Vous êtes sur la page 1sur 16

1

LAPORAN PENDAHULUAN


A. Definisi
Sindrom nefrotik merupakan gangguan klinis ditandai oleh
peningkatan protein dalam urin secara bermakna , penurunan albumin
dalam darah (hipoalbuminemia), edema, dan serum kolestrol yang tinggi
dan lipoprotein densitas rendah (hiperlipidemia).Tanda-tanda tersebut
dijumpai di setiap kondisi yang sangat merusak membran kapiler
glomerulus dan menyebabkan peningkatan permeabilitas glomerulus.
Kadang-kadang terdapat hematuria, dan penurunan fungsi ginjal. Insiden
tertinggi pada anak usia 3-4 tahun, rasio laki-laki dibanding dengan
perempuan adalah 2:1.

B. Etiologi
Sindrom nefrotik belum diketahui sebab pastinya, secara umum
penyebab dibagi menjadi berikut :
1. Sindrom Nefrotik Bawaan
Adanya reaksi fetomaternal terhadap janin ataupun karena gen
resesif autosom menyebabkan sindrom nefrotik.
2. Sindrom Nefrotik Sekunder
Sindroma nefrotik disebabkan oleh adanya penyakit lain seperti
parasit malaria, penyakit kolagen, trombosis vena renalis, pemajanan
bahan kimia (trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas, raksa,
amiloidosis dan lain-lain. Sebab paling sering sindrom nefrotik
sekunder adalah glomerulonefritis primer dan sekunder akibat infeksi
keganasan penyakit jaringan penghubung, obat atau toksin dan akibat
penyakit sistemik seperti :
a. Glomerulonefritis primer
1) Glomerulonefritis lesi minimal
2) Glomerulosklerosis fokal
3) Glomerulonefritis membranosa
4) Glomerulonefritis membranoproliferatif
5) Glomerulonefritis proliferatif lain
2

b. Glomerulonefritis sekunder
1) Infeksi : HIV, Hepatitis virus B dan C. Sifilis, malaria,
skisotoma, TBC, Lepra
2) Keganasan : Adenokarsinoma paru, payudara, kolon, limfoma
Hodgkin, mieloma multipel, dan karsinoma ginjal.
3) Penyakit jaringan penghubung : Lupus eritematosus sistemik,
artritis reumathoid, MCTD
4) Efek obat dan toksin : obat antiinflamasi nonsteroid, preparat
emas, penisilinamin, probenesid, air raksa, kaptopril, heroin.
5) Lain-lain : DM, amiloidosis, preeklampsia, rejeksi alograf
kronik, refluks vesicoureter, atau sengatan lebah
3. Sindrom Nefrotik Idiopatik
Sindrom nefrotik yang belum diketahui jelas sebabnya.

C. Patofisiologi
Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan
berakibat pada hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadi
proteinuria. Kelanjutan dari proteinuria menyebabkan hipoalbuminemia.
Dengan menurunnya albumin, tekanan osmotik plasma menurun sehingga
cairan intravaskular berpindah ke dalam interstisial. Perpindahan cairan
tersebut menjadikan volume cairan intravaskuler berkurang, sehingga
menurunkan jumlah aliran darah ke renal karena hipovolemia.
Menurunnya aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan
kompensasi dengan merangsang produksi renin angiotensin dan
peningkatan sekresi hormon ADH dan sekresi aldosteron yang kemudian
terjadi retensi natrium dan air. Dengan retensi natrium dan air, akan
menyebabkan edema.
Terjadi peningkatan kolesterol dan trigliserida serum akibat dari
peningkatan stimulasi produksi lipoprotein karena penurunan plasma
albumin atau penurunan onkotik plasma.Adanya hiperlipidemia juga
akibat dari meningkatnya produksi lipoprotein dalam hati yang timbul oleh
karena kompensasi hilangnya protein dan lemak akan banyak dalam urin
atau lipiduria.Menurunnya respon imun karena sel imun tertekan,
3

kemungkinan disebnabkan oleh karena hipoalbuminemia, hiperlipidemia
atau defisiensi seng.

D. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala sindrom nefrotik adalah sebagai berikut

:
1. Kenaikan berat badan
2. Wajah tampak sembab (edema fascialis) terutama di sekitar mata,
tampak pada saat bangun di pagi hari dan berkurang di siang hari
3. Pembengkakan abdomen (asites)
4. Efusi pleura
5. Pembengkakan labia atau skrotum
6. Edema pada mukosa intestinal yang dapat menyebabkan diare,
anoreksia, dan absorpsi intestinal buruk
7. Pembengkakan pergelangan kaki / tungkai
8. Iritabilitas
9. Mudah letih
10. Letargi
11. Tekanan darah normal atau sedikit menurun
12. Rentan terhadap infeksi
13. Perubahan urin seperti penurunan volume dan urin berbuih

E. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi

:
1. Hipovolemi
2. Infeksi pneumokokus
3. Emboli pulmoner
4. Peritonitis
5. Gagal ginjal akut
6. Dehidrasi
7. Venous trombosis
8. Aterosklerosis

F. Penatalaksanaan
4

Penatalaksanaan yang dilakukan untuk mengatasi gejala dan akibat yang
ditimbulkan pada anak dengan sindrom nefrotik sebagai berikut :
1. Istirahat sampai edema tinggal sedikit. Batasi asupan natrium sampai
kurang lebih 1 gram per hari, secara praktis dengan menggunakan
garam secukupnya dalam makanan dan menghindari makanan yang
diasinkan. Diet protein 2-3 gram/kgBB/hari.
2. Bila edema tidak berkurang dengan pembatasan garam, dapat
digunakan diuretik, biasanya furosemid 1 mg/kgBB/kali, bergantung
pada beratnya edema dan respon pengobatan. Bila edema refrakter,
dapat digunakan hidroklortiazid (25-50 mg/hari). Selama pengobatan
diuretik perlu dipantau kemungkinan hipokalemia, alkalosis metabolik,
atau kehilangan caitan intravaskular berat.
3. Pemberian kortikosteroid berdasarkan ISKDC (international Study of
kidney Disease in Children) : prednison dosis penuh : 60 mg/m
2
luas
permukaan badan/hari atau 2 mg/kgBB/hari (maksimal 80
mg/kgBB/hari) selama 4 minggu dilanjutkan pemberian prednison
dosis 40 mg/m
2
luas permukaan badan/hari atau 2/3 dosis penuh, yang
diberikan 3 hari berturut-turut dalam seminggu (intermitten dose) atau
selang sehari (alternating dose) selama 4 minggu, kemudian
dihentikan tanpa tappering off lagi. Bila terjadi relaps diberikan
prednison dosis penuh seperti terapi awal sampai terjadi remisi
(maksimal 4 minggu), kemudian dosis diturunkan menjadi 2/3 dosis
penuh. Bila terjadi relaps sering atau resisten steroid, lakukan biopsi
ginjal.
4. Cegah infeksi. Antibiotik hanya diberikan bila terjadi infeksi.
5. Pungsi asites maupun hidrotoraks dilakukan bila ada indikasi vital.

G. Pengkajian
1. Identitas
Umumnya 90 % dijumpai pada kasus anak. Enam (6) kasus pertahun
setiap 100.000 anak terjadi pada usia kurang dari 14 tahun. Rasio laki-
laki dan perempuan yaitu 2 : 1. Pada daerah endemik malaria banyak
mengalami komplikasi sindrom nefrotik.
5

2. Keluhan Utama
Badan bengkak, sesak napas, muka sembab dan napsu makan menurun
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Edema masa neonatus, malaria, riwayat glomerulonefritis akut dan
glomerulonefritis kronis, terpapar bahan kimia.
4. Riwayat Penyakit Sekarang
Badan bengkak, muka sembab, muntah, napsu makan menurun,
konstipasi, diare, urine menurun.
5. Riwayat kesehatan Keluarga
Karena kelainan gen autosom resesif. Kelainan ini tidak dapat
ditangani dengan terapi biasa dan bayi biasanya mati pada tahun
pertama atau dua tahun setelah kelahiran.
6. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Daerah endemik malaria sering dilaporkan terjadinya kasus sindrom
nefrotik sebagai komplikasi dari penyakit malaria.
7. Riwayat Nutrisi
Nafsu makan menurun, berat badan meningkat akibat adanya edema.
Berat badan = umur (tahun) X 2 + 8
Tinggi badan = 2 kali tinggi badan lahir.
Status gizinya adalah dihitung dengan rumus (BB terukur dibagi BB
standar) X 100 %, dengan interpretasi : < 60 % (gizi buruk), < 30 %
(gizi sedang) dan > 80 % (gizi baik).
8. Pengkajian Kebutuhan Dasar
a. Kebutuhan Oksigenasi
Dispnea terjadi karena telah terjadi adanya efusi pleura. Tekanan
darah normal atau sedikit menurun. Nadi 70 110 X/mnt.
b. Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
Nafsu makan menurun, berat badan meningkat akibat adanya
edema, nyeri daerah perut, malnutrisi berat.
c. Kebutuhan Eliminasi
Urine/24 jam 600-700 ml, hematuria, proteinuria, oliguri.
Perubahan urin seperti penurunan volume dan urin berbuih.
d. Kebutuhan Aktivitas dan Latihan
6

Mudah letih dalam beraktivitas. Edema pada area ektrimitas
(sakrum, tumit, dan tangan). Pembengkakan pergelangan kaki /
tungkai.
e. Kebutuhan Istirahat dan Tidur
Kesulitan tidur karena mungkin terdapat nyeri, cemas akan
hospitalisasi.
f. Kebutuhan Persepsi dan Sensori
Perkembangan kognitif anak usia pra sekolah sampai pada tahap
pemikiran prakonseptual ditandai dengan anak-anak menilai orang,
benda, dan kejadian di luar penampilan luar mereka.
g. Kebutuhan Kenyamanan
Sakit kepala, pusing, malaise, nyeri pada area abdomen, adanya
asites.
h. Kebutuhan Personal Hygiene
Kebutuhan untuk perawatan diri pada anak usia pra sekolah selama
di rumah sakit mungkin dibantu oleh keluarga. Kaji perubahan
aktifitas perawatan diri sebelum dan selama dirawat di rumah sakit.
i. Kebutuhan Informasi
Pengetahuan keluarga tentang diet pada anak dengan sindrom
nefrotik, pertumbuhan dan perkembangan anak, serta proses
penyakit dan penatalakasanaan.
j. Kebutuhan Komunikasi
Anak usia pra sekolah dapat mengungkapkan apa yang dirasakan.
Kosakata sudah mulai meluas, kalimat kompleks sederhana tapi
dipahami. Untuk usia 3 tahun, komunikasi lebih sering berbentuk
simbolis.
k. Kebutuhan Seksualitas
Anak usia pra sekolah mulai membedakan perilaku sesuai jender.
Anak mulai menirukan tindakan orangtua yang berjenis kelamin
sama. Eksplorasi tubuh mencakup mengelus diri sendiri,
manipulasi genital, memeluk boneka.
l. Kebutuhan Konsep Diri
7

Konsep diri pada anak usia pra sekolah sudah mulai terbentuk
dengan anak mengetahui tentang identitas dirinya.
m. Kebutuhan Rekreasi
Anak yang mengalami hospitalisasi dalam waktu lama akan
mengalami kejenuhan. Kebiasaan yang sering dilakukan mungkin
berubah pada saat anak hospitalisasi.
n. Kebutuhan Spiritual
Kebutuhan spiritual pada anak mengikuti orangtua.
9. Pengkajian Fisik
a. Pemeriksaan Kepala
Bentuk kepala mesochepal, wajah tampak sembab karena ada
edema fascialis.
b. Pemeriksaan Mata
Edema periorbital, mata tampak sayu karena malnutrisi.
c. Pemeriksaan Hidung
Adanya pernapasan cuping hidung jika klien sesak napas.
d. Pemeriksaan Telinga
Fungsi pendengaran, kebersihan telinga, ada tidaknya keluaran.
e. Pemeriksaan Gigi dan Mulut
Kebersihan gigi, pertumbuhan gigi, jumlah gigi yang tanggal,
mukosa bibir biasanya kering, pucat.
f. Pemeriksaan Leher
Adanya distensi vena jugularis karena edema seluruh tubuh dan
peningkatann kerja jantung.
g. Pemeriksaan Jantung
Mungkin ditemukan adanya bunyi jantung abnormal, kardiomegali.
h. Pemeriksaan Paru
Suara paru saat bernapas mungkin ditemukan ronkhi karena efusi
pleura, pengembangan ekspansi paru sama atau tidak.
i. Pemeriksaan Abdomen
Adanya asites, nyeri tekan, hepatomegali.
j. Pemeriksaan Genitalia
Pembengkakan pada labia atau skrotum.
8

k. Pemeriksaan Ektstrimitas
Adanya edema di ekstrimitas atas maupun bawah seperti di area
sakrum, tumit, dan tangan.

H. Pemeriksaan Penunjang
Selain proteinuria masif, sedimen urin biasanya normal. Bila
terjadi hematuria mikroskopik lebih dari 20 eritrosit/LPB dicurigai adanya
lesi glomerular (misal sklerosis glomerulus fokal). Albumin plasma rendah
dan lipid meningkat. IgM dapat meningkat, sedangkan IgG menurun.
Komplemen serum normal dan tidak ada krioglobulin
2
.
Anamnesis penggunaan obat, kemungkinan berbagai infeksi, dan
riwayat penyakit sistemik klien perlu diperhatikan. Pemeriksaan serologit
dan biopsi ginjal sering diperlukan untuk menegakkan diagnosis dan
menyingkirkan kemungkinan penyebab GN sekunder. Pemeriksaan
serologit sering tidak banyak memberikan informasi dan biayanya mahal.
Karena itu sebaiknya pemeriksaan serologit hanya dilakukan berdasarkan
indikasi yang kuat
3
.

I. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada anak dengan
sindrom nefrotik adalah sebagai berikut
8
:
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme
regulasi .
2. Ansietas berhubungan dengan hospitalisasi.
3. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
5. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit :
pusing, malaise.
6. Kerusakan integritas kulit berhubungan dnegan faktor internal :
perubahan status cairan, penurunan sirkulasi.
7. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan
sekunder : imunosuprsi, malnutrisi.
9

8. Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan faktor
resiko individual : penyakit kronis, nutrisi yang tidak adekuat.
9. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hospitalisasi.
10. Penurunan koping keluarga berhubungan dengan krisis situasional
yang dapat dihadapi orang yang penting bagi klien .

J. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa yang muncul adalah sebagai
berikut:
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme
regulasi.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
keseimbangan volume cairan tercapai dengan kriteria hasil :
a. Tidak ada edema
b. Berat badan stabil
c. Intake sama dengan output
d. Berat jenis urin atau hasil laboratorium mendekati normal
e. TTV dalam batas normal
Intervensi yang dilakukan adalah :
a. Fluid and Electrolyte Management.
1) Monitor tanda vital.
2) Monitor hasil laboratorium terkait keseimbangan cairan dan
elektrolit seperti penurunan hematokrit, peningkatan BUN,
kadarnatrium serum dankalium.
3) Pertahankanterapiintravenapada flow rate yang konstan.
4) Kolaborasidengandokterjikatandadangejalakelebihancairanteta
patausemakinmemburuk.
5) Monitor intake dan output cairan.
6) Monitor kuantitasdanwarnahaluaranurin
b. Fluid monitoring
1) Pantau hasil laboratorium berat jenis urin.
2) Monitor serum albumin dan total protein dalam urin.
3) Monitor membran mukosa, turgor kulit, dan rasa haus.
10

4) Monitor tanda dan gejala asites.
5) Timbang berat badan setiap hari
2. Ansietas berhubungan dengan hospitalisasi
Setelah dilakuakan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam ansietas
teratasi dengan kriteria hasil :
a. Anak tidak rewel
b. Anak tidak menangis saat dilakukan tindakan
c. Anak kooperatif dalam perawatan
Intervensi keperawatan yang akan dilakukan adalah :
a. Mood Management
1) Kaji perasaan anak tentang hospitalisai.
2) Kaji persepsi anak tentang hospitalisasi.
3) Tanyakan pada keluarga tentang perubahan sikap, emosi,
ataupun ekspresi klien saat dirawat di rumah sakit.
b. Therapeutic Play
1) Kaji kebutuhan anak tentang bermain yang dapat dilakukan di
rumah sakit.
2) Lakukan pendekatan terapeutik dengan anak.
3) Rencanakan untuk terapi bermain sesuai dengan kebutuhan
anak.
3. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam maka
nutrisi pada klien seimbang dnegan kriteria hasil :
a. Anak tidak mengeluh mual
b. Keluarga mengatakan nafsu makan anak meningkat
c. Protein dan albumin dalam batas normal
Intervensi keperawatan yang dilakukan adalah :
a. Nutritiont Management
1) Kaji makanan yang disukai oleh klien
2) Anjurkan klien untuk makan sedikit namun sering, misal
dengan mengemil tiap jam
11

3) Anjurkan keluarga untuk menyuapi klien apabila klien
kesulitan untuk makan sendiri
b. Nutritiont Therapy
1) Anjurkan keluarga untuk tidak membolehkan anak makan-
makanan yang banyak mengandung garam.
2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk diet yang tepat bagi anak
dengan sindrom nefrotik.
c. Nutritional Monitoring
1) Pantau perubahan kebiasaan makan pada klien.
2) Pantau adanya mual atau muntah.
3) Pantau kebutuhan kalori pada catatan asupan.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien dapat
beraktivitas dengan normal dengan kriteria hasil :
a. Energy Conservation
1) Istirahat dan aktivitas seimbang
2) Mengetahui keterbatasan energinya
3) Mengubah gaya hidup sesuai tingkat energi
4) Memelihara nutrisi yang adekuat
5) Persediaan energi cukup untuk beraktivitas
b. Activity Tolerance
1) Saturasi oksigen dalam batas normal / dalam respon aktivitas
2) Nadi dalam batas normal / dalam respon aktivitas
3) Pernafasan dalam batas normal / dalam respon aktivitas
4) Tekanan darah dalam batas normal/dalam respon aktivitas
5) Kekuatan ADL telah dilakukan
Intervensi keperawatan sebagai berikut :
Activity Therapy
a. Menentukan penyebab intoleransi aktivitas.
b. Berikan periode istirahat saat beraktivitas.
c. Pantau respon kardipulmonal sebelum dan setelah aktivitas.
d. Minimalkan kerja kardiopulmonal.
e. Tingkatkan aktivitas secara bertahap.
12

f. Ubah posisi pasien secara perlahan dan monitor gejala intoleransi
aktivitas.
g. Monitor dan catat kemampuan untuk mentoleransi aktivitas.
h. Monitor intake nutrisi untuk memastikan kecukupan sumber
energy.
i. Ajarkan pasien tehnik mengontrol pernafasan saat aktivitas.
j. Kolaborasikan dengan terapi fisik untuk peningkatan level aktivitas
5. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit :
pusing, malaise (00214).
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, gangguan
rasa nyaman teratasi dnegan kriteria hasil :
a. Klien tidak mengeluh lemas
b. Klien tidak mengeluh merasa pusing
c. Klien dapat meningkatkan ADL
Intervensi keparawatan yang dilakukan sebagai berikut :
a. Relaxation Theraphy
1) Anjurkan klien untuk bernapas dalam ketika merasa tidak
nyaman.
2) Anjurkan klien untuk beristirahat.
b. Environtmental Management : Comfort
1) Kaji ketidaknyamanan yang dirasakan oleh klien.
2) Berikan posisi yang nyaman pada klien.
3) Batasi pengunjung saat klien beristirahat.
6. Kerusakan integritas kulit berhubungan dnegan faktor internal :
perubahan status cairan, penurunan sirkulasi.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam kerusakan
integritas kulit teratasi dengan kriteria hasil :
a. Capilarry refill < 3 detik
b. Tidak ada pitting edema
c. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas,
temperatur, hidrasi, pigmentasi)
Intervensi keperawatan yang dilakukan adalah :
Pressure Management
13

a. Kaji lingkungan dan peralatan yang menyebabkan terjadinya
tekanan.
b. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar.
c. Hindari adanya lipatan pada tempat tidur.
d. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering.
e. Lakukan mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam
sekali.
f. Monitor integritas kulit akan adanya kemerahan.
g. Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang tertekan .
h. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien.
i. Monitor status nutrisi pasien.
j. Mandikan pasien dengan sabun dan air hangat.
7. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan
sekunder : imunosuprsi, malnutrisi.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, resiko
infeksi tidak terjadi dengan kriteria hasil :
a. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
b. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
c. Jumlah leukosit dalam batas normal
d. Menunjukkan perilaku hidup sehat
e. Status imun, gastrointestinal, genitourinaria dalam batas normal
Intervensi keperawatan sebagai berikut :
Infection Control
a. Pertahankan teknik aseptic.
b. Batasi pengunjung bila perlu.
c. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawtan.
d. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung.
e. Tingkatkan intake nutrisi.
f. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal.
g. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas,
drainase.
h. Anjurkan klien untuk meningkatkan istirahat.
i. Ajarkan keluarga pasien tanda dan gejala infeksi.
14

j. Kaji suhu badan pada pasien neutropenia setiap 4 jam.
8. Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan faktor
resiko individual : penyakit kronis, nutrisi yang tidak adekuat.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, reiko keterlambatan
perkembangan dapat teratasi dnegan kriteria hasil :
a. Anak mampu melakukan kebiasaan sesuai dengan umur.
b. Kemampuan kognitif anak sesuai dengn usia tumbuh kembang.
c. Kemampuan motorik anak sesuai dengan usia tumbuh kembang.
Intervensi keperawatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Parent Education : Adolescent
1) Tanyakan pada orang tua tentang karakteristik anak.
2) Diskusikan pola asuh yang biasa dilakukan pada anak.
3) Monitor perasaan orang tua terhadap anak.
4) Ajarkan pada orang tua tentang metode komunikasi yang tepat
pada anak sesuai dengan karakteristik anak.
b. Developmental Enhancement : Adolescent
1) Informasikan pada orang tua tentang perkembangan anak yang
seharusnya telah dipenuhi.
2) Jelaskan pada orang tua tentang perkembangan yang belum
terpenuhi.
3) Rencanakan untuk kegiatan stimulus perkembangan anak.
9. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hospitalisasi.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, gangguan
pola tidur teratasi dengan kriteria hasil :
a. Klien mengatakan dapat tidur dengan nyenyak.
b. Klien tampak segar dan tidak mengantuk.
Intervensi keperawatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Sleep Enhancement
a. Kaji kebiasaan tidur klien selama di rumah.
b. Kaji penyebab klien susah tidur.
c. Modifikasi lingkungan yang nyaman agar klien bisa tidur nyenyak.
d. Batasi pengunjung saat jam klien istirahat.
e. Anjurkan keluarga untuk mengingatkan klien saat waktu tidur.
15

10. Penurunan koping keluarga berhubungan dengan krisis situasional
yang dapat dihadapi orang yang penting bagi klien.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, koping
keluarga meningkat dengan kriteria hasil :
a. Keluarga mengungkapkan kesiapan dalam perawatan anak.
b. Keluarga menemukan solusi untuk pemcahan masalah yang sedang
dialami.
c. Keluarga kooperatif dalam perawatan.
Intervensi keperawatan yang dilakukan sebagai berikut :
a. Counseling
1) Dorong keluarga untuk mengungkapkan perasaan yang sedang
dialami.
2) Gunakan teknik komunikasi terapeutik.
b. Family Therapy
1) Kaji sumber kekuatan keluarga.
2) Kaji persepsi setiap keluarga tentang kondisi yang dialami oleh
klien.
3) Fasilitasi keluarga untuk diskusi.
4) Berikan informasi mengenai kondisi klien dan tindakan
perawatan yang akan dilakukan.
5) Bantu keluarga untuk mencari solusi.
c. Emotional Support
1) Berikan dukungan emosional pada keluarga dengan
memberikan motivasi untuk kooperatif dalam tindakan
perawatan.
2) Informasikan kepada keluarga tentang perkembangan kondisi
klien.






16

DAFTAR PUSTAKA

Donna L, Wong. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Anak, alih bahasa: Monica
Ester. Jakarta: EGC.

Erika,K.A, dkk. 2009. Keperawatan Anak. Makassar : Universitas Hasanuddin.

Noer,M.S & Soemyarso,N. 2011. Sindrom Nefrotik. Surabaya : Bag. SMF Ilmu
Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran UNAIR, diakses pada tanggal 5
September 2011,
<http://www.pediatrik.com/isi03.php?page=html&hkategori=pdt&direktori
=pdt&filepdf=0&pdf=&html=07110ebtq258.htm>

Vous aimerez peut-être aussi