Vous êtes sur la page 1sur 12

TUGAS TEKNOLOGI BATUBARA

RESUME
GENESA BATUBARA



Disusun oleh :
Revina Lukita Putri
Npm : 10070111069







JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
1435 H / 2014 M
RESUME
TEKNOLOGI BATUBARA

A. Pengertian Batubara
Batubara adalah sedimen (padatan) yang dapat terbakar, terbentuk dari
sisa tumbuhan yang terhumifikasi, berwarna coklat sampai hitam yang
selanjutnya terkena proses fisika dan kimia yang berlangsung selama jutaan
tahun hingga mengakibatkan pengkayaan kandungan C (Wolf, 1984 dalam
Anggayana 2002).
Sedangkan t Cook (1999) menerangkan bahwa batubara berasal dari sisa
tumbuhan yang terakumulasi menjadi gambut yang kemudian tertimbun oleh
sedimen, setelah pengendapan terjadi peningkatan temperatur dan tekanan yang
nantinya mengontrol kualitas batubara.
Menurut Achmad Prijono,dkk. (1992), batubara adalah bahan bakar
hidrokarbon tertambat yang terbentuk dari tumbuh-tumbuhan dalam lingkungan
bebas oksigen serta terkena pengaruh temperatur dan tekanan yang
berlangsung sangat lama. Sedangkan Simon dan Hopkins berpendapat bahwa
batubara adalah batuan yang mudah terbakar yang berasal dari akumulasi
perubahan tetumbuhan secara fisika dan kimia.
Dari definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa batubara merupakan
batuan sedimen organik hidrokarbon tertambat yang dapat terbakar serta
terbentuk dialam dari akumulasi tetumbuhan yang telah mengalami perubahan,
baik secara kimia mapun fisika, dalam kondisi bebas oksigen yang berlangsung
pada tekanan dan temperatur tertentu dalam waktu yang sangat lama.

B. Genesa Batubara
Pada umunya ada dua teori yang menerangkan terjadinya batubara yaitu,
teori In-situ dan teori Drift.
Teori In-situ
Menurut teori In-situ, batubara terbentuk dari tumbuhan atau pohon yang
berasal dari hutan tempat batubara tersebut terbentuk. Batubara yang
terbentuk sesuai dengan teori In-situ biasanya terjadi dihutan basah dan
berawa, sehingga pohon-pohon di hutan tersebut pada saat mati dan
roboh langsung tenggelam kedalam rawa tersebut dan sisa tumbuhan
tersebut tidak mengalami pembusukan secara sempurna dan akhirnya
menjadi fosil tumbuhan yang membentuk sedimen organik.
Teori Drift
Batubara, menurut teori drift terbentuk dari tumbuhan atau pohon yang
berasal dari hutan yang bukan di tempat batubara tersebut terbentuk.
Batubara yng terbentuk menurut teori drift biasanya terjadi di delta-delta
dengan ciri lapisan batubara tipis, tidak menerus, banyak lapisan dan
banyak pengotor.
Proses pembentukan batubara memakan waktu hingga puluhan juta
tahun, dimulai dari pembentukan gambut (peat) kemudian menjadi lignite, sub-
bituminous, bituminous hingga antrasit. Proses pembentukan
batubara/pembatubaraan (koalifikasi) dapat diartikan sebagai proses
pengeluaran berangsur-angsur dari zat pembakar (O2) dalam bentuk karbon
dioksida (CO2) dan air (H2O) hingga akhirnya menyebabkan konsentrasi karbon
tetap (fixed carbon) dalam bahan asal batubara bertambah.
Proses pembentukan batubara dari tumbuhan melalui dua tahap, yaitu :
Tahap pembentukan gambut (peat) dari tumbuhan yang disebut proses
peatification
Gambut adalah batuan sediment organic yang dapat terbakar yang
berasal dari tumpukan hancuran atau bagian dari tumbuhan yang
terhumifikasi dan dalam keadaan tertutup udara ( dibawah air ), tidak
padat, kandungan air lebih dari 75 %, dan kandungan mineral lebih kecil
dari 50% dalam kondisi kering.
Tahap pembentukan batubara dari gambut yang disebut proses
coalification.
Lapisan gambut yang terbentuk kemudian ditutupi oleh suatu lapisan
sedimen, maka lapisan gambut tersebut mengalami tekanan dari lapisan
sediment di atasnya. Tekanan yang meningkatakan mengakibatkan
peningkatan temperature. Disamping itu temperature juga akan
meningkat dengan bertambahnya kedalaman, disebut gradient geotermik.
Kenaikan temperature dan tekanan dapat juga disebabkan oleh aktivitas
magma, proses pembentukan gunung api serta aktivitas tektonik lainnya.
Peningkatan tekanan dan temperature pada lapisan gambut akan
mengkonversi gambut menjadi batubara dimana terjadi proses
pengurangan kandungan air, pelepasan gas gas ( CO2, H2O, CO, CH4 ),
penigkatan kepadatan dan kekerasanb serta penigkatan nilai kalor.

Gambar 1.1
Genesa Batubara

C. Reaksi Pembentukan Batubara
Adapun rekasi pembentukan batubara yaitu :
5(C6H10O5) C20H22O4 + 3CH4 + 8H2O +6CO2 + CO
Cellulosa Lignit gas metan
5(C6H10O5) C20H22O4 + 3CH4 + 8H2O +6CO2 + CO
Cellulosa bitumine gas metan

F. Faktor-Faktor Dalam Pembentukan Batubara
Faktor-Faktor dalam pembentukan batubara sangat berpengaruh
terhadap bentuk maupun kualitas dari lapisan batubara. Beberapa faktor yang
berpengaruh dalam pembentukan batubara adalah :
Material dasar, yakni flora atau tumbuhan yang tumbuh beberapa juta
tahun yang lalu, yang kemudian terakumulasi pada suatu lingkungan dan
zona fisiografi dengan iklim clan topografi tertentu. Jenis dari flora sendiri
amat sangat berpengaruh terhadap tipe dari batubara yang terbentuk.
Proses dekomposisi, yakni proses transformasi biokimia dari material
dasar pembentuk batubara menjadi batubara. Dalam proses ini, sisa
tumbuhan yang terendapkan akan mengalami perubahan baik secara
fisika maupun kimia.
Umur geologi, yakni skala waktu (dalam jutaan tahun) yang menyatakan
berapa lama material dasar yang diendapkan mengalami transformasi.
Untuk material yang diendapkan dalam skala waktu geologi yang
panjang, maka proses dekomposisi yang terjadi adalah fase lanjut clan
menghasilkan batubara dengan kandungan karbon yang tinggi.
Posisi geotektonik, yang dapat mempengaruhi proses pembentukan
suatu lapisan batubara dari :
- Tekanan yang dihasilkan oleh proses geotektonik dan menekan
lapisan batubara yang terbentuk.
- Struktur dari lapisan batubara tersebut, yakni bentuk cekungan stabil,
lipatan, atau patahan.
- Intrusi magma, yang akan mempengaruhi dan/atau merubah grade
dari lapisan batubara yang dihasilkan.
Lingkungan pengendapan, yakni lingkungan pada saat proses
sedimentasi dari material dasar menjadi material sedimen. Lingkungan
pengendapan ini sendiri dapat ditinjau dari beberapa aspek sebagai
berikut:
- Struktur cekungan batubara, yakni posisi di mana material dasar
diendapkan. Strukturnya cekungan batubara ini sangat berpengaruh
pada kondisi dan posisi geotektonik.
- Topografi dan morfologi, yakni bentuk dan kenampakan dari tempat
cekungan pengendapan material dasar. Topografi dan morfologi
cekungan pada saat pengendapan sangat penting karena
menentukan penyebaran rawa-rawa di mana batubara terbentuk.
Topografi dan morfologi dapat dipengaruhi oleh proses geotektonik.
- Iklim, yang merupakan faktor yang sangat penting dalam proses
pembentukan batubara karena dapat mengontrol pertumbuhan flora
atau tumbuhan sebelum proses pengendapan. Iklim biasanya
dipengaruhi oleh kondisi topografi setempat.
Berdasarkan pendekatan praktis, maka pembentukan batubara,
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu sebagai berikut:
Letak geografi (paleogeografi), dan iklim
Perkembangan dan pertumbuhan vegetasi
Perkembangan tempat akumulasi vegetasi
Distribusi lateral dan vertikal akumulasi vegetasi
Pengaruh struktur deformasi tektonik
Pengaruh kegiatan pembentukan batuan beku
Lingkungan pengendapan limik, paralik:
Alluvial plain
Upper deltaic plain
Lower deltaic plain
Barrier bar
Offshore
Topografi lingkungan pengendapan
Proses transformasi vegetasi menjadi batubara
Media transformasi vegetasi menjadi batubara
Waktu transformasi vegetasi menjadi batubara
Umur batubara setelah proses transformasi batubara

G. Lingkungan Pengendapan Batubara
Lingkungan pengendapan batubara dibagi atas empat bagian:
Telmatis/terrestrial: Lingkungan pengendapan ini menghasilkan gambut
yang tidak terganggu dan tumbuhannya tumbuh di situ (forest peat, reed
peat dan high moor moss peat).
1. Limnis/subaquatik/lingkungan bawah air, terendapkan di rawa danau.
Batubara yang terendapkan pada lingkutan telmatis dan limnis sulit
dibedakan karena pada forest swamp biasanya ada bagian yang berbeda
di bawah air (feed swamp).
2. Payau/Marine: Batubara pada lingkungan ini memiliki ciri khas, yaitu kaya
abu, sulfur dan nitrogen serta mengandung fosil laut.
3. Ca-rich: Batubara yang terendapkan pada lingkungan ini kaya akan
Kalsium (Ca), mempunyai ciri yang sama dengan batubara yang
terendapkan pada lingkungan marine.

Gambar 1.2
Lingkungan Pengendapan Batubara

H Jenis Tumbuhan Pembentuk batubara
Hampir seluruh pembentuk batubara berasal dari tumbuhan. Jenis-jenis
tumbuhan pembentuk batubara dan umurnya menurut Diessel (1981) adalah
sebagai berikut:
Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga Ordovisium dan bersel tunggal.
Sangat sedikit endapan batubara dari perioda ini.
Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan dari
alga. Sedikit endapan batubara dari perioda ini.
Pteridofita, umur Devon Atas hingga KArbon Atas. Materi utama
pembentuk batubara berumur Karbon di Eropa dan Amerika Utara.
Tetumbuhan tanpa bunga dan biji, berkembang biak dengan spora dan
tumbuh di iklim hangat.
Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman Permian hingga Kapur
Tengah. Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, semisal
pinus, mengandung kadar getah (resin) tinggi. Jenis Pteridospermae
seperti gangamopteris dan glossopteris adalah penyusun utama batubara
Permian seperti di Australia, India dan Afrika.
Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan
modern, buah yang menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga,
kurang bergetah dibanding gimnospermae sehingga, secara umum,
kurang dapat terawetkan.

I. Jenis-Jenis Batubara
Berdasarkan tingkat proses diagenesis, maka terbentuk pula
tingkatanrank batubara, yang masing-masing dapat dibedakan ciri sifat-sifat
fisiknya, yaitu sebagai berikut:
Batubara lignit
atau juga dikenal dengan sebutan batubara coklat, adalah jenis batubara
yang paling rendah kualitasnya. Banyak ditambang di Yunani, Jerman,
Polandia, Serbia, Rusia, Amerika Serikat, India, Australia, dan beberapa
bagian negara-negara Eropa. Batubara jenis ini banyak digunakan
sebagai bahan bakar pembangkit listrik tenaga uap. Namun karena jenis
ini memiliki energi konten rendah dan kandungan moisture yang tinggi,
maka sangat tidak efisien untuk ditransportasikan ke tempat yang jauh.
Untuk itu pembangkit listrik yang menggunakan batubara jenis ini
dibangun di lokasi yang cukup dekat dengan lokasi penambangannya.
Mengandung air 35-75% dari beratnya.

Foto 1.1
Batubara Lignite

Batubara sub-bituminus
Adalah jenis batubara sedang di antara jenis lignite dan jenis bituminous.
Secara fisik memiliki ciri-ciri berwarna coklat gelap cenderung hitam.
Memiliki kandungan kelembaban yang lebih rendah dari jenis lignite dan
cocok digunakan untuk bahan bakar pembangkit listrik tenaga uap.
Mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh karenanya menjadi
sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan bituminus.

Foto 1.2
Batubara Sub-Bituminus
Batubara bituminus
Adalah jenis batubara yang lebih tinggi tingkatan kualitasnya. Mayoritas
berwarna hitam, namun kadang masih ada yang berwarna coklat tua.
Dinamakan bituminous dikarenakan adanya kandungan bitumen/aspal.
Batubara jenis ini memiliki kandungan karbon sebanyak 60-80%, dan
sisanya berupa air, udara, hidrogen, dan sulfur.

Antrasite
Adalah jenis batubara yang paling baik kualitasnya. Jenis ini memiliki
kandungan karbon sebesar 92,1% sampai dengan 98%, sehingga
berwarna hitam mengkilap. Penggunaan batubara anthracite pada
pembangkit listrik tenaga uap, masuk ke dalam jenis batubara High Grade
dan Ultra High Grade. Namun persediaannya masih sangat terbatas,
yaitu sebanyak 1% dari total penambangan batubara. Negara penghasil
batubara ini antara lain adalah Cina, Rusia, Ukraina, Korea Utara,
Vietnam, Inggris, Australia, dan Amerika Serikat.

Foto 1.3
Batubara Antrasite


Gambar 1.3
Kualitas Batubara















KESIMPULAN


Berdasarkan uraian-uraian diatas yang bersumberkan atas literatur maka
dapat disimpulkan bahwa batubara merupakan suatu endapan bahan galian
anorganik yang terbentuk secara alamiah dialam, yang terbentuk karena adanya
proses penggambutan dari sisa-sisa tumbuhan beberapa juta tahun yang lalu,
yang mengalami proses pembatubaraan. Proses pembentukan batubara ini
sendiri berlangsung dengan jangka waktu yang lama.
Genesa/keterbentukan batubara dibedakan menjadi 2 teori keterbentukan
yaitu teori drift, dan teori In-situ. Dalam proses pembentukan batubara tersebut
banyak faktor yang memepengaruhinya yaitu seperti faktor material dasar,
dekomposisi, umur geologi, posisi geoteknik dan lingkungan pengendapannya itu
sendiri. Jenis-jenis batubara itu sendiri tersusun atas batubara lignite, batubara
sub-bituminus, batubara bituminus, dan batubara antrasite.
Peringkat batubara tersebut akan sangat dipengaruhi oleh kandungan
kadar air, kandungan abu, sulfur, maupun kandungan zat terbangnya, yang
mana semakin kecil kandungan elemen-elemen tersebut maka akan semakin
bagus/akan semakin tinggi nilai kalori batubara tersebut.















DAFTAR PUSTAKA


Andre Hermawan, Pengenalan Umum Batubar, Coal Quality Control and
Quality. Sucafindo 2001
Anonim,http://achmadinblog.wordpress.com/2010/05/31/genesa-
batubara/. Diakses pada tanggal 23 September 2014
Anonim,http://logku.blogspot.com/2011/02/proses-pembentukan-
batubara.html. Diakses pada tanggal 23 September 2014

Vous aimerez peut-être aussi