Vous êtes sur la page 1sur 12

Askep Osteomielitis

Diposkan oleh _Ly_`s pageS di Sabtu, Februari 13, 2010


BAB I
Konsep Dasar

A. Definisi
Osteomielitis adalah infeksi tulang yang biasanya disebabkan oleh bakteri, tetapi kadang-
kadang disebabkan oleh jamur.
Jika tulang terinfeksi, bagian dalam tulang yang lunak (sumsum tulang) sering
membengkak. Karena pembengkakan jaringan ini menekan dinding sebelah luar tulang yang kaku,
maka pembuluh darah di dalam sumsum bisa tertekan, menyebabkan berkurangnya aliran darah
ke tulang. Tanpa pasokan darah yang memadai, bagian dari tulang bisa mati.
Infeksi juga bisa menyebar keluar dari tulang dan membentuk abses (pengumpulan nanah)
di jaringan lunak di sekitarnya, misalnya di otot.
Infeksi jaringan tulang disebut sebagai osteomielitis, dan dapat timbul akut atau kronik.
Bentuk akut dicirikan dengan adanya awitan demam sistemik maupun manifestasi local yang
berjalan dengan cepat. Osteomielitis kronik adalah akibat dari osteomielitis akut yang tidak
ditangani dengan baik
Osteomeilitis dapat diklasifikasikan menjadi 2 mCm Ykni :
1. Osteomielitis Primer
Penyebarannya secara hematogen dimana mikroorganisme berasal dari focus ditempat lain dan
beredar melalui sirkulasi darah.
2. Osteomielitis Sekunder (Osteomielitis Perkontinuitatum)
Terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya akibat dari bisul, luka fraktur dan sebagainya.

B. Etiuologi
1. Staphylococcus aureus hemolitukus (koagulasi positif) sebanyak 90% dan jarang oleh
streptococcus hemolitikus.
2. Haemophylus influenzae (50%) pada anak-anak dibawah umur 4 tahun. Organisme yang lain
seperti : Bakteri colli, Salmonella thyposa dan sebagainya
Tulang, yang biasanya terlindung dengan baik dari infeksi, bisa mengalami infeksi melalui 3 cara:
1. Aliran darah
Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ke tulang. Infeksi
biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan (pada anak-anak) dan di tulang belakang
(pada dewasa).
Orang yang menjalani dialisa ginjal dan penyalahguna obat suntik ilegal, rentan terhadap
infeksi tulang belakang (osteomielitis vertebral). Infeksi juga bisa terjadi jika sepotong logam
telah ditempelkan pada tulang, seperti yang terjadi pada perbaikan panggul atau patah tulang
lainnya.
2. Penyebaran langsung
Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui patah tulang terbuka, selama
pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang menembus tulang.
Infeksi ada sendi buatan, biasanya didapat selama pembedahan dan bisa menyebar ke tulang
di dekatnya.
3. Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya.
Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang setelah beberapa hari
atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di daerah yang mengalami kerusakan karena
cedera, terapi penyinaran atau kanker, atau ulkus di kulit yang disebabkan oleh jeleknya
pasokan darah atau diabetes (kencing manis). Suatu infeksi pada sinus, rahang atau gigi, bisa
menyebar ke tulang tengkorak.

C. Patofisiologi
Respon inisial infeksi odem dan peningkatan vaskulerisasi
Setelah 2-3 hari terjadi trombosis pada pembuluh darah ISKEMIA dan NEKROSIS
Infeksi berkembang kw kavitasi medularis dan kebawah periosteum menyebar ke jaringan
lunak lainnya dan sendi
Bila infeksi di kontrol lebih awal abses tulang akan mengakibatkan squestrum tidak dapat
mencair terjadi involukrum dan mengelilingi squestrum osteomilitis kronis

D. Tanda dan Gejala
Gambaran klinis osteomielitis tergantung dari stadium patogenesis dari penyakit, dapat
berkembang secara progresif atau cepat.
Pada anak-anak, infeksi tulang yang didapat melalui aliran darah, menyebabkan demam
dan kadang-kadang di kemudian hari, menyebabkan nyeri pada tulang yang terinfeksi. Daerah
diatas tulang bisa mengalami luka dan membengkak, dan pergerakan akan menimbulkan nyeri.
Infeksi tulang belakang biasanya timbul secara bertahap, menyebabkan nyeri punggung
dan nyeri tumpul jika disentuh. Nyeri akan memburuk bila penderita bergerak dan tidak
berkurang dengan istirahat, pemanasan atau minum obat pereda nyeri. Demam, yang merupakan
tanda suatu infeksi, sering tidak terjadi.
Infeksi tulang yang disebabkan oleh infeksi jaringan lunak di dekatnya atau yang berasal
dari penyebaran langsung, menyebabkan nyeri dan pembengkakan di daerah diatas tulang, dan
abses bisa terbentuk di jaringan sekitarnya.
Infeksi ini tidak menyebabkan demam, dan pemeriksaan darah menunjukkan hasil yang normal.
Penderita yang mengalami infeksi pada sendi buatan atau anggota gerak, biasanya
memiliki nyeri yang menetap di daerah tersebut.
Jika suatu infeksi tulang tidak berhasil diobati, bisa terjadi osteomielitis menahun
(osteomielitis kronis).Kadang-kadang infeksi ini tidak terdeteksi selama bertahun-tahun dan
tidak menimbulkan gejala selama beberapa bulan atau beberapa tahun.
Osteomielitis menahun sering menyebabkan nyeri tulang, infeksi jaringan lunak diatas
tulang yang berulang dan pengeluaran nanah yang menetap atau hilang timbul dari kulit.
Pengeluaran nanah terjadi jika nanah dari tulang yang terinfeksi menembus permukaan kulit dan
suatu saluran (saluran sinus) terbentuk dari tulang menuju kulit.

E. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju endapan darah.
2. Pemeriksaan titer antibodi anti staphylococcus
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti dengan uji
sensitivitas.
3. Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh bakteri
Salmonella.
4. Pemeriksaan Biopsi tulang.
5. Pemeriksaan ultra sound
Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan adanya efusi pada sendi.
6. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan radiologik, setelah
dua minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat difus.

F. Prinsip penatalaksanaan
1. Istirahat dan pemberian analgetik untuk menghilangkan nyeri
2. Pemberian cairan intra vena dan kalau perlu tranfusi darah
3. Istirahat local dengan bidai atau traksi
4. Pemberian antibiotika secepatnya sesuai penyebab
5. Drainase bedah




BAB II
Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
a) Riwayat keperawatan
Dalam hal ini perawat menanyakan faktor-faktor resiko sehubungan dengan osteomielitisHal-hal
yang dikaji meliputi umur, pernah tidaknya trauma, luka terbuka, tindakan operasi khususnya
operasi tulang, dan terapi radiasi.Faktor-faktor tersebut adalah sumber potensial terjadinya
infeksi.
b) Pemeriksaan fisik
Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila dipalpasi. Bisa juga
terdapat eritema atau kemerahan dan panas. Efek sistemik menunjukkan adanya demam
biasanya diatas 380, takhikardi, irritable, lemah bengkak, nyeri, maupun eritema.
c) Riwayat psikososial
Pasien seringkali merasa ketakutan, khawatir infeksinya tidak dapat sembuh, takut diamputasi.
Biasanya pasien dirawat lama di rumah sakit sehingga perawat perlu mengfkaji perubahan-
perubahan kehidupan khususnya hubungannya dengan keluarga, pekerjaan atau sekolah.
d) Pemeriksaan diagnostik
Hasil laboratorium menunjukan adanya leukositosis dan laju endap darah meningkat. 50% pasien
yang mengalami infeksi hematogen secara dini adanya osteomielitis maka dilakukan scanning
tulang. Selain itu dapat pula dengan biopsi tulang atau MRI

2. Duiagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan
2. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan menahan
beban berat badan.
3. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
4. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit dan pengobatan.
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan gangguan rasa nyaman
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri dan ketakuatn dalam bergerak
7. Resiko terhadap perluasan infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang

3. Perencanaan Keperawatan
DP.1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan
Tujuan / Hasil Pasien :
Mendemonstrasikan bebas dari nyeri dan Peningkatan rasa kenyamanan
Kriteria Evaluasi :
Tidak terjadi nyeri,Napsu makan menjadi normal,ekspresi wajah rileks dan suhu tubuh normal
Intervensi dan Rasionalisasi :
No Intervensi Rasionalisasi


1.




2.
Mandiri :

Mengkaji karakteris- tik nyeri :
lokasi, durasi, intensitas nyeri
dengan meng- gunakan skala nyeri (0-
10)

Mempertahankan im- mobilisasi

Untuk mengetahui tingkat rasa nyeri
sehingga dapat me- nentukan jenis
tindak annya

Mencegah pergeseran tulang dan
penekanan pada jaring- an yang luka.
Peningkatan vena return, menurunkan


3.


4.


5.




6.
(back slab)

Berikan sokongan (support) pada
ektremitas yang luka

Amati perubahan suhu setiap 4 jam


Kompres air hangat


Kolaborasi :

Pemberian obat-obatan analgesik
edem, dan me- ngurangi nyeri
Untuk mengetahui penyimpangan
penyimpangan yang terjadi
Mengurangi rasa nyeri dan
memberikan rasa nyaman



Mengurangi rasa nyeri


DP. 2. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan menahan
beban berat badan.
Tujuan / Hasil Pasien :
Gangguan mobilitas fisik dapat berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria Hasil :
Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin
Mempertahankan posisi fungsional
Meningkatkan / fungsi yang sakit
Menunjukkna teknik mampu melakukan aktivitas
Intervensi dan Rasionalisasi :
No. Intervensi Rasionalisasi


1.


2.




3.


4.

Mandiri :

Pertahankan tirah baring dalam
posisi yang di programkan

Tinggikan ekstremitas yang sakit,
instruksikan klien / bantu dalam
latihan rentang gerak pada
ekstremitas yang sakit dan tak sakit

Beri penyanggah pada ekstremitas
yang sakit pada saat bergerak

Jelaskan pandangan dan
keterbatasan dalam aktivitas


Agar gangguan mobilitas fisik dapat
berkurang

Dapat meringankan masalah gangguan
mobilitas fisik yang dialami klien



Dapat meringankan masalah gangguan
mobilitas yang dialami klien

Agar klien tidak banyak melakukan
gerakan yang dapat membahayakan





5.




6.
Berikan dorongan pada klien untuk
melakukan AKS dalam lingkup
keterbatasan dan beri bantuan
sesuai kebutuhan

Ubah posisi secara periodik


Kolabortasi :

Fisioterapi / aoakulasi terapi

Mengurangi terjadinya penyimpangan
penyimpangan yang dapat terjadi



Mengurangi gangguan mobilitas fisik




Mengurangi gangguan mobilitas fisik

DP. 3. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
Tujuan / Hasil Pasien :
Mendemonstrasikan bebas dari hipertermia
Kriteria Evaluasi :
Pasien tidak mengalami dehidrasi lebih lanjut, suhu tubuh normal, tidak mual, suhu tubuh
normal
Intervensi dan Rasionalisasi
No Intervensi Rasionalisasi


1.






2.




3.



4.


Mandiri :

Pantau :
- Suhu tubuh setiap 2 jam
- Warna kulit
- TD, nadi dan pernapasan
- Hidrasi (turgor dan kelembapan
kulit

Lepaskan pakaian yang berlebihan



Lakukan kompres dingin atau
kantong es untuk menurunkan
kenaikan suhu tubuh.
Motivasi asupan cairan






Memberikan dasar untuk deteksi hati






Pakaian yang tidak berlebihan dapat
mengurahi peningkatan suhu tubuh
dan dapat memberikan rasa nyaman
pada pasien
Menurunkan panas melalui proses
konduksi serta evaporasi, dan
meningkatkan kenyaman pasien.
Memperbaiki kehilangan cairan akibat
perspirasi serta febris dan
meningkatkan tingkat kenyamanan
pasien.





5.
Kolaborasi :

Beriakn obat antipiretik sesuai
dengan anjuran


Antipiretik membantu mengontrol
peningkatan suhu tubuh
DP, 4. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit dan pengobatan.
Tujuan / Hasil Pasien :
Mendemonstrasikan hilangnya ansietas dan memberikan informasi tentang proses penyakit,
program pengobatan
Kriteria Evaluasi :
Ekspresi wajah relaks
Cemas dan rasa takut hilang atau berkurang
Intervensi dan Rasionalisasi :
No Intervensi Rasionalisasi


1.



2.




3.




4.





5.

Mandiri :

Jelaskan tujuan pengobatan pada
pasien


Kaji patologi masalah individu.




Kaji ulang tanda / gejala yang
memerlukan evaluasi medik
cepat,contoh nyeri dada tiba-tiba,
dispnea, distres pernapasan lanjut.

Kaji ulang praktik kesehatan yang
baik, istirahat.


Kolaborasi :

Gunakan obat sedatif sesuai
dengan anjuran


Mengorientasi program pengobatan.
Membantu menyadarkan klien untuk
memperoleh kontrol

Informasi menurunkan takut karena
ketidaktahuan. Memberika
pengetahuan dasar untuk pemahaman
kondisi dinamik

Berulangnya pneumotorak/hemotorak
memerlukan intervensi medik untuk
mencegah / menurunkan potensial
komplikasi.

Mempertahanan kesehatan umum
meningkatkan penyembuhan dan dapat
mencegah kekambuhan.rapeutik.



Banyak pasien yang membutuhkan obat
penenang untuk mengontrol ansietasnya





DP. 5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan gangguan rasa nyaman
Tujuan / Hasil Pasien :
Pola tidur kembali normal
Kriteria Evaluasi :
Jumlah jam tidur tidak terganggu, insomnia berkurang, adanya kepuasan tidur, pasien
menunjukkan kesejahteraan fisik dan psikologi
Intervensi dan Rasionalisasi :
No Intervensi Rasionalisasi


1.



2.



3.



4.





5.




6.

7.


8.


Mandiri :

Tentukan kebiasaan tidur yang
biasanya dan perubahan yang terjadi


Berikan tempat tidur yang nyaman dan
beberapa milik pribadi, misalnya ;
bantal dan guling

Buat rutinitas tidur baru yang
dimasukkan dalam pola lama dan
lingkungan baru

Cocokkan dengan teman sekamar yang
mempunyai pola tidur serupa dan
kebutuhan malam hari



Dorong beberapa aktifitas fisik pada
siang hari, jamin pasien berhenti
beraktifitas beberapa jam sebelum
tidur

Instruksikan tindakan relaksasi

Kurangi kebisingan dan lampu


Gunakan pagar tempat tidur sesuai
indikasi, rendhkan tempat tidur bila
mungkin


Mengkaji perlunya dan
mengidentifikasi intervensi yang
tepat

Meningkatkan kenyamanan tidur
serta dukungan fisiologis/ psikologis


Bila rutinitas baru mengandung
aspek sebanyak kebiasaan lama,
stres dan ansietas dapat berkurang

Menurunkan kemungkinan bahwa
teman sekamar yang burung hantu
dapat menunda pasien untuk
terlelap atau menyebabkan
terbangun

Aktivitas siang hari dapat
membantu pasien menggunakan
energi dan siap untuk tidur malam
hari

Membantu menginduksi tidur

Memberikan situasi kondusif untuk
tidur

Pagar tempat tidur memberikan
keamanan dan dapat digunakan
untuk membantu merubah posisi


9.

Kolaborasi :

Berikan sedatif, hipnotik sesuai
indikasi



Mungkin diberikan untuk membantu
pasien tidur atau istirahat selama
periode transisi dari rumah ke
lingkungan baru


DP. 6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri dan ketakuatn dalam bergerak
Tujuan / Hasil Pasien (kolaboratif) :
Pasien menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktifitas.
Kriteria Evaluasi :
Menurunnya keluhan terhadap kelemahan, dan kelelahan dalam melakukan aktifitas,
berkurangnya nyeri.
Intervensi dan Rasionalisasi :
No Intervensi Rasionalisasi


1.




2.


3.





4.



5.


6.

Mandiri :

Jelaskan aktivitas dan faktor yang
dapat meningkatkan kebutuhan
oksigen


Anjurkan program hemat energi


Buat jadwal aktifitas harian,
tingkatkan secara bertahap




Kaji respon abdomen setelah
beraktivitas


Berikan kompres air hangat


Beri waktu istirahat yang cukup


Merokok, suhu ekstrim dan stre
menyebabkan vasokonstruksi
pembuluh garah dan peningkatan
beban jantung

Mencegah penggunaan energi
berlebihsn

Mempertahankan pernapasan
lambat dengan tetap
mempertahankan latihan fiisk yang
memungkinkan peningkatan
kemampuan otot bantu pernapasan

Respon abdomen melipuit nadi,
tekanan darah, dan pernapasan yang
meningkat

Kompres air hangat dapat
mengurangi rasa nyeri

Meningkatkan daya tahan pasien,
mencegah keletihan
DP 7. Resiko terhadap perluasan infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang
Tujuan / Hasil Pasien :
Tidak terjadi pesiko perluasan infeksi yang dialami
Kriteria Hasil:
Mencapai waktu penyembuhan
Intervensi dan rasionalisasi:
No. Intervensi Rasionalisasi


1.




Mandiri:

Pertahankan system kateter steril;
berikan perawatan kateter regular
dengan sabun dan air, berikan salep
antibiotic disekitar sisi kateter.


Mencegah pemasukan bakteri dari
infeksi/ sepsis lanjut.
2.



Ambulasi dengan kantung drainase
dependen.

Menghindari refleks balik urine,
yang dapat memasukkan bakteri
kedalam kandung kemih.
3



.
Awasi tanda vital, perhatikan demam
ringan, menggigil, nadi dan pernapasan
cepat, gelisah, peka, disorientasi.

Pasien yang mengalami sistoskopi/
TUR prostate beresiko untuk syok
bedah/ septic sehubungan dengan
manipulasi/ instrumentasi
4.




Observasi drainase dari luka, sekitar
kateter suprapubik.

Adanya drain, insisi suprapubik
meningkatkan resiko untuk infeksi,
yang diindikasikan dengan eritema,
drainase purulen.
5.




Ganti balutan dengan sering (insisi
supra/ retropublik dan perineal),
pembersihan dan pengeringan kulit
sepanjang waktu

Balutan basah menyebabkan kulit
iritasi dan memberikan media untuk
pertumbuhan bakteri, peningkatan
resiko infeksi luka.
6. Gunakan pelindung kulit tipe ostomi


Memberikan perlindungan untuk kulit
sekitar, mencegah ekskoriasi dan
menurunkan resiko infeksi.


7.
Kolaborasi:

Berikan antibiotic sesuai indikasi



Mungkin diberikan secara profilaktik
sehubungan dengan peningkatan resiko
infeksi pada prostatektomi.
Daftar Pustaka

Purnawan Junadi, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ke 2. Media Aeskulapius, FKUI 1982.
Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit FKUI 1990.
Doenges E Marilynn, 2000., Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta
Kalim, Handono, 1996., Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculaapius FKUI, Jakarta.
Prince, Sylvia Anderson, 1999., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit., Ed. 4, EGC,
Jakarta.
Internet :
www.google.com
stikep.blogspot.com
www.scribd.com
media.asuhan keperawatan.blogspot.

Read more: http://sely-biru.blogspot.com/2010/02/askep-osteomielitis.html#ixzz0kYXCpsYb

Vous aimerez peut-être aussi