menit

b. Fase aktif
Partograf terlampir

CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal 25 Juli 2007. Pukul 10.30 WIB
Kala II
S : a. Ibu mengatakan rasa ingin BAB dan ingin mengedan.
b. Ibu mengatakan rasa sakit bertambah sering dan lama menjalar dari punggung ke perut bagian
bawah.

O : a. His 3 4 x/10 menit, teratur lamanya 40-45 detik
b. DJJ 135 x/ment, teratur.
c. Keadaan kandung kemih kosong.
d. Pengeluaran dari vagina blood slym yang semakin banyak.
e. Inspeksi vulva membuka, anus mengembang, perineum menonjol
f. PD pukul 10. 30 WIB dengan hasil
Dinding vagina tidak ada kelainan.
Portio tidak teraba, effacement 100%.
Pembukaan serviks 10 cm (lengkap)
Ketuban pecah.
Presentasi kepala, penurunan bagian terendah di Hodge IV.
g. Tanda-tanda vital.
TD : 120/70 mmHg RR : 22 x/menit
Pols : 78 x/menit Temp : 37,3C.

A : Diagnosa
G
1
P
0
A
0
hamil 32 minggu inpartu kala II, jainin tunggal, hidup memanjang, intrauterin, dan
presentasi kepala.
Dasar:
a. Ibu mengatakan hamil anak ke-1
b. HPHT : 17 10 2006 TP : 24 07 2007
c. Umur kehamilan 32 minggu.
d. Pada inspeksi tampak : vulva membuka, anus mengembang, perineum menonjol.
e. Pada pemeriksaan dalam : portio tidak teraba, perbukaan serviks 10 cm, ketuban (-), presentasi
kepala,uuk kanan depan, penurunan bagian terendah di Hodge IV.
f. Pada pemeriksaan Leopold : Puka, kepala sudah masuk PAP.
g. DJJ : 134x/menit, teratur terdapat I punctum maximum.
h. Pada Leopold teraba I bagian lunak dan keras yang berarti terdapat satu bokong dan satu kepala.

Masalah:
Nyeri his.
Dasar:
a. Ibu mengatakan nyeri semakin kuat dan bertambah kuat.
b. Memberikan dukungan terus-menerus pada ibu.
c. Menjaga kandung kemih tetap kosong.
d. Penatalaksanaan nyeri his.
e. Memimpin meneran dan bernafas baik selama persalinan.
f. Melahirkan bayi.

P : a. Jelaskan pada ibu tentang kondisinya saat ini bahwa pembukaan serviks sudah 10 cm (lengkap)
dan ibu memasuki proses persalinan untuk melahirkan bayinya.
b. Berikan dukungan / support terus-menerus : ibu harus semangat dalam menjalani proses
persalinan.
c. Pimpin ibu untuk meneran : ibu boleh mengedan pada waktu timbul his, seperti orang BAB keras
meneran di bawah, kepala melihat ke fundus tangan merangkul ke-2 pahanya, jangan bersuara
saat meneran sampai his hilang.
d. Anjurkan ibu untuk bernafas yang baik selama persalinan.
Saat his hilang dianjurkan ibu untuk menarik nafas dalam dari hidung dan keluarkan lewat
mulut, beri minum diantara his.
e. Menolong melahirkan bayi.
1. Ketika kepala krowing, letakkan tangan kiri pada kepala bayi agar tidak terjadi defleksi
maksimal yang terlalu cepat, sementara tangan kanan mensupport perineum.
2. Ketika kepala bayi telah lahir seluruhnya, lap wajah bayi dan mulut dengan kassa steril.
3. Periksa apakah ada lilitan tali pusat.
4. Menunggu sambil membantu putaran paksi luar sesuai letak punggung.
5. Letakkan tangan secara biparietal, kemudian tarikan lembut ke bawah untuk melahirkan bahu
depan kemudian lembut ke atas menyesuaikan sumbu jalan lahir untuk melahirkan bahu
belakang.
6. Lahirkan bayi seluruhnya pukul 11.00 WIB.
7. Keringkan bayi,klem tali pusat dan potong tali kemudian ikat taIi pusat.
8. Zlym Zhuinger rangsangan untuk bernafas.
9. Antropometri.
Bayi lahir pukul 11.00 WIB
BB : 2.300 gram
PB : 47 cm
Jenis kelamin : laki-laki, anus (+), cacat (-)
Keadaan bayi :
Bayi belum bisa beradaptasi di luar uterus secara sempurna, sehingga perlu dilakukan perawatan
pada bayi:
a. Memberikan lingkungan yang baik agar bayi tetap hangat (suhu bayi harus 36C 37C)
dengan memasukkan bayi kedalam inkubator.
b. Menjaga agar saluran nafas bagian atas tetap bebas dengan memperhatikan posisi bayi dan
pengisapan lendir jalan nafas secara berkala.

Kala III.
Tanggal 25 0 7 2007 Pukul 11.15 WIB.

S : a. Ibu mengatakan bahwa ia merasa lega dan senang atas kelahiran meskipun bayinya masih dalam
perawatan.
b. Ibu mengatakan masih merasa mulas pada perutnya.

O : a. Bayi lahir spontan pervaginam, letak belakang kepala, jenis kelamin laki-laki.
b. Ibu tampak senang dan bahagia.
TD : 120/70 mmHg Temp : 37,2 C
RR : 22 x/menit Pols : 76 x/menit
c. Janin tunggal.
d. Plasenta belum lahir
e. Pada palpasi didapat, uterus terasa bulat dan keras TFU : sepusat
f. Pada inspeksi tidak terdapat robekan jalan lahir.



A : Diagnosa
P
1
A
0
partus spontan pervaginam, partu Kala III
Dasar:
a. Bayi lahir pukul 11.00 WIB
b. Plasenta belum lahir.
Kebutuhan.
Melakukan manajemen aktif kala III.

P : a. Lakukan pengawasan Kala III
b. Periksa fundus untuk memastikan janin tunggal, kandung kemih kosong dan adanya kontraksi.
c. Melakukan manajemen aktif kala III.
1. Berikan oksitosin 10 U IM di 1/3 paha bagian luar.
2. Lakukan peregangan tali pusat terkendali.
3. Lakukan masase fundus untuk membantu kontraksi.
d. Melakukan pengeluaran plasenta dengan teknik memutar searah jarum jam. Setelah plasenta
lepas, periksa plasenta dan selaput ketuban.
e. Masase fundus uteri selama 15 detik.
f. Observasi kontraksi uterus, perdarahan dan tanda-tanda vital.
g. Bersihkan bekuan darah dari vagina.
h. Pastikan kandung kemih kosong.
i. Plasenta lahir lengkap dan spontan pukul 11.25 WIB.
Kotiledon dan selaput : Utuh
Panjang tali pusat : 45 cm
Tebal plasenta : 2 cm
Lebar plasenta : 15 cm
Berat plasenta : 400 gram
Insersi : Marginal
Tidak terdapat robekan jalan lahir.
Pengeluaran pervaginam darah 100cc
i. Jaga Personal Hygiene.
Membersihkan ibu dan mengganti pakaian ibu.

Kala IV.

S : a. Ibu mengatakan senang dengan kelahiran bayi laki-lakinya.
b. Ibu mengatakan perutnya msih terasa mulas-mulas.
c. Ibu merasa lega karena plasenta sudah lahir.

O : a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : composmentis
c. Tanda-tanda vital.
TD : 120/70 mmHg Temp : 37,2 C
RR : 20 x/menit Pols : 76 x/menit
d. TFU 2 jari dibawah pusat.
e. 15 detik pertama kontraksi uterus baik.
f. Pengeluaran urine sebanyak 150 cc tiap BAK.
g. Colostrum sudah mulai keluar tetapi hanya sedikit.
h. Lochea berawarna merah, berbau normal amis.
i. Ibu belum BAB selama post partum.

A : Diagnosa
P
1
A
0
partus spontan, partu Kala IV.
Dasar:
a. Ibu melahirkan anak ke-1
b. Ibu partus spontan pervaginam pukul 11.00 WIB.
c. Plasenta lahir lengkap.

Kebutuhan
Observasi keadaan ibu ; keadaan umum, perdarahan yang keluar involusi uterus dan TTV.



P : a. Periksa fundus
TFU : 2 jari bawah pusat.
Kontraksi uterus : baik
Perdarahan normal.
b. Periksa kandung kemih : Tekan blasnya, apabila terasa penuh, rangsang untuk berkemih.
c. ganti pakaian ibu.
d. Membereskan alat-alat.
e. Mengukur tanda-tanda vital
TD : 110/70 mmHg RR : 22 x/menit
Pols : 78 x/menit Temp : 36,5C
f. Ajarkan dan anjurkan ibu untuk bergerak sedikit, miring ke kiri dan kanan, duduk dan berjalan
(mobilisasi dini).
g. Anjurkan ibu untuk makan dan minum.
h. Libatkan suami dan keluarga dalam perawatan ibu.
DAFTAR PUSTAKA


Markum AH, Asril Aminullah, dkk. 1981. Kegawatan Pada Anak. FKUI: Jakarta.

R. Stright, Barbara. Keperawatan Ibu.-BBL. EGC: Jakarta.

Mansjoer, Arif, Kuspuji Triyanti, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius: Jakarta.

Prawirohardjo, Sarwono, 2005. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pusatka: Jakarta















Label: CONTOH ASUHAN KEBIDANAN
0 komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Subscribe to: Poskan Komentar (Atom)
Maphia Black

Nouna ShaLeha

Buat Lencana Anda
WiraUsaha OnLine




BLOG ARCHIVE
2013 (34)
2012 (35)
2011 (261)
o Desember (5)
o Oktober (23)
o September (38)
o Agustus (1)
o Juli (4)
o Juni (7)
o Mei (8)
o April (5)
o Maret (36)
o Februari (49)
Maphia_BLack
ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS PADA IBU BERSALIN
DENGA...
ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN PATOLOGIS
DENGAN ...
DOKUMENTASI KEBIDANAN DENGAN KASUS RETENSIO
PLASE...
Asuhan Kebidanan Pada Persalinan Dengan Episiotom...
MALPOSISI
MANAJEMEN KEBIDANAN PERSALINAN DENGAN
CEPHAOPELVIC...
DOKUMENTASI KEBIDANAN DENGAN KASUS MALPRESENTASI
ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN NORMAL TERHADAP
N...
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN DENGAN PARTUS
...
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN TERHADAP NY. S...
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN TERHADAP NY. S...
MANAJEMEN KEBIDANAN PATOLOGIS PADA IBU BERSALIN
D...
DOKUMENTASI KEBIDANAN PARTUS PRESIPITATUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. R DENGAN PERSALINAN D...
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN GRANDE
MULTIPAR...
DOKUMENTASI KEBIDANAN ASUHAN PERSALINAN DENGAN
PAR...
MANAJEMEN KEBIDANAN PATOLOGIS PADA IBU BERSALIN
TE...
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN PATOLOGI
DENGA...
ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN / DENGAN
PRESENT...
ASUHAN KEBIDANAN KELAINAN PEMBEKUAN DARAH PADA
IBU...
ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN PATOLOGIS
DENGAN ...
ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN DENGAN RUPTURA
U...
ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN PATOLOGIS
DENGAN ...
ASUHAN KEBIDANAN DENGAN PARTUS PRIMITUA
ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN DENGAN PARITAS
K...
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN DENGAN ANEMIA
...
ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN DENGAN KASUS
RIWA...
ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN DENGAN INDUKSI
TE...
ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN PATOLOGIS
INERSIA...
ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DENGAN KASUS
PERSALINA...
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN
BBLR...
ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN DENGAN SELANG 15
...
ASUHAN KEBIDANAN PADA KEHAMILAN PATOLOGIS DENGAN
G...
ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN PATOLOGIS
TERHADA...
ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN DENGAN ATONIA
UT...
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN DENGAN FASE
LAT...
ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN DENGAN KEGAGALAN
K...
ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN PATOLOGIS DENGAN LI...
ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN PATOLOGIS
DENGA...
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN DENGAN OEDEMA
ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DENGAN PERINEUM KAKU
Manfaat Air Kelapa
Kuasai Kecerdasan Emosi Anda!
Nikmatilah Perbedaan!
Afgan Bawalah Cintaku
Fenomena Alay Ciri-Ciri Orang Alay Super Aneh Nora...
ALLAY MODE ON
ALAY
o Januari (85)
2010 (79)
STATISTIK





Template by:

MaPhia Black. Design by SkinCorner Sponsored by StylistBackgrounds
MaPhia Black




Search...


ABOUT ME

Nouna Shaleha
10% galak
30% malas
40% Smart
50% pemalu
60% Gaul
70% Humor
80% Perhatian
90% baik
Lihat profil lengkapku
My COMMUNITY



FoLLow mE Ukey??
LABELS
AFGAN SYAHREZA (1)
Agnes Davonar (1)
ANALISA (5)
ARTIKEL (12)
ARTIKEL KESEHATAN (5)
ASUHAN KEBIDANAN (12)
ASUHAN KEPERAWATAN (1)
ASUHAN NEONATUS (14)
Avenged Sevenfold (2)
BERBAGI CERITA HANTU (1)
BISNIS ONLINE (3)
BISNIS WARNET (5)
Bondan ft. Fade2Black (2)
BUG DORK (1)
CERPEN (1)
CIVIC EDUCATION (1)
CONTOH ASUHAN KEBIDANAN (88)
DADALI (1)
EKONOMI MAKRO (7)
EKONOMI MIKRO (4)
EKONOMI SYARI'AH (3)
EKSISTENSI KELOMPOK BERMAIN (2)
EPISTEMOLOGI (34)
ETIKA PROFESI DAN HUKUM KEBIDANAN (4)
FAKULTAS HUKUM (2)
FILSAFAT ILMU (1)
FORMAT PENGKAJIAN (13)
GIZI REPRODUKSI (3)
KOMPUTER_MANIA (5)
KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM (5)
KONTES SEO (1)
KOTAK (1)
KUMPULAN PENYAKIT (2)
LAPORAN GIZI REPRODUKSI (2)
LARA HATI (1)
MAKALAH (4)
MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN (3)
MAKALAH BIOLOGI REPRODUKSI (2)
MAKALAH GIZI REPRODUKSI (1)
MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN (3)
MAKALAH ASUHAN NEONATUS (6)
MAKALAH ASUHAN PERSALINAN (1)
MAKALAH FARMAKOLOGI (3)
MAKALAH KESEHATAN REPRODUKSI (2)
MAKALAH KOMUNIKASI KESEHATAN (1)
MAKALAH PENGANTAR KEBIDANAN (1)
MANAJEMEN INFORMATIKA (1)
MATHEMATICS (1)
MoZZa (1)
MUOZA_LUPH (1)
NEWSLATTER (1)
NOUNA DHO (24)
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA (PBSI) (14)
PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA (1)
PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS (3)
PENGANTAR BISNIS (1)
PENYAKIT IBU HAMIL (1)
PERPUSTAKAAN (2)
PERSMA (1)
PROGRAMER (1)
PROMOSI KESEHATAN (1)
PSIKOLOGI (1)
REALIGI (5)
REMAJA (3)
SATUAN PENYULUHAN (3)
SENSEI ANNE AHIRA (30)
SEVENTEEN (1)
SKRIPSI (3)
SMASH (1)
Suharti S.S.T. S.Pd (1)
TAFSIR AYAT EKONOMI (1)
TIPE - X (1)
TIPS (5)
TOKOH DUNIA (4)
TRIK (12)
TUTORIAL PHP (1)
UNGU CLIQUERZ (1)
VARIASY (1)
WEBSITE (5)
.:: LINK EXCHANGE ::.
<a
href="http://maphiablack.blogspot.com/"><b><blink>MaPhia
?? ? ??? ? Black</blink></b></a><br/>



























































































|K|ibim's |B|log

--> L <--
Ladida Cafe
Let's Be Smart
Lora Malunk Blog

--> M <--
MagaHaya!
Mahakarya Blog Yoedha
Majapahit 1478
Majapahit Info
Mantab Jaya Blog
Masakan Khas Indonesia
Me and Coffe
Midi Karaoke Henny Fadilla
Mimpi Okkanz
Mascipul[dot]com
MISS SIDAMULYA
Modern Technology
Modification Blog
Movie Online Site
Mr. Dhie
Music Instrument
Myria DiFa

--> N <--
Natural Health
*Nova Maya Sari*

--> O <--
Obat Sakit 2011
Obet_Master7
Ody_Ercha
OJ Free Backlink
OZENK POTGIETER
OZY-W

--> P <--
Parking
Pengelana Jagat
Penghuni 60
Pier's BLOG | Kumpulan Askep - Artikel Kesehatan
Pinginbelajar.com
Planet Hobbies
Prapatan Kertek Simple Blog
--> R <--
Rainbow Lady's Challenge Blog
Rasyakreebo
RINKO SAMANI BLOG
Recipes Health Beauty
Run-D BLoG

--> S <--
Shanushy Ngeblog
Saonone's Online Notes
S@ndhie Salomegank
Se Avancee
Se-Masa
Setya Blog
Share With Irfan
Shawn Ann's World
Silver Nitrate
SMILENET4U
Soni Site's
STICKSERIES.COM

--> T <--
Tambelan Blog
TanThowi.com
Terminal Transit
the dark anco
Tips Online | Aulia Net | Bermain Blog
Tutorial Blogging
Tutorial Blog Terbaru
Tulus Dari Hati

--> U <--
Urang Kapuas

--> V <--
V12gether Blog

--> W <--
Warna Tulisan
wArNa-wArNa cErIa..
Weblog Zauma Zalfiah
Wedding Dresses
Wicak Kudus Kretek
Widodo
World Cup 2010 South Africa

--> X <-- XNOTHINGTOLOSE SHOP

--> Y <--
Yang Penting SHARE
Yayat's Blog
YobelCELL AUTOREFILL

--> Z <--
Zulfa Bakery
Minggu, 06 Februari 2011
DOKUMENTASI KEBIDANAN ASUHAN PERSALINAN DENGAN PARTUS
PREMATUR
Diposkan oleh Nouna Shaleha di 08.06

LANDASAN TEORI

PARTUS PREMATUR

A. Definisi
Menurut Barbara R. Straight. Keperawatan Ibu - BBL.
Persalinan prematur adalah persalinan yang dimulai setelah kehamilan 20 minggu dan sebelum
kehamilan 37 minggu.

B. Etiologi dan Faktor Risiko
Menurut Sarwono Prawirohardjo. Ilmu Kebidanan. 2003.
Etiologi persalinan prematur sering kali tidak diketahui. Ada beberapa kondisi medik yang
mendorong untuk dilakukannya tindakan sehingga terjadi persalinan prematur.

Kondisi yang menimbulkan partus prematur.
1. Hipertensi
Tekanan darah tinggi menyebabkan penolong cenderung untuk mengakhiri kehamilan, hal ini
menimbulkan prevatensi persalinan prematur meningkat.
2. Perkembangan Janin Terhambat.
Merupakan kondisi dimana salah satu sebabnya ialah pemasokan oksigen dan makanan mungkin
kurang adekuat dan hal ini mendorong untuk terminasi kehamilan lebih dini.
3. Solusio Plasenta.
Terlepasnya plasenta akan merangsang untuk terjadi persalinan prematur. Meskipun sebagian
besar terjadi pada matur. Pada pasien dengan riwayat solusio plasenta maka kemungkinan
terulang menjadi lebih besar.



4. Plasenta Previa.
Sering kali berhubungan dengan persalinan prematur akibat harus dilakukan tindakan pada
perdarahan yang banyak. Bila terjadi perdarahan banyak maka kemungkinan kondisi janin
kurang baik karena hipoksia.
5. Kelainan Rhesus.
Sebelum ditemukan anti D imunoglabulin maka kejadian induksi menjadi berkurang, meskipun
demikian hal ini masih sering terjadi.
6. Diabetes.
Pada kehamilan dengan diabetes yang tidak terkendali maka dapat dipertimbangkan untuk
mengakhiri kehamilan. Tapi saat ini dengan pemberian insulin dan diet yang terprogram,
umunya gula darah dapat dikendalikan.

Kondisi yang menimbulkan kontraksi:
Ada beberapa kondisi ibu yang merangsang terjadinya kontraksi spontan, kemungkinan telah
terjadi produksi prostaglandin.
1. Kelainan Bawaan Uterus
Meskipun jarang terjadi tetapi dapat dipertimbangkan hubungan kejadian partus preterm dengan
kelainan uterus yang ada.
2. Ketuban Pecah Dini.
Mungkin mengawali terjadinya kontraksi atau sebaliknya. Ada beberapa kondisi yang mungkin
menyertai seperti serviks inkompeten, hidramnion, kehamilan ganda, infeksi vagina dan serviks
dan lain-lain. Infeksi asenden merupakan teori yang cukup kuat dalam mendukung terjadinya
amnionitis dan kemungkinan ketuban pecah.
3. Serviks Inkompeten.
Hal ini mungkin menjadi penyebab abortus selain partus preterm. Riwayat tindakan serviks dapat
dihubungkan dengan terjadinya inkompeten. Chamberlain dan Gibbings menemukan 60% dari
pasien serviks inkompeten pernah mengalami abortus spontan dan 49% mengalami pengakhiran
kehamilan pervaginam.
4. Kehamilan Ganda
Sebanyak 10% pasien dengan partus preterm ialah kehamilan ganda dan secara umum kehamilan
ganda mempunyai masa gestasi yang lebih pendek.

C. Menifestasi Klinis
Menurut FKUI. Kapita Selekta Kedokteran. 2001.
1. Kontraksi uterus yang teratur sedikitnya 3 5 menit sekali selama 45 detik dalam waktu
minimal 2 jam.
2. Pada fase aktif, intensitas dan frekuensi kontraksi meningkat saat pasien melakukan aktivitas.
3. Usia kehamilan antara 20 37 minggu.
4. Taksiran berat janin sesuai usia kehamilan antara 20 37 minggu.
5. Presentasi janin abnormal lebih sering ditemukan pad persalinan preterm.
Bila persalinan kemudian menjadi nyata, maka pengobatan dapat dimulai. Bila tidak fungsi
uterus dievaluasi lebih lanjut dengan menggunakan topografi ekstenal untuk merekam dan
lamanya kontraksi, pembukaan serviks yang progresif, merupakan tanda persalinan.

D. Pencegahan
Menurut Sarwono Prawirohardjo. Ilmu Kebidanan. 2005.
Yang dimaksud disini dengan pencegahan ialah pencegahan kelahiran prematur bukan karena
kondisi medik (perdarahan, hpertensi). Jadi bila ada pasien dengan indikasi (riwayat preterm)
atau gemelli dapat dimasukkan ke dalam program ini.

Beberapa peneliti telah mencoba membuat program bagi pasien dengan indikasi partus preterm
dan mencoba menghentikan proses dengan terapi tokolisis, hasilnya cukup menarik dengan
menurunkan kejadian preterm sampai separuhnya.

Pasien diberitahu mengenai gejala kontraksi, baik secara palpasi maupun alat perekam selama 2
jam dalam sehari.

Dari penelitian yang dilakukan ternyata kontraksi menjadi lebih sering yaitu 2 x/10 menit dlam
48 jam menjelang partus. Pasien dpat diinstruksikan bahwa bila merasakan kontraksi 4 kali atau
lebih per jam diminta untuk menghubungi klinik. Pasien dianjurkan untuk datang ke klinik dan
dinilai keadaan serviks yang bila ternyata sudah matang maka dapat dilakukan pengobatan
takolisis. Sebelum memberikan terapi takolisis, sebaiknya dilakukan pengawasan adanya his,
dalam keadaan pasien berbaring miring dan memberikannya minum. Bila kontraksi hilang maka
tak perlu melanjutkan terapi takolisis.

Perlu diperiksa adanya kontra indikasi pemberian obat. Obat beta mimetic jangan dberikan pada
pasien dengan penyakit jantung, edema paru. Pengobatan takolisis dimulai dengan infus dan
kemudian dapat dilanjutkan dengan obat oral secara berobat jalan bila ternyata partus dapat
ditunda.

Obat anti prostaglandin (misalnya Indomethacin) harus dipakai dengan sangat selektif mengingat
komplikasi yang ditimbulkan terhadap janin seperti sindrom gawat nafas dan kelainan ginjal.

Obat Beta Mimetik
Nama generik Nama Dagang
Dosis
IV/menit Oral mg/hari
Isoxuprine
Salbutamol
Terbutalin
Hexoprenaline
Duvadilan, Vasodilan
Vertolin
Bricasma
Ipradol
50 200 g
20 50 g
10 20 g
0,075 -1,3 g
4 8x 10 mg
2 4x 4 mg
3x 5 mg
8x 0,5 mg

Dikutip dari Weldinger (1984)

Kelahiran preterm merupakan masalah rsional yang multikompleks dan perlu pemecahan yang
konseptual. Secara mikro ada program yang komprehensif di tiap klinik untuk mencegah
kelahiran preterm. Ibu sebaiknya dirujuk kepada klinik yang mampu menangani resusitasi,
stabilisasi, dan perawatan bayi preterm. Kebijakan penanganan sebaiknya disesuaikan dengan
kondisi setempat yang memerlukan evaluasi teus-menerus guna mengurangi mortalitas dan
morbiditas bayi preterm.

E. Pemeriksaan Penunjang
Menurut FKUI. Kapita Selekta Kedokteran. 2001.
1. Pemeriksaan darah lengkap dan hitung jenis.
2. Urinalisis.
3. Ultrasonografi untuk melihat taksiran berat janin, posisi janin dan letak plasenta.
4. Amniosentesis untuk melihat kematangan beberapa organ janin, seperti rasio lasitin, spingo
myelin, surfaktan, dll.

F. Penatalaksanaan.
Menurut FKUI. Kapita Selekta Kedokteran. 2001.
Setiap persalinan preterm harus dirujuk ke rumah sakit. Cari apakah faktor penyulit ada. Dinilai
apakah termasuk risiko tinggi atau rendah.
1. Sebelum dirujuk, berikan air minum 1.000 ml dalam waktu 30 menit dan nilai apakah kontraksi
berhenti atau tidak.
2. Bila kontraksi masih berlanjut, berikan obat takolitik seperti Fenoterol 5 mg peroral dosis
tunggal sebagai pilihan pertama atau Ritodrin mg peroral dosis tinggi sebagai pilihan kedua, atau
Ibuprofen 400 mg peroral dosis tungga sebagai pilihan ketiga.
3. Bila pasien menolak dirujuk, pasien harus istirahat baring dan bayak minum, tidak
diperbolehkan bersenggama. Pasien diberi takolitik seperti Fenoterol 5 mg peroral 6 jam atau
Ritodrin 10 mg peroral tiap 4 jam atau Ibuprofen 400 mg peroral tiap 8 jam sampai 2 hari bebas
kontraksi.
4. Persalinan tidak boleh ditunda bila ada kontraindikasi mutlak (gawat janin, karioamnionitis,
perdarahan antepartum yang banyak) dan kontraindikasi relative (gestosis, DM, pertumbuhan
janin terhambat dan pembukaan serviks 4 cm).

Dirumah sakit dilakukan:
1. Observasi pasien selama 30 60 menit. Penatalaksanaannya tegantung kontraksi uterus serta
dilatasi dan pembukaan serviks.
a. Hidrasi dan sedasi, yaitu hidrasi dengan NaCl 0,9%, dekstrosa 5% atau ringer laktat, dekstrosa
5% sebanyak 1:1 dan sedasi dengan morfin sulfat 6 12 mg Im selama 1 jam sambil
mengobservasi ibu dan janin.
b. Pasien kemudian dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu
- Kelompok I : Pembukaan serviks terus berlangsung maka diberikan takolisis.
- Kelompok II : Tidak ada perubahan pembukaan dan kontraksi uterus masih terjadi maka diberikan takolisis.
- Kelompok III : Tidak ada perubahan pembukaan dan kontraksi uterus berkurang maka pasien hanya diobservasi.
2. Berikan takolisis bila janin dalam keadaan baik. Kehamilan 20 37 minggu, pembukaan serviks
kurang dari 4 cm dan selaput ketuban masih ada.
Jenis takolisis adalah Beta Mimetik Adrenergik, Magnesium Sulfat 4 g (200 ml MgSO
4
10%
dalam 800 ml Dekstrosa 5% dngan tetesan 100 ml/jam), Etil Alkohol, dan Glukokotikoid
(contoh Deksametason 12 mg/hari selama 3 hari).
Lakukan persalinan pervaginam bila janin presentasi kepala atau lakukan episiotomi lebar dan
ada perlindungan forseps terutama pada kehamilan 35 minggu. Lakukan persalinan dengan
seksio sesarea bila janin letak sungsang, gawat janin dengan syarat partus pervaginam tidak
terpenuhi, infeksi intrapartum dengan syarat partus pervaginam tidak terpenuhi, janin letak
lintang, plasenta previa, dan taksiran berat janin 1.500 gram.
ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN
DENGAN PARTUS PREMATUR TERHADAP NY. Y
DI RB SAYANG IBU KECAMATAN SUKAMAJU
LAMPUNG TIMUR
TAHUN 2007


I. Pengumpulan Data Dasar.
Tanggal 25 Juli 2007, Pukul 05.00 WIB.
A. 1. Identifikasi Klien
Nama Klien : Ny Y Nama Suami : Tn. X
Umur : 25 tahun Umur : 27 tahun
Kebangsaan : Indonesia Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Tani
Alamat Rumah : Jl. Soekarno Alamat Rumah: Jl Soekarno
No. 21 Tj. Raya No. 21 Tj. Raya

2. Keluhan Utama
Ibu hamil anak pertama, usia kehamilan 32 minggu, ibu mengatakan mulas dan nyeri perut
bagian bawah dan mengeluarkan cairan pervaginam lendir bercampur darah.

3. Tanda-Tanda Persalinan
Ibu datang pukul 05.00 WIB ada his, frekuensinya 2 3 kali dalam 10 menit lamanya 30 35
detik.

4. Pengeluaran Pervaginam
Blood Slym


5. Riwayat Kehamilan
Menarche : 16 September 2006
Lamanya : 6 7 hari
Siklus : 28 hari
HPHT : 17 Oktober 2006
TP : 24 Juli 2007
ANC dilakukan secara teratur di tempat bidan.

6. Riwayat Imunisasi
Selama hamil ibu imunisasi TT 2x.
TT
1
pada usia kehamilan 5 bulan di bidan N
TT
2
pada usia kehamilan 6 bulan di bidan N

7. Riwayat Kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Ibu hamil anak pertama.

8. Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir.
Gerakan janin sangat kuat, fekuensi > 10 kali/menit.

9. Makan dan Minum Terakhir
Ibu makan terakhir tadi pagi, tetapi hanya sedikit karena nafsu makan ibu berkurang sejak
adanya his.

10. BAB dan BAK Terakhir
Ibu mengatakan sering BAK hari ini.
Ibu biasanya BAB 1x sehari yaitu pada pagi hari sebelum shalat shubuh.

11. Tidur
Tidur 7 8 jam sehari.

12. Psikologis
Ibu merasa gelisah dan takut dalam menghadapi persalinan karena kehamilannya yang kurang
cukup bulan.

B. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum ibu : Baik Kesadaran : Composmentis
Tanda vital: TD : 140/90 mmHg RR : 20x/menit
Pols : 80x/menit Temp : 36,5C

2. Pemeriksaan Kebidanan
a. Inspeksi
Rambut : Bersih, tidak mudah rontok, warna hitam, dan tidak ada ketombe.
Mata : Kanan dan Kiri simetris, conjungtiva merah muda dan sklera tidak ikterik, fungsi penglihatan
normal.
Muka : Bersih, tidak ada oedema dan tidak ada cloasma gravidarum
Hidung : Bersih, tidak ada secret, tak ada polip dan fungsi penciuman baik.
Mulut : Bersih, tidak ada caries, ada gigi yang berlubang dan tidak ada stomatitis.
Telinga : Bersih, tidak ada serumen dan fungsi pendengaran baik.
Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan vena jugularis.
Mamae : Simetris, tidak ada benjolan yang abnormal, putting susu menonjol, terdapat hyperpigmentasi
pada areola dan kolostrum sudah keluar meskipun sedikit.
Dada : Simetris, pergerakan nafas teratur, tak terdengar bunyi wheezing dan ronchi.
Perut : Terdapat linea nigra dan strie gravidarum serta tidak ada luka bekas operasi
Genetalia : Pengeluaran blood slym, tidak ada oedema dan varices.
Ekstrimitas atas dan bawah.
Atas : Simetris, pergerakan baik, tidak ada cacat, jari tangan lengkap.
Bawah : Simetris, pergerakan baik, terdapat oedema, jari kaki lengkap.

b. Palpasi
Leopold I : TFU 3 jari bawah Px
Leopold II : Puka
Leopold III : Presentasi kepala
Leopold IV : Bagian terendah sudah masuk PAP
Mc Donald : TFU : 32 minggu
TBJ : (TFU 11) x 155
: (32 11) x 55
: 3.255 gram

c. Auskultasi
DJJ (+), frekuensi 134 x/menit

d. Perkusi
Reflek Patela (+)




e. Pemeriksaan Dalam
Pukul 05.00 WIB
Perineum : Tidak kaku
Dinding Vagina : Cekung
Ujung sacrum : Masih teraba
Portio : Masih tebal
Konsistensi : Lembut
Pembukaan : 3 cm
Dilatasi serviks : 30%
Ketuban : Utuh
Penurunan kepala : Hodge III, 3/5

II. Interpretasi Data Dasar, Diagnosa, Masalah dan Kebutuhan Kala I
1. Diagnosa
G
1
P
0
A
0
hamil 32 minggu, inpartu kala I fase laten, Janin tunggal, hidup intrauterine memanjang,
presentasi kepala dengan partus premature.
Dasar:
a. Ibu mengatakan mulas dan nyeri perut bagian bawah serta mengeluarkan cairan pervaginam
lendir bercampur darah.
b. Ibu merasa gelisah dan takut menghadapi persalinan karena kehamilan yang kurang cukup
bulan.
c. Pada pemeriksaan dalam di dapat pemukaan 3 cm, konsistensi lembut, bagian terendah Hodge
III, dilatasi serviks 30%.
d. Tekanan darah 140/90 mmHg.
e. Protein urine (-)

2. Masalah
a. Ada nyeri His
Dasar : Ibu merasa kesakitan di bagian perut.
His timbul 2 3 kali dalam 10 menit lamanya 30 35 menit.

b. Gangguan peningkatan tekanan darah.
Dasar : Hasil pemeriksaan TD 140/90mmHg,protein urine (-)
Ibu merasa khawatir dalam menghadapi persalinan.

c. Cemas
Dasar : Ibu merasa takut dan gelisah dalam menghadapi persalinan.
Karena kehamilan yang kurang cukup bulan.

3. Kebutuhan
a. Pemberian nutrisi dan cairan.
b. Penyuluhan menghadapi persalinan kala III
1. Cara mengedan yang efektif.
2. Persiapkan fisik dan mental ibu.
3. Pengurangan rasa nyeri.
c. Pertolongan persalinan yang aman dan nyaman.
d. Dukungan psikologis

III. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial yang Berhubungan (Kala I)
Potensial terjadi penyulit dalam persalinan seperti pada ibu (perdarahan) dan pada bayi (BBLR).

IV. Identifikasi Data yang Membutuhkan Tindakan Segera dan Kolaborasi.
a. Kolaborasi dengan dokter ahli kebidanan.
b. Segera merujuk.

V. Rencana Management (Kala I)
1. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan.
a. Jelaskan kondisi ibu saat ini.
b. Jelaskan tentang kemajuan persalinan.
2. Siapkan alat-alat
a. Siapkan ruang untuk persalinan.
b. Alat untuk persalinan.
c. Perlengkapan untuk ibu dan bayi.
3. Siapkan ibu
a. Ganti pakaian ibu
b. Tempatkan di ruang bersalin.
4. Atur posisi ibu senyaman mungkin
a. Anjurkan miring ke kiri.
b. Ajarkan cara mengedan yang baik dan anjurkan untuk relaksasi
5. Libatkan orang-orang untuk memberi dukungan psikologis.
Hadirkan pendamping yang dianggap penting bagi ibu.
6. Beri nutrisi
Beri ibu kebutuhan nutrisi berupa makanan dan minuman.
7. Pantau tanda-tanda vital
Ukur tanda-tanda vital.
8. Pantau kemajuan persalinan.
Lakukan pengawasan kala I atau observasi dengan partograf

VI. Implementasi
1. Menjelaskan pada ibu tentang kondisinya saat ini bahwa ketuban belum pecah.
Ibu tidak boleh mengedan, agar menarik nafas panjang bila perutnya terasa sakit dan ibu boleh
mencari posisi yang nyaman, ibu boleh minum dan BAK ke kamar kecil.
2. Mempersiapkan alat untuk persalinan yaitu.
a. Menyiapkan ruangan untuk bersalin yang bersih dan membuat lingkungan senyaman mungkin.
b. Alat untuk persalinan yaitu partus set, heating set, obat-obatan dan alat resusitasi.
c. Perlengkapan pakaian ibu dan bayi.
3. Menyiapkan ibu.
Mengganti pakaian ibu dan menempatkan ibu di ruang bersalin.


4. Mengatur posisi ibu senyaman mungkin.
a. Menganjurkan ibu agar tidur dengan posisi miring ke kiri agar tidak menghambat aliran darah ke
janin.
b. Menganjurkan ibu untuk mengedan yang baik yaitu menarik nafas panjang. Kedua tangan
merangkul paha, mata dibuka dan mulut ditutup. Kemungkinan mengedan sewaktu ada his dan
teknik relaksasi yaitu ibu diminta menahan nafas panjang, tahan nafas sebentar kemudian
lepaskan dengan meniup melalui mulut sewaktu his serta ibu istirahat di luar his.
5. Melibatkan orang-orang untuk memberi dukungan psikologis yaitu
Menghadirkan suami dan keluarga yang dianggap penting bagi ibu.
6. Memberi nutrisi
Memberi kebutuhan nutrisi pada ibu berupa makanan dan minuman.
7. Memantau dan mengukur tanda-tanda vital.
TD : 130/80 mmHg RR : 18 x/menit
Pols : 78x/menit Temp : 36,2C
8. Menggunakan partograf untuk memantau kemajuan persalinan
a. Kontraksi uterus dalam 10 menit.
b. Denyut jantung janin setiap 30 menit.

VII. Evaluasi
1. Ibu mengerti tentang kondisinya saat ini bahwa ibu sedang menghadapi proses persalinan.
2. Ibu sudah merasa tenang setelah mendapat penjelasan tentang kondisinya.
3. Ruang dan alat pesalinan sudah siap.
4. Ibu mangatakan tahu cara mengedan yang baik.
5. Ibu mengatakan perutnya semakin mules dan terasa ingin BAB.
6. Pemeriksaan Dalam pukul 10.30 WIB
Pembukaan serviks 10 cm tidak teraba, ketuban pecah pukul 10.30 WIB secara spontan, vulva
membuka, uuk kanan depan, turunnya kepala di Hodge IV.
7. Pengawasan kala I.
a. Fase Laten
Pukul Pembukaan Kontraksi Lamanya Nadi DJJ Penurunan Ketuban
05.00
05.30
06.00
06.30
07.00
07.30
08.00
08.30
09.00
3 cm







7 cm
3x/10
menit
3x/10
menit
3x/10
menit
3x/10
menit
3x/10
menit
3x/10
menit
3x/10
menit
20 -40
detik
20 -40
detik
20 -40
detik
20 -40
detik
35 detik
35 detik
40 detik
40 detik
40 detik
80
x/menit
82
x/menit
80
x/menit
83
x/menit
78
x/menit
80
x/menit
82
x/menit
134
x/menit
130
x/menit
132
x/menit
130
x/menit
135
x/menit
132
x/menit
130
x/menit
3/5







2/5
(+)







(+)
3x/10
menit
3x/10
menit
83
x/menit
80
x/menit
132
x/menit
134
x/menit

b. Fase aktif
Partograf terlampir

CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal 25 Juli 2007. Pukul 10.30 WIB
Kala II
S : a. Ibu mengatakan rasa ingin BAB dan ingin mengedan.
b. Ibu mengatakan rasa sakit bertambah sering dan lama menjalar dari punggung ke perut bagian
bawah.

O : a. His 3 4 x/10 menit, teratur lamanya 40-45 detik
b. DJJ 135 x/ment, teratur.
c. Keadaan kandung kemih kosong.
d. Pengeluaran dari vagina blood slym yang semakin banyak.
e. Inspeksi vulva membuka, anus mengembang, perineum menonjol
f. PD pukul 10. 30 WIB dengan hasil
Dinding vagina tidak ada kelainan.
Portio tidak teraba, effacement 100%.
Pembukaan serviks 10 cm (lengkap)
Ketuban pecah.
Presentasi kepala, penurunan bagian terendah di Hodge IV.
g. Tanda-tanda vital.
TD : 120/70 mmHg RR : 22 x/menit
Pols : 78 x/menit Temp : 37,3C.

A : Diagnosa
G
1
P
0
A
0
hamil 32 minggu inpartu kala II, jainin tunggal, hidup memanjang, intrauterin, dan
presentasi kepala.
Dasar:
a. Ibu mengatakan hamil anak ke-1
b. HPHT : 17 10 2006 TP : 24 07 2007
c. Umur kehamilan 32 minggu.
d. Pada inspeksi tampak : vulva membuka, anus mengembang, perineum menonjol.
e. Pada pemeriksaan dalam : portio tidak teraba, perbukaan serviks 10 cm, ketuban (-), presentasi
kepala,uuk kanan depan, penurunan bagian terendah di Hodge IV.
f. Pada pemeriksaan Leopold : Puka, kepala sudah masuk PAP.
g. DJJ : 134x/menit, teratur terdapat I punctum maximum.
h. Pada Leopold teraba I bagian lunak dan keras yang berarti terdapat satu bokong dan satu kepala.

Masalah:
Nyeri his.
Dasar:
a. Ibu mengatakan nyeri semakin kuat dan bertambah kuat.
b. Memberikan dukungan terus-menerus pada ibu.
c. Menjaga kandung kemih tetap kosong.
d. Penatalaksanaan nyeri his.
e. Memimpin meneran dan bernafas baik selama persalinan.
f. Melahirkan bayi.

P : a. Jelaskan pada ibu tentang kondisinya saat ini bahwa pembukaan serviks sudah 10 cm (lengkap)
dan ibu memasuki proses persalinan untuk melahirkan bayinya.
b. Berikan dukungan / support terus-menerus : ibu harus semangat dalam menjalani proses
persalinan.
c. Pimpin ibu untuk meneran : ibu boleh mengedan pada waktu timbul his, seperti orang BAB keras
meneran di bawah, kepala melihat ke fundus tangan merangkul ke-2 pahanya, jangan bersuara
saat meneran sampai his hilang.
d. Anjurkan ibu untuk bernafas yang baik selama persalinan.
Saat his hilang dianjurkan ibu untuk menarik nafas dalam dari hidung dan keluarkan lewat
mulut, beri minum diantara his.
e. Menolong melahirkan bayi.
1. Ketika kepala krowing, letakkan tangan kiri pada kepala bayi agar tidak terjadi defleksi
maksimal yang terlalu cepat, sementara tangan kanan mensupport perineum.
2. Ketika kepala bayi telah lahir seluruhnya, lap wajah bayi dan mulut dengan kassa steril.
3. Periksa apakah ada lilitan tali pusat.
4. Menunggu sambil membantu putaran paksi luar sesuai letak punggung.
5. Letakkan tangan secara biparietal, kemudian tarikan lembut ke bawah untuk melahirkan bahu
depan kemudian lembut ke atas menyesuaikan sumbu jalan lahir untuk melahirkan bahu
belakang.
6. Lahirkan bayi seluruhnya pukul 11.00 WIB.
7. Keringkan bayi,klem tali pusat dan potong tali kemudian ikat taIi pusat.
8. Zlym Zhuinger rangsangan untuk bernafas.
9. Antropometri.
Bayi lahir pukul 11.00 WIB
BB : 2.300 gram
PB : 47 cm
Jenis kelamin : laki-laki, anus (+), cacat (-)
Keadaan bayi :
Bayi belum bisa beradaptasi di luar uterus secara sempurna, sehingga perlu dilakukan perawatan
pada bayi:
a. Memberikan lingkungan yang baik agar bayi tetap hangat (suhu bayi harus 36C 37C)
dengan memasukkan bayi kedalam inkubator.
b. Menjaga agar saluran nafas bagian atas tetap bebas dengan memperhatikan posisi bayi dan
pengisapan lendir jalan nafas secara berkala.

Kala III.
Tanggal 25 0 7 2007 Pukul 11.15 WIB.

S : a. Ibu mengatakan bahwa ia merasa lega dan senang atas kelahiran meskipun bayinya masih dalam
perawatan.
b. Ibu mengatakan masih merasa mulas pada perutnya.

O : a. Bayi lahir spontan pervaginam, letak belakang kepala, jenis kelamin laki-laki.
b. Ibu tampak senang dan bahagia.
TD : 120/70 mmHg Temp : 37,2 C
RR : 22 x/menit Pols : 76 x/menit
c. Janin tunggal.
d. Plasenta belum lahir
e. Pada palpasi didapat, uterus terasa bulat dan keras TFU : sepusat
f. Pada inspeksi tidak terdapat robekan jalan lahir.



A : Diagnosa
P
1
A
0
partus spontan pervaginam, partu Kala III
Dasar:
a. Bayi lahir pukul 11.00 WIB
b. Plasenta belum lahir.
Kebutuhan.
Melakukan manajemen aktif kala III.

P : a. Lakukan pengawasan Kala III
b. Periksa fundus untuk memastikan janin tunggal, kandung kemih kosong dan adanya kontraksi.
c. Melakukan manajemen aktif kala III.
1. Berikan oksitosin 10 U IM di 1/3 paha bagian luar.
2. Lakukan peregangan tali pusat terkendali.
3. Lakukan masase fundus untuk membantu kontraksi.
d. Melakukan pengeluaran plasenta dengan teknik memutar searah jarum jam. Setelah plasenta
lepas, periksa plasenta dan selaput ketuban.
e. Masase fundus uteri selama 15 detik.
f. Observasi kontraksi uterus, perdarahan dan tanda-tanda vital.
g. Bersihkan bekuan darah dari vagina.
h. Pastikan kandung kemih kosong.
i. Plasenta lahir lengkap dan spontan pukul 11.25 WIB.
Kotiledon dan selaput : Utuh
Panjang tali pusat : 45 cm
Tebal plasenta : 2 cm
Lebar plasenta : 15 cm
Berat plasenta : 400 gram
Insersi : Marginal
Tidak terdapat robekan jalan lahir.
Pengeluaran pervaginam darah 100cc
i. Jaga Personal Hygiene.
Membersihkan ibu dan mengganti pakaian ibu.

Kala IV.

S : a. Ibu mengatakan senang dengan kelahiran bayi laki-lakinya.
b. Ibu mengatakan perutnya msih terasa mulas-mulas.
c. Ibu merasa lega karena plasenta sudah lahir.

O : a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : composmentis
c. Tanda-tanda vital.
TD : 120/70 mmHg Temp : 37,2 C
RR : 20 x/menit Pols : 76 x/menit
d. TFU 2 jari dibawah pusat.
e. 15 detik pertama kontraksi uterus baik.
f. Pengeluaran urine sebanyak 150 cc tiap BAK.
g. Colostrum sudah mulai keluar tetapi hanya sedikit.
h. Lochea berawarna merah, berbau normal amis.
i. Ibu belum BAB selama post partum.

A : Diagnosa
P
1
A
0
partus spontan, partu Kala IV.
Dasar:
a. Ibu melahirkan anak ke-1
b. Ibu partus spontan pervaginam pukul 11.00 WIB.
c. Plasenta lahir lengkap.

Kebutuhan
Observasi keadaan ibu ; keadaan umum, perdarahan yang keluar involusi uterus dan TTV.



P : a. Periksa fundus
TFU : 2 jari bawah pusat.
Kontraksi uterus : baik
Perdarahan normal.
b. Periksa kandung kemih : Tekan blasnya, apabila terasa penuh, rangsang untuk berkemih.
c. ganti pakaian ibu.
d. Membereskan alat-alat.
e. Mengukur tanda-tanda vital
TD : 110/70 mmHg RR : 22 x/menit
Pols : 78 x/menit Temp : 36,5C
f. Ajarkan dan anjurkan ibu untuk bergerak sedikit, miring ke kiri dan kanan, duduk dan berjalan
(mobilisasi dini).
g. Anjurkan ibu untuk makan dan minum.
h. Libatkan suami dan keluarga dalam perawatan ibu.
DAFTAR PUSTAKA


Markum AH, Asril Aminullah, dkk. 1981. Kegawatan Pada Anak. FKUI: Jakarta.

R. Stright, Barbara. Keperawatan Ibu.-BBL. EGC: Jakarta.

Mansjoer, Arif, Kuspuji Triyanti, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius: Jakarta.

Prawirohardjo, Sarwono, 2005. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pusatka: Jakarta















Label: CONTOH ASUHAN KEBIDANAN
0 komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Subscribe to: Poskan Komentar (Atom)
Maphia Black

Nouna ShaLeha

Buat Lencana Anda
WiraUsaha OnLine




BLOG ARCHIVE
2013 (34)
2012 (35)
2011 (261)
o Desember (5)
o Oktober (23)
o September (38)
o Agustus (1)
o Juli (4)
o Juni (7)
o Mei (8)
o April (5)
o Maret (36)
o Februari (49)
Maphia_BLack
ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS PADA IBU BERSALIN
DENGA...
ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN PATOLOGIS
DENGAN ...
DOKUMENTASI KEBIDANAN DENGAN KASUS RETENSIO
PLASE...
Asuhan Kebidanan Pada Persalinan Dengan Episiotom...
MALPOSISI
MANAJEMEN KEBIDANAN PERSALINAN DENGAN
CEPHAOPELVIC...
DOKUMENTASI KEBIDANAN DENGAN KASUS MALPRESENTASI
ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN NORMAL TERHADAP
N...
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN DENGAN PARTUS
...
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN TERHADAP NY. S...
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN TERHADAP NY. S...
MANAJEMEN KEBIDANAN PATOLOGIS PADA IBU BERSALIN
D...
DOKUMENTASI KEBIDANAN PARTUS PRESIPITATUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. R DENGAN PERSALINAN D...
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN GRANDE
MULTIPAR...
DOKUMENTASI KEBIDANAN ASUHAN PERSALINAN DENGAN
PAR...
MANAJEMEN KEBIDANAN PATOLOGIS PADA IBU BERSALIN
TE...
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN PATOLOGI
DENGA...
ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN / DENGAN
PRESENT...
ASUHAN KEBIDANAN KELAINAN PEMBEKUAN DARAH PADA
IBU...
ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN PATOLOGIS
DENGAN ...
ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN DENGAN RUPTURA
U...
ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN PATOLOGIS
DENGAN ...
ASUHAN KEBIDANAN DENGAN PARTUS PRIMITUA
ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN DENGAN PARITAS
K...
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN DENGAN ANEMIA
...
ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN DENGAN KASUS
RIWA...
ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN DENGAN INDUKSI
TE...
ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN PATOLOGIS
INERSIA...
ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DENGAN KASUS
PERSALINA...
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN
BBLR...
ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN DENGAN SELANG 15
...
ASUHAN KEBIDANAN PADA KEHAMILAN PATOLOGIS DENGAN
G...
ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN PATOLOGIS
TERHADA...
ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN DENGAN ATONIA
UT...
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN DENGAN FASE
LAT...
ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN DENGAN KEGAGALAN
K...
ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN PATOLOGIS DENGAN LI...
ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN PATOLOGIS
DENGA...
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN DENGAN OEDEMA
ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DENGAN PERINEUM KAKU
Manfaat Air Kelapa
Kuasai Kecerdasan Emosi Anda!
Nikmatilah Perbedaan!
Afgan Bawalah Cintaku
Fenomena Alay Ciri-Ciri Orang Alay Super Aneh Nora...
ALLAY MODE ON
ALAY
o Januari (85)
2010 (79)
STATISTIK





Template by:

MaPhia Black. Design by SkinCorner Sponsored by StylistBackgrounds

Vous aimerez peut-être aussi