0 évaluation0% ont trouvé ce document utile (0 vote)
75 vues5 pages
Tugas ini membahas dua topik utama, yaitu bahaya sinar UV bagi kesehatan manusia dan perbedaan antara desinfektan, antiseptik, dan antibiotik. Sinar UV dapat merusak DNA dan menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti kanker kulit dan kerusakan mata. Desinfektan digunakan untuk membunuh mikroba pada benda mati, antiseptik pada jaringan hidup, sedangkan antibiotik untuk mengob
Tugas ini membahas dua topik utama, yaitu bahaya sinar UV bagi kesehatan manusia dan perbedaan antara desinfektan, antiseptik, dan antibiotik. Sinar UV dapat merusak DNA dan menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti kanker kulit dan kerusakan mata. Desinfektan digunakan untuk membunuh mikroba pada benda mati, antiseptik pada jaringan hidup, sedangkan antibiotik untuk mengob
Tugas ini membahas dua topik utama, yaitu bahaya sinar UV bagi kesehatan manusia dan perbedaan antara desinfektan, antiseptik, dan antibiotik. Sinar UV dapat merusak DNA dan menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti kanker kulit dan kerusakan mata. Desinfektan digunakan untuk membunuh mikroba pada benda mati, antiseptik pada jaringan hidup, sedangkan antibiotik untuk mengob
Perbedaan serta Jenis dari Desinfektan, Antiseptik dan Antibiotik
Oleh : Dhita Ariefta Prabaningtyas P1337434114021 Reguler A Semester 1
ANALIS KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG 2014
A. Sinar UV I. Pengertian Sinar UV Sinar ultraviolet (UV) adalah sinar tidak tampak yang merupakan bagian energi yang berasal dari matahari. Selain itu sinar UV juga dapat dipantulkan dari berbagai sumber seperti air, pasir, cermin, serta permukaan cerah lainnya. Sinar ini berada dalam frekuensi berada pada daerah Hz. Berdasarkan Frekuensi ini, sinar ultraviolet dapat digunakan untuk mengetahui unsur-unsur dari suatu bahan dengan teknik spektroskopi. Radiasi sinar UV menurut panjang gelombangnya dibagi tiga jenis, yaitu: 1. Sinar UV-A UV-A adalah sinar UV yang paling banyak menimbulkan radiasi, dengan panjang gelombang 100-290 nm. Sinar UV-A meliputi 95% radiasi yang mencapai permukaan bumi dan 30-50 kali lebih umum dari sinar UV-B walaupun kurang intens. Radiasi UV-A menembus sampai dermis dan dapat merusak serat-serat yang berada di dalamnya. Selain itu, UV-A dapat menembus kaca. Intensitas radiasi UV-A lebih konstan daripada UV-B. Efek yang ditimbulkan adalah pigmentasi kulit, kerusakan kulit dan kerutan. 2. Sinar UV-B UV-B memiliki panjang gelombang 290-320 nm. Sinar ini biasanya hanya merusak lapisan luar kulit (epidermis). Sinar UV-B memiliki intensitas tertinggi saat sinar matahari terang (antara jam 10:00-14:00). Sebagian sinar UV-B terblokir oleh lapisan ozon di atmosfer. UV- B tidak menembus kaca. Dalam jumlah kecil, radiasi UV-B bermanfaat untuk sintesis vitamin D dalam tubuh, tetapi paparan berlebihan dapat menimbulkan kulit kemerahan atau terbakar dan efek berbahaya sintesis radikal bebas yang memicu eritema dan katarak. Sinar ini juga menyebabkan kerusakan fotokimia pada DNA sel sehingga memicu tumbuhnya kanker kulit. 3. Sinar UV-C UV-C memiliki panjang gelombang 320-4 nm. UV-C menimbulkan bahaya terbesar dan menyebabkan kerusakan terbanyak. Namun, mayoritas sinar ini terserap di lapisan atmosfer (ozon). Dengan meluasnya kerusakan lapisan ozon karena pelepasan bahan kimia tertentu ke lingkungan, seperti CFC (Freon) dan lainnya, akan banyak UV-C yang lolos ke bumi dan menimbulkan berbagai dampak yang merugikan bagi manusia. II. Dampak bagi Kesehatan Manusia Radiasi UV dapat merusak DNA dengan memutus ikatan gen-gen yang terkena radiasi dan mengaktifkan bahan kimia dalam tubuh yng dapat memicu timbulnya kanker. Selain itu, UV juga dapat meyebabkan noda-noda cokelat serta penebalan dan kulit kering. - Pada Kulit Kulit manusia dilengkapi dengan perlindungan alami dari sinar matahari yaitu pigmen melanin. Kulit yang gelap menandakan kandungan pigmen dalam jumlah banyak, begitu juga sebaliknya. Penelitian membuktikan bahwa semakin banyak pigmen, semakin kecil kemungkinan seseorang terkena kanker kulit karena pigmen berfungsi sebagai penangkal dampak sinar UV yang dipancarkan matahari. Sering beraktivitas di bawah sinar matahari tanpa pelindung kulit dapat menyebabkan kulit lebih cepat mengalami penuaan. Kulit jadi cepat berkerut dan timbul bercak-bercak hitam yang kita kenal sebagai flek hitam. Sinar UV juga bisa membuat kulit tidak mulus karena menebal atau menipis. Bisa juga muncul benjolan-benjolan kecil yang ukurannya bervariasi. Benjolan-benjolan atau flek pada kulit bisa berkembang menjadi tumor jinak bahkan kanker kulit. Khususnya pada orang yang banyak bekerja di bawah terik matahari atau sering berjemur di pantai. - Pada Mata UV-A dapat merusak saraf pusat penglihatan dan makula, yaitu bagian dari retina yang terletak di bagian belakang mata. Sedangkan UV-B dapat merusak bagian kornea dan lensa. Walau tingkat radiasinya paling rendah, paparan UV-A dalam jangka panjang dapat mengakibatkan katarak. Penyakit lain yang ditimbulkan akibat sinar UV antara lain degenerasi makular, pterygium atau pertumbuhan pada lapisan luar (bagian putih mata) yang pada akhirnya menutupi bagian tengah kornea, dan corneal sunburn (photokeratitis) yang terjadi akibat paparan sinar UV-B berlebih.
B. Desinfektan, Antiseptik dan Antibodi I. Pengertian dan Perbedaan a. Desinfektan Desinfektan dapat diartikan sebagai bahan kimia yang dapat digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, dapat juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya.
Desinfektan merupakan suatu zat pembunuh mikroorganisme pada benda mati. Mekanisme kerjanya, menciptakan lingkungan yang tidak wajar bagi kuman untuk hidup. Misalnya, sebelum kita bekerja di LAF (Laminar Air Flow), biasanya kita semprotkan dulu alkohol ke dalam LAF. Nah, alkohol ini termasuk salah satu contoh desinfektan.
b. Antiseptik Sedangkan antiseptik didefinisikan sebagai bahan kimia yang dapat menghambat atau membunuh pertumbuhan jasad renik seperti bakteri, jamur dan lain-lain pada jaringan hidup. Antiseptik digunakan pada bagian tubuh yang mengalami luka atau sayatan bedah untuk mencegah infeksi. Penggunaan antiseptik sangat direkomendasikan ketika terjadi epidemi penyakit karena dapat memperlambat penyebaran penyakit.Contohnya, sebelum makan kita memakai Carex Hand Gel, itu salah satu antiseptik.
c. Antibiotik Antibiotik adalah segolongan senyawa baik alami maupun sintetik yang mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme hidup, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri.
Penggunaan antibiotik khususnya berkaitan dengan pengobatan penyakit infeksi, meskipun dalam bioteknologi dan rekayasa genetika juga digunakan sebagai alat seleksi terhadap mutan atau transforman. Antibiotik bekerja seperti pestisida dengan menekan atau memutus satu mata rantai metabolisme, hanya saja targetnya adalah bakteri. Contoh antibiotik yang sering diresepkan dokter antara lain amoxicillin, ciprofloxacin, dan cefadroxil.
II. Jenis a. Desinfektan 1. Klorin Senyawa klorin yang paling aktif adalah asam hipoklorit.
Mekanisme kerjanya adalah menghambat oksidasi glukosa dalam sel mikroorganisme dengan cara menghambat enzim-enzim yang terlibat dalam metabolisme karbohidrat. Kelebihan dari disinfektan ini adalah mudah digunakan, dan jenis mikroorganisme yang dapat dibunuh dengan senyawa ini juga cukup luas. Kelemahan dari disinfektan berbahan dasar klorin adalah dapat menyebabkan korosi pada pH rendah (suasana asam), meskipun sebenarnya pH rendah diperlukan untuk mencapai efektivitas optimum disinfektan ini.
Klorin juga cepat terinaktivasi jika terpapar senyawa organik tertentu. 2. Iodin Iodin merupakan disinfektan yang efektif untuk proses desinfeksi air dalam skala kecil.
Dua tetes iodine 2% dalam larutan etanol cukup untuk mendesinfeksi 1 liter air jernih.
Salah satu senyawa iodine yang sering digunakan sebagai disinfektan adalah iodofor.
Sifatnya stabil, memiliki waktu simpan yang cukup panjang, aktif mematikan hampir semua sel bakteri, namun tidak aktif mematikan spora, nonkorosif, dan mudah terdispersi.
Kelemahan iodofor diantaranya aktivitasnya tergolong lambat pada pH 7 (netral) dan lebih dan mahal. Iodofor tidak dapat digunakan pada suhu lebih tinggi dari 49 C. 3. Alkohol Alkohol disinfektan yang banyak dipakai untuk peralatan medis, contohnya termometer oral. Umumnya digunakan etil alkohol dan isopropil alcohol dengan konsentrasi 60-90%, tidak bersifat korosif terhadap logam, cepat menguap, dan dapat merusak bahan yang terbuat dari karet atau plastik.
4. Amonium Kuartener Amonium kuartener merupakan garam ammonium dengan substitusi gugus alkil pada beberapa atau keseluruhan atom H dari ion NH 4 + nya. Umumnya yang digunakan adalah en:cetyl trimetil ammonium bromide (CTAB) atau lauril dimetil benzyl klorida. Senyawa ini mudah berpenetrasi, sehingga cocok diaplikasikan pada permukaan berpori, sifatnya stabil, tidak korosif, memiliki umur simpan panjang, mudah terdispersi, dan menghilangkan bau tidak sedap. Kelemahan dari senyawa ini adalah aktivitas disinfeksi lambat, mahal, dan menghasilkan residu. 5. Formaldehida Formaldehida atau dikenal juga sebagai formalin, dengan konsentasi efektif sekitar 8% Formaldehida merupakan desinfektan yang bersifat karsinogenik pada konsentrasi tinggi namun tidak korosif terhadap metal, dapat menyebabkan iritasi pada mata, kulit, dan pernapasan. Senyawa ini memiliki daya inaktivasi mikroba dengan spektrum luas. Formaldehida juga dapat terinaktivasi oleh senyawa organik. 6. Kalium permanganat Kalium permanganat merupakan zat oksidan kuat namun tidak tepat untuk disinfeksi air. Penggunaan senyawa ini dapat menimbulkan perubahan rasa, warna, dan bau pada air. Meskipun begitu, senyawa ini cukup efektif terhadap bakteri Vibrio cholerae. 7. Fenol Fenol merupakan bahan antibakteri yang cukup kuat dalam konsentrasi 1-2% dalam air, umumnya dikenal dengan lisol dan kreolin. Fenol dapat diperoleh melalui distilasi produk minyak bumi tertentu. Fenol bersifat toksik, stabil, tahan lama, berbau tidak sedap, dan dapat menyebabkan iritasi, Mekanisme kerja senyawa ini adalah dengan penghancuran dinding sel dan presipitasi (pengendapan) protein sel dari mikroorganisme sehingga terjadi koagulasi dan kegagalan fungsi pada mikroorganisme tersebut.
b. Antiseptik 1. Hidrogen peroksida Hidrogen peroksida (H 2 O 2 ) adalah agen oksidasi, merupakan antiseptik kuat namun tidak mengiritasi jaringan hidup.
Senyawa ini dapat diaplikasikan sebagai antiseptik pada membran mukosa.
Kelemahan dari zat ini adalah harus selalu dijaga kondisinya karena zat ini mudah mengalami kerusakan ketika kehilangan oksigen. 2. Garam merkuri Senyawa ini adalah antiseptik yang paling kuat. Merkuri klorida (HgCl) dapat digunakan untuk mencuci tangan dengan perbandingan dalam air 1:1000.
Senyawa ini dapat membunuh hampir semua jenis bakteri dalam beberapa menit. Kelemahan dari senyawa ini adalah berkemungkinan besar mengiritasi jaringan karena daya kerja antimikrobanya yang sangat kuat. 3. Asam Borat Asam Borat merupakan antiseptik lemah, tidak mengiritasi jaringan.
Zat ini dapat digunakan secara optimum saat dilarutkan dalam air dengan perbandingan 1:20. 4. Triclosan Triclosan adalah antiseptik yang efektif dan populer, bisa ditemui dalam sabun, obat kumur, deodoran, dan lain-lain.
Triclosan mempunyai daya antimikroba dengan spektrum luas (dapat melawan berbagai macam bakteri) dan mempunyai sifat toksisitas minim.
Mekanisme kerja triclosan adalah dengan menghambat biosintesis lipid sehingga membran mikroba kehilangan kekuatan dan fungsinya.
5. Antibiotik - Amoksisilin Berasal dari kelas obat penisilin. Secara umum, antibiotik ini berspektrum luas, yakni berfungsi untuk mengobati infeksi bakteri gram positif dan gram negatif. Tergantung dari jenis bakterinya, amoksisilin banyak digunakan antara lain untuk terapi infeksi saluran pernafasan bawah, infeksi telinga-hidung-tenggorokan, saluran kemih, gonorrhea, peradangan lambung akibat infeksi bakteri. Infeksi kulit dan organ pendukungnya, antraks, klamidia, dan penyakit Lyme. - Ciprofloxacin Berasal dari kelas obat fluoroquinolon. Juga merupakan antibiotik spektrum luas. Penggunaanya biasanya ditujukan untuk mengatasi infeksi yang lebih serius. Ciprofloxacin antara lain digunakan untuk infeksi organ dalam perut (intra abdomen), infeksi tulang dan sendi, infeksi gonokokkus pada uretra dan leher rahim, infeksi saluran nafas bawah, infeksi kulit dan organ pendukungnya, infeksi saluran kemih, diare infeksius, dan pneumonia nosokomial (didapat saat perawatan di rumah sakit). - Cefixime Berasal dari kelas obat cephalosphorin, generasi ketiga. Juga merupakan antibiotik spektrum luas. Beberapa kondisi dimana cefixime menjadi pilihan terapi antara lain bronkitis akut, pemburukan pada bronkitis kronis, penyakit menular seksual, gonorrhea tanpa komplikasi, peradangan pada tonsil dan faring, infeksi saluran kemih tanpa komplikasi. - Metronidazole Memiliki sifat antibakteri juga antiprotozoa seperti amoeba dan trikomonas. Obat ini efektif melawan infeksi bakteri anaerob obligat, seperti pada infeksi bakteri di daerah vagina, infeksi menular seksual, infeksi panggul bagian dalam (pelvis), infeksi di daerah usus besar dan rektum paska operasi, infeksi uretra non gonorrhea, maupun infeksi jaringan lunak dalam tubuh lainnya.
Meskipun sama-sama memiliki spektrum terapi yang luas, namun pemilihan jenis obat yang mana yang akan digunakan untuk suatu penyakit, masih perlu mempertimbangkan faktor lain, seperti keadaan pasien, kerentanan jenis bakteri yang menginfeksi terhadap antibiotik-antibiotik yang ada, ada tidaknya kontraindikasi pada pasien, rekomendasi ahli, dsb.
Sensitifitas Menyatakan Bahwa Uji Sentifitas Bakteri Merupakan Suatu Metode Untuk Menentukan Tingkat Kerentanan Bakteri Terhadap Zat Antibakteri Dan Untuk Mengetahui Senyawa Murni Yang Memiliki Aktivitas Antibakteri