I. PENGKAJIAN 1) Identitas Klien Nama : Umur : Jenis Kelamin : Berat Badan : Alamat : Agama : Pekerjaan : 2) Keluhan utama Biasanya klien dengan epispadia datang ke Rumah Sakit dengan keluhan Bagian atas penis pasien tampak terbelah sejak lahir. 3) Riwayat Kesehatan Riwayat Kesehatan Sekarang terdapat lekukan pada ujung penis, air seni selalu merembes dari belahan penis, tidak dapat menahan kencing/ kebocoran urin saat batuk, melakukan gerakan mendadak, dan lain-lain. Riwayat Kesehatan Dahulu Gangguan ketidakseimbangan hormone, faktor lingkungan seperti: polutan dan zat yang bersifat teratogenik. Selain itu, tanyakan riwayat prenatal, natal, dan postnatal: a) Prenatal Tanyakan apakah ibu klien ada pernah memeriksakan kandungannya. b) Natal Tanyakan apakah ibu melahirkan pervagina atau SC c) Post natal Tanyakan bagaimanakah keadaan anak waktu lahir, biasanya klien dengan epispadia mengalami lubang uretra terbuka sejak lahir.
Page | 2
Riwayat Kesehatan Keluarga Anggota keluarga yang mengalami epispadia. 4) Pemeriksaan Fisik a. Tanda-tanda vital (TD, nadi, suhu, pernafasan) b. Head to toe Kepala deformitas (-), normosefal Kulit turgor baik Rambut hitam, tidak mudah dicabut Mata konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/- Telinga tidak ada kelainan Hidung tidak ada kelainan Tenggorok faring hiperemis (-), tonsil T1-T1 Gigi & mulut higien oral baik Leher tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening Jantung bunyi jantung 1 dan 2 normal, murmur (-), gallop (-) Paru vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/- Abdomen Inspeksi datar, lemas Palpasi massa(-), nyeri tekan (-), hati dan limpa tidak teraba Perkusi timpani (+) Auskultasi bising usus (+) normal Page | 3
Ekstremitas akral hangat, edema (-), CRT < 2 c. Status Urologis Uretra terbuka pada bagian distal penis, tampak rembesan urine di sepanjang bukaan uretra, tidak tampak deviasi penis. Daerah Flank (bagian tubuh di antara iga dan os.ilium): Inspeksi tidak tampak massa, perubahan warna kulit Palpasi massa (-), nyeri tekan (-) Perkusi nyeri ketok -/- Suprasimfisis kesan kosong, tidak teraba distensi, nyeri tekan (-) 5) Pemeriksaan Diagnostik Adapun pemeriksaan diagnostik tidak ada kecuali terdapat ketidak jelasan jenis kelamin perlu ditegaskan atau pada kasus-kasus ketika abnormalitas lain dicurigai. Namun dapat dilakukan pemeriksaan fisik untuk mengetahui letak dari meatus uretra secara normal yang mengalami kelainan atau tidak mengalami kelainan. a. Radiologis (IVP) b. USG sistem kemih-kelamin. c. Epispadia biasanya diperbaiki melalui pembedahan.
II. ANALISA DATA Pre Operasi No. DATA ETIOLOGI MASALAH KEP. 1. DS: - Ibu klien mengatakan air seni klien selalu merembes dari belahan penis - Ibu klien mengatakan Tekanan intraabdominal Inkontinensia urin Page | 4
anaknya tidak dapat menahan kencing DO: - Terlihat rembesan involunter sedikit urin pada aktivitas fisik - Terlihat rembesan urin pada saat batuk - Terlihat rembesan saat tertawa - Terlihat rembesan involunter sedikit pada saat bersin 2. DS : - Ibu klien mengatakan cemas dengan keadaan anaknya - Ibu klien mengatakan khawatir bila anaknya akan dioperasi
DO : - TTV: nadi (n/meningkat); TD Perubahan status kesehatan Ansietas Page | 5
(n/meningkat); - Ekspresi wajah tegang - Ibu memiliki keterbatasan dalam menyelesaikan masalah. - Ibu klien terlihat khawatir dengan keadaan.
Post Operasi No. DATA ETIOLOGI MASALAH KEP. 1. DS: - Ibu klien mengatakan anaknya sering menangis DO: - Klien tampak sering menangis - TD meningkat Agen injuri fisik (insisi pembedahan)
Nyeri Akut 2. DS: - Ibu klien mengatakan ada luka operasi pada kelamin anaknya Tindakan invasive, insisi post pembedahan, penurunan daya tahan tubuh primer Risiko infeksi Page | 6
DO: - Terdapat luka operasi pada penis - Luka tampak tertup verban
III. DIAGNOSA KEPERAWATAN Pre Operasi: 1. Inkontinensia urinarius stress berhubungan dengan tekanan intraabdominal tinggi 2. Ansietas berhubungan dengan stes atau perubahan status kesehatan
Post Operasi: 1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (insisi pembedahan) 2. Risiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasive, insisi post pembedahan, penurunan daya tahan tubuh primer
IV. INTERVENSI Pre Operasi No. DX. KEPERAWATAN NOC NIC 1. Inkontinensia urinarius stress berhubungan dengan tekanan intraabdominal tinggi
SELF-CARE: TOILETING Kriteria Hasil: Mengakui dan menanggapi kandung kemih penuh Mengakui dan menanggapi URINARY INCONTINENCE CARE 1. Identifikasi penyebab multifaktorial inkontinensia 2. Berikan privasi Page | 7
dorongan untuk buang air besar Mengosongkan kandung kemih Bangkit dari toilet Menyesuaikan pakaian setelah toileting
untuk elemination 3. Modifikasi pakaian dan lingkungan untuk memberikan akses mudah ke toilet 4. Sediakan pakaian pelindung , sesuai kebutuhan 5. Bersihkan daerah kulit genital secara berkala 6. Rujuk ke spesialis kontinensia uririnary sesuai 2. Ansietas berhubungan dengan stes atau perubahan status kesehatan
ANXIETY CONTROL Kriteria hasil: Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas Mengidentifikasi mengungkapkan dan menunjukkan teknik untuk mengontrol cemas Vital sign dalam batas normal Postur tubuh, ANXIETY REDUCTION (PENURUNAN KECEMASAN) 1. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan 2. Dampingi pasien untuk meningkatkan keamanan dan mengurangi takut 3. Berikan pijatan punggung/leher, sesuai kebutuhan Page | 8
ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan tingkat aktifitas menunjukkan berkurangnya kecemasan 4. Jaga peralatan perawatan jauh dari pandangan pasien 5. Bantu pasien unutk mengidentifikasi situasi yang mencetuskan ansietas 6. Kolaboratif: Berikan pengobatan untuk mengurangi ansietas, sesuai kebutuhan
KONTROL NYERI Kriteria hasil: Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik non farmakologi untuk mengurangi MANAJEMEN NYERI : 1. Kaji tingkat nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi. 2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan. Page | 9
nyeri, mencari bantuan) Mampu mengenal nyeri (skala, intensitas, frekuensi, dan tanda nyeri) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan manajemen nyeri 3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri klien sebelumnya. 4. Kontrol faktor lingkungan yang mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan. 5. Kurangi faktor presipitasi nyeri. 6. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologis/non farmakologis). 7. Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi, distraksi dll) untuk mengetasi nyeri. 8. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
ADMINISTRASI ANALGETIK :. 1. Cek program pemberian Page | 10
analgetik; jenis, dosis, dan frekuensi. 2. Cek riwayat alergi. 3. Tentukan analgetik pilihan, rute pemberian dan dosis optimal. 4. Monitor TTV sebelum dan sesudah pemberian analgetik. 5. Berikan analgetik tepat waktu terutama saat nyeri muncul. 6. Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan gejala efek samping.
2. Risiko infeksi b/d tindakan invasive, insisi post pembedahan, penurunan daya tahan tubuh primer RISK CONTROL Kriterian hasil: Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi Mendeskripsikan proses penularan KONTROL INFEKSI 1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain. 2. Batasi pengunjung Page | 11
penyakit, faktor yang mempengaruhi, penularan serta tatalaksana Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi Jumlah leukosit dalam batas normal Menunjukkan perilaku hidup sehat bila perlu. 3. Intruksikan kepada keluarga untuk mencuci tangan saat kontak dan sesudahnya. 4. Gunakan sabun anti microba untuk mencuci tangan. 5. Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan. 6. Gunakan baju dan sarung tangan sebagai alat pelindung (UP) 7. Pertahankan lingkungan yang aseptik selama pemasangan alat. 8. Lakukan perawatan luka, drainage dan dresing infus, kateter setiap hari. 9. Tingkatkan intake nutrisi dan cairan 10. berikan antibiotik Page | 12
sesuai program.
PROTEKSI INFEKSI 1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal. 2. Monitor hitung granulosit dan WBC. 3. Monitor kerentanan terhadap infeksi. 4. Pertahankan teknik aseptik untuk setiap tindakan. 5. Pertahankan teknik isolasi bila perlu. 6. Inspeksi kulit dan mebran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase. 7. Inspeksi kondisi luka, insisi bedah. 8. Ambil kultur jika perlu 9. Dorong masukan nutrisi dan cairan Page | 13
yang adekuat. 10. Dorong istirahat yang cukup. 11. Monitor perubahan tingkat energi. 12. Dorong peningkatan mobilitas dan latihan. 13. Instruksikan klien untuk minum antibiotik sesuai program. 14. Ajarkan keluarga/klien tentang tanda dan gejala infeksi. 15. Laporkan kecurigaan infeksi. 16. Laporkan jika kultur positif.