Tap MPR no.XV/MPR/1998, tentang penyelenggaraan otonomi daaerah, pengaturan,
pembagian dan pemanfaatan, sumberdaya nasional yang berkeadilan serta perimbangan keuangan pusat dan daaerah dalam kerangka NKRI UU No.22 dan UU No.25 tahun 1999, UU No.32 dan UU No.33 than 2004, tentang pemerintah daerah dituntut untuk mampu memberikan informasi keuangan kepada public, DPRD, dan pihak-pihak yang menjadi stakeholder pemerintah daerah. Implikasinya terhadap akuntansi sector public: 1. Perlunya system akuntansi yang efektif 9PP No.58 th.2005,PP No.56th.2005, Permendagri No.13 th.2006, PMK No.46 th.2006) dan standar akuntansi pemerintahan yang memadai (PP No.77 th.2010) 2. Perlunya melakukan perbaikan mekanisme pengauditan terhadap instansi pemerintah daerah. UU No.32/2004 tentang pembentukanh daerah pada dasarnya dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan public guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Misi utama UU No.22 th.1999 tentang Pemerintahan Daerah, dan UU No.25 th.1999tentang Penimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah sebagai dasar penyelenggaraan otonomi daerah. Misi kedua yaitu desentralisasi. Desentralisasi bukan hanya berarti pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah yang lebih rendah melainkan juga pelimpahan wewenang pemerintahan ke pihak swasta dalam bentuk privatisasi. Manfaat desentralisasi yaitu peningkatan partisipasi dan perbaikan alokasi sumberdaya produktif. Akuntansi Sektor Publik Memasuki Era Desentralisasi Perkembangan akuntansi sektor publik semakin pesat seiring adanya kebijakan desentralisasi.Kebijakan ini telah mengubah sifat hubungan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, antara BUMN dengan pemerintah pusat, antara pemerintah dengan masyarakat, dan berbagai entitas lain dalam pemerintahan. Desentralisasi tidak hanya berarti pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah yang lebih rendah tetapi juga pelimpahan beberapa wewenang pemerintahan ke pihak swasta melalui privatisasi (Mardiasmo, 2009). Secara teoritis, desentralisasi diharapkan akan menghasilkan dua manfaat nyata, yaitu; pertama, mendorong peningkatan partisipasi, prakarsa dan kreatifitas masyarakat dalam pembangunan, setra mendorong pemerataan hasil pembangunan. Kedua, memperbaiki alokasi sumberdaya produktif melalui pergeseran peran pengambilan keputusan publikke tingkat pemerintah yang paling rendah yang memiliki informasi yang paling lengkap (Shah, 1997) dalam Mardiasmo, 2009. Akuntansi Sektor Publik memasuki era desentralisasi (otonomi daerah) Kebijakan desentralisasi telah mengubah sifat hubungan antar pemarintah pusat dengan pemerintah daerah, antara pemerintah dan masyarakat dan berbagai entitas lain dalam pemerintahan peranan pelaporan keuangan telah berubah dari posisi administrasi semata menjadi posisi akuntabilitas di tahun 2000. Pergeseran pelaporan keuangan ini telah membuka peluang bagi posisi akuntansi sektor publik dalam manajemen pemerintahan dan organisasi sektor publik lainnya. Jadi tujuan akuntansi sektor publik adalah untuk memastikan kualitas laporan keuangan dalam pertanggung jawaban politik. Otonomi Daerah Misi utama UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah , dan UU No. 25 tahun 1999 tentang pertimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah adalah desentralisasi. Ada dua manfaat nyata yang diwujudkan oleh desentralisasi, yaitu peningkatan partisipasi dan perbaikan alokasi sumberdaya produktif.
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK MEMASUKI ERA DESENTRALISASI Kebijakan desentralisasi telah mengubah sifat hubungan antar pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, antara BUMN dengan Pemerintah Pusat; antar Pemerintah dengan masyarakat, dan berbagai entitas lain dalam pemerintahan. Perananan laporan keuangan telah berubah dari posisi administrasi semata menjadi posisi akuntabilitas di tahun 2000. Pergeseran peranan laporan keuangan ini telah membuka peluang bagi posisi akuntansi sektor publik dalam manajemen pemerintahan dan organisasi sektor publik lainnya. Jadi tujuan akuntansi sektor publik adalah untuk memastikan kualitas laporan keuangan dalam pertanggungjawaban publik. Sebagai perspektif baru, berbagai prasarana akuntansi sektor publik perlu dibangun, seperti: a. Standar Akuntansi Sektor Publik untuk Pemerintahan Pusat, Pemerintahan Daerah, dan organisasi sektor publik lainnya b. Account Code untuk Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, maupun organisasi sektor publik lainnya, dimana review terhadap transaksi yang berkaitan dapat dilakukan dalam rangka konsolidasi dan audit c. Jenis Buku Besar yang menjadi pusat pencatatan data primer atas semua transaksi keuangan pemerintah d. Manual sistem Akuntansi Pemerintahan dan Organisasi lainnya yang menjadi pedoman atas jenis-jenis transaksi dan perlakuan akuntansinya Dengan kelengkapan prasarana tersebut, para petugas dibidang akuntansi dapat melakukan pencatatan, peringkasan, dan pelaporan keuangan, baik secara manual maupun komputasi. Akibat tidak tersedianya prasaran diatas, muncul persepsi bahwa : a. Akuntansi adalah sesuatu yang sulit b. Akuntansi harus dikerjakan oleh SDM yang terdidik dalam jangka waktu panjang.
Desentralisasi adalah penyerahan kewenangan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mengurusi urusan rumah tangganya sendiri berdasarkan prakarsa dan aspirasi dari rakyatnya dalam kerangka negara kesatuan Republik Indonesia. Dengan adanya desentralisasi maka muncullan otonomi bagi suatu pemerintahan daerah. Desentralisasi sebenarnya adalah istilah dalam keorganisasian yang secara sederhana di definisikan sebagai penyerahan kewenangan. Dalam kaitannya dengan sistem pemerintahan Indonesia, desentralisasi akhir-akhir ini seringkali dikaitkan dengan sistem pemerintahan karena dengan adanya desentralisasi sekarang menyebabkan perubahan paradigma pemerintahan di Indonesia. Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa desentralisasi berhubungan dengan otonomi daerah. Sebab, otonomi daerah merupakan kewenangan suatu daerah untuk menyusun, mengatur, dan mengurus daerahnya sendiri tanpa ada campur tangan serta bantuan dari pemerintah pusat. Jadi dengan adanya desentralisasi, maka akan berdampak positif pada pembangunan daerah-daerah yang tertinggal dalam suatu negara. Agar daerah tersebut dapat mandiri dan secara otomatis dapat memajukan pembangunan nasional.
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK MEMASUKI ERA DESENTRALISASI Memasuki otonomi daerah yang pada hakekatnya adalah power sharing dan decentralization maka dapat dikatakan bahwa arus transaksi keuangan dan barang antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, antara BUMN dengan Pemerintah Pusat; antara Pemerintah dengan masyarakat, dan lain sebagainya yang meningkat dari segi kuantitas maupun kualitas. Bilamana transaksi-transaksi tersebut tidak segera diatur maka sudah pasti Laporan Keuangan sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban di bidang keuangan tidak layak dipercaya.Guna mengejar ketertinggalan tersebut maka berbagai langkah di bidang akuntasi layak untuk ditempuh yakni : a. Disusun Standar Akuntansi Keuangan untuk Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah; b. Disusun account code untuk Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah, dimana di dalam account code di review apakah ada rekening yang terdapat hubungan (link) sehingga pada saatnya dapat direkonsiliasi dan layak untuk diaudit; c. Disusun jenis Buku atau Ledger yang menjadi pusat pencatatan data primer atas semua transaksi keuangan Pemerintah; d. Disusun Buku Akuntansi Pemerintahan yang memberikan pedoman atas jenis-jenis transaksi dan cara akuntansinya. Dengan langkah terpadu tersebut maka para petugas akuntansi di sentra-sentra pembukuan dapat mengerjakan akuntansi baik secara manual maupun menggunakan komputer. Cara-cara yang sederhana sebaiknya ditempuh agar supaya tidak ada alasan bahwa : a. Akuntansi adalah sesuatu yang sulit; b. Akuntansi harus dikerjakan oleh SDM yang harus dididik dalam jangka waktu panjang. c. Akuntansi justru malah menyulitkan, pada hal akuntansi hakekatnya sistem informasi
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK MEMASUKI ERA DESENTRALISASI Perkembangan akuntansi sektor publik semakin pesat seiring adanya kebijakan desentralisasi. Kebijakan ini telah mengubah sifat hubungan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, antara BUMN dengan pemerintah pusat, antara pemerintah dengan masyarakat, dan berbagai entitas lain dalam pemerintahan. Desentralisasi tidak hanya berarti pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah yang lebih rendah tetapi juga pelimpahan beberapa wewenang pemerintahan ke pihak swasta melalui privatisasi (Mardiasmo, 2009). Secara teoritis, desentralisasi diharapkan akan menghasilkan dua manfaat nyata, yaitu; pertama, mendorong peningkatan partisipasi, prakarsa dan kreatifitas masyarakat dalam pembangunan, setra mendorong pemerataan hasil pembangunan. Kedua, memperbaiki alokasi sumberdaya produktif melalui pergeseran peran pengambilan keputusan publikke tingkat pemerintah yang paling rendah yang memiliki informasi yang paling lengkap (Shah, 1997) dalam Mardiasmo, 2009. Peranan pelaporan keuangan telah berubah dari posisi administrasi semata menjadi posisi akuntabilitas di tahun 2000. Pergeseran pelaporan keuangan ini telah memberikan peluang bagi posisi akuntansi sektor publik dalam manajemen pemerintahan dan organisasi sektor publik lainnya. Jadi tujuan akuntansi sektor publik adalah untuk memastikan kualitas laporan keuangan dalam pertanggungjawaban publik. Sebagai perspektif baru, berbagai prasarana akuntansi sektor publik perlu dibangun seperti: a. Standart akuntansi sektor publik untuk Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan organisasi sektor publik lainnya b. Account code, untuk Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, maupun organisasi sektor publik lainnya, dimana review terhadap transaksi yang berkaitan dapat dilakukan dalam rangka konsolidasi dan audit c. Jenis buku besar dan ledger yang menjadi pusat pencatan data primer atau semua transaksi keuangan pemerintah d. Manual Sisten Akuntansi Pemerintah dan Organisasi lainnya yang menjadi pedoman atas jenis-jenis transaksi dan perlakuan akuntansi lainnya Dengan kelengkapan prasarana tersebut, para petugas dibidang akuntansi dapat melakukan pencatatan, peringkasan, dan pelaporan keuangan baik secara manual maupun komputasi. Akibat tidak tersedianya prasarana diatas, muncul persepsi bahwa: a. Akuntansi adalah sesuatu yang sulit b. Akuntansi harus dikerjakan oleh SDM yang tedidik dalam jangka waktu panjang.