Vous êtes sur la page 1sur 48

Pengertian fasies

Fasies adalah suatu kenampakan lapisan atau kumpulan dari suatu lapisan batuan
yang memperlihatkan karakteristik, geometri, dan sedimentologi tertentu yang berbeda
dengan sekitarnya (Boggs, 1987). Perbedaan karakteristik yang menjadi dasar bagi
pengamatan fasies bisa ditinjau dari beberapa hal seperti karakter fisik dan litologi atau
litofasies, kandungan biogenik atau biofasies, atau berdasarkan pada metode tertentu yang
dipakai sebagai cara pengamatan fasies contohnya fasies seismik atau fasies log.
Menurut Walker, dkk (1992), fasies merupakan kenampakan suatu tubuh batuan
yang dikarakteristikkan oleh kombinasi dari litologi, struktur fisik, dan biologi
yang merupakan aspek pembeda dari tubuh batuan di atas, di bawah ataupun di
sampingnya. Suatu fasies akan mencerminkan suatu mekanisme pengendapan tertentu atau
berbagai mekanisma yang bekerja serentak pada saat yang bersamaan. Fasies ini dapat
dikombinasikan menjadi asosiasi fasies yang merupakan suatu kombinasi dari dua atau lebih
fasies yang membentuk tubuh batuan dalam berbagai skala dan kombinasi yang secara
genetik saling berhubungan pada suatu lingkungan pengendapan. Asosiasi fasies
mencerminkan lingkungan pengendapan atau proses suatu fasies itu terbentuk.
Sedangkan yang dimaksud dengan suksesi fasies (fasies succession) adalah suatu
bagian vertikal dari fasies dicirikan oleh perubahan yang meningkat pada satu atau
beberapa parameter seperti ukuran butir maupun struktur sedimen. Dikenal
juga architectural elements yang merupakan suatu morfologi dari sistem pengendapan
tertentu yang dikarakteristikkan oleh pengelompokan fasies, geometri fasies, dan proses
pengendapan.
Fasies pengendapan adalah tubuh batuan yang terdiri atas kumpulan-kumpulan
partikel penyusunnya seperti litologi, struktur fisik dan biologi yang menyebabkan batuan
itu berbeda dengan yang di atas dan di bawah batuan yang berhubungan secara lateral di
dekatnya. Selain itu, fasies pengendapan dapat didefinisikan sebagai suatu massa batuan
yang dapat dibedakan dengan massa batuan lainnya berdasarkan geometri, litologi, struktur
sedimen, pola arus purba dan kandungan fosilnya. Kegunaan dari model fasies ini adalah :
1. Sebagai dasar untuk melakukan perbandingan
2. Sebagai kerangka untuk melakukan penelitian selanjutnya
3. Sebagai alat prediksi untuk kondisi geologi yang lain
4. Sebagai dasar interpretasi sistem dan proses sedimentasi

http://aryadhani.blogspot.com/2012/07/pengertian-fasies.html


Pengertian Fasies
Fasies merupakan suatu tubuh batuan yang memiliki kombinasi karakteristik yang
khas dilihat dari litologi, struktur sedimen dan struktur biologi memperlihatkan aspek fasies
yang berbeda dari tubuh batuan yang yang ada di bawah, atas dan di sekelilingnya.
Fasies umumnya dikelompokkan ke dalam facies associationdimana fasies-fasies
tersebut berhubungan secara genetis sehingga asosiasi fasies ini memiliki arti lingkungan.
Dalam skala lebih luas asosiasi fasies bisa disebut atau dipandang sebagai basic architectural
element dari suatu lingkungan pengendapan yang khas sehingga akan memberikan makna
bentuk tiga dimensi tubuhnya (Walker dan James, 1992).
Menurut Slley (1985), fasies sedimen adalah suatu satuan batuan yang dapat
dikenali dan dibedakan dengan satuan batuan yang lain atas dasar geometri, litologi,
struktur sedimen, fosil, dan pola arus purbanya. Fasies sedimen merupakan produk dari
proses pengendapan batuan sedimen di dalam suatu jenis lingkungan pengendapannya.
Diagnosa lingkungan pengendapan tersebut dapat dilakukan berdasarkan analisa faises
sedimen, yang merangkum hasil interpretasi dari berbagai data, diantaranya :
1. Geometri :
a) regional dan lokal dari seismik (misal : progradasi, regresi, reef dan chanel)
b) intra-reservoir dari wireline log (ketebalan dan distribusi reservoir)
2. Litologi : dari cutting, dan core (glaukonit, carboneous detritus) dikombinasi dengan log
sumur (GR dan SP)
3. Paleontologi : dari fosil yang diamati dari cutting, core, atau side wall core
4. Struktur sedimen : dari core
Model Fasies (Facies Model)
Model fasies adalah miniatur umum dari sedimen yang spesifik. Model fasies adalah
suatu model umum dari suatu sistem pengendapan yang khusus ( Walker , 1992).
Model fasies dapat diiterpretasikan sebagai urutan ideal dari fasies dengan diagram
blok atau grafik dan kesamaan. Ringkasan model ini menunjukkan sebagaio ukuran yang
bertujuan untuk membandingkan framework dan sebagai penunjuk observasi masa depan.
model fasies memberikan prediksi dari situasi geologi yang baru dan bentuk dasar dari
interpretasi lingkungan. pada kondisi akhir hidrodinamik. Model fasies merupakan suatu
cara untuk menyederhanakan, menyajikan, mengelompokkan, dan menginterpretasikan
data yang diperoleh secara acak.
Ada bermacam-macam tipe fasies model, diantaranya adalah :
a) Model Geometrik berupa peta topografi, cross section, diagram blok tiga dimensi, dan
bentuk lain ilustrasi grafik dasar pengendapan framework
b) Model Geometrik empat dimensi adalah perubahan portray dalam erosi dan deposisi
oleh waktu .
c) Model statistik digunakan oleh pekerja teknik, seperti regresi linear multiple, analisis
trend permukaaan dan analisis faktor. Statistika model berfungsi untuk mengetahui
beberapa parameter lingkungan pengendapan atau memprediksi respon dari suatu
elemen dengan elemen lain dalam sebuah proses-respon model.
Facies Sequence
Suatu unit yang secara relatif conform dan sekuen tersusun oleh fasies yang secara
geneik berhubungan. Fasies ini disebut parasequence. Suatu sekuen ditentikan oleh sifat
fisik lapisan itu sendiri bukan oleh waktu dan bukan oleh eustacy serta bukan ketebalan atau
lamanya pengendapan dan tidak dari interpretasi global atau asalnya regional (sea level
change). Sekuen analog dengan lithostratigrafy, hanya ada perbedaan sudut pandang.
Sekuen berdasarkan genetically unit.
Ciri-ciri sequence boundary :
1. membatasi lapisan dari atas dan bawahnya.
2. terbentuk secara relatif sangat cepat (<10.000 tahun).
3. mempunyai suatu nilai dalam chronostratigrafi.
4. selaras yang berurutan dalam chronostratigrafi.
5. batas sekuen dapat ditentukan dengan ciri coarsening up ward.
Asosiasi Fasies
Mutti dan Ricci Luchi (1972), mengatakan bahwa fasies adalah suatu lapisan atau
kumpulan lapisan yang memperlihatkan karakteristik litologi, geometri dan sedimentologi
tertentu yang berbeda dengan batuan di sekitarnya. Suatu mekanisme yang bekerja
serentak pada saat yang sama. Asosiasi fasies didefinisikan sebagai suatu kombinasi dua
atau lebih fasies yang membentuk suatu tubuh batuan dalam berbagai skala dan kombinasi.
Asosiasi fasies ini mencerminkan lingkungan pengendapan atau proses dimana fasies-fasies
itu terbentuk.
Sekelompok asosiasi fasies endapan fasies digunakan untuk mendefinisikan
lingkungan sedimen tertentu. Sebagai contoh, semua fasies ditemukan di sebuah fluviatile
lingkungan dapat dikelompokkan bersama-sama untuk menentukan fasies fluvial asosiasi.
Pembentukan dibagi menjadi empat fasies asosiasi (FAS), yaitu dari bawah ke atas.
Litologi sedimen ini menggambarkan lingkungan yang didominasi oleh braided stream
berenergi tinggi.
a. Asosiasi fasies 1
Asosiasi fasies terendah di unit didominasi oleh palung lintas-stratifikasi,
tinggi energi braided stream yang membentuk dataran outwash sebuah sistem
aluvial. Trace fosil yang hampir tidak ada, karena energi yang tinggi berarti
depositional menggali organisme tidak dapat bertahan.
b. Asosiasi fasies 2
Fasies ini mencerminkan lingkungan yang lebih tenang, unit ini kadang-
kadang terganggu oleh lensa dari FA1 sedimen. Bed berada di seluruh tipis, planar
dan disortir dengan baik. Bed sekitar 5 cm (2 in) bentuk tebal 2 meter (7 ft) unit
"bedded sandsheets"- lapisan batu pasit yang membentuk lithology dominan fasies
ini.
Sudut rendah (<20 ), lintas-bentuk batu pasir berlapis unit hingga 50 cm
(19,7 inci) tebal, kadang-kadang mencapai ketebalan sebanyak 2 meter (7 kaki). Arah
arus di sini adalah ke arah selatan timur - hingga lereng - dan memperkuat
interpretasi mereka sebagai Aeolian bukit pasir. Sebuah suite lebih lanjut lapisan
padat berisi fosil jejak perkumpulan; lapisan lain beruang riak saat ini tanda, yang
mungkin terbentuk di sungai yang dangkal, dengan membanjiri cekungan hosting
mungkin pencipta jejak fosil. Cyclicity tidak hadir, menunjukkan bahwa, alih-alih
acara musiman, kadang-kadang innundation didasarkan pada peristiwa-peristiwa tak
terduga seperti badai, air yang berbeda-beda tabel, dan mengubah aliran kursus.
c. Asosiasi fasies 3
Fasies ini sangat mirip FA1, dengan peningkatan pasokan bahan clastic terwakili
dalam rekor sedimen tdk halus, diurutkan buruk, atas-fining (yaitu padi-padian terbesar
di bagian bawah unit, menjadi semakin halus ke arah atas), berkerikil palung lintas-unit
tempat tidur hingga empat meter tebal. Jejak fosil langka. Sheet-seperti sungai dikepang
disimpulkan sebagai kontrol dominan pada sedimentasi di fasies ini.
d. Asosiasi fasies 4
Asosiasi fasies paling atas muncul untuk mencerminkan sebuah lingkungan di
pinggiran laut. Fining-up yang diamati pada 0,5 meter (2 kaki) hingga 2 meter (7 kaki)
skala, dengan salib melalui seperai pada unit dasar arus overlain oleh riak. Baik shales
batu pasir dan hijau juga ada. Unit atas sangat bioturbated, dengan kelimpahan
Skolithos - sebuah fosil biasanya ditemukan di lingkungan laut.
Hubungan Antara Fasies, Proses Sedimentasi dan Lingkungan Pengendapan
Lingkungan pada semua tempat di darat atau di bawah laut dipengaruhi oleh proses
fisika dan kimia yang berlaku dan organisme yang hidup di bawah kondisi itu pada waktu itu.
Oleh karena itu suatu lingkungan pengendapan dapat mencirikan proses-proses ini. Sebagai
contoh, lingkungan fluvial (sungai) termasuk saluran (channel) yang membawa dan
mengendapkan material pasiran atau kerikilan di atas bar di dalam channel.
Ketika sungai banjir, air menyebarkan sedimen yang relatif halus melewati daerah
limpah banjir (floodplain) dimana sedimen ini diendapkan dalam bentuk lapis-lapis tipis.
Terbentuklah tanah dan vegetasi tumbuh di daerah floodplain. Dalam satu rangkaian batuan
sedimen channel dapat diwakili oleh lensa batupasir atau konglomerat yang menunjukkan
struktur internal yang terbentuk oleh pengendapan pada bar channel. Setting floodplain
akan diwakili oleh lapisan tipis batulumpur dan batupasir dengan akar-akar dan bukti-bukti
lain berupa pembentukan tanah.
Dalam deskripsi batuan sedimen ke dalam lingkungan pengendapan, istilah fasies
sering digunakan. Satu fasies batuan adalah tubuh batuan yang berciri khusus yang
mencerminkan kondisi terbentuknya (Reading & Levell 1996). Mendeskripsi fasies suatu
sedimen melibatkan dokumentasi semua karakteristik litologi, tekstur, struktur sedimen dan
kandungan fosil yang dapat membantu dalam menentukan proses pembentukan. Jika cukup
tersedia informasi fasies, suatu interpretasi lingkungan pengendapan dapat dibuat. Lensa
batupasir mungkin menunjukkan channel sungai jika endapan floodplain ditemukan
berasosiasi dengannya. Namun bagaimanapun, channel yang terisi dengan pasir terdapat
juga di dalam setting lain, termasuk delta, lingkungan tidal dan lantai laut dalam.
Pengenalan channel yang terbentuk bukanlah dasar yang cukup untuk menentukan
lingkungan pengendapan.
Fasies pengendapan batuan sedimen dapat digunakan untuk menentukan kondisi
lingkungan ketika sedimen terakumulasi.
Lingkungan sedimen telah digambarkan dalam beberapa variasi yaitu :
1. Tempat pengendapan dan kondisi fisika, kimia, dan biologi yang menunjukkan sifat khas
dari setting pengendapan [Gould, 1972].
2. Kompleks dari kondisi fisika, kimia, dan biologi yang tertimbun [Krumbein dan Sloss, 1963].
3. Bagian dari permukaan bumi dimana menerangkan kondisi fisika, kimia, dan biologi dari
daerah yang berdekatan [Selley, 1978].
4. Unit spasial pada kondisi fisika, kimia, dan biologi scara eksternal dan mempengaruhi
pertumbuhan sedimen secara konstan untuk membentuk pengendapan yang khas [Shepard
dan Moore, 1955].
Tiap lingkungan sedimen memiliki karakteristik akibat parameter fisika, kimia, dan
biologi dalam fungsinya untuk menghasilkan suatu badan karakteristik sedimen oleh tekstur
khusus, struktur, dan sifat komposisi. Hal tersebut biasa disebut sebagai fasies. Istilah fasies
sendiri akan mengarah kepada perbedaan unit stratigrafi akibat pengaruh litologi, struktur,
dan karakteristik organik yang terdeteksi di lapangan. Fasies sedimen merupakan suatu unit
batuan yang memperlihatkan suatu pengendapan pada lingkungan.

http://biarkanakumenulis.blogspot.com/2010/12/fasies.html

Tentang Facies
APA ITU FASIES (FACIES) ?

Fasies merupakan suatu tubuh batuan yang memiliki kombinasi karakteristik dan ciri
terkait dengan aspek fisika, biologi, atau kimia yang dilihat dari litologi, struktur
sedimen dan struktur biologi yang memperlihatkan aspek fasies yang berbeda dari tubuh
batuan yang ada di bawah, atas dan di sekelilingnya dalam suatu kesamaan waktu.
Bidang kesamaan waktu dicerminkan oleh bidang perlapisan ditunjukkan oleh
perbedaan ukuran butir, perbedaan komposisi mineral, perbedaan tekstur dan struktur.

Menurut Slley (1985), Facies sedimen adalah suatu satuan batuan yang dapat dikenali
dan dibedakan dengan satuan batuan yang lain atas dasar geometri, litologi, struktur
sedimen, fosil, dan pola arus purbanya.

Menurut Moore 1949, Facies adalah bagian dari unit stratigrafi yang memperlihatkan
perbedaan yang signifikan dengan bagian-bagian lainnya. Facies meliputi satu endapan
atau lebih, yang sebagian atau seluruhnya berumur sama dan terbentuk berdekatan atau
bersebelahan.


ASOSIASI FASIES ( FACIES ASSOCIATION )

Fasies umumnya dikelompokkan ke dalam Facies Association ( Asosiasi Fasies ) dimana
fasies-fasies tersebut berhubungan secara genetis sehingga asosiasi fasies ini memiliki
arti lingkungan.
Asosiasi fasies didefinisikan sebagai suatu kombinasi dua atau lebih fasies yang
membentuk suatu tubuh batuan dalam berbagai skala dan kombinasi. Asosiasi fasies ini
mencerminkan lingkungan pengendapan atau proses dimana fasies-fasies itu terbentuk.
Definisi lain yaitu, sekelompok fasies sedimen yang digunakan untuk mendefinisikan
lingkungan sedimen tertentu. Ketika berusaha menentukan asosiasi fasies, sangat
berguna jika mengingat proses pembentukannya masing-masing.


HUBUNGAN ANTAR FASIES ( FACIES RELATIONSHIP )

Pengertian hubungan antar fasies dapat didefinisikan sebagai hubungan antara satu
facies dengan facies yang lainnya baik secara lateral maupun vertikal. Secara lateral
tentu berhubungan dengan paleogeografi / paleoenvironment. Misalnya facies dari
paparan ke facies di lereng cekungan; secara vertikal berhubungan dengan urutan
evolusi geologi, misalnya facies paparan berubah ke atasnya menjadi facies lereng
(berarti ada pendalaman atau transgersi dari bawah ke atas).

Beda fasies menunjukkan kondisi dan lingkungan pengendapan yang berbeda pula.
Hubungan antar facies dikemukakan oleh Johannes Walther (1894) dalam Hukum
Korelasi Fasies (Law of Facies Correlation). Hukum tersebut mengimplikasikan bahwa
perubahan vertikal-gradasional dari satu fasies ke fasies yang lain mengindikasikan
bahwa lingkungan pengendapan kedua fasies itu terletak berdampingan. De Raaf dkk
(1965) dan Reading (1978) juga menekankan arti penting batas gradasional pada
penampang vertikal. Jika batas antar fasies bersifat tajam atau erosional, maka tidak ada
jaminan bahwa lingkungan pengendapan kedua fasies tersebut saling berdampingan.
Kontak tajam antar fasies, khususnya jika dicirikan oleh horizon tipis yang kaya akan
struktur bioturbasi, biasanya mengindikasikan tidak terjadinya pengendapan, adanya
perbedaan besar dari jenis lingkungan pengendapan, dan menandai dimulainya satu
siklus sedimentasi yang baru.

Hubungan suatu fasies dapat digagaskan dalam pembagian grup fasies yang terjadi
secara bersama sama yang selanjutnya akan berkaitan dengan lingkungan. Sebagai
contohnya, jika pada perlapisan silang siur batupasir asosiasi terdekatnya adalah dengan
terkandungnya tanah, batubara, atau serpih lanauan yang mengandung akar, daun, dan
batang, kita bisa membuat interpretasi pengendapannya pada sistem sungai. Dalam
mempelajari hubungan fasies dan urutannya, kita harus benar benar memperhatikan
keadaan alami dari kontak hubungan antara fasies dan derajat urutan baik acak maupun
tidak.


KUMPULAN FASIES ( FACIES ASSEMBLAGE )

Kumpulan Fasies dapat disebut atribut suatu facies atau kelengkapan suatu facies, fasies
dengan fosil dan struktur sedimen harus seragam. Facies Assemblage dapat diartikan
sebagai succesion vertikal fasies, yang menghalus atau mengasarkan ke atas, dan dapat
berulang beberapa kali dalam siklus sebagai akibat dari migrasi dari fasies melalui waktu
dan ruang. Kumpulan facies ini dapat menjadi keseluruhan ciri dalam penentuan suatu
facies. Misalnya facies inner shelf batuannya harus graded bed konglomerat, hummocky
cross-srtatification batupasir, horizontal laminated shale. Jika dalam suatu formasi atau
cekungan terdapat beberapa facies batuan, maka itu bisa dikatakan dengan Kumpulan
Fasies.


RUNTUTAN FASIES ( FACIES SEQUENCE )

Runtutan Fasies adalah hubungan fasies-fasies secara lateral dengan kejadian fasies
dalam suatu urutan tertentu. Facies sequence terjadi ketika ada pengulangan rangkaian
proses sebagai respon atau tanggapan dari perubahan reguler suatu kondisi. Misalnya
suatu ciri urutan sedimen yang regresif akan dicirikan oleh facies sequence yang
mengkasar ke atas; dimulai dari facies slope, lalu di atasnya facies barrier sands, lalu di
atasnya lagi facies outer sublittoral, lalu di atasnya facies inner sublittoral, dan yang
paling atas facies pantai. Sedangkan urutan sedimen yang transgresif akan dicirikan oleh
facies sequence yang menghalus ke atas, yang dimulai dari facies pantai, kemudian inner
sublittoral, lalu outer sublittoral, dan diatasnya ada facies barrier sands, dan paling atas
adalah facies slope.


MODEL FASIES ( FACIES MODEL )

Model fasies dapat diinterpretasikan sebagai urutan-urutan yang ideal dari komponen-
komponen facies (terutama litologi dan struktur sedimen) yang menunjukkan keaslian
lingkungannya dengan diagram blok atau grafik dan kesamaan. Ringkasan model ini
menunjukkan sebagai ukuran yang bertujuan untuk membandingkan framework dan
sebagai penunjuk observasi masa depan. Model fasies memberikan prediksi dari situasi
geologi yang baru dan bentuk dasar dari interpretasi lingkungan. pada kondisi akhir
hidrodinamik. Model fasies merupakan suatu cara untuk menyederhanakan,
menyajikan, mengelompokkan, dan menginterpretasikan data yang diperoleh secara
acak.

Fungsi atau kegunaan utama Model Fasies diantaranya :
bertindak sebagai sebuah norma, untuk tujuan perbandingan
bertindak sebagai kerangka dan panduan untuk observasi masa depan
bertindak sebagai prediksi dalam situasi geologi yang baru
bertindak sebagai dasar untuk interpretasi terpadu untuk sistem yang
diwakilinya.

Ada bermacam-macam tipe Facies Model, diantaranya adalah :
Model Geometrik berupa peta topografi, cross section, diagram blok tiga dimensi,
dan bentuk lain ilustrasi grafik dasar pengendapan framework;
Model Geometrik empat dimensi adalah perubahan portray dalam erosi dan
deposisi oleh waktu;
Model statistik digunakan oleh pekerja teknik, seperti regresi linear multiple,
analisis trend permukaaan dan analisis faktor. Statistika model berfungsi untuk
mengetahui beberapa parameter lingkungan pengendapan atau memprediksi respon
dari suatu elemen dengan elemen lain dalam sebuah proses-respon model.

HUBUNGAN FASIES, PROSES SEDIMENTASI, DAN LINGKUNGAN PENGENDAPAN

Fasies merupakan suatu satuan batuan yang dapat dikenali dan dibedakan dengan
satuan batuan yang lain atas dasar geometri, litologi, struktur sedimen, fosil, dan pola
arus purbanya. Dan fasies merupakan produk dari lingkungan pengendapan dan proses
sedimentasi. Dengan mengetahui fasies maka kita akan mengetahui tentang proses
sedimentasinya atau mengetahui tentang lingkungan pengendapannya.

Definisi tersebut memang berbeda, tetapi pada umumnya memberikan tekanan pada
kondisi fisika, kimia, dan biologi. Pada konteks ini, lingkungan pengendapan mengarah
pada unit geomorfik dimana terjadi pengendapan. Lingkungan ini dibentuk dari
parameter khusus fisika, kimia, dan biologi yang sesuai terhadap unit geomorfik dari
geometri dan ukuran partikular. Proses ini akan mengoperasikan tingkat dan intensitas
yang menghasilkan tekstur khas, struktur, dan sifat lainnya, sehingga pengendapan yang
khusus akhirnya terbentuk. Sebagai contohnya, pantai akan mempertimbangkan unit
geomorfik dari ukuran dan bentuk tertentu, proses fisika tertentu (gelombang dan
aktivitas arus), proses kimia (solusi dan presipitasi), dan proses biologi (penggalian,
sedimen ingestion, dan aktivitas serupa) yang terjadi untuk menghasilkan badan pasir
pantai yang khas oleh partikular geometri, tekstur dan struktur sedimen,dan
mineralogi.

Tiap lingkungan sedimen memiliki karakteristik akibat parameter fisika, kimia, dan
biologi dalam fungsinya untuk menghasilkan suatu badan karakteristik sedimen oleh
tekstur khusus, struktur, dan sifat komposisi. Hal tersebut biasa disebut sebagai fasies.
Istilah fasies sendiri akan mengarah kepada perbedaan unit stratigrafi akibat pengaruh
litologi, struktur, dan karakteristik organik yang terdeteksi di lapangan. Fasies sedimen
merupakan suatu unit batuan yang memperlihatkan suatu pengendapan pada
lingkungan.

Lingkungan pengendapan adalah tempat mengendapnya material sedimen beserta
kondisi fisik, kimia, dan biologi yang mencirikan terjadinya mekanisme pengendapan
tertentu (Gould, 1972). Interpretasi lingkungan pengendapan dapat ditentukan dari
struktur sedimen yang terbentuk. Struktur sedimen tersebut digunakan secara meluas
dalam memecahkan beberapa macam masalah geologi, karena struktur ini terbentuk
pada tempat dan waktu pengendapan, sehingga struktur ini merupakan kriteria yang
sangat berguna untuk interpretasi lingkungan pengendapan.

Fasies yang jelas, dapat diinterpretasikan sebagai proses-proses yang mengawali
pembentukan sedimennya. Banyak dari proses-proses ini tidaklah unik pada lingkungan
tertentu tapi satu cara dalam melihat lingkungan pengendapan adalah dengan
memikirkan kombinasi proses-proses yang terjadi di dalam lingkungan pengendapan.
Kombinasi litofasies, biofasies dan ichnofasies yang berbeda menyediakan informasi
yang diperlukan untuk menyimpulkan lingkungan pengendapan dari strata sedimen.
Pengamatan pengendapan di dalam channel (a channel-fill facies) dengan mengamati
endapan yang menunjukkan bukti pengendapan oleh lembaran-lembaran air (sheets of
water) yang mengering (an overbank facies) akan memperkenankan interpretasi batuan
sebagai endapan lingkungan channel sungai dan floodplain (fluvial).

http://gneissbrain.blogspot.com/2010/12/tentang-facies.html

Facies Sequence

Suatu unit yang secara relatif conform dan sekuen tersusun oleh fasies yang
secara geneik berhubungan. Fasies ini disebut parasequence. Suatu sekuen
ditentikan oleh sifat fisik lapisan itu sendiri bukan oleh waktu dan bukan oleh
eustacy serta bukan ketebalan atau lamanya pengendapan dan tidak dari
interpretasi global atau asalnya regional (sea level change). Sekuen analog
dengan lithostratigrafy, hanya ada perbedaan sudut pandang. Sekuen
berdasarkan genetically unit.
Ciri-ciri sequence boundary :
1. membatasi lapisan dari atas dan bawahnya.
2. terbentuk secara relatif sangat cepat (<10.000 tahun).
3. mempunyai suatu nilai dalam chronostratigrafi.
4. selaras yang berurutan dalam chronostratigrafi.
5. batas sekuen dapat ditentukan dengan ciri coarsening up ward.
Asosiasi Fasies
Mutti dan Ricci Luchi (1972), mengatakan bahwa fasies adalah suatu lapisan
atau kumpulan lapisan yang memperlihatkan karakteristik litologi, geometri dan
sedimentologi tertentu yang berbeda dengan batuan di sekitarnya. Suatu
mekanisme yang bekerja serentak pada saat yang sama. Asosiasi fasies
didefinisikan sebagai suatu kombinasi dua atau lebih fasies yang membentuk
suatu tubuh batuan dalam berbagai skala dan kombinasi. Asosiasi fasies ini
mencerminkan lingkungan pengendapan atau proses dimana fasies-fasies itu
terbentuk.
Sekelompok asosiasi fasies endapan fasies digunakan untuk mendefinisikan
lingkungan sedimen tertentu. Sebagai contoh, semua fasies ditemukan di sebuah
fluviatile lingkungan dapat dikelompokkan bersama-sama untuk menentukan
fasies fluvial asosiasi.
Pembentukan dibagi menjadi empat fasies asosiasi (FAS), yaitu dari bawah ke
atas. Litologi sedimen ini menggambarkan lingkungan yang didominasi oleh
braided stream berenergi tinggi.
a. Asosiasi fasies 1
Asosiasi fasies terendah di unit didominasi oleh palung lintas-stratifikasi, tinggi
energi braided stream yang membentuk dataran outwash sebuah sistem aluvial.
Trace fosil yang hampir tidak ada, karena energi yang tinggi berarti depositional
menggali organisme tidak dapat bertahan.
b. Asosiasi fasies 2
Fasies ini mencerminkan lingkungan yang lebih tenang, unit ini kadang-kadang
terganggu oleh lensa dari FA1 sedimen. Bed berada di seluruh tipis, planar dan
disortir dengan baik. Bed sekitar 5 cm (2 in) bentuk tebal 2 meter (7 ft) unit
"bedded sandsheets"- lapisan batu pasit yang membentuk lithology dominan
fasies ini.
Sudut rendah (<20 ), lintas-bentuk batu pasir berlapis unit hingga 50 cm (19,7
inci) tebal, kadang-kadang mencapai ketebalan sebanyak 2 meter (7 kaki). Arah
arus di sini adalah ke arah selatan timur - hingga lereng - dan memperkuat
interpretasi mereka sebagai Aeolian bukit pasir. Sebuah suite lebih lanjut lapisan
padat berisi fosil jejak perkumpulan; lapisan lain beruang riak saat ini tanda, yang
mungkin terbentuk di sungai yang dangkal, dengan membanjiri cekungan hosting
mungkin pencipta jejak fosil. Cyclicity tidak hadir, menunjukkan bahwa, alih-alih
acara musiman, kadang-kadang innundation didasarkan pada peristiwa-peristiwa
tak terduga seperti badai, air yang berbeda-beda tabel, dan mengubah aliran
kursus.
c. Asosiasi fasies 3
Fasies ini sangat mirip FA1, dengan peningkatan pasokan bahan clastic terwakili
dalam rekor sedimen tdk halus, diurutkan buruk, atas-fining (yaitu padi-padian
terbesar di bagian bawah unit, menjadi semakin halus ke arah atas), berkerikil
palung lintas-unit tempat tidur hingga empat meter tebal. Jejak fosil langka.
Sheet-seperti sungai dikepang disimpulkan sebagai kontrol dominan pada
sedimentasi di fasies ini.
d. Asosiasi fasies 4
Asosiasi fasies paling atas muncul untuk mencerminkan sebuah lingkungan di
pinggiran laut. Fining-up yang diamati pada 0,5 meter (2 kaki) hingga 2 meter (7
kaki) skala, dengan salib melalui seperai pada unit dasar arus overlain oleh riak.
Baik shales batu pasir dan hijau juga ada. Unit atas sangat bioturbated, dengan
kelimpahan Skolithos - sebuah fosil biasanya ditemukan di lingkungan laut.
Hubungan Antara Fasies, Proses Sedimentasi dan Lingkungan Pengendapan
Lingkungan pada semua tempat di darat atau di bawah laut dipengaruhi oleh
proses fisika dan kimia yang berlaku dan organisme yang hidup di bawah kondisi
itu pada waktu itu. Oleh karena itu suatu lingkungan pengendapan dapat
mencirikan proses-proses ini. Sebagai contoh, lingkungan fluvial (sungai)
termasuk saluran (channel) yang membawa dan mengendapkan material pasiran
atau kerikilan di atas bar di dalam channel.
Ketika sungai banjir, air menyebarkan sedimen yang relatif halus melewati
daerah limpah banjir (floodplain) dimana sedimen ini diendapkan dalam bentuk
lapis-lapis tipis. Terbentuklah tanah dan vegetasi tumbuh di daerah floodplain.
Dalam satu rangkaian batuan sedimen channel dapat diwakili oleh lensa
batupasir atau konglomerat yang menunjukkan struktur internal yang terbentuk
oleh pengendapan pada bar channel. Setting floodplain akan diwakili oleh lapisan
tipis batulumpur dan batupasir dengan akar-akar dan bukti-bukti lain berupa
pembentukan tanah.
Dalam deskripsi batuan sedimen ke dalam lingkungan pengendapan, istilah
fasies sering digunakan. Satu fasies batuan adalah tubuh batuan yang berciri
khusus yang mencerminkan kondisi terbentuknya (Reading & Levell 1996).
Mendeskripsi fasies suatu sedimen melibatkan dokumentasi semua karakteristik
litologi, tekstur, struktur sedimen dan kandungan fosil yang dapat membantu
dalam menentukan proses pembentukan. Jika cukup tersedia informasi fasies,
suatu interpretasi lingkungan pengendapan dapat dibuat. Lensa batupasir
mungkin menunjukkan channel sungai jika endapan floodplain ditemukan
berasosiasi dengannya. Namun bagaimanapun, channel yang terisi dengan pasir
terdapat juga di dalam setting lain, termasuk delta, lingkungan tidal dan lantai laut
dalam. Pengenalan channel yang terbentuk bukanlah dasar yang cukup untuk
menentukan lingkungan pengendapan.
Fasies pengendapan batuan sedimen dapat digunakan untuk menentukan
kondisi lingkungan ketika sedimen terakumulasi.
Lingkungan sedimen telah digambarkan dalam beberapa variasi yaitu :
1. Tempat pengendapan dan kondisi fisika, kimia, dan biologi yang menunjukkan
sifat khas dari setting pengendapan [Gould, 1972].
2. Kompleks dari kondisi fisika, kimia, dan biologi yang tertimbun [Krumbein dan
Sloss, 1963].
3. Bagian dari permukaan bumi dimana menerangkan kondisi fisika, kimia, dan
biologi dari daerah yang berdekatan [Selley, 1978].
4. Unit spasial pada kondisi fisika, kimia, dan biologi scara eksternal dan
mempengaruhi pertumbuhan sedimen secara konstan untuk membentuk
pengendapan yang khas [Shepard dan Moore, 1955].
Tiap lingkungan sedimen memiliki karakteristik akibat parameter fisika, kimia, dan
biologi dalam fungsinya untuk menghasilkan suatu badan karakteristik sedimen
oleh tekstur khusus, struktur, dan sifat komposisi. Hal tersebut biasa disebut
sebagai fasies. Istilah fasies sendiri akan mengarah kepada perbedaan unit
stratigrafi akibat pengaruh litologi, struktur, dan karakteristik organik yang
terdeteksi di lapangan. Fasies sedimen merupakan suatu unit batuan yang
memperlihatkan suatu pengendapan pada lingkungan.
http://sedimentologiduaribusembilan.blogspot.com/2010/12/fasies.html#more

Fasies merupakan suatu tubuh batuan yang memiliki kombinasi karakteristik yang
khas dilihat dari litologi, struktur sedimen dan struktur biologi memperlihatkan aspek
fasies yang berbeda dari tubuh batuan yang yang ada di bawah, atas dan di sekelilingnya.
Fasies umumnya dikelompokkan ke dalam facies association dimana fasies-fasies
tersebut berhubungan secara genetis sehingga asosiasi fasies ini memiliki arti lingkungan.
Dalam skala lebih luas asosiasi fasies bisa disebut atau dipandang sebagai basic
architectural element dari suatu lingkungan pengendapan yang khas sehingga akan
memberikan makna bentuk tiga dimensi tubuhnya (Walker dan James, 1992).
Menurut Slley (1985), fasies sedimen adalah suatu satuan batuan yang dapat dikenali dan
dibedakan dengan satuan batuan yang lain atas dasar geometri, litologi, struktur sedimen,
fosil, dan pola arus purbanya. Fasies sedimen merupakan produk dari proses pengendapan
batuan sedimen di dalam suatu jenis lingkungan pengendapannya. Diagnosa lingkungan
pengendapan tersebut dapat dilakukan berdasarkan analisa faises sedimen, yang
merangkum hasil interpretasi dari berbagai data, diantaranya :
1. Geometri :
a) regional dan lokal dari seismik (misal : progradasi, regresi, reef dan chanel)
b) intra-reservoir dari wireline log (ketebalan dan distribusi reservoir)
2. Litologi : dari cutting, dan core (glaukonit, carboneous detritus) dikombinasi dengan
log sumur (GR dan SP)
3. Paleontologi : dari fosil yang diamati dari cutting, core, atau side wall core
4. Struktur sedimen : dari core
Suatu unit yang secara relatif conform dan sekuen tersusun oleh fasies yang secara
geneik berhubungan. Fasies ini disebut parasequence. Suatu sekuen ditentikan oleh sifat
fisik lapisan itu sendiri bukan oleh waktu dan bukan oleh eustacy serta bukan ketebalan
atau lamanya pengendapan dan tidak dari interpretasi global atau asalnya regional (sea
level change). Sekuen analog dengan lithostratigrafy, hanya ada perbedaan sudut
pandang. Sekuen berdasarkan genetically unit.
Ciri-ciri sequence boundary :
1. membatasi lapisan dari atas dan bawahnya.
2. terbentuk secara relatif sangat cepat (<10 .000="" span="" tahun="">
3. mempunyai suatu nilai dalam chronostratigrafi.
4. selaras yang berurutan dalam chronostratigrafi.
5. batas sekuen dapat ditentukan dengan ciri coarsening up ward.

Asosiasi Fasies
Mutti dan Ricci Luchi (1972), mengatakan bahwa fasies adalah suatu lapisan atau
kumpulan lapisan yang memperlihatkan karakteristik litologi, geometri dan sedimentologi
tertentu yang berbeda dengan batuan di sekitarnya. Suatu mekanisme yang bekerja
serentak pada saat yang sama. Asosiasi fasies didefinisikan sebagai suatu kombinasi dua
atau lebih fasies yang membentuk suatu tubuh batuan dalam berbagai skala dan
kombinasi. Asosiasi fasies ini mencerminkan lingkungan pengendapan atau proses
dimana fasies-fasies itu terbentuk.
Sekelompok asosiasi fasies endapan fasies digunakan untuk mendefinisikan lingkungan
sedimen tertentu. Sebagai contoh, semua fasies ditemukan di sebuah fluviatile lingkungan
dapat dikelompokkan bersama-sama untuk menentukan fasies fluvial asosiasi.
Pembentukan dibagi menjadi empat fasies asosiasi (FAS), yaitu dari bawah ke atas.
Litologi sedimen ini menggambarkan lingkungan yang didominasi oleh braided stream
berenergi tinggi.


HUBUNGAN ANTAR FASIES ( FACIES RELATIONSHIP )

Pengertian hubungan antar fasies dapat didefinisikan sebagai hubungan antara satu
facies dengan facies yang lainnya baik secara lateral maupun vertikal. Secara lateral tentu
berhubungan dengan paleogeografi / paleoenvironment. Misalnya facies dari paparan ke
facies di lereng cekungan; secara vertikal berhubungan dengan urutan evolusi geologi,
misalnya facies paparan berubah ke atasnya menjadi facies lereng (berarti ada
pendalaman atau transgersi dari bawah ke atas).

Beda fasies menunjukkan kondisi dan lingkungan pengendapan yang berbeda pula.
Hubungan antar facies dikemukakan oleh Johannes Walther (1894) dalam Hukum
Korelasi Fasies (Law of Facies Correlation). Hukum tersebut mengimplikasikan bahwa
perubahan vertikal-gradasional dari satu fasies ke fasies yang lain mengindikasikan
bahwa lingkungan pengendapan kedua fasies itu terletak berdampingan. De Raaf dkk
(1965) dan Reading (1978) juga menekankan arti penting batas gradasional pada
penampang vertikal. Jika batas antar fasies bersifat tajam atau erosional, maka tidak ada
jaminan bahwa lingkungan pengendapan kedua fasies tersebut saling berdampingan.
Kontak tajam antar fasies, khususnya jika dicirikan oleh horizon tipis yang kaya akan
struktur bioturbasi, biasanya mengindikasikan tidak terjadinya pengendapan, adanya
perbedaan besar dari jenis lingkungan pengendapan, dan menandai dimulainya satu siklus
sedimentasi yang baru.

Hubungan suatu fasies dapat digagaskan dalam pembagian grup fasies yang terjadi
secara bersama sama yang selanjutnya akan berkaitan dengan lingkungan. Sebagai
contohnya, jika pada perlapisan silang siur batupasir asosiasi terdekatnya adalah dengan
terkandungnya tanah, batubara, atau serpih lanauan yang mengandung akar, daun, dan
batang, kita bisa membuat interpretasi pengendapannya pada sistem sungai. Dalam
mempelajari hubungan fasies dan urutannya, kita harus benar benar memperhatikan
keadaan alami dari kontak hubungan antara fasies dan derajat urutan baik acak maupun
tidak

http://blogsemaumu.blogspot.com/2013/04/fasies.html

SEDIMENTOLOGI DAN STRATIGRAFI

SEDIMENTOLOGI DAN STRATIGRAFI
1. PENGERTIAN SEDIMENTOLOGI
adalah Ilmu yang mempelajari mengenai tentang proses-proses
pembentukan, transportasi dan pengendapan material yang terakumulasi
sebagai sedimen di dalam lingkungan kontinen dan laut hingga
membentuk batuan sedimen.
Sedimentasi adalah suatu proses pengendapan material yang ditransport
oleh media air , angin , es , atau gletser di suatu cekungan. Sedangkan
batuan sedimen adalah suatu batuan yang terbentuk dari hasil proses
sedimentasi, baik secara mekanik maupun secara kimia dan organik.

a. Secara mekanik
Terbentuk dari akumulasi mineral-mineral dan fragmen-fragmen batuan.
Faktor-faktor yang penting antara lain :
Sumber material batuan sedimen :
Sifat dan komposisi batuan sedimen sangat dipengaruhi oleh material-
material asalnya. Komposisi mineral-mineral batuan sedimen dapat
menentukan waktu dan jarak transportasi, tergantung dari prosentasi
mineral-mineral stabil dan nonstabil.
Lingkungan pengandapan :
Secara umum lingkungan pengendapan dibedakan dalam tiga bagian yaitu:
Lingkungan Pengendapan Darat, Transisi dan Laut. Ketiga lingkungan
pengendapan ini, dimana batuan yang dibedakannya masing-masing
mempunyai sifat dan ciri-ciri tertentu.
Pengangkutan (transportasi) :
Media transportasi dapat berupa air, angin maupun es, namun yang memiliki
peranan yang paling besar dalam sedimentasi adalah media air. Selama
transportasi berlangsung, terjadi perubahan terutama sifat fisik material-
material sedimen seperti ukuran bentuk dan roundness. Dengan adanya
pemilahan dan pengikisan terhadap butir-butir sedimen akan memberi
berbagai macam bentuk dan sifat terhadap batuam sedimen.
Pengendapan :
Pengendapan terjadi bilamana arus/gaya mulai menurun hingga berada di
bawah titik daya angkutnya. Ini biasa terjadi pada cekungan-cekungan,
laut, muara sungai, dll.
Kompaksi :
Kompaksi terjadi karena adanya gaya berat/grafitasi dari material-material
sedimen sendiri, sehingga volume menjadi berkurang dan cairan yang
mengisi pori-pori akan bermigrasi ke atas.
Lithifikasi dan Sementasi :
Bila kompaksi meningkat terus menerus akan terjadi pengerasan terhadap
material-material sedimen. Sehingga meningkat ke proses pembatuan
(lithifikasi), yang disertai dengan sementasi dimana material-material
semen terikat oleh unsur-unsur/mineral yang mengisi pori-pori antara butir
sedimen.
Replacement dan Rekristalisasi :
Proses replacement adalah proses penggantian mineral oleh pelarutan-
pelarutan kimia hingga terjadi mineral baru. Rekristalisasi adalah
perubahan atau pengkristalan kembali mineral-mineral dalam batuan
sedimen, akibat pengaruh temperatur dan tekanan yang relatif rendah.
Diagenesis :
Diagenesis adalah perubahan yang terjadi setelah pengendapan
berlangsung, baik tekstur maupun komposisi mineral sedimen yang
disebabkan oleh kimia dan fisika.

b. Secara Kimia dan Organik
Terbentuk oleh proses-proses kimia dan kegiatan organisme atau akumulasi
dari sisa skeleton organisme. Sedimen kimia dan organik dapat terjadi
pada kondisi darat, transisi, dan lautan, seperti halnya dengan sedimen
mekanik.
Masing-masing lingkungan sedimen dicirikan oleh paket tertentu fisik, kimia,
dan biologis parameter yang beroperasi untuk menghasilkan tubuh
tertentu sedimemen dicirikan oleh tekstur, struktur, dan komposisi properti.
Kita mengacu kepada badan-badan khusus seperti endapan dari batuan
sedimen sebagai bentuk. Istilah bentuk mengacu pada unit stratigrafik
dibedakan oleh lithologic, struktural, dan karakteristik organik terdeteksi di
lapangan. Sebuah bentuk sedimen dengan demikian unit batu itu, karena
deposisi dalam lingkungan tertentu, memiliki pengaturan karakteristik
properti. Lithofacies dibedakan oleh ciri-ciri fisik seperti warna, lithology,
tekstur, dan struktur sedimen. Biogfacies didefinisikan pada karakteristik
palentologic dasar. Inti penekanan adalah bahwa lingkungan depositional
menghasilkan bentuk sedimen. Karakteristik properti dari bentuk sedimen
yang pada gilirannya merupakan refleksi dari kondisi lingkungan
deposional.
Stratigrafi adalah studi batuan untuk menentukan urutan dan waktu kejadian
dalam sejarah bumi. Dua subjek yang dapat dibahas untuk membentuk
rangkaian kesatuan skala pengamatan dan interpretasi. Studi proses dan
produk sedimen memperkenankan kita menginterpretasi dinamika
lingkungan pengendapan. Rekaman-rekaman proses ini di dalam batuan
sedimen memperkenankan kita menginterpretasikan batuan ke dalam
lingkungan tertentu. Untuk menentukan perubahan lateral dan temporer di
dalam lingkungan masa lampau ini, diperlukan kerangka kerja kronologi.
Ilmu bumi secara tradisional telah dibagi kedalam sub-disiplin ilmu yang
terfokus pada aspek-aspek geologi seperti paleontologi, geofisika,
mineralogi, petrologi, geokimia, dan sebagainya. Di dalam tiap sub-disiplin
ilmu ini, ilmu pengetahuan telah dikembangkan sebagai teknik analitik baru
yang telah diaplikasikan dan dikembangkannya teori-teori inovatif. Diwaktu
yang sama karena kemajuan-kemajuan di lapangan, maka
diperkenalkannya integrasi kombinasi ide-ide dan keahlian dari berbagai
disiplin ilmu yang berbeda-beda. Geologi adalah ilmu multidisiplin yang
sangat baik dipahami jika aspek-aspek berbeda terlihat berhubungan
antara satu dengan lainnya. Sedimentologi perhatiannya tertuju pada
pembentukan batuan sedimen. Kemudian batuan sedimen dibahas
hubungan waktu dan ruangnya dalam rangkaian stratigrafi di dalam
cekungan-cekungan sedimen. Tektonik lempeng, petrologi dan
paleontologi adalah topik tambahan.
Metode-metode yang digunakan oleh sedimentologists untuk mengumpulkan
data dan bukti pada sifat dan kondisi depositional batuan sedimen
meliputi;
Mengukur dan menggambarkan singkapan dan distribusi unit batu;
Menggambarkan formasi batuan, proses formal mendokumentasikan
ketebalan, lithology, singkapan, distribusi, hubungan kontak formasi lain
Pemetaan distribusi unit batu, atau unit
Deskripsi batuan inti (dibor dan diambil dari sumur eksplorasi selama
hidrokarbon)
Sequence stratigraphy
Menjelaskan perkembangan unit batu dalam baskom
Menggambarkan lithology dari batu;
Petrologi dan petrography; khususnya pengukuran tekstur, ukuran butir,
bentuk butiran (kebulatan, pembulatan, dll), pemilahan dan komposisi
sedimen
Menganalisis geokimia dari batu
Geokimia isotop, termasuk penggunaan penanggalan radiometrik, untuk
menentukan usia batu, dan kemiripan dengan daerah sumber.

Lingkungan Sedimen dan Fasies
Lingkungan pada semua tempat di darat atau di bawah laut dipengaruhi oleh
proses fisika dan kimia yang berlaku dan organisme yang hidup di bawah
kondisi itu pada waktu itu. Oleh karena itu suatu lingkungan pengendapan
dapat mencirikan proses-proses ini. Sebagai contoh, lingkungan fluvial
(sungai) termasuk saluran (channel) yang membawa dan mengendapkan
material pasiran atau kerikilan di atas bar di dalam channel (Gambar 1.4).
Ketika sungai banjir, air menyebarkan sedimen yang relatif halus melewati
daerah limpah banjir (floodplain) dimana sedimen ini diendapkan dalam
bentuk lapis-lapis tipis. Terbentuklah tanah dan vegetasi tumbuh di daerah
floodplain. Dalam satu rangkaian batuan sedimen (Gambar 1.5) channel
dapat diwakili oleh lensa batupasir atau konglomerat yang menunjukkan
struktur internal yang terbentuk oleh pengendapan pada bar channel.
Setting floodplain akan diwakili oleh lapisan tipis batulumpur dan batupasir
dengan akar-akar dan bukti-bukti lain berupa pembentukan tanah. Dalam
deskripsi batuan sedimen ke dalam lingkungan pengendapan, istilah fasies
sering digunakan. Satu fasies batuan adalah tubuh batuan yang berciri
khusus yang mencerminkan kondisi terbentuknya (Reading & Levell 1996).
Mendeskripsi fasies suatu sedimen melibatkan dokumentasi semua
karakteristik litologi, tekstur, struktur sedimen dan kandungan fosil yang
dapat membantu dalam menentukan proses pembentukan. Jika cukup
tersedia informasi fasies, suatu interpretasi lingkungan pengendapan
dapat dibuat. Lensa batupasir mungkin menunjukkan channel sungai jika
endapan floodplain ditemukan berasosiasi dengannya. Namun
bagaimanapun, channel yang terisi dengan pasir terdapat juga di dalam
setting lain, termasuk delta, lingkungan tidal dan lantai laut dalam.
Pengenalan channel yang terbentuk bukanlah dasar yang cukup untuk
menentukan lingkungan pengendapan. Fasies pengendapan batuan
sedimen dapat digunakan untuk menentukan kondisi lingkungan ketika
sedimen terakumulasi.


Gambar 1.4 Suatu lingkungan sedimen modern: channel sungai pasiran dan
floodplain bervegetasi (dekat Morondava, di bagian barat Madagascar).
Lingkungan Sedimen Modern dan Tua
Kombinasi proses fisika, kimia dan biologi yang bekerja dalam setiap tempat
dan setiap waktu adalah hal unik, produk proses-proses ini jenisnya tak
terhingga. Dari sudut pandang ilmu pengetahuan objektif, proses yang
menentukan pembentukan batuan sedimen harus diteliti berurutan untuk
menentukan proses fisika yang terdapat di dalam lingkungan, sifat kimiawi
air, dan sebagainya. Untuk tujuan pelatihan kita dapat mempertimbangkan
sejumlah lingkungan prinsip yang memiliki karakterisitk yang dapat
dikenali. Kategori-kategori lingkungan ini terdiri dari anggota-anggota
terakhir dan berada di sepanjang spektrum setting pengendapan.
Kemungkinan keberagaman dari karakter tipikal lingkungan tertentu tidak
ada habisnya dan juga mungkin ada situasi peralihan atau menengah
(intermediate) di antara dua setting. Bahaya kesalahan interpretasi
(pigeon-holing) harus selalu dijaga dalam pikiran kita: suatu rangkaian
batupasir tipis dan lapisan batulumpur mungkin memiliki karakter umum
pengendapan dalam setting laut dalam tapi kehadiran rekahan-rekahan
(dessication crack) dalam batulumpur akan menjadi bukti jelas bahwa
singkapan tersebut adalah singkapan darat (subaerial), tidak konsekuen
dengan pembentukan di dalam air dalam.
Cara untuk membahas lingkungan pengendapan adalah memulainya dari
daerah pegunungan dimana pelapukan dan erosi menghasilkan detritus
klastik, dan turun hingga dasar laut dalam. Karakter lingkungan kontinen,
pantai (coastal) dan laut dangkal diantaranya dipengaruhi oleh suplai
detritus klastik, curah hujan, temperatur, produktivitas biogenik, topografi di
darat dan batimetri di laut. Beberapa proses mungkin sangat umum dalam
banyak lingkungan yang berbeda: pengendapan dari suspensi material
berbutir halus membentuk lapis lumpur yang mungkin terdapat di atas
floodplain, di dalam danau, laguna, teluk tersembunyi (sheltered bays),
setting paparan bagian luar dan laut terdalam. Proses-proses yang unik
untuk setting tertentu: aliran bolak-balik (reversal) reguler berkaitan
dengan aksi tidal adalah ciri unik lingkungan laut dangkal dan pantai.
Secara umum, kombinasi proses-proses dapat merupakan karakter tiap-
tiap setting pengendapan.
Asosiasi proses-proses pengendapan dapat merupakan karakteristik
lingkungan pengendapan yang berbeda dan memperkenankan kita
mengenali sejumlah kategori lingkungan utama.


Gambar 1.5 Batuan sedimen yang diinterpretasikan sebagai endapan
channel sungai (lensa batupasir di bawah kaki) yang tergerus hingga
batulumpur yang diendapkan di
Dengan dikemukannya doktrin uniformitarisme pada akhir abad ke 19
berdampak besar sekali pada perkembangan ilmu sedimentologi ini. Hal
ini terlihat jelas pada tulisan beberapa penulis, seperti Sorby (1853) dan
Lyell (1865) yang mengemukakan interpretasi modern tentang struktur dan
tekstur dari batuan sedimen. Sampai pertengahaan abad ke 20,
sedimentologi lebih dikenal hanya sebatas pada studi di bawah mikroskop,
terutama untuk fosil. Dalam perioda itu mineral berat dan penghitungan
secara petrografis (point counting) berkembang dengan pesat. Secara
serentak, para ahli stratigrafi menemukan fosil-fosil kunci penunjuk umur
batuan.
Para ahli geologi struktur mempunyai andil besar mendorong pengembangan
ilmu sedimentologi. Mereka menemui kesulitan dalam menentukan bagian
atas dan bagian bawah suatu lapisan yang sudah terlipat kuat sampai
terjadi pembalikan lapisan. Beberapa struktur sedimen seperti retakan
(desiccation crack), silang siur dan perlapisan bersusun, sangat edial
untuk memecahkan persoalan ini (Shrock, 1948). Pada 1950an sampai
awal 1960an berkembang konsep tentang arus turbit. Sementara itu ahli
petrografi masih sibuk menghitung zirkon dan ahli stratigrafi sibuk pula
mengumpulkan fosil sebanyak-banyaknya, ahli struktur geologi sudah
mulai bertanya berapa tebal runtunan endapan turbit ini di geosinklin.
Pertanyaan ini menyibukan geologiawan untuk mengetahui hasil endapan
turbit pada setiap jenis.
Pendorong lain terhadap perkembangan sedimentologi datang dari
perusahaan minyak, dimana mereka mulai mencari jebakan stratigrafi.
Pelopornya adalah American Petroleum Institute dengan Project 51-nya,
yang mempelajari secara multi disiplin dari sedimen moderen di Teluk
Meksiko. Kemudian kegiatan seperti ini diikuti oleh perusahaan lain,
universitas dan institusi oseanografi. Sehingga pada akhir 1960an
sedimentologi sudah kokoh menjadi suatu cabang ilmu pengetahuan
sendiri.
Pada 1970an penelitian sedimentologi mulai beralih dari makroskopis dan
fisik ke arah mikroskopis dan kimia. Dengan perkembangan teknik analisa
dan penggunaan katadoluminisen dan mikroskop elektron memungkinkan
para ahli sedimentologi mengetahui lebih baik tentang geokimia.
Perkembangan yang pesat ini memacu kita untuk mengetahui hubungan
antara diagenesa, pori-pori dan pengaruhnya terhadap evolusi porositas
dengan kelulusan batupasir dan batugamping.
Saat ini berkembang perbedaan antara makrosedimentologi dan
mikrosedimentologi. Makrosedimentologi berkisar studi fasies sedimen
sampai ke struktur sedimen. Di lain fihak, mikrosedimentologi meliputi
studi batuan sedimen di bawah mikroskop atau lebih dikenal dengan
petrografi.

SEJARAH SEDIMENTOLOGI

Pemelajaran sedimen sebagai disiplin tersendiri, terpisah dari stratigrafi,
dimulai dengan terbitnya surat terbuka Henry Clifton Sorby (1879) kepada
Presiden Geological Society of London yang berjudul On the structure
and origin of limestones.
Sorby memperkenalkan studi sayatan tipis sebagai salah satu teknik
penelitian batuan sedimen. Teknik itu kemudian digunakan sebagai salah
satu teknik paling mendasar dalam penelitian petrologi, baik penelitian
petrologi batuan sedimen, maupun penelitian petrologi batuan beku dan
batuan metamorf.
Studi sayatan tipis kemudian lebih banyak dikembangkan oleh para ahli
petrologi batuan beku, khususnya para ahli petrologi Jerman seperti
Rosenbusch dan Zirkel.
Sebaliknya, teknik itu justru agak diabaikan oleh para ahli yang menggeluti
batuan sedimen. Hal itu mungkin terjadi karena generasi ahli sedimen saat
itu lebih terdidik sebagai ahli stratigrafi, bukan ahli petrologi sedimen atau
ahli sedimentologi. Namun, masih ada beberapa orang yang dapat
dipandang sebagai pengecualian, misalnya Lucien Cayeux dari Perancis.
Studi sayatan tipis batuan sedimen, yang pernah ditinggalkan, kini ini
kembali mendapat perhatian yang cukup serius dari kalangan
Pada akhir abad 19 serta awal abad 20, para ahli petrologi sedimen lebih
banyak menujukan perhatian pada pemelajaran mineralogi sedimen,
khususnya mineral berat (BJ > 2,85).
Studi mineral berat umumnya dilakukan oleh para ahli Eropa. Hasil penelitian
Illing (1916), yang menunjukkan bahwa endapan sedimen dalam
cekungan tertentu cenderung mengandung kumpulan mineral berat
tertentu, telah mendorong munculnya apa yang disebut sebagai korelasi
mineral berat (heavy-mineral correlation). Kegunaan mineral berat
sebagai alat korelasi dan penerapannya dalam korelasi bawah
permukaan dalam kegiatan eksplorasi migas telah menambah daya
tariknya.
Puncak fasa perkembangan studi mineral berat ditandai dengan terbitnya
Principles of Sedimentary Petrography karya Milner (1922). Buku itu
pernah dijadikan rujukan oleh para ahli yang ingin mempelajari mineral
detritus dalam pasir.
Makin lama pemelajaran mineral berat makin kurang diminati para ahli
sedimen. Hal itu terjadi karena:
(1)timbulnya keraguan akan kesahihan korelasi yang didasarkan pada
kehadiran mineral berat seperti yang diajukan oleh Sidowski dan Weyl;
(2)adanya perkembangan baru, yakni pemakaian mikrofosil dan well logs
sebagai alat korelasi bawah permukaan. Agaknya sebab kedua itulah yang
mengakhiri era studi mineral berat.
Pada 1919, thesis master C. K. Wentworth yang berjudul A Field and
Laboratory Study of Cobble Abrasion diterbitkan dalam Journal of
Geology.
Wentworth, yang pada waktu itu merupakan mahasiswa pasca sarjana pada
University of Iowa, mengembangkan satu rancangan baru untuk meneliti
material sedimen. Dia juga mampu mendefinisikan kebundaran sebagai
suatu sifat fisik partikel sedimen yang dapat diukur.
Kuantifikasi sifat itu mampu menggantikan penilaian subjektif yang sebelum-
nya digunakan oleh para ahli sedimentologi dalam menentukan
kebundaran.
Lebih jauh lagi, kuantifikasi memicu munculnya data kuantitatif serta
memungkinkan dilakukannya studi laboratorium terhadap proses
sedimentasi, misalnya abrasi kerakal.
Dengan demikian, Wentworth membawa sedimentologi untuk memasuki era
pengukuran dan percobaan terkontrol.
Lahirnya geokimia sebagai cabang ilmu geologi baru menyebabkan
munculnya metoda dan data observasi baru mengenai berbagai hal yang
banyak menarik perhatian para ahli sedimentologi.
Sebagian besar penelitian geokimia pada mulanya diarahkan pada penelitian
kuantitatif untuk mengetahui penyebaran unsur-unsur kimia di alam,
termasuk penyebarannya dalam batuan sedimen. Lambat laun data
tersebut menuntun para ahli untuk memahami apa yang disebut sebagai
siklus geokimia (geochemical cycle) serta penemuan hukum-hukum yang
mengontrol penyebaran unsur dan proses-proses yang menyebabkan
timbulnya pola penyebaran unsur seperti itu.
Baru-baru ini, kimia nuklir (nuclear chemistry) menyumbangkan sebuah jam
dan termometer yang pada gilirannya membuka era penelitian baru
terhadap sedimen.
Unsur-unsur radioaktif, khususnya 14C dan 40K, memungkinkan
dilakukannya metoda penanggalan langsung terhadap batuan sedimen
tertentu.
Metoda 14C, yang dikembangkan oleh Libby, dapat diterapkan pada
endapan resen. Metoda 40K/40Ar terbukti dapat diterapkan pada
glaukonit, felspar autigen, mineral lempung, dan silvit yang ditemukan
dalam endapan tua. Analisis isotop dapat digunakan untuk menentukan
temperatur purba. Metoda Ureyberdasar-kan nisbah 16O/18O yang
merupakan fungsi dari temperaturdapat dipakai untuk menaksir
temperatur pembentukan cangkang fosil yang ada dalam endapan bahari.
Berbagai kajian teoritis dan eksperimental tentang stabilitas mineral pada
berbagai kondisi oksidasi-reduksi (Eh) dan pH dilakukan oleh Garrels dan
beberapa ahli lain (lihat Garrels & Christ, 1965). Penelitian aspek-aspek
geokimia sedimen banyak menambah pengertian kita tentang endapan
sedimen. Buku-buku yang membahas tentang topik-topik geokimia
sedimen antara lain adalah Geochemistry of Sediments karya Degens
(1965) dan Principles of Chemical Sedimentology karya Berner (1971).
Gambaran tiga dimensional untuk mempelajari sedimen resen mendorong
orang untuk meninjau lebih jauh geometri dan penampang vertikal
sedimen, baik sedimen resen maupun sedimen purba.
Bentuk dan dimensi endapan pasir merupakan salah satu hal yang banyak
menarik perhatian para ahli dan telah dijadikan tema simposium pada
1960 (Peterson & Osmond, 1961). Demikian pula dengan morfologi
terumbu modern dan purba (lihat, misalnya, Reef Issue pada Bullentin
AAPG vol. 34, no. 2).
Kecenderungan untuk mempelajari struktur sedimen mendorong para ahli
untuk memahami cara pembentukannya. Karena banyak diantara struktur
sedimen itu terbentuk oleh arus, maka studi hidrodinamika proses
pembentukan sedimen dan struktur sedimen kemudian mendapat
perhatian khusus.
Hal inilah yang mendorong terbitnya Primary Sedimentary Structures and
Their Hydrodynamic Interpretation (disunting oleh Middleton, 1965) serta
sejumlah makalah penting yang disusun oleh Allen (1969, 1970, 1971) dan
beberapa ahli lain.
Ketertarikan pada geometri, urut-urutan vertikal, dan struktur sedimen
menyebabkan terjadinya perubahan besar dalam penelitian sedimen,
yakni penekanan kembali pentingnya studi mineralogi dan tekstur sedimen
serta pengembangan studi struktur sedimen, geometri, dan urut-urutan
vertikal. Penelitian sedimen yang dipandang sebagai bentuk fusi dari
stratigrafi dan petrologi sedimen ini disebut sedimentologi (Doeglas, 1951).
Lahirnya sedimentologi telah menyebabkan bertambah luasnya ruang lingkup
studi sedimen: dari hanya sekedar studi lingkungan pengendapan menjadi
studi cekungan.
Sejarah Sedimentologi Tahapan perkembangan Sedimentologi :

1.Tahap studi endapan sedimen sebagai satuan stratigrafi
2.Pengumpulan data batuan sedimen dan formulasi tafsiran-tafsiran tentatif
3.Lahirnya petrografi sedimen sebagai disiplin ilmu baru dengan penekanan
pada studi sayatan tipis sedimen purba dan analisis laboratorium
mengenai tekstur dan mineralogi sedimen lepas.
4.Studi tiga dimensi sedimen serta analisis lingkungan berdasarkan geometri,
penampang vertikal dan struktur sedimen. Perkembangan ini meliputi studi
lapangan dan laboratorium sehingga lebih tepat disebut sedimentologi.

APLIKASI SEDIMENTOLOGI
Sebagai ilmu pengetahuan sedimentologi sangat erat berhubungan dengan
tiga ilmu dasar: biologi, fisika mupun kimia. Biologi, yang mempelajari
binatang dan tetumbuhan, dapat mempelajari sisa kehidupan masa silam
yang sudah menjadi fosil. Ilmu ini dikenal dengan namapaleontologi.
Paleontologi sangat bermanfaat dalam studi stratigrafi, terutama dalam
penentuan umur runtunan batuan berdasarkan kandungan fosilnya
(biostratigrafi) dan kaitannya dengan litostratigrafi. Hal ini sangat berguna
bagi analisa struktur dan sedimentologi regional. Selain itu paleontologi
juga melukan studi lingkungan purba dimana fosil itu hidup dan
berhubungan dengan kehidupan lainnya. Studi lingkungan kehidupan fosil
secara mendalam akan dapat membantu mengetahui cuaca, musim,
bahkan kecepatan arus dan pengendapan batuan yang menyertai fosil
tersebut.
Sedimentologi telah memberikan kontribusi ke berbagai bidang, baik dalam
pemanfaatan kekayaan alam maupun perekayasaan lingkungan. Banyak
ahli sedimentologi datang dari usaha minyak bumi dan sedikit dari usaha
tambang lainnya.
Pada pekerjaan teknik sipil yang berhubungan dengan aliran air misalnya
pelabuhan, penahan erosi pantai, dan jaringan pipa di dasar laut, (Tabel
1.1) sangat membutuhkan studi rinci tentang keadaan lokasi dimana
bangunan itu akan ditempatkan. Studi ini meliputi angin, arus gelombang,
pasang surut dan sedimentasi serta sifat fisik batuannya.

Tabel 1.1: Aplikasi sedimentologi (Selley, 1988)


APLIKASI
BIDANG TERKAIT
Konstruksi di laut
Jaringan pipa
Oseanografi
I.Lingkungan
Penahan erosi pantai
Dermaga dan pelabuahan
Penggalian dan terowongan
Indentifikasi lokasi
pembuangan limbah nuklir
Fondasi jalan raya
Geologi teknik
Landasan pacu pesawat terbang
Pasir, kerikil dan campuran
Penggalian
II. Penggalian
Pengambilan
Seluruh Batuan
Lempung
Batugamping
Geologi tambang
Batubara
Bijih sediment
B. Pengambilan
cairan dalam
pori-pori
Air
Hidrologi
Minyak bumi
Geologi minyak bumi
Gas
NILAI EKONOMIS DARI SEDIMEN
Menurut data statistik yang ada saat ini, sekitar 8590% produk mineral
tahunan berasal dari mineral sedimenter dan endapan bijih
(Goldschmidt, 1937). Kenyataan itu sudah cukup menjadi alasan untuk
mempelajari sedimentologi.
Sedimen memiliki nilai ekonomis karena beberapa hal :
Merupakan wadah tempat dimana bahan bakar fosil (migas) serta air
terkandung.
Merupakan material bahan bakar, misalnya batubara dan serpih minyak (oil
shale).
Merupakan material baku industri keramik, semen portland, serta bahan
bangunan.
Material tempat dimana mineral logam dan non-logam terakumulasi.

Nilai Ekonomis Dari Sedimen sangat penting artinya dalam dunia rekayasa
dan geomorfologi, terutama untuk memahami dan mengantisipasi
fenomena erosi pantai, pembuatan pelabuhan, manajemen dataran banjir,
dan erosi tanah. Jadi, tidak salah bila dikatakan bahwa untuk menjadi ahli
geologi-ekonomi, seseorang pertama-tama harus menjadi ahli
sedimentologi.
Partikel Sedimen :
Jenis Partikel Sedimen
Bentuk Partikel Sedimen; Sphericity dan Roundness
Tekstur permukaan sediment permukaan
Bahan penyusun partikel sedimen Ukuran dan Sebaran partikel sedimen


2. PENGERTIAN STRATIGRAFI
merupakan cabang Geologi yang membahas tentan pemerian, pengurutan,
pengelompokan, dan klasifikasi tubuh batuan serta korelasinya satu
terhadap lainnya.
Dari hasil perbandingan atau korelasi antarlapisan yang berbeda dapat
dikembangkan lebih lanjut studi mengenai litologi (litostratigrafi),
kandungan fosil (biostratigrafi), dan umur relatif maupun absolutnya
(kronostratigrafi).
stratigrafi :
Strata = Perlapisan, sedimen
Grafi = Pemerin / Uraian
Dalam arti sempit Stratigrafi adalah ilmu yang membahas tentang uraian /
pemerian perlapisan batuan. Sedangkan -
Arti luasnya adalah aturan, hubungan dan kejadian macam-macam batuan
dialam, dalam dimensi ruang dan waktu geologi.



Tujuan dari Stratigrafi yaitu :
1. Memberikan pengertian tentang
Konsep-Konsep / Prinsip Dasar Stratigrafi
Unsur-Unsur Stratigrafi
Arti Dan Makna Kolom Stratigrafi
Hubungan Strata
Spesies Sedimenter
Lingkungan Pengendapan
2. Memberikian pengertian tentang penggamaan konsep-konsep dasar
Stratigrafi untuk analisis Stratigrafi.

1).
A. Konsep-Konsep / Prinsip Dasar Stratigrafi
Dalam pembelajaran stratigrafi permulaannya adalah pada prinsip-prinsip
dasar yang sangat penting aplikasinya sekarang ini.Sebagai dasar dari
studi ini Nicolas Steno membuat empat prinsip tentang konsep dasar
perlapisan yamg sekarang dikenal dengan Stenos Law.
Empat prinsip steno tersebut adalah :
1.The Principles of Superpositin (Prinsip Superposisi)
Dalam suatu uruan perlapisan, lapisan yang lebih muda adalah lapisan
yang berada diatas lapisan yang lebih tua. pada waktu suatu lapisan
terbentuk (saat terjadinya pengendapan), semua massa yang berada
diatasnya adalah fluida, maka pada saat suatu lapisan yang lebih dulu
terbentuk, tidak ada keterdapatan lapisan diatasnya. Steno, 1669


2.Principle of Initial Horizontality
Jika lapisan terendapkan secara horizintal dan kemudian terdeformasi
menjadi beragam posisi.Lapisan baik yang berposisi tegak lurus maupun
miring terhadap horizon, pada awalnya paralel terhadap horizon. Steno,
1669


3.lateral Continuity
Dimana suatu lapisan dapat diasumsikan terendapkan secara lateral dan
berkelanjutan jauh sebelum akhirnya terbentuk sekarang. Material yang
membentuk suatu perlapisan terbentuk secara menerus pada permukaan
bumi walaupun beberapa material yang padat langsung berhenti pada saat
mengalami transportasi. Steno, 1669



4.Principle of Cross Cutting Relationship
Suatu struktur geologi seperti sesar atau tubuh intruksi yang memotong
perlapisan selalu berumur lebih muda dari batuan yang diterobosnya. Jika
suatu tubuh atau diskontinuitas memotong perlapisan, tubuh tersebut pasti
terbentuk setelah perlapisan tersebut terbentuk. Steno, 1669



William Smith (1769-1839) seorang peneliti dari inggris. Smith adalah
seorang insinyur yang bekerja disebuah bendungan, ia mengemukakan
teori biostratigrafi dan korelasi stratigrafi. Smith mengungkapkan dengan
menganalisa keterdapatan fosil dalam suatu batuan, maka suatu lapisan
yang satu dapat dikorelasikan dengan lapisan yang lain, yang merupakan
satu perlapisan. Dengan korelasi stratigrafi maka dapat mengetahui
sejarah geologinya pula.

Dalam studi hubungan fosil antar perlapisan batuan, ia pun menyimpulkan
suatu hukum yaitu Law of Faunal Succession, pernyataan umum yang
menerangkan bahwa fosil suatu organisme terdapat dalam data rekaman
stratigrafi dan dapat digunakan sebagai petunjuk untuk mengetahui
sejarah geologi yang pernah dilaluinya. Jasanya sebagai pencetus
biostratigrafi membuat ia dikenal dengan sebutan Bapak Stratigrafi.

Ahli stratigrafi lainn seperti DOrbigny dan Albert Oppel juga berperan besar
dalam perkembangan ilmu stratigrafi. DOrbigny mengemukakan suatu
perlapisan secara sistematis mengikuti yang lainnyayang memiliki
karakteristik fosil yang sama. Sedangkan Oppel berjasa dalam
mencetuskan konsep Biozone.Biozone adalah satu unit skala kecil yang
mengandung semua lapisan yang diendapkan selama
eksistensi/keberadaan fosil organisme tertentu.Kedua orang nilah yang
juga mencetuskan pembuatan standar kolom stratigrafi.


B. Unsur-Unsur Stratigrafi
Didalam penyelidikan stritigrafi ada dua unsur penting pembentuk stratigrafi
yang perlu di ketahui, yaitu:
1. Unsur batuan
Suatu hal yang penting didalam unsur batuan adalah pengenalan dan
pemerian litologi. Seperti diketahui bahwa volume bumi diisi oleh batuan
sedimen 5% dan batuan non-sedimen 95%. Tetapi dalam penyebaran
batuan, batuan sedimen mencapai 75% dan batuan non-sedimen 25%.
Unsur batuan terpenting pembentuk stratigrafi yaitu sedimen dimana sifat
batuan sedimen yang berlapis-lapis memberi arti kronologis dari lapisan
yang ada tentang urut-urutan perlapisan ditinjau dari kejadian dan waktu
pengendapannya maupun umur setiap lapisan.
Dengan adanya ciri batuan yang menyusun lapisan batuan sedimen, maka
dapat dipermudah pemeriannya, pengaturannya, hubungan lapisan batuan
yang satu dengan yang lainnya, yang dibatasi oleh penyebaran ciri satuan
stratigrafi yang saling berhimpit, bahkan dapat berpotongan dengan yang
lainnya.

2. Unsur perlapisan
Unsur perlapisan merupakan sifat utama dari batuan sedimen yang
memperlihatkan bidang-bidang sejajar yang diakibatkan oleh proses-
proses sedimetasi. Mengingat bahwa perlapisan batuan sedimen dibentuk
oleh suatu proses pengendapan pada suatu lingkungan pengendapan
tertentu, maka Weimer berpendapat bahwa prinsip penyebaran batuan
sedimen tergantung pada proses pertumbuhaan lateral yang didasarkan
pada kenyataan, yaitu bahwa:
Akumulasi batuan pada umumnya searah dengan aliran media transport,
sehingga kemiringan endapan mengakibatkan terjadinya perlapisan selang
tindih (overlap) yang dibentuk karena tidak seragamnya massa yang
diendapkannya.
Endapan di atas suatu sedimen pada umumnya cenderung membentuk
sudut terhadap lapisan sedimentasi di bawahnya.


C. Arti Dan Makna Kolom Stratigrafi
Kolom stratigrafi pada hakekatnya adalah kolom yang menggambarkan
susunan berbagai jenis batuan serta hubungan antar batuan atau satuan
batuan mulai dari yang tertua hingga termuda menurut umur geologi,
ketebalan setiap satuan batuan, serta genesa pembentukan batuannya.
Pada umumnya banyak cara untuk menyajikan suatu kolom stratigrafi,
namun demikian ada suatu standar umum yang menjadi acuan bagi
kalangan ahli geologi didalam menyajikan kolom stratigrafi. Penampang
kolom stratigrafi biasanya tersusun dari kolom-kolom dengan atribut-atribut
sebagai berikut: Umur, Formasi, Satuan Batuan, Ketebalan, Besar-Butir,
Simbol Litologi, Deskripsi/Pemerian, Fosil Dianostik, dan Linkungan
Pengendapan.
Kolom stratigrafi yang diperoleh dari jalur yang diukur siap dijadikan dasar
untuk :
1. Penentuan batas secara tepat dari satuan-satuan stratigrafi formal maupun
informal, yang dalam peta dasar yang dipakai terpetakan atau tidak,
sehingga akan meningkatkan ketepatan dari pemetaan geologi yang
dilakukan di tempat dimana dilakukan pengukuran tadi.
2. Penafsiran lingkungan pengendapan satuan-satuan yang ada di kolom
tersebut serta sejarah geologi sepanjang waktu pembentukan kolom
tersebut.
3. Sarana korelasi dengan kolom-kolom yang diukur di jalur yang lain.
4. Pembuatan penampang atau profil stratigrafi (stratigraphic section) untuk
wilayah tersebut.
5. Evaluasi lateral (spatial = ruang) dan vertical (temporal = waktu) dari
seluruh satuan yang ada ataupun sebagian dari satuan yang terpilih,
misalnya saja :
a. lapisan batupasir yang potensial sebagai reservoir.
b. lapisan batubara.
c. lapisan yang kaya akan fosil tertentu.
d. Lapisan bentonit dan lain-lain.
Ada dua metoda yang biasa dilakukan dalam usaha pengukuran jalur
stratigrafi. Metoda tersebut adalah :
Metoda rentang tali.
Metoda tongkat Jacob (Jacobs staff method).
Metoda rentang tali atau yang dikenal juga sebagai metoda Brunton and tape
(Compton, 1985; Fritz & Moore, 1988)
dilakukan dengan dasar perentangan tali atau meteran panjang. Semua
jarak dan ketebalan diperoleh berdasar rentangan terbut. Pengukuran
dengan metoda ini akan langsung menghasilkan ketebalan sesungguhnya
hanya apabila dipenuhi syarat sebagai berikut:
Arah rentangan tali tegak lurus pada jalur perlapisan.
Arah kelerengan dari tebing atau rentangan tali tegak lurus pada arah
kemiringan.
Diantara 2 ujung rentangan tali tidak ada perubahan jurus maupun
kemiringan

Tabel 8.1 adalah kolom stratigrafi daerah Karawang Selatan, Jawa Barat
yang tersusun dari kiri ke kanan sebagai berikut: umur, formasi, satuan
batuan, simbol litologi, deskripsi batuan, dan lingkungan pengendapan.




D. Kondasi Dan Waktu Geologi
Terdapat dua penjelasan yang berbeda tentang stratigrafi, antara lain :
Waktu geologi, dimana meliputi jutaan tahun yang lampau sejak
keterbentukan bumi.
Bukti material batuan, mineral dan fosil, untuk kejadian-kejaidan dalam
sejarah bumi.
Kejadian-kejadian tersebut digambarkan dalam terminologi waktu dan
penentuan waktu yang berjalan pada setiap material geologi, sehingga
kedua penjelasan diatas saling berhubungan. Namun dari pandangan
keilmuan yang objektif kedua konsep tersebut tetap terpisah dan sangat
penting keberadaannya.
Waktu Geologi
Alur waktu sejak terbentuknya bumi terbagi menjadi satuan-satuan
geokronologi, yang merupakan pembagian waktu dalam taun atau dalam
penamaan tertentu yang mempresentasikan waktu tertentu.
Hirarki dari waktu geologi telah diterapkan, berikut dari periode terpanjang
sampai terpendek :
Eon, merupakan periode waktu terpanjang, terbagi menjadi 3 eon, yakni
arkeozoikum, proterozoikum, dan fanerozoikum.
Era, eon terbagi lagi menjadi beberapa era, fanerozoikum terbagi menjadi
paleozoikum, mesozoikum, dan kenozoikum.
Period, merupakan bagian dari era, contohnya mesozoikum terbagi menjadi
triastik, jura, dan kapur.
Epoch, pembagian selanjutnya dari periode, contohnya yaitu awal kapur,
perengahan kapur, dan akhir kapur.
Age, merupakan pembagian akhir yang hanya terdiri dari rentang beberapa
juta tahun.
Material Satuan Stratigrafi
Kontras dengan waktu geologi, satuan stratigrafi didasarkan pada kesatuan
materialnya. Ada dua tipe dasar material stratigrafi yang dapat dikenali,
antara lain :
(1) lithostratigraphy
Melengkapi pembahasan tentang litostratigrafi sebelumnya, bahwa satuan
litostratigrafi dapat didefinisikan sebagai suatu tubuh batuan yang dapat
dibedakan berdasarkan karakteristik litologi dan posisi stratigrafi relatif
terhadap tubuh batuan lainnya.
(2) Chronostratigraphy
Merupakan suatu tubuh batuan yang batas atas dan bawahnya memiliki
permukaan yang isokron (memiliki kesamaan waktu). Suatu permukaan
yang isokron terbentuk pada waktu yang sama dimanapun.
Satuan kronostratigrafi dibedakan dengan menentukan umur-umur dari
batuan-batuan yang ada baik langsung melalui perhitungan isotop atau
dengan kalibrasi informasi biostratigrafi. Satuan kronostratigrafi
merupakan kesatuan fisik bSukanlah konsep abstrak, yang memiliki
persamaan langsung dengan satuan waktu geologi.

E. Hubungan Strata
Hubungan Stratum adalah suatu layer batuan yang dibedakan dari strata
lain yang terletak di atas atau dibawahnya. William Smith, Bapak
stratigrafi, adalah orang yang pertama-tama menyadari kebenaan fosil
yang terkandung dalam sedimen. Sejak masa Smith, stratigrafi terutama
membahas tentang penggolongan strata berdasarkan fosil yang ada
didalamnya. Penekanan penelitian stratigrafi waktu itu diletakkan pada
konsep waktu sehingga pemelajaran litologi pada waktu itu dipandang
hanya sebagai ilmu pelengkap dalam rangka mencapai suatu tujuan yang
dipandang lebih penting, yakni untuk menggolongan dan menentukan
umur batuan.
Pada tahun-tahun berikutnya, pemelajaran minyakbumi secara khusus telah
memberikan konsep yang sedikit berbeda terhadap istilah stratigrafi.
Konsep yang baru itu tidak hanya menekankan masalah penggolongan
dan umur, namun juga litologi. Berikut akan disajikan beberapa contoh
yang menggambarkan konsep-konsep tersebut di atas.
Moore (1941, h. 179) menyatakan bahwa stratigrafi adalah cabang ilmu
geologi yang membahas tentang definisi dan pemerian kelompok-
kelompok batuan, terutama batuan sedimen, serta penafsiran
kebenaannya dalam sejarah geologi. Menurut Schindewolf (1954, h. 24),
stratigrafi bukan Schichtbeschreibung, melainkan sebuah cabang geologi
sejarah yang membahas tentang susunan batuan menurut umurnya serta
tentang skala waktu dari berbagai peristiwa geologi (Schindewolf, 1960, h.
8). Teichert (1958, h. 99) menyajikan sebuah ungkapan yang lebih kurang
sama dalam mendefinisikan stratigrafi sebagai cabang ilmu geologi yang
membahas tentang strata batuan untuk menetapkan urut-urutan
kronologinya serta penyebaran geografisnya. Sebagian besar ahli
stratigrafi Perancis juga tidak terlalu menekankan komposisi batuan
sebagai sebuah domain dari stratigrafi (Sigal, 1961, h. 3).
Definisi istilah stratigrafi telah dibahas pada pertemuan International
Geological Congress di Copenhagen pada 1960. Salah satu kelompok,
yang sebagian besar merupakan ahli-ahli geologi perminyakan, tidak
menyetujui adanya pembatasan pengertian dan tujuan stratigrafi seperti
yang telah dicontohkan di atas. Bagi para ahli geologi itu, stratigrafi
adalah ilmu yang mempelajari strata dan berbagai hubungan strata (bukan
hanya hubungan umur) serta tujuannya adalah bukan hanya untuk
memperoleh pengetahuan mengenai sejarah geologi yang terkandung
didalamnya, melainkan juga untuk memperoleh jenis-jenis pengetahuan
lain, termasuk didalamnya pengetahuan mengenai nilai ekonomisnya
(International Subcommission on Stratigraphy and Terminology, 1961, h.
9). Konsep stratigrafi yang luas itu dipertahankan oleh subkomisi tersebut
yang, sewaktu memberikan komentar terhadap berbagai definisi stratigrafi
yang ada saat itu, menyatakan bahwa stratigrafi mencakup asal-usul,
komposisi, umur, sejarah, hubungannya dengan evolusi organik, dan
fenomena strata batuan lainnya (International Subcommission on
Stratigraphy and Terminology, 1961, h. 18).
Karena berbagai metoda petrologi, fisika, dan kimia makin lama makin
banyak digunakan untuk mempelajari strata dan makin lama makin
menjadi bagian integral dari penelitian stratigrafi, maka kelihatannya cukup
beralasan bagi kita untuk mengadopsi konsep stratigrafi yang luas
sebagaimana yang diyakini oleh subkomisi tersebut.

F. Fasies Sedimenter
Pengertian Fasies
Fasies merupakan suatu tubuh batuan yang memiliki kombinasi karakteristik
yang khas dilihat dari litologi, struktur sedimen dan struktur biologi
memperlihatkan aspek fasies yang berbeda dari tubuh batuan yang yang
ada di bawah, atas dan di sekelilingnya.
Fasies umumnya dikelompokkan ke dalam facies association dimana fasies-
fasies tersebut berhubungan secara genetis sehingga asosiasi fasies ini
memiliki arti lingkungan. Dalam skala lebih luas asosiasi fasies bisa
disebut atau dipandang sebagai basic architectural element dari suatu
lingkungan pengendapan yang khas sehingga akan memberikan makna
bentuk tiga dimensi tubuhnya (Walker dan James, 1992).
Menurut Slley (1985), fasies sedimen adalah suatu satuan batuan yang dapat
dikenali dan dibedakan dengan satuan batuan yang lain atas dasar
geometri, litologi, struktur sedimen, fosil, dan pola arus purbanya. Fasies
sedimen merupakan produk dari proses pengendapan batuan sedimen di
dalam suatu jenis lingkungan pengendapannya. Diagnosa lingkungan
pengendapan tersebut dapat dilakukan berdasarkan analisa faises
sedimen, yang merangkum hasil interpretasi dari berbagai data,
diantaranya :
1. Geometri :
a (regional dan lokal dari seismik (misal : progradasi, regresi, reef dan
chanel)
b (intra-reservoir dari wireline log (ketebalan dan distribusi reservoir)
2. Litologi : dari cutting, dan core (glaukonit, carboneous detritus) dikombinasi
dengan log sumur (GR dan SP)
3. Paleontologi : dari fosil yang diamati dari cutting, core, atau side wall core
4. Struktur sedimen : dari core

Model Fasies (Facies Model)
Model fasies adalah miniatur umum dari sedimen yang spesifik. Model fasies
adalah suatu model umum dari suatu sistem pengendapan yang khusus (
Walker , 1992).Model fasies dapat diiterpretasikan sebagai urutan ideal
dari fasies dengan diagram blok atau grafik dan kesamaan. Ringkasan
model ini menunjukkan sebagaio ukuran yang bertujuan untuk
membandingkan framework dan sebagai penunjuk observasi masa depan.
model fasies memberikan prediksi dari situasi geologi yang baru dan
bentuk dasar dari interpretasi lingkungan. pada kondisi akhir hidrodinamik.
Model fasies merupakan suatu cara untuk menyederhanakan, menyajikan,
mengelompokkan, dan menginterpretasikan data yang diperoleh secara
acak.

Ada bermacam-macam tipe fasies model, diantaranya adalah :
a) Model Geometrik berupa peta topografi, cross section, diagram blok tiga
dimensi, dan bentuk lain ilustrasi grafik dasar pengendapan framework
b) Model Geometrik empat dimensi adalah perubahan portray dalam erosi
dan deposisi oleh waktu .
c) Model statistik digunakan oleh pekerja teknik, seperti regresi linear
multiple, analisis trend permukaaan dan analisis faktor. Statistika model
berfungsi untuk mengetahui beberapa parameter lingkungan pengendapan
atau memprediksi respon dari suatu elemen dengan elemen lain dalam
sebuah proses-respon model.

Facies Sequence
Suatu unit yang secara relatif conform dan sekuen tersusun oleh fasies yang
secara geneik berhubungan. Fasies ini disebut parasequence. Suatu
sekuen ditentikan oleh sifat fisik lapisan itu sendiri bukan oleh waktu dan
bukan oleh eustacy serta bukan ketebalan atau lamanya pengendapan
dan tidak dari interpretasi global atau asalnya regional (sea level change).
Sekuen analog dengan lithostratigrafy, hanya ada perbedaan sudut
pandang. Sekuen berdasarkan genetically unit.
Ciri-ciri sequence boundary :
1. membatasi lapisan dari atas dan bawahnya.
2. terbentuk secara relatif sangat cepat (<10.000 tahun).
3. mempunyai suatu nilai dalam chronostratigrafi.
4. selaras yang berurutan dalam chronostratigrafi.
5. batas sekuen dapat ditentukan dengan ciri coarsening up ward.

Asosiasi Fasies
Mutti dan Ricci Luchi (1972), mengatakan bahwa fasies adalah suatu lapisan
atau kumpulan lapisan yang memperlihatkan karakteristik litologi, geometri
dan sedimentologi tertentu yang berbeda dengan batuan di sekitarnya.
Suatu mekanisme yang bekerja serentak pada saat yang sama. Asosiasi
fasies didefinisikan sebagai suatu kombinasi dua atau lebih fasies yang
membentuk suatu tubuh batuan dalam berbagai skala dan kombinasi.
Asosiasi fasies ini mencerminkan lingkungan pengendapan atau proses
dimana fasies-fasies itu terbentuk.
Sekelompok asosiasi fasies endapan fasies digunakan untuk mendefinisikan
lingkungan sedimen tertentu. Sebagai contoh, semua fasies ditemukan di
sebuah fluviatile lingkungan dapat dikelompokkan bersama-sama untuk
menentukan fasies fluvial asosiasi.
Pembentukan dibagi menjadi empat fasies asosiasi (FAS), yaitu dari bawah
ke atas. Litologi sedimen ini menggambarkan lingkungan yang didominasi
oleh braided stream berenergi tinggi.

a. Asosiasi fasies 1
Asosiasi fasies terendah di unit didominasi oleh palung lintas-stratifikasi,
tinggi energi braided stream yang membentuk dataran outwash sebuah
sistem aluvial. Trace fosil yang hampir tidak ada, karena energi yang
tinggi berarti depositional menggali organisme tidak dapat bertahan.
b. Asosiasi fasies 2
Fasies ini mencerminkan lingkungan yang lebih tenang, unit ini kadang-
kadang terganggu oleh lensa dari FA1 sedimen. Bed berada di seluruh
tipis, planar dan disortir dengan baik. Bed sekitar 5 cm (2 in) bentuk tebal
2 meter (7 ft) unit "bedded sandsheets"- lapisan batu pasit yang
membentuk lithology dominan fasies ini.
Sudut rendah (<20 ), lintas-bentuk batu pasir berlapis unit hingga 50 cm
(19,7 inci) tebal, kadang-kadang mencapai ketebalan sebanyak 2 meter (7
kaki). Arah arus di sini adalah ke arah selatan timur - hingga lereng - dan
memperkuat interpretasi mereka sebagai Aeolian bukit pasir. Sebuah suite
lebih lanjut lapisan padat berisi fosil jejak perkumpulan; lapisan lain
beruang riak saat ini tanda, yang mungkin terbentuk di sungai yang
dangkal, dengan membanjiri cekungan hosting mungkin pencipta jejak
fosil. Cyclicity tidak hadir, menunjukkan bahwa, alih-alih acara musiman,
kadang-kadang innundation didasarkan pada peristiwa-peristiwa tak
terduga seperti badai, air yang berbeda-beda tabel, dan mengubah aliran
kursus.
c. Asosiasi fasies 3
Fasies ini sangat mirip FA1, dengan peningkatan pasokan bahan clastic
terwakili dalam rekor sedimen tdk halus, diurutkan buruk, atas-fining (yaitu
padi-padian terbesar di bagian bawah unit, menjadi semakin halus ke arah
atas), berkerikil palung lintas-unit tempat tidur hingga empat meter tebal.
Jejak fosil langka. Sheet-seperti sungai dikepang disimpulkan sebagai
kontrol dominan pada sedimentasi di fasies ini.
d. Asosiasi fasies 4
Asosiasi fasies paling atas muncul untuk mencerminkan sebuah lingkungan
di pinggiran laut. Fining-up yang diamati pada 0,5 meter (2 kaki) hingga 2
meter (7 kaki) skala, dengan salib melalui seperai pada unit dasar arus
overlain oleh riak. Baik shales batu pasir dan hijau juga ada. Unit atas
sangat bioturbated, dengan kelimpahan Skolithos - sebuah fosil biasanya
ditemukan di lingkungan laut.

Hubungan Antara Fasies, Proses Sedimentasi dan Lingkungan
Pengendapan
Lingkungan pada semua tempat di darat atau di bawah laut dipengaruhi oleh
proses fisika dan kimia yang berlaku dan organisme yang hidup di bawah
kondisi itu pada waktu itu. Oleh karena itu suatu lingkungan pengendapan
dapat mencirikan proses-proses ini. Sebagai contoh, lingkungan fluvial
(sungai) termasuk saluran (channel) yang membawa dan mengendapkan
material pasiran atau kerikilan di atas bar di dalam channel.

Ketika sungai banjir, air menyebarkan sedimen yang relatif halus melewati
daerah limpah banjir (floodplain) dimana sedimen ini diendapkan dalam
bentuk lapis-lapis tipis. Terbentuklah tanah dan vegetasi tumbuh di daerah
floodplain. Dalam satu rangkaian batuan sedimen channel dapat diwakili
oleh lensa batupasir atau konglomerat yang menunjukkan struktur internal
yang terbentuk oleh pengendapan pada bar channel. Setting floodplain
akan diwakili oleh lapisan tipis batulumpur dan batupasir dengan akar-akar
dan bukti-bukti lain berupa pembentukan tanah.

Dalam deskripsi batuan sedimen ke dalam lingkungan pengendapan, istilah
fasies sering digunakan. Satu fasies batuan adalah tubuh batuan yang
berciri khusus yang mencerminkan kondisi terbentuknya (Reading & Levell
1996). Mendeskripsi fasies suatu sedimen melibatkan dokumentasi semua
karakteristik litologi, tekstur, struktur sedimen dan kandungan fosil yang
dapat membantu dalam menentukan proses pembentukan. Jika cukup
tersedia informasi fasies, suatu interpretasi lingkungan pengendapan
dapat dibuat. Lensa batupasir mungkin menunjukkan channel sungai jika
endapan floodplain ditemukan berasosiasi dengannya. Namun
bagaimanapun, channel yang terisi dengan pasir terdapat juga di dalam
setting lain, termasuk delta, lingkungan tidal dan lantai laut dalam.
Pengenalan channel yang terbentuk bukanlah dasar yang cukup untuk
menentukan lingkungan pengendapan.

Fasies pengendapan batuan sedimen dapat digunakan untuk menentukan
kondisi lingkungan ketika sedimen terakumulasi. Lingkungan sedimen
telah digambarkan dalam beberapa variasi yaitu :
1. Tempat pengendapan dan kondisi fisika, kimia, dan biologi yang
menunjukkan sifat khas dari setting pengendapan [Gould, 1972].
2. Kompleks dari kondisi fisika, kimia, dan biologi yang tertimbun [Krumbein
dan Sloss, 1963].
3. Bagian dari permukaan bumi dimana menerangkan kondisi fisika, kimia,
dan biologi dari daerah yang berdekatan [Selley, 1978].
4. Unit spasial pada kondisi fisika, kimia, dan biologi scara eksternal dan
mempengaruhi pertumbuhan sedimen secara konstan untuk membentuk
pengendapan yang khas [Shepard dan Moore, 1955].Tiap lingkungan
sedimen memiliki karakteristik akibat parameter fisika, kimia, dan biologi
dalam fungsinya untuk menghasilkan suatu badan karakteristik sedimen
oleh tekstur khusus, struktur, dan sifat komposisi. Hal tersebut biasa
disebut sebagai fasies. Istilah fasies sendiri akan mengarah kepada
perbedaan unit stratigrafi akibat pengaruh litologi, struktur, dan
karakteristik organik yang terdeteksi di lapangan. Fasies sedimen
merupakan suatu unit batuan yang memperlihatkan suatu pengendapan
pada lingkungan.

G. Lingkungan Pengendapan
Prinsip dari analisa stratigrafi untuk mengetahui lingkungan
pengendapan.Lingkungan pengendapan akan berhubungan dengan
bahan galian yg bernilai ekonomis, ex : minyak bumi, batu bara, bijih2
logam dsb.
Definisi tentang lingkungan pengendapan :
a. Krumbein & Sless (1963)
Suatu kompleks dari sifat fisik, kimia dan biologis dimana sedimen tersebut
diendapkan.
b. Potter (1967)
Suatu tempat yg ditegaskan oleh sejumlah sifat fisik, kimia dan beberapa
varietasnya yg akan dibatasi dengan adanya suatu satuan geomorfik
dalam ukuran dan bentuk tertentu.
c. Selley (1970)
Suatu bagian di permukaan bumi dimana sifat-sifat fisik, kimia dan biologis
berpengaruh terhadap proses pengendapan, dan kondisi ini dapat
dibedakan dengan kondisi tempat sekitarnya.
Kesimpulan : Lingkungan pengendapan adalah suatu tempat pengendapan
yang dipengaruhi oleh sifat fisik, kimia dan biologis dimana sedimen
tersebut diendapkan.

Berdasarkan konsep Uniformitarisme : The Present is The Key to The Past
, selamanya tidak selalu benar, karena lingkungan pengendapan purba
berbeda dgn lingkungan pengendapan saat ini :
a. Rekonstruksi endapan purba sering dilakukan dengan interpretasi,
sehingga belum tentu dianggap benar.
b. Data-data dari endapan purba hanya bersifat interpretasi secara global,
sehingga data-data belum spesifik.
c. Interpretasi lapangan untuk endapan saat ini lebih spesifik dan telah
dilakukan secara kontinyu, sehingga data lebih akurat dan up to date.

Analisa endapan saat ini dilakukan berdasarkan analisa genesanya (genetic
unit) atau proses pembentukan batuan :
a. Rekonstruksi didasarkan pd sayatan litologi, dgn memperhatikan setiap
jengkal perubahan / kelainan litologi.
b. Rekonstruksi didasarkan pengelompokkan strata dengan mempunyai ciri-
ciri genesa yg sama.
c. Penyebaran satuan yg sama genesanya ditentukan oleh proses yg terjadi
dimana lingkungan sedimen tsb terbentuk.
d. Pengamatan sayatan litologis utk melihat kelainan litologis yg
mencerminkan kapan suatu proses atau rangkaian proses tsb
mempengaruhi sedimentasi dan kapan rangkaian tersebut berhenti
mempengaruhi sedimentasi.
e. Satuan genetik hampir selalu berukuran lebih kecil dibandingkan dengan
formasi.

Ciri-Ciri Beberapa Lingkungan Pengendapan :
1. Endapan alluvial ciri-cirinya:
a. Transportasi berlangsung pada energi yang tinggi atau energi maksimum,
bila dibandingkan dengan energi lain, maka sortasinya sangat jelek.
b. Materialnya mempunyai pengendapan yang relatif dekat dengan
sumbernya, maka abrasi relatif kecil.
c. Material yang terbentuk mempunyai sortasi jelek maka porositasnya tinggi.
d. Sebagian fragmennya masih mempunyai warna asli.
e. Biasanya ikatan antar butir tidak kuat sehingga sangat porous, maka
biasanya kaya kandungan air.
f. Ketebalannya tidak seragam yaitu menebal ke arah bukit, sebab endapan
kipas alluvial ini berada di kaki bukit.

2. Endapan sungai yang teranyam (Braded river) cirinya:
a. Multi channel, maksudnya banyak dijumpai endapan yang arahnya
memanjang sesuai alur sungai purba.
b. Banyak dijumpai adanya perlapisan silang siur (cross bedded) dengan
komposisi pasir kasar dan sudut inklinasi kecil.
c. Alur-alurnya tida k begitu dalam, jadi endapan yang dihasilkan tidak begitu
tebal.
d. Kemiringan cukup besar pada waktu terjadinya.
e. Pengendapan lateral lebih besar.

3. Endapan sungai yang telah bermeander cirinya:
a. Single channel, yaitu alurnya biasanya hanya satu.
b. Slope kecil
c. Erosi yang intensif ke arah lateral.
d. Adanya desa-desa yang mempunyai pola tertentu, misalnya melengkung-
melengkung (bekas danau tapal kuda atau ex Bow Lake).
e. Cross bedding dapat dijumpai dalam skala kecil.

4. Endapan delta, cirinya:
a. Endapan delta umumnya tebal, beberapa ratus sampai beberapa ribu
meter.
b. Endapan delta banyak mengandung pasir yang berasal dari darat/terigen.
c. Umumnya mengandung sisipan batu bara, yang terjadi pada deltaic
plainnya.
d. Secara umum makin ke atas makin mengkasar, terkecuali kalau kemudian
diikuti dengan shifting (perpindahan delta).
e. Porositas endaan delta relatif tinggi.
5. Endapan Delta front, ciri-cirinya:
a. Pengendapan kadang-kadang sub-aerial kadang sub-aqueous.
b. Variasi litologi, pasir, lanau, lempung dan kandungan organik sehingga
dapat terbentuk lignit atau batubara.
c. Biasanya dibagian permukaan telah mengalami erosi.
d. Jika dijumpai kemiringan yg kecil, maka arah kemiringan tsb ke arah laut.
e. Struktur sedimen yang mungkin dijumpai:
Silang siur, current fill, graded bedding, ripple mark.
f. Karena pengaruh gelombang sehingga sortasinya tidak baik.
g. Fauna dapat fauna darat dapat laut.

6. Endapan Fore set (bagian dari prodelta), ciri-cirinya:
a. Materialnya merupakan campuran material darat dan laut. Secara umum
material ini agak kasar jika dibandingkan delta front, sebab kedalaman
tempat ini 15-20 m dimana pengaruh ombak sangat besar.
b. Material yang diendapkan mempunyai kemiringan yang lebih besar sesuai
dengan initial dip, jika dibanding dengan delta front.
c. Komposisinya: lempung, pasir dan lanau.
d. Kadang-kadang bagian prodelta dijumpai batu gamping yang hal ini
disebabkan influx sedimen dari darat yang besar, sehingga menghambat
pertumbuhan batu gamping.
e. Bagian ini mungkin sekali dijumpai konversi silika ataupun oksida besi.

7. Endapan Prodelta clay, ciri-cirinya:
a. Materialnya merupakan campuran material darat-laut.
b. Marine clay lebih banyak dibanding yang asal darat.
c. Sedimen ini mempunyai kemiringan yang sama dengan dasar
pengendapannya.
d. Komposisi yang dominan lempung.
e. Fauna lautnya sudah melimpah.

TUJUAN ANALISA STRATIGRAFI DAN PENGGUNAAN MODEL

Dalam analisa stratigrafi hal yang penting adalah dengan menyederhanakan
sesuatu yang kompleks menjadi hal yang sederhana maka digunakan
model.
Model adalah penyederhanaan ideal dari kelompok sesuatu yang digunakan
untuk mencoba mengerti (mempelajari) kondisi maupun proses alam yang
kompleks.

Istilah-istilah yang sering digunakan dalam stratigrafi:
1. Stratum, yaitu kesatuan dari batuan yang berbeda dengan di atas dan di
bawahnya. Stratum satu dengan stratum lain dibatasi dengan bidang
perlapisan atau ciri lain yang membedakannya.
2. Stratotipe atau perlapisan jenis, yaitu tipe perwujudan alamiah satuan-
satuan stratigrafi yang memberikan gambaran ciri umum dan batas-batas
satuan stratigrafi.
Stratigrafi Gabungan, ialah satuan stratotipe yang dibentuk oleh kombinasi
beberapa sayatan komponen Hipostratotipe, ialah sayatan tambahan
(stratotipe sekunder)untuk memperluas keterangan pada stratotipe.
Lokasi tipe, ialah letak geografi semua stratotipe atau tempat mula-mula
ditentukannya suatu satuan stratigrafi.
3. Horizon, ialah suatu bidang (dalam praktek; lapisan tipis di muka bumi
atau di bawahnya) yang menghubungkan titik-titik kesamaan waktu.
4. Korelasi, ialah penghubungan titik-titik yang mempunyai kesamaan waktu.
5. Sebandingan, mempunyai arti yang lebih umum daripada korelasi, yaitu
penghubungan antara satuan-satuan stratigrafi tanpa mempertimbangkan
kesamaan waktu.
6. Fasies, ialah aspek fisika, kimia dan biologi suatu endapan dalam
kesamaan waktu. Dua tubuh batuan yang diendapkan pada waktu yang
sama dikatakan berbeda fasies, kalau kedua batuan tersebut berbeda ciri
fisik, kimia dan biologinya.
7. Litosome, adalah masa batuan yang seragam yang dapat dibedakan
dengan masa batuan yang lain. Sehingga satuan litostratografi dapat
terdiri dari litosome atau beberapa litososme.
8. Satuan morfostratigrafi, yaitu pengelompokan satuan batuan berdasarkan
atas bentuk permukaan (morfologi).
9. Arus turbid, yaitu arus yang terjadi akibat adanya suatu sedimen yang
longsor secara tiba-tiba dengan kecepatan tinggi.
10. Flysch, yaitu suatu urutan endapan yang tebal yang merupakan suatu
perulangan dari selang-seling antara pasir dan serpih.

Tujuan analisa stratigrafi

a. Rekonstruksi lingkungan pengendapan purba yang didapatkan dengan
harapan lebih teliti.
b. Rekonstruksi paleogeografi yang lebih teliti.
c. Rekonstruksi sejarah geologinya lebih teliti.
d. Rekonstruksi pengendapan yang lebih teliti.
e. Penafsiran dari bagian-bagian sedimen yang prospektif mengandung
mineral dan arah penyebarannya.
Misalkan: dijumpai bijih timah, maka bijih ini ditafsirkan terjadi pada tanggal
yang braded (teranyam), dari pengertian tentang braded ini maka akan
diketahui arah penyebarannya, yaitu mengikuti alur sungai purba.

Langkah-langkah dalam analisa stratigrafi:

a. Mengumpulkan data sebanyak-banyaknya.
b. Membuat kolom litologi selengkap mungkin dari data yang didapat dan
diadakan pencatatan.
c. Jika ingin menyusun peta, kelompokkan urutan menjadi satuan-satuan.
d. Interpretasikan proses-proses yang berlangsung selama
pembentukkannya.
e. Dari struktur dan tekstur yang dijumpai dan digabungkan dengan data
yang ada dapat untuk menentukan lingkungan pengendapan.
f. Dengan mengetahui lingkungan pengendapan purba maka dapat dibatasi
pengertian tentang prospek dan tidaknya bahan galian ekonomis atau
minyak bumi misalnya, dengan demikian tidak membuang biaya dan
tenaga paling tidak dapat mengurangi biaya eksplorasi

http://sedimentologidanstratigrafi09.blogspot.com/

Vous aimerez peut-être aussi