Vous êtes sur la page 1sur 3

Activity 5 hormon replacement therapy-

1. Efek yang ditimbulkan dari injeksi hormon estrogen terhadap kepadatan tulang
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diketahui jika tikus percobaan
yang diinjeksi hormon estrogen menunjukkan hasil akhir pengukuran T-score
sebesar -2.12 dan berdasarkan keterangan yang diberikan untuk kriteria hasil T-
score -2.12 , didapatkan kesimpulan bahwa tikus percobaan mengalami osteopenia
dimana seharusnya dengan adanya hormon estrogen maka kepadatan tulang akan
terjaga karena estrogen dapat mencegah terjadinya resorbsi tulang seperti
penjelasan berikut ini.
Estrogen merupakan hormon yang mengandung lipid sehingga dapat
termasuk dalam golongan hormon steroid. Hormon estrogen disebut pula sebagai
salah satu hormon seksual wanita oleh karena hormon ini lebih banyak dihasilkan
dalam ovarium. Selain dapat dihasilkan di ovarium, hormon ini dapat pula disintesis
diluar ovarium, seperti misalnya di jaringan adipose sehingga pada seorang yang
gemuk, maka kandungan estrogen dalam tubuhnya juga meningkat. Secara normal
Fungsi utama dari estrogen adalah untuk menimbulkan proliferasi sel dan
pertumbuhan jaringan organ-organ kelamin dan jaringan lain yang berikatan dengan
fungsi produksi. Efek hormon estrogen pada tulang dapat menyebabkan
meningkatnya aktivitas osteoblastik. Oleh karena itu, pada pubertas, ketika wanita
masuk masa reproduksi, laju pertumbuhannya menjadi cepat selama beberapa
tahun. Akan tetapi estrogen juga mempunyai efek poten lainnya terhadap
pertumbuhan tulang rangka yaitu, estrogen menyebabkan terjadinya penggabungan
awal dari epfisis dengan batang dari tulang panjang. Sebagai akibatnya,
pertumbuhan wanita biasanya terhenti beberapa tahun lebih cepat dari
pertumbuhan pria. Sesudah menopause hampir tidak ada estrogen yang
disekresikan oleh ovarium. Hal ini menyebabkan berkurangnya aktifitas
osteoblastik, berkurangnya matriks tulang dan juga berkurangnya deposit kalsium
dan fosfat pada tulang. Pada beberapa wanita efek ini sangat hebat, sehingga
menyebabkan osteoporosis yang sangat berrisiko untuk terjadinya fraktur. Saat ini
banyak wanita pasca menopause mendapat perawatan profilaksis dengan estrogen
pengganti.
Estrogen berperan penting di dalam penghambatan proses resorbsi tulang
karena estrogen dapat menurunkan kadar hormon paratiroid (PTH) dalam darah,
meningkatkan produksi kalsitonin dan meningkatkan produksi 1,25
Dehidroxycholecalcalferol (1,25-DHCC) dalam ginjal.
Osteoporosis akibat kekurangan estrogen dapat mempengaruhi interaksi
lokal dan sistemik. Pengaruh lokal antara lain manghambat produksi sitokin oleh
osteoblas yang meningkatkan proses penyerapan tulang dan pergantian tulang,
menghambat produksi prostaglandin yang merupakan regulator multifungsional
yang penting metabolisme tulang, menurunkan produksi insulin like growth factor
dan transforming growth factor B. Kedua zat ini bekerja menghambat kerja sel
tulang osteoklas, menurunkan produksi faktor pemicu koloni makrofag yang
meningkatkan penyerapan tulang.
Pengaruh sistemik antara lain produksi kalsitonin secara tidak langsung
dipengaruhi oleh hormon estrogen, kadar kalsitonin yang rendah akan
meningkatkan penyerapan tulang, peningkatan hormon paratiroid (PTH) yang
meningkatkan penyerapan kalsium tulang. Wanita atau hewan betina memiliki
hormon estrogen yang dihasilkan setiap mengalami siklus menstruasi, dimana
hormon ini merupakan suatu hormon yang berfungsi sebagai pelindung tulang.
Wanita mulai umur 35 tahun, pengambilan massa tulang menjadi lebih sering,
sedangkan penyimpanan massa tulang tetap saja.
Pada betina pasca panhisterektomi terjadi penurunan fungsi dari ovarium,
pembentukan estrogen oleh ovarium juga menurun, kadar estrogen yang turun akan
mengakibatkan gangguan keseimbangan antara sel penghancur tulang (osteoklas)
dan sel pembentuk tulang (osteoblas). Hal ini akan menyebabkan terjadinnya
kehilangan massa tulang yang menyebabkan peningkatan penyerapan tulang yang
pada akhirnya dapat menyebabkan osteoporosis.
Estrogen meningkatkan absorbsi kalsium secara tidak langsung
meningkatkan produksi 1.25 DHCC dalam ginjal, juga memelihara pergantian
1,25DHCC pada usus normal. Diperkirakan selama hidupnya wanita akan
kehilangan massa tulang 30%-50%, sedangkan pria hanya 20%-30%. Tapi tidak
berarti semua wanita menopause akan mengalami osteoporosis.
( sumber:
anonim.2008.Peran Hormon Estrogen dan Kalsium dalam Proses
Metabolisme.Purwekerto: Univ.Jend. Soedirman
Rasyid, Roslaili.2008.Pengaruh Estrogen Terhadap Aktivitas Sel Makrofag Dalam
Menfagosit Candida albicans Secara In Vitro.Majalah Kedokteran Andalas, vol.1, no.32,
p.79-86)

2. Efek yang ditimbulkan dari injeksi kalsitonin terhadap kepadatan tulang

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diketahui jika tikus percobaan
yang diinjeksi hormon kalsitonin menunjukkan hasil akhir pengukuran T-score
sebesar -2.75 dan berdasarkan keterangan yang diberikan untuk kriteria hasil T-
score -2.75 , didapatkan kesimpulan bahwa tikus percobaan mengalami
osteoporosis dimana pengaruh pemberian kalsitonin ini seharusnya akan
berdampak baik terhadap penurunan pembetukan osteoklas sehingga kalsitonin
yang diberikan akan menjaga kepadatan tulang, seperti penjelasan berikut ini.
Kalsitonin adalah hormon peptida yang disekresikan oleh kelenjar tiroid yang
kerjanya berlawana dengan PTH, yaitu menurunkan konsentrasi kalsium plasma.
Adapun kerja kalsitonin di dalam tubuh adalah sebagai berikut kalsitonin
mamberikan efek pengurangan kerja absorpsi osteoklas dan mungkin efek osteolitik
dari membran osteositik di seluruh tulang, sehingga dapat menggeser
keseimbangan penimbunan kalsium sesuai dengan cepatnya pertukaran garam-
garam kalsium. Dan kalsitonin memberikan efek penurunan pembentukan osteoklas
yang baru.
Hormon paratiroid mengontrol tingkat kalsium dalam darah. Jika tingkat ini
turun di bawah poin tertentu, hormon ini dilepas dalam aliran darah dan
meningkatkan kalsium darah dengan beberapa cara. Karena kalsium penting bagi
kesehatan otak dan sel maka tulang mungkin berkorban untuk memastikan kalsium
yang memadai tetap ada dalam darah. Vitamin D, seperti halnya hormon paratiroid,
bertanggung jawab untuk mempertahankan tingkat kalsium tertentu dalam darah.
Hormon kalsitonin juga digunakan untuk melindungi tulang dari efekpenyerapan
yang disebabkan oleh hormon paratiroid.
Turunnya hormon estrogen mengakibatkan penyerapan kalsium di
duodenum menurun dan meningkatkan ekskresi kalsium di ginjal, hal ini
mengakibatkan turunnya kadar kalsium dalam darah. Rendahnya kadar kalsium
dalam darah akan direspon tubuh dengan menghasilkan hormon paratiroid. PTH
menstimulasi ginjal untuk melakukan reabsorbsi kalsium dan juga menghasilkan
vitamin D spesifik berupa protein 1,25 dehidroksikalsiferol di jejunum untuk
meningkatkan absorbsi kalsium secara transport aktif.
Hormon kalsitonin merangsang pembentukan osteoblas di tulang. Osteoblas
menghasilkan osteonektin untuk mengikat kalsium dalam darah dalam bentuk
bentuk hidroksiapatid. Kemudian menghasilkan osteokalsin untuk proses
mineralisasi dalam tulang.
(sumber:
Anggaway. 2011. Pengaruh Aktivitas Fisik dan Latihan Terhadap
Penyerapan Kalsium.
Zobda, Paura Rangga.2012.Pengaruh Tepun Tulang Ikan Tuna Madidhing
(Thunnus albacares) Terhadap Kadar Kalsium dan Fosfor dalam Darah Tikus
Putih (Rattus norvegicus) Terhadap Kadar Kalsium dan Fosfor dalam Darah
Model Ovariektomi.Malang: Univ.Brawijaya

Vous aimerez peut-être aussi