Vous êtes sur la page 1sur 30

ASUHAN KEPERAWATAN PADA By.Ny.

T DENGAN
DIAGNOSA MEDIS BBLR (BAYI BERAT LAHIR RENDAH)
DENGAN ASFIKSIA SEDANG DAN KELAINAN KONGENITAL
LABIO GENETO PALATO SCHIZIS
DI BANGSAL PERINATOLOGI
RSUD WATES


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak


Disusun Oleh:
Aprilika Tyantaka NIM. P07120112007
Arista Putri wardani NIM. P07120112008


KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN
2014
ASUHAN KEPERAWATAN PADA By.Ny. T DENGAN
DIAGNOSA MEDIS BBLR (BAYI BERAT LAHIR RENDAH)
DENGAN ASFIKSIA SEDANG DAN KELAINAN KONGENITAL
LABIO GENETO PALATO SCHIZIS
DI BANGSAL PERINATOLOGI
RSUD WATES


Diajukan untuk disetujui pada :
Hari :
Tanggal :
Tempat :

Pembimbing Lapangan





Pembimbing Pendidikan


Dra Ni Ketut Mendri, S.Kep,Ns,M.Sc.HL




BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Masalah berat lahir rendah (kurang dari 2500 gram) sampai saat ini masih
merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas perinatal. Berat lahir
rendah (BLR) dapat dibedakan atas bayi yang dilahirkan preterm, dan bayi
yang mengalami pertumbuhan intrauterin terhambat. Di negara-negara maju,
sekitar duapertiga bayi berat lahir rendah disebabkan oleh prematuritas,
sedangkan di Negara-negara sedang berkembang sebagian besar bayi BLR
di sebabkan oleh pertumbuhan intrauterin terhambat. Bayi lahir dengan berat
lahir rendah (BBLR) merupakan masalah kesehatan yang sering dialami
pada sebahagian masyarakat yang ditandai dengan berat lahir kurang dari
2500 gram. Kejadian BBLR pada dasarnya berhubungan dengan kurangnya
pemenuhan nutrisi pada masa kehamilan ibu dan hal ini berhubungan
dengan banyak faktor dan lebih utama pada masalah perekonomian keluarga
sehingga pemenuhan kebutuhan konsumsi makanan pun kurang. Namun
kejadian BBLR juga dapat terjadi tidak hanya karena aspek perekonomian,
dimana kejadian BBLR dapat saja tejadi pada mereka dengan status
perekonomian yang cukup. Hal ini dapat berkaitan dengan paritas, jarak
kelahiran, kadar hemoglobin dan pemanfaatan pelayanan antenatal. BBLR
termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan
diabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang
terhadap kehidupannya di masa depan. BBLR yang tidak ditangani dengan
baik dapat mengakibatkan timbulnya masalah pada semua sistem organ
tubuh meliputi gangguan pada pernafasan (aspirasi mekonium, asfiksia
neonatorum), gangguan pada sistem pencernaan (lambung kecil), gangguan
sistem perkemihan (ginjal belum sempurna), gangguan sistem persyarafan
(respon rangsangan lambat). Selain itu bayi berat lahir rendah dapat
mengalami gangguan mental dan fisik serta tumbuh kembang. BBLR
berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi dan balita, juga dapat
berdampak serius pada kualitas generasi mendatang, yaitu akan
memperlambat pertumbuhan dan perkembangan anak, serta berpengaruh
pada penurunan kecerdasan (Depkes RI, 2005). Bayi yang lahir dengan
berat lahir rendah (BBLR) memerlukan perawatan yang tepat agar tidak
terjadi hal-hal yang membahayakan bayi seperti yang telah disebutkan
diatas. Bidan dan perawat adalah bagian dari pemberi pelayanan yang ikut
berperan penting dalam memberikan perawatan pada bayi dengan berat lahir
rendah (BBLR). Perkembangan bayi dengan BBLR yang dirawat di RS ini
sangat tergantung pada ketepatan tindakan yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan.Oleh karena itu penulis tertarik membahas tentang kasus BBLR
pada bayi P.R yang akan penulis bahas pada BAB berikutnya.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mengetahui teori mengenai BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah) beserta
sub teori yang meliputinya
2. Tujuan khusus
Mampu menjelaskan teori berupa pengertian samapai dengan
komplikasi penyakit yang muncul dari BBLR (Bayi Berat Lahir
Rendah)









BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang BB < 2.500
gram (sampai dengan 2.499 gram). BBLR dapt dibagi menjadi 2 golongan :
1. Prematur murni
Masa gestasi kurang dari 37 minggu dan BB sesuai dengan berat
badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang
bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB- SMK).
2. Dismaturitas
Bayi lahir dengan BB kurang dari BB seharusnya untuk masa gestasi
itu, berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intra uterin dan
merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya (KMK).

B. Etiologi
1. Faktor Ibu
a. Penyakit, penyakit yang berhubungan langsung dengan
pasien misalnya perdarahan antepartum, trauma fisik dan
psikologis, DM, toksemia gravidarum, dan nefritis akut.
b. Usia ibu, angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia
< 20 tahun, dan multi gravida yang jarak kelahiran terlalu
dekat. Kejadian terendah ialah pada usia antara 26-35 tahun.
c. Keadaan sosial ekonomi, keadaan ini sangat berperan
terhadap timbulnya prematuritas. Kejadian tertinggi teradapat
pada golongan social ekonomi rendah. Hal ini disebabkan
oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan
antenatal yang kurang. Demikian pula kejadian prematuritas
pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak sah, ternyata
lebih tinggi bila dibandingakan dengan bayi yang lahir
perkawinan yang sah.
d. Sebab lain, karena ibu merokok, ibu peminum alkohol dan
pecandu obat narkotik.
2. Faktor Janin
Faktor janin diantaranya hidramnion, kehamilan ganda dan kelainan
kromosom.
3. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan di antaranya tempat tinggal di dataran tinggi radiasi
dan zat-zat tertentu.

C. Klasifikasi
1. Bayi berat badan lahir rendah (BBLR): bayi yang lahir dengan BB
kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi.
2. Berat badan lahir sangat rendah sekali atau bayi berat badan lahir
ekstrem rendah: bayi yang lahir dengan BB kurang dari 1000 gram.
3. Berat badan lahir sangat rendah: bayi yang lahir dengan berat badan
kurang dari 1500 gram.
4. Berat badan lahir rendah sedang: bayi yang lahir dengan BB antara
1501 2500 gram.
5. Bayi kecil untuk kelahiran atau kecil untuk usia gestasi: bayi yang
lahir dengan BB berada di bawah persentil 10 pada kurva
pertumbuhan intrauterin.
6. Retardasi pertumbuhan intrauterine (Intrauterine Growth
Retardation/IUGR): ditemukan pada bayi yang pertumbuhan
intrauterinenya mengalami retardasi (terkadang digunakan sebagai
istilah yang lebih deskriptif untuk bayi kecil untuk masa gestasi).
7. Bayi besar untuk usia gestasi: bayi yang BB-nya berada di atas
presentil ke-90 pada kurva perumbuhan intrauterine.


D. Patofisiologi
Semakin kecil dan semakin prematur bayi, maka akan semakin tinggi risiko
gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizi :
1. Menurunnya simpanan zat gizi, cadangan makanan di dalam tubuh
sedikit. Hampir semua lemak, glikogen, dan mineral seperti zat besi,
kalsium, fosfor, dan seng dideposit selama 8 minggu terakhir
kehamilan.
2. Meningkatnya kebutuhan energi dan nutrien untuk pretumbuhan
dibandingkan BBLC.
3. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan.
Koordinasi antara reflek hisap dan menelan, dengan penutupan
epiglotis untuk mencegah aspirasi pneoumonia belum berkembang
denan baik sampai kehamilan 32 34 minggu. Penundaan
pengosongan lambung atau buruknya motilitas usus sering terjadi
pada bayi preterm.
4. Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan, pada bayi
preterm mempunyia lebih sedikit simpanan garam empedu, yang
diperlukan untuk mencerna dan mengabsorbsi lemak dibandingkan
dengan bayi aterm. Produksi amilase pankreas dan lipase, yaitu
enzim yang terlibat dalam pencernaan lemak dan karbohidrat juga
menurun. Begitu pula kadar laktose (enzim yang diperlukan untuk
mencerna susu) juga sampai sekitar kehamilan 34 minggu.
5. Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja nafas dan
kebutuhan kalori yang meningkat. Masalah pernafasan juga akan
mengganggu makanan secara oral. Potensial untuk kehilangn panas
akibat permukaan tubuh dibanding dengan BB dan sedikitnya
jaringan lemak di bawah kulit. Kehilangan panas ini akan
meningkatkan kebutuhan akan kalori.



E. Pathway




F. Manifestasi klinik
1. Bayi Premature
a. BB < 2500 gr
b. PB < 45 cm
c. LD < 30 cm
d. LK < 33 cm
e. Kepala > badan
f. Kulit tipis transparan, lanugo banyak
g. Ubun-ubun dan sutura lebar
h. Genetalia immature
i. Rambut halus, tipis, teranyam
j. Elastisitas daun telinga kurang
k. Tangis lemah
l. Tonus otot leher lemah
2. Bayi KMK, dibagi dalam stadium :
a. I = Kurus relatif lebih panjang, kulit tipis & kering
b. II = I + warna kehijauan pada kulit, plasenta, umbilicus
c. III = I + warna kuning pada kulit, kuku dan tali pusat
3. Manifestasi klinik bayi premature :
a. Reflek moro (memeluk) (+), reflek menghisap, menelan, batuk
belum sempurna
b. Bila lapar, menangis, gelisah, aktifitas bertambah, bila dalam 3
hari hal ini tidak tampak bayi menderita infeksi / perdarahan
intrakarnial
c. Nafas belum teratur
d. Pembuluh darah kulit diperut terlihat banyak
e. Jaringan mamae belum sempurna, putting susu belum
terbentuk dengan baik



G. Penatalaksanaan bayi bblr
1. Pengaturan Suhu
a. Pertahankan dalam suhu 36,5 37 C
b. Luas permukaan tubuh > BB Peningkatan kehilangan cairan
& panas tubuh melalui kulit
c. Tipisnya lemak coklat (Brown Fat) ke-2 scapula
d. Lemak subcutan tipis
e. Letakkan pada tempat yang hangat (lampu), kering, dalam
incubator, menunda memandikan bayi & gunakan metode
kanguru.
2. Nutrisi
a. Reflek menghisap dan menelan negatif
b. Kapasitas lambung sedikit & enzim pencernaan (lipase)
kurang
c. Berikan ASI/PASI dengan dot/sendok sedikit demi sedikit : 60
cc / Kg BB/ hari pada hari I, dinaikkan setiap hari sampai 200
cc / Kg BB sehari pada minggu ke II
d. Cadangan glikogen dalam hati sangat sedikit : Hipoglikemia
e. Perhatikan cara memberikan ASI/PASI dengan benar
f. Lakukan pijat bayi
3. Bayi BBLR mudah terkena infeksi. Oleh sebab itu :
a. Pisahkan bayi BBLR dengan bayi yang terinfeksi
b. Cuci tangan sebelum & sesudah memegang bayi
c. Jangan merawat bayi bila sedang menderita infeksi saluran
nafas (gunakan masker)
4. Bayi BBLR bila terjadi kesulitan bernafas :
a. Cegah terjadi kedinginan dan infeksi
b. Beri ASI/PASI sedikit demi sedikit & sesering mungkin
c. Bila terjadi sesak lakukan :
1) Bersihkan jalan nafas
2) Jaga suhu tubuh bayi
3) Berikan oksigen jika tampak tanda-tanda cyanosis

H. Masalah yang mungkin muncul
Masalah yang sering dihadapi bayi BBLR adalah imaturitas organ-organ
tubuh karena lahir kurang bulan.Beberapa gangguan akibat belum
matangnya organ-organ tersebut :
1. Sistem pengaturan tubuh yang belum matur, menyebabkan BBLR
membutuhkan perawatan khusus dalam inkubator.
2. Sistem imunologi yang belum berkembang dengan baik
menyebabkan bayi sangat rentan terhadap infeksi.
3. Imaturitas sistem syataf pusat menyebabkan mudahnya terjadinya
perdarahan peribentruker.
4. Imaturitas paru memudahkan terjadinya penyakit membran hialin.
5. Imaturitas metabolisme bilirubin mempermudah terjadinya
hiperbiliribinemia.
6. Imaturitas saluran pencernaan mempermudah terjadinya sindrom
malabsorbsi

I. Diagnosa yang muncul
1. Risiko infeksi berhubungan dengan prematuritas (pecah ketuban dini)
2. Hipotermi berhubungan dengan jaringan lemak subkutan yang relatif
lebih tipis dan penurunan suhu tubuh yang relatif lebih luas
3. Risiko gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan reflek menelan yang belum sempurna
4. Pola nafas tidal efektif berhubungan dengan pertumbuhan dinding
dada yang belum sempurna





J. Faktor risiko BBLR
1. Ibu berusia kurang dari 18 tahun atau lebih dari 35 tahun
2. Anemia
3. Malnutrisi
4. Anak kembar

K. Komplikasi prematuritas
1. Sindroma aspirasi mekonium (kesulitan bernafas)
2. Hipoglikemi simtomatik
3. Asfiksis neonatorum
4. Penyakit membran hialin
5. Hiperbilirubinemia

L. Definisi Labio Geneto Palato Schizis
Labio atau Schizis adalah merupakan kongenital anomali yang berupa
adanya kelainan bentuk pada strukter wajah. Sedangkan Palatoskchizis
adalah adanya celah pada garis tengah palate yang disebabkan oleh
kegagalan penyatuan susunan palate pada masa kehamilan 7-12 minggu.

M. Etiologi
1. Factor Genetik atau keturunan
Dimana terjadi karena adaya adanya mutasi gen ataupun kelainan
kromosom. Pada setiap sel yang normal mempunyai 46 kromosom
yang terdiri dari 22 pasang kromosom non-sex ( kromosom 1 s/d 22 )
dan 1 pasang kromosom sex ( kromosom X dan Y ) yang
menentukan jenis kelamin. Pada penderita bibir sumbing terjadi
Trisomi 13 atau Sindroma Patau dimana ada 3 untai kromosom 13
pada setiap sel penderita, sehingga jumlah total kromosom pada tiap
selnya adalah 47. Jika terjadi hal seperti ini selain menyebabkan bibir
sumbing akan menyebabkan gangguan berat pada perkembangan
otak, jantung, dan ginjal. Namun kelainan ini sangat jarang terjadi
dengan frekuensi 1 dari 8000-10000 bayi yang lahir.
2. Kurang Nutrisi contohnya defisiensi Zn dan B6, vitamin C pada waktu
hamil, kekurangan asam folat.
3. Radiasi
4. Terjadi trauma pada kehamilan trimester pertama.
5. Infeksi pada ibu yang dapat mempengaruhi janin contohnya seperti
infeksi Rubella dan Sifilis, toxoplasmosis dan klamidia
6. Pengaruh obat teratogenik, termasuk jamu dan kontrasepsi
hormonal, akibat toksisitas selama kehamilan, misalnya kecanduan
alkohol, terapi penitonin
7. Multifaktoral dan mutasi genetic
8. Diplasia ektodermal yaitu dipakai untuk sekelompok kelainan yang
secara anatomis maupun fisiologis mengalami kerusakan berbagai
struktur, yaitu gigi, kulit beserta apendiksnya, termasuk rambut, kuku,
kelenjar ekrin dan kelenjar sebasea

N. Patofisiologi
Kelainan sumbing selain mengenai bibir juga bisa mengenai langit-langit.
Berbeda pada kelainan bibir yg terlihat jelas secara estetik, kelainan sumbing
langit2 lebih berefek kepada fungsi mulut seperti menelan, makan, minum,
dan bicara. Pada kondisi normal, langit2 menutup rongga antara mulut dan
hidung. Pada bayi yang langit2nya sumbing barrier ini tidak ada sehingga
pada saat menelan bayi bisa tersedak.Kemampuan menghisap bayi juga
lemah, sehingga bayi mudah capek pada saat menghisap, keadaan ini
menyebabkan intake minum/makanan yg masuk menjadi kurang dan jelas
berefek terhadap pertumbuhan dan perkembangannya selain juga mudah
terkena infeksi saluran nafas atas karena terbukanya palatum tidak ada
batas antara hidung dan mulut, bahkan infeksi bisa menyebar sampai ke
telinga

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Tanggal pengkajian : Senin, 17 Juni 2014
Jam : 11.00 WIB
Oleh : Aprilika Tyantaka
Ariesta Putri Wardani
Tempat : Kamar E Ruang NICU RSUD Wates
Sumber Data : Pasien, Keluarga Pasien dan Status Pasien
Metode :Observasi, Pemeriksaan Fisik, Anamnesa, dan
Studi Dokumen

A. Identitas Data
Nama : By. Ny. Tri Maryani
Jenis kelamin : Laki-laki
Tempat/tanggal lahir : Kulon Progo , 26 Maret 2014
Nama ayah/ibu : Ny. Tri Maryani
Pekerjaan ibu : Ibu Rumah Tangga (IRT)
Agama : Islam
Alamat : Plumbon 08/04, Temon

B. Keluhan utama
Bayi datang dari BPS dengan BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah) lahir spontan
tanggal 26 Maret 2014, sianosis, akral dingin, nafas cuping hidung

C. Riwayat kelahiran dan kelahiran
1. Prenatal
Jumlah kunjungan : 3
2. Natal
Awal persalinan : G
3
P
3
A
0
Lama persalinan : 34 minggu lebih 3 hari
Komplikasi persalinan : -

Terapi yang diberikan : Multivitamin penambah darah
Cara persalinan : ( ) Pervagina ( ) Caesar
( ) Lain-lain, sebutkan
Tempat melahirkan :
( ) Rumah bersalin ( ) Rumah ( ) Rumah sakit
3. Postnatal
Usaha nafas ( ) dengan bantuan ( ) tanpa bantuan

Kebutuhan resusitasi
Skor APGAR : 6/7
Obat-obatan yang diberikan pada neonatus :
1. Injeksi vitamin K
2. Salep mata Kloramfenikol

Interaksi orangtua dan bayi ( ) ada ( ) tidak ada
Trauma lahir : -
Keluarnya urin/BAB ( ) ada ( ) tidak ada
Respon perilaku yang bermakna : Pasif

D. Riwayat keluarga
Ibu bayi mengaku tidak ada keluarga yang menderita penyakit seperti
hipertensi,diabetes militus, penyakit ginjal, penyakit jantung maupun kelainan
Labio Geneto Palato schizis seperti kondisi bayinya yang sekarang. Baik dari
keluarga dan orangtua dari ibu bayi maupun ayah bayi itu sendiri







E. Genogram













By.Ny. T
Keterangan:

: Laki-laki : Perempuan

A atau : Keluarga yang meninggal

: Pasien(bayi) yang mengalami BBLR


F. Riwayat sosial
1. System pendukung yang dapat dihubungi : Kerabat/keluarga
2. Hubungan orangtua dengan bayi : Baik
3. Anak yang lain :
Jenis Kelamin Anak Riwayat Persalinan Riwayat Imunisasi
1. Laki-laki
2. Laki-laki
3. Perempuan
Normal (pervagina)
Normal (pervagina)
Normal (pervagina)
Lengkap
Lengkap
Baru Hb
o
4. Lingkungan rumah : Bersih
5. Problem social yang penting : -




G. Keadaan kesehatan saat ini
1. Diagnosa medis : BBLR dengan Asfiksia sedang dan kelainan
bawaan Labio Geneto Palato Schizis
2. Tindakan operasi : -
3. Status nutrisi
BB bayi saat ini : 2750 gram
Bayi minum : Melalui selang OGT
Muntah : -
4. Status cairan : Total keseluruhan intake ASI selama 7 jam
sejumlah 53cc
5. Obat-obatan :
a. Injeksi Vitamin K (segera setelah lahir)
b. Salep mata k;oramfenikol (segera setelah lahir)
c. Amphicilin 2x60mg (pernah diberikan)
d. Gentamicin 1x4gr (pernah diberikan)
e. Spironolacton (masih dikonsumsi)
6. Aktivitas : Gerakan cukup aktif
7. Tindakan keperawatan yang telah dilakukan
Perawatan kebersihan diri :
a. Memandikan di tempat tidur
8. Hasil laboratorium
Laboratorium darah rutin tgl 12 Juni 2014
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
Neu% 28,1 % 40,0 74, 0
Lym% 65,3 % 20,0 48,0
Mon% 4,9 % 3,0- 12,0
Eos% 1,3 % 0,5 5,0
Bas% 0,4 % 0,0 1,0
Neu# 1,80 x 10
3
/L 2,00 7.00
Lym# 4,17 x 10
3
/L 0,80 4,00
Mon# 0,31 x 10
3
/L 0,12 1,20
Eos# 0,08 x 10
3
/L 0,02 0,50
Bas# 0,02 x 10
3
/L 0,00 0,10
RBC 4,99 x 10
6
/L 4,20 5,40
HGB 18,2 g/dL 12,0 18,0
HCT 52,4 % 37,0 47,0
MCV 105 fL 80,0 100,0
MCH 36,5 Pg 27,0 34,0
MCHC 34,7 g/dL 33,0 37,0
PLT 160 x 10
3
/L 150 450
MPV 9,6 fL 7,2 11,1
PDW 17,3 fL 9,0 17,0
PCT 0,2 % 0,108 0,282

Lab Kimia dan Elektrolit 12 Juni 2014
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
Kalsium 2,0 mMol 1,5 5,4
Albumin 4,4 g/dl 3,5 5,5
Natrium 134,8 mMol/I 135 145
Kalium 5,9 mMol/I 3,4 5,4
Clorida 103,6 mMol/I 95 100

9. Pemeriksaan penunjang
a. Darah rutin
b. GDS (Gula Darah Sementara)
c. Radiologi

10. Hasil pemeriksaan radiologi
Corak paru normal
Cor membesar (Kardiomegali)


H. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : Composmentis
Tanda vital :
Nadi : 135x/menit Suhu : 35,6
o
C
RR : 60x/menit TD : Tidak terkaji
Saat lahir Saat ini
1. Berat badan (gram) 1900 gram 2750 gram
2. Panjang badan 43 cm 45 cm
3. Lingkar kepala 30 cm 31 cm

1. Reflek
( ) Moro ( ) Menggenggam ( ) Menghisap
2. Tonus/aktivitas
a. ( ) Aktif ( ) Tenang ( ) Latergi ( ) Kejang
b. ( )Menangis keras ( )Lemah ( )Melengking ( )Sulit menangis
3. Kepala/leher
a. Fontanel anterior
( ) Lunak ( ) Tegas ( ) Datar ( ) Menonjol ( ) Cekung
b. Sutura sagitalis
( ) Tepat ( ) Terpisah ( ) Menjauh
c. Gambaran wajah
( ) Simetris ( ) Asimetris
d. Molding
( ) Caput succudaneum ( ) Chepalohematome
4. Mata
( ) Bersih ( ) Sekresi
5. THT
a. Telinga
( ) Normal ( ) Abnormal

b. Hidung
( ) Bilateral ( ) Obstruksi ( ) Cuping hidung
c. Palatum
( ) Normal ( ) Abnormal
6. Abdomen
a. ( ) Lunak ( ) Tegas ( ) Datar ( ) Kembung
b. Lingkar perut : 28 cm
c. Liver : ( ) Kurang dari 2 cm ( ) Lebih dari 2 cm
7. Toraks
a. ( ) Simetris ( ) Asimetris
b. Retraksi : ( ) Derajat I ( ) Derajat II ( ) Derajat III
c. Klavikula : ( ) Normal ( ) Abnormal
8. Paru-paru
a. Suara nafas : ( ) Sama kanan-kiri ( ) Tidak sama kanan-kiri
( ) Bersih ( ) Ronkhii ( ) Rales ( ) Sekret
b. Bunyi nafas
( ) Terdengar di semua lapang paru ( ) Tidak terdengar
( ) Menurun
c. Respirasi
( ) Spontan Jumlah :
( ) Sungkup/boxhead Jumlah : 5 Lt/menit
( ) Ventilasi assisted CPAP
9. Jantung
( ) Bunyi Normal Sinus Rhytm (NSR) :
( ) Murmur ( ) Lain-lain, sebutkan
10. Ekstremitas
a. Semua ekstremitas gerak :
( ) ROM terbatas ( ) Tidak dapat dikaji
b. Ekstremitas atas dan bawah :
( ) Simetris ( ) Asimetris

11. Umbilikus : Normal dan terlihat garis umbilicus, tali pusat sudah kering
12. Genital : Normal tidak ada kelainan seperti skrotum yang belum turun
13. Anus : Paten, normal, tidak ada kelainan seperti Atresia Ani
14. Spina : Normal dan tidak terlihat kelainan seperti skoliosis
15. Kulit
Warna : Sawo matang
16. Suhu :
a. Lingkungan : 25,2C
b. Suhu kulit : 36,0
0
C

I. Pemeriksaan tingkat perkembangan/reflek primitive
1. Kemandirian dan bergaul : Jarang menunjukkan ekspresi tersenyum
2. Motorik halus : Tidak dapat bergeser posisi dengan baik
3. Kognitif dan bahasa : Bereaksi saat ada suara (tersentak)
4. Motorik kasar : Dapat mengangkat kepala dengan lemah
















J. Ringkasan riwayat keperawatan
1. Identitas Pasien
Nama : By. Ny. Tri Maryani
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Plumbon 08/04, Temon
No. MR : 577881
Umur : 62 hari
Tanggal masuk : 26 Maret 2014
Tanggal keluar : -

2. Masalah keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif
b. Risiko hipotermi
c. Risiko gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh
d. Ketidakefektifan pola nafas bayi berhubungan dengan Labio
Geneto Palato Schizis
e. Risiko infeksi

3. Tindakan keperawatan
a. Mengontrol tanda-tanda vital
b. Memasang dan memantau boxhead
c. Mengatur thermoregulasi
d. Melakukan pemberian antibiotik
e. Memonitor keadaan umum
f. Mengatur pemberian nutrisi





K. Analisa data

Data

Masalah

Penyebab

DO :
Bayi lahir dengan BBLR,
yaitu: 1900 gram, PB: 43
cm, LK : 30 cm, LD : 28
cm, LP : 26 cm, dan LLA :
9 cm

DS :
Ibu bayi mengatakan
bahwa bayi dilahirkan pada
usia 8 bulan lebih 5 hari
karena ketuban pecah dini

Risiko infeksi

Prematuritas
(pecah ketuban dini)

DO :
Bayi terpasang OGT
Terlihat kesulitan menelan
Daya hisap bayi sulit ketika
minum ASI secara
langsung

DS :
Perawat di ruangan
mengatakan bahwa bayi
tersebut belum bisa

Ketidakefektifan
pola makan bayi

Abnormalitas anatomik
(Labio Geneto Palato
Schizis)
diberikan ASI secara
langsung karena reflek
menghisap dan menelan
bayi tidak adekuat


DO :
Bayi terpasang kanul
nasale dengan terapi
pemberian O
2
sejumlah 1
Lt/menit
Nadi : 135x/menit , RR :
60x/menit , Suhu : 35,6
0
C

DS :
-

Pola nafas tidak
efektif

Imaturitas (pertumbuhan
dinding dada belum
sempurna)

Prioritas masalah :
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas (pertumbuhan
dinding dada yang belum sempurna)
2. Ketidakefektifan pola makan bayi berhubungan dengan abnormalitas
anatomik (Labio Geneto Palato Schizis)
3. Risiko infeksi berhubungan dengan prematuritas (ketuban pecah dini)










L. Perencanaan

No
Diagnosa
Keperawatan

Tujuan

Intervensi

Rasional

1.

Pola nafas tidak
efektif
berhubungan
dengan
imaturitas
(pertumbuhan
dinding dada
yang belum
sempurna)


Setelah
dilakukan
asuhan
keperawatan
selama 3x24
jam, pola nafas
meningkat
dengan kriteria :
Tidak ada
sianosis,
cuping
hidung,
maupun
retraksi dada
Tanda-tanda
vital dalam
batas normal
(Nadi :
12ox/menit,
RR :
60x/menit,
Suhu :
36,5
0
C-
37,0
0
C)
Tidak ada

1. Kaji keadaan
umum bayi

2. Observasi tanda-
tanda vital bayi

3. Atur posisi aman
dan nyaman pada
bayi

4. Penkes ibu bayi
mengenai
kesiapan ibu
dalam merawat
bayinya yang
BBLR

5. Kolaborasi
dengan dokter
dalam
pemenuhan
oksigenasi dan
pemberian obat
bronkodilator
pada bayi

1. Mengetahui
keadaan umum bayi
dapat memberikan
gambaran untuk
melakukan
intervensi
selanjutnya

2. Mengetahui batas
abnormalitas kondisi
tubuh bayi sebagai
indikator
dilakukannya
tindakan selanjutnya

3. Posisi aman dan
nyaman pada bayi
mengurangi risiko
terjadinya cidera

4. Megetahui tingkat
pengetahuan ibu
dan membantu ibu
bayi merawat
bayinya secara tepat
suara
abnormal
pada lapang
paru seperti
Ronchi,
wheezing, dsb


5. Mengurangi atau
bahkan
menghilangkan pola
nafas yang tidak
efektif pada bayi

2.

Ketidakefektifan
pola makan
bayi
berhubungan
dengan
abnormalitas
anatomik

Setelah
dilakukan
asuhan
keperawatan
3x24 jam, risiko
gangguan
pemenuhan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh hilang
dengan kriteria :
Keadaan
umum bayi
baik
Berat badan
bayi
meningkat
dari 2750
gram gram
menjadi 3000
gram


1. Kaji keadaan
umum bayi

2. Observasi tanda-
tanda vital bayi

3. Lakukan
pemberian ASI
melalui OGT

4. Penkes ibu bayi
cara pemberian
nutrisi melalui
OGT selama di
Rumah Sakit dan
pentingnya
pemberian ASI
pada bayi

5. Kolaborasi
dengan dokter
mengenai jadwal
pemberian ASI

1. Mengetahui
keadaan umum bayi
dapat memberikan
gambaran untuk
melakukan
intervensi
selanjutnya

2. Mengetahui batas
abnormalitas kondisi
tubuh bayi sebagai
indikator
dilakukannya
tindakan selanjutnya

3. OGT sebagai sarana
pemenuhan nutrisi
(ASI) pada bayi agar
dapat terpenuhi
secara optimal

4. Membantu ibu
berperan aktif dalam
melalui OGT monitoring
pemberian nutrisi
(ASI) melalui OGT
pada bayi selama di
Rumah Sakit dan
memotivasi ibu
untuk selalu rutin
memberikan ASI
pada bayinya sesuai
batas usia

5. Membantu
monitoring
pemenuhan nutrisi
pada bayi secara
optimal

3.

Risiko infeksi
berhubungan
dengan
prematuritas
(ketuban pecah
dini)

Setelah
dilakukan
asuhan
keperawatan
selama 3x24
jam, risiko
infeksi hilang
dengan kriteria :
Tidak ada
tanda-tanda
infeksi
seperti rubor,
kalor, dolor,
tumor,

1. Kaji keadaan
umum bayi

2. Observasi tanda-
tanda vital bayi

3. Lakukan
perawatan BBLR
dengan prinsip
aseptik

4. Penkes ibu bayi
mengenai
perawatan tali

1. Mengetahui
keadaan umum bayi
dapat memberikan
gambaran untuk
melakukan
intervensi
selanjutnya

2. Mengetahui batas
abnormalitas kondisi
tubuh bayi sebagai
indikator
dilakukannya
tindakan selanjutnya
maupun
fungsio laesa

pusat


5. Kolaborasi
dengan dokter
dalam pemberian
obat antibiotik
dan imunisasi
yang lengkap
pada bayi



3. Mencegah maupun
mengurangi
terjadinya infeksi
yang dimulai karena
tindakan yang tidak
aseptik

4. Membantu ibu bayi
dapat melakukan
perawatan tali pusat
secara mandiri

5. Mencegah bahkan
menghilangkan
risiko bayi tertular
ataupun terinfeksi
virus










BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah membandingkan antara teori dengan fakta yang terjadi di lapangan,
dapat disimpulkan bahwa dari 4 diagnosa yang muncul di teori, terdapat 3
diagnosa yang muncul di lapangan berdasarkan dari data objektif dan data
subbjektif yang diamati oleh penyusun. Satu diagnose tidak muncul di
lapangan karena kurangnya data objektif maupun subjektif yang memperkuat
ditegakkannya diagnose tersebut.

B. Saran
Dalam laporan asuhan keperawatan ini penyusun mengharapkan bahwa
diagnose yang sering muncul dalam hubungannya dengan kasus BBLR
dapat lebih bervariasi lagi.
















DAFTAR PUSTAKA

Doenges M.E. at al., 1992, Nursing Care Plans, F.A. Davis Company, Philadelphia

Donna L. Wong, 2004, Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Hudak C.M., 1994, Critical Care Nursing, Lippincort Company, Philadelphia.

Kuncara, H.Y, dkk, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddarth, EGC, Jakarta

Joane C. Mc. Closkey, Gloria M. Bulechek, 1996, Nursing Interventions
Classification (NIC), Mosby Year-Book,St. Louis

Marion Johnson, dkk, 2000, Nursing Outcome Classifications (NOC), Mosby Year-
Book, St. Louis

Marjory Gordon, dkk, 2001, Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2001-
2002, NANDA

Vous aimerez peut-être aussi