Adakah lagi yang lebih pilu selain puisi yang terlahir
dari airmata Ketika jangkar terangkat dan ombak menghantam seluruh cerita Pantai dan dermaga seolah ibu dan kakak perempuan membuang muka Sapu tangan tiang kapal mengirim haru ke langit kelabu, siksa Lalu segalanya gulita di antara riuh ombak dan cuaca yang mengamuk Merobek-robek kain layar berderak-derak hati yang terserak Seketika itu merapuhlah waktu jalan nafas yang semakin tersaruk Kita sudah tak lagi megukur getar karena musim yang jungkir balik Adakah lagi yang lebih puisi selain pilu yang melahirkan airmata Ketika nasib terputuskan sekian detik sebelum melepas tali dermaga Lapar dan dahaga seolah literan arak api memanggang raga Air di tempayan tercampur garam bagaimana lagi meminumnya