Vous êtes sur la page 1sur 70

1

BAB I
PENDAHULUAN

Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas kondisi sumur adalah
sejauh mana kualitas semen yang digunakan. Untuk itulah perlu dilakukan studi
laboratorium untuk mengetahui komposisi dan sifat fisik semen. Diharapkan
dengan kualitas semen yang baik konstruksi sumur dapat dipertahankan lebih dari
20 tahun.
Standar minimum yang harus dimiliki dari perencanaan sifat-sifat semen
didasarkan pada Brookhaven national laboratory dan API Sprc 10 specification
for material and testing for well cementing.
Secara garis besar percobaan laboratorium analisa semen pemboran dapat
dibagi dalam beberapa kelompok kecil, yaitu :
+ Pembuatan suspensi semen dan cetakan sampel
+ Uji rheologi suspensi semen
+ Uji sifat-sifat suspensi semen
+ Uji sifat-sifat fisik batuan
Uji sifat-sifat fisik batuan semen pemboran sedikit berbeda dengan uji
yang lainnya, karena sifat semen yang terjadi merupakan fungsi waktu. Dengan
demikian sifat-sifat tersebut akan berbeda tergantung dari waktu
pengkondisisannya baik terhadap temperatur ataupun waktunya.
Penyemenan atau cementing adalah suatu proses pendorongan bubur
semen ke dalam lubang sumur melalui casing menuju annulus casing-formasi dan
dibiarkan untuk beberapa saat hingga mengering dan mengeras sehingga dapat
melekatkan casing dengan formasi. Bubur semen yang mengeras akan melindungi
casing dari fluida formasi yang bersifat korosi dan untuk memisahkan zona yang
satu dengan zona yang lain dibelakang casing.





2

Menurut alasan dan tujuan melakukan proses penyemenan dapat dbagi
menjadi dua yaitu
1) Primary cementing (penyemanan utama)
Penyemenan pertama kali yang dilakukan setelah casing diturunkan kedalam
sumur.
2) Secondary atau remedial (penyemenan kedua atau penyemanan perbaikan)
Penyemenan ulang untuk menyempurnakan primary cementing atau
memperbaiki penyemenan yang rusak.

Fungsi penyemanan ditinjau dari primary cementing dan secondary cementing
antara lain :
1) Fungsi primary cementing adalah sebagai berikut :
Melekatkan casing dengan formasi.
Melindungi casing dari korosi.
Mencegah hubungan formasi formasi dibelakang casing.
Melindungi casing dari tekanan formasi.
Menutup zona zona atau formasi formasi yang membahayakan operasi
pemboran selanjutnya

Pada primary cementing, penyemanan casing pada dinding lubang sumur
dipengaruhi oleh jenis casing yang akan disemen.
Penyemanan conductor casing bertujuan untuk mencegah terjadinya
kontaminasi fluida pemboran (lumpur pemboran) dengan formasi.
Penyemanan surface casing bertujuan untuk melindungi air tanah agar tidak
tercemar dari fluida pemboran, memperkuat kedudukan surface casing sebagai
tempat dipasangnya alat BOP (blow out preventer). Untuk menahan beban
casing yang terdapat dibawahnya dan untuk mencegah aliran fluida formasi
yang akan melalui surface casing.
Penyemanan intermediate casing bertujuan untuk menutup tekanan formasi
abnormal atau untuk mengisolasi daerah lost circulation.


3

Penyemenan production casing bertujuan untuk mencegah terjadinya aliran
antar formasi ataupun aliran fluida formasi yang tidak diinginkan, yang akan
memasuk sumur.selain itu juga dapat untuk mengisolasi zona produktif yang
akan diproduksi fluida formasi dan juga dapat mencegah terjadinya korosi pad
casing yang disebabkan material material korosif.

2) Fungsi secondary cementing adalah sabagai berikut :
Memperbaiki primary cementing yang tidak baik atau tidak sempurna.
Memperbaiki casing yang bocor.
Menutup lubang perforasi yang salah.
Menutup lubang terbuka yang tidak dinginkan.
Sebagai landasan bagi peralatan pembelokan lubang.

Setelah operasi khusus semen dilakukan, seperti cement bond logging (CBL) dan
variable density logging (VDL), kemudian didapati kurang sempurnya atau
adanya kerusakan pada primary cementing maka akan dilakukan secondary
cementing, hal ini juga dapat dilakukan bila pengeboran gagal mendapatkan
minyak dan menutup lagi zona produktif yang diperforasi. Secondary dapat dibagi
menjadi tiga bagian antara lain :
a) Squeeze cementing
Squeeze cementing bertujuan
Mengurangi water oil ratio, water gas ratio, atau gas oil ratio.
Menutup formasi yang sudah tidak lagi produktif.
Menutup zona lost circulation.
Memperbaiki kebocoran yang terjadi casing.
Memperbaiki primary cementing yang kurang memuaskan.
Operasi squeeze dilakukan selama operasi pemboran berlangsung, komplesi
atau pada saat workover.





4

b) Re-cementing
Re-cementing dlakukan untuk menyempurkan primary cementing yang
gagal dan untuk memperluas perlindungan casing diatas top semen.
c) Plug-back cementing
Plug-back cementing dilakukan untuk :
Menutup atau meninggalkan sumur.
Melakukan directional drilling sebagai landasan whipstock, yang
dikarenakan adanya perbedaan compressive strength antara semen dan
formasi maka akan mengakibatkan bit berubah arahnya.
Menutup zona air dibawah zona minyak agar water oil ratio berkurang
pada open hole completion.






















5

BAB II
PEMBUATAN SUSPENSI SEMEN

2.1. Tujuan Percobaan
a. Mengetahui cara pembuatan suspensi semen.
b. Membuat cetakan dari suspensi semen.
c. Mengetahui komposisi dasar semen.
d. Mengetahui komponen tambahan dalam pembuatan semen pemboran.
e. Mengetahui kegunaan penambahan bahan additive pada suspensi
semen.

2.2. Teori Dasar
Pada operasi penyemenan sumur pemboran minyak, gas dan panas
bumi suspensi semen yang digunakan terdiri dari komponen dasar dan
komponen tambahan. Komponen dasarnya adalah semen portland,
dikembangkan oleh Joseph Aspdin (1824), dimana semen portland ini
termasuk semen hidrolis dalam arti akan mengeras bila bercampur dengan
air. Sedangkan komponen tambahannya merupakan macam-macam
additive yang dapat menjadikan semen memiliki kinerja khusus yang
sesuai dengan kebutuhan. Adapun komponen dasar semen yang mampu
menghidrat dan membentuk struktur yang keras dan kuat adalah :
a. Triclacium silicate (3CaO.SiO2 atau C3S)
Triclacium silicate dihasilkan dari kombinasi CaO dan SiO2.
Komponen ini merupakan yang terbanyak dalam semen portland, 40 45
% untuk semen yang lambat proses pengerasannya dan sekitar 60 65 %
untuk semen yang cepat proses pengerasannya (high-early strength
cement). Komponen C3S pada semen memberikan strength yang terbesar
pada awal maupun akhir pengerasan, terutama awal pengerasan.
b. Dicalcium silicate (2CaO.SiO2 atau C2S)
Dicalcium silicate juga dihasilkan dari kombinasi CaO dan SiO2.
Komponen ini sangat penting dalam memberikan final strength semen


6

karena C2S ini menghidrasinya lambat maka tidak berpengaruh dalam
setting time semen, akan tetapi sangat menentukan dalam kekuatan semen
lanjut. Kadar C2S dalam semen tidak lebih dari 20 %.

c. Tricalcium aluminate (3CaO.Al2O3 atau C3A)
Tricalcium aluminate terbentuk dari reaksi antara CaO dan Al2O3.
Walaupun kadarnya lebih kecil dari komponen silikat, sekitar 15 % untuk
high-early strength cement dan sekitar 3 % untuk semen yang tahan
terhadap sulfat karena hasil hidrasi C3A mudah diserang sulfat, namun
berpengaruh terhadap rheologi suspensi semen dan membantu proses
pengerasan awal pada semen tapi tidak menyumbang kekuatan akhir
semen.
d. Tetra calcium aluminoferite (4CaO.Al2O3.Fe2O3 atau C4AF)
Tetra calcium aluminoferite terbentuk dari reaksi CaO, Al2O3 dan
Fe2O3. Komponen ini hanya sedikit pengaruhnya terhadap strength
semen. API menjelaskan bahwa bila kadar C4AF ditambah dengan dua
kali kadar C3A tidak boleh lebih dari 24 % untuk semen yang tahan
terhadap kandungan sulfat tinggi. Penambahan oksida besi yang
berlebihan akan menaikkan kadar C4AF dan menurunkan kadar C3A, dan
berfungsi menurunkan panas hasil reaksi/hidrasi C3S dan C2S.

Selain ke-4 dasar komponen yang ditemukan dalam klinker, semen
portland dalam bentuk akhirnya dapat mengandung gypsum, alkali sulfat,
magnesium, lime bebas dan zat penambah lainnya. Pada konsentrasi
normal, material-material ini tidak begitu mempengaruhi sifat set semen,
tapi mempengaruhi laju hidrasi, ketahan terhadap serangan sulfat dan sifat
bubur semen.
Struktur butiran klinker bervariasi mengikuti material mentahnya,
ukuran butirannya dan pemanggangannya dan pendinginannya. Variabel-
variabel tadi mempengaruhi proses kristalisasi, berbagai hasil akhir dan
porositas dari butiran klinker itu sendiri. Secara umum, C3S (alite),


7

sebagai komponen mayoritas mengkristal sebagai partikel butiran. C2S
(balite) mengkristal kecil-kecil, lebih bundar yang mana tersebar di sekitar
butiran C3S. C4AF membentuk fasa kontinu di antara struktur butiran
klinker.
Distrubusi permukaan dari komposisi yang berbeda penting dalam
menentukan sifat semen. Kelas semen tertentu dengan spesifikasi yang
sama dapat mempunyai kekuatan yang berbeda. Ini biasanya disebabkan
perbedaan proses kristalisasi.
Selain komponen dasar, ada juga komponen tambahan dalam
pembuatan semen pemboran. Komponen tambahan semen merupakan
macam-macam additive yang digunakan dalam operasi penyemenan untuk
memperoleh sifat khusus atau kinerja yang dibutuhkan. Additive yang
umum digunakan untuk bahan campuran pada suspensi semen/slurry
antara lain :
a. Retarder, digunakan untuk memperpanjang Thickening time.
b. Akselerator, digunakan untuk memperpendek Thickening time.
c. Weighting Agent, digunakan untuk menambah densitas suspensi
semen.
d. Ekstender, digunakan untuk mengurangi densitas suspensi semen.
e. Dispersant, digunakan untuk menurunkan viskositas suspensi semen.
f. Fluid Loss Control Agent, digunakan untuk mengurangi filtrat (air
bebas).
g. Lost Circulation Control Agent, digunakan untuk mengurangi
kehilangan suspensi semen ke formasi.
h. Special Additive, digunakan untuk keperluan khusus dalam
menanggulangi kasus tertentu.
Di dalam penggunaan bahan additive tersebut pada suspensi semen
akan memberikan efek sampingan yang terjadi pada parameter-parameter
lainnya, walaupun memberikan sifat tertentu yang diinginkan dari additive
tersebut, sehingga perlu dilakukan uji laboratorium untuk mengetahui
interaksi yang terjadi.


8

2.3. Alat dan Bahan
2.3.1. Alat
a) Cetakan sampel
b) Kantong plastic
c) Mixer
d) Mud balance
e) Timbangan
f) Stop Watch









Gambar 2.1 Mixer Gambar 2.2 Timbangan Gambar 2.3 Cetakan Sampel








Gambar 2.4 Kantong Plastik Gambar 2.5 Stop Watch Gambar 2.6 Mud Balance

2.3.2. Bahan
a) Additive (Barite & Bentonite)
b) Air
c) Semen




9




Gambar 2.7 Semen Gambar 2.8 Barite Gambar 2.9 Bentonite






Gabar 2.9 Air

Peralatan yang digunakan dari alat pengaduk dengan tipe propeller.
Spesifikasi diberikan untuk tipe propeller, pisau mixer, ukuran serta waktu
pengadukan.
Biasanya sample suspensi semen yang dipersipakan sebanyak 600
ml. Mixer dioperasikan pada kecepatan 4000 rpm untuk 15 detik (dimana
seluruh padatan semen dicampurkan kedalam campuran air) dilanjutkan
dengan putaran 12000 rpm selama 35 detik. Karena bubur semen sangat
abrasive pengamatan dengan seksama terhadap pisau mixer sangat
penting.

2.4. Prosedur Percobaan
1. Timbang bubuk semen x gram, dengan timbangan.
2. Ukur air dengan WCR (Water Cement Ratio) yang diinginkan, harga
WCR tersebut tidak boleh melebihi batas air maksimum atau kurang
dari batas air minimum. Kadar air maksimum adalah air yang
dicampurkan kedalam semen tanpa menyebabkan terjadinya
pemisahan lebih dari 3,5 ml, dalam 250 ml suspensi semen jika
didiamkan selama 2 jam pada temperature kamar. Sedang kadar ari
minimum adalah jumlah air yang dapat dicampurkan kedalam semen
untuk memperoleh konsistensi maksimum sebesar 30 cc.


10

3. Jika ingin menggunakan additive, lakukan prosedur sebagai berikut :
- Jika additive berupa padatan, timbang berdasarkan % berat yang
dibutuhkan. Sebagai contoh penambahan tepung silica dalam%
BWOC, dengan berat total semen dan silica seberat 349 gram
adalah :
Silika 10% BWOC dengan berat = 10/100 x 349 gr = 34,9 gr.
Bubuk semen + silica = (349-34,9) gr = 314,1 gr
- Jika additive berupa cairan, % penambahan dilakukan dengan
mengukur volume additive sebanding dengan volume air yang
diperlukan. Sebagai contoh 1,5% HR-13-L, dengan volume total
air sebesar 1000 ml, adalah :
Volume HR-a3-L yang diperlukan = 1,6/100 x 1000 ml = 15 ml
4. Campur bubuk semen dengan additive padatan pada kondisi kering,
kemudian air dan additive larutan masukkan kedalam mixing container
dan jalankan mixer pada kecepatan 4000 Rpm dan masukkan
campuran semen dan additive padatan kedalamnya tidak lebih dari 15
detik, kemudian tutup mixing container dan lanjutkan pengadukan
pada kecepatan tinggi 12000 Rpm selama 35 detik.

2.3.1 Cetakan Sample
Untuk kebutuhan pengujian digunakan tiga bentuk cetakan sample
sebagai berikut :
1. Cetakan pertama
Berupa kubik berukuran 2x2 in, cetakan sample ini diperlukan untuk
pengukuran compressive strength standar API
2. Cetakan Kedua
Berupa silinder casing berukuran tinggi 2 in dan diameter dalamnya 1
in, cetakan sample ini diperlukan untuk mengukur shear bond strength
antara casing dan semen, serta pengukuran permeabilitas dengan
casing.



11

3. Cetakan Ketiga
Berupa core silinder berukuran tinggi 1-1/2 in dan diameter luarnya 1
in. Sampel ini digunakan untuk pengukuran permeabilitas semen
dengan casing dan pengukuran caompresive strength.

2.3.2 Pengkondisian Suspensi Semen
Pengkondisi suspensi semen dimaksudkan untuk mensimulatorkan
kondisi tekanan dan temperature yang diinginkan. Pengkondisian dapat
dilakukan dengan tekanan atmosphere dan temperature sampai 90
0
C
dengan menggunakan water bath. Pengkondisian pada tekanan dan
temperature operasi dapat dilakukan dengan alat Pressure Curing
Chamber.

2.5. Analisa dan Hasil Perhitungan
Tidak ada

2.6. Pembahasan
Dalam pembuatan suspense semen yang dibutuhkan adalah semen
Portland, air dan additive. Untuk pembuatan suspense semen ini, ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan salah satunya water cemen ratio
(WCR). Dalam pembuatan suspense semen ini WCR yang diinginkan
tidak melebihi batas maksimum atau kurang dari batas minimum. Kadar
air maksimum adalah air yang dicampurkan kedalam semen tanpa
menyebabkan terjadinya pemisahan lebih dari 3,5 ml, dalam 250 ml
suspensi semen jika didiamkan selama 2 jam pada temperature kamar.
Sedang kadar ari minimum adalah jumlah air yang dapat dicampurkan
kedalam semen untuk memperoleh konsistensi maksimum sebesar 30 cc.
Dalam pratikum ini ada 3 cetakan semen yang dibuat dan masing
berbeda bentuk dan ukuran. Cetakan pertama yang berbentuk kubik dibuat
untuk pengukuran compressive strength. Cetakan kedua berbentuk silinder
dengan tinggi 2 inch untuk pengukuran shear bond strength antara casing


12

dan semen dan permeabilitas dengan casing. Sedangkan cetakan 3
berbentuk silinder dengan tinggi 1 atau 2 inch untuk pengukuran
permeabilitas semen dengan casing dan compressive strength.

2.7. Kesimpulan
Pembuatan suspense semen dan cetakan sampel dilakukan untuk
menganalisa sifat-sifat semen pemboran seperti compressive strength,
shear bond strength dan permeabilitas.

























13

(


)
BAB III
PENGUJIAN DENSITAS SEMEN

3.1. Tujuan Percobaan
a. Menentukan densitas suspensi semen dengan menggunakan Mud
Balance.
b. Mengetahui pengaruh penambahan additif terhadap densitas suspensi
semen.
c. Menghitung pengaruh penambahan barite dan bentonite terhadap SG
semen.
d. Memahami cara pembuatan suspensi semen.
e. Mengetahui pengaruh tekanan hidrostatis terhadap suspensi semen.

3.2. Teori Dasar
Densitas suspensi semen didefinisikan sebagai perbandingan antara
jumlah berat bubuk semen, air pencampur dan additive terhadap jumlah
volume bubuk semen , air pencampur dan additive.
Dirumuskan sebagai berikut :



Dimana :
SGS = SG suspensi semen
Ws = Berat bubuk semen
Wad = Berat additive
Wair = Berat air
Vs = Volume bubuk semen
Vad = Volume Additif
Vair = Volume Air



14

Densitas merupakan berat per unit volume. Densitas dapat
dinyatakan dalam berbagai satuan, misalnya pounds per gallon (ppg),
pounds per cubit feet ( lb/ft3), specific gravity, atau dalam gradient
tekanan dalam pounds per square inch (lb/In2) per 1000 ft lumpur dalam
lubang sumur. Satuan yang terakhir ini sering digunakan karena langsung
dapat untuk menghitung tekanan hidrostatik dari kolom lumpur pada setiap
kedalaman lubang dengan satuan yang sama dimana tekanan pompa dan
tekanan reservoir atau tekanan fluida formasi dihitung. Satuan ini
disarankan dalam AAODC-API laporan Standard Daily Drilling Report.
Densitas suspensi semen sangat berpengaruh terhadap tekanan
hidrostatis suspensi semen dalam lubang sumur. Bila formasi tidak
sanggup menahan tekanan suspensi semen, maka akan menyebabkan
formasi pecah sehingga terjadi lost circulation.
Densitas suspensi yang rendah sering digunakan dalam operasi
primary cementing dan remidial cementing, guna menghindari terjadinya
fracture pada formasi yang lemah. Untuk menurunkan densitas dapat
dilakukan hal-hal sebagai berikut :
Menambahkan clay atau zat-zat kimia silikat jenis extender.
Menambahkan bahan-bahan yang dapat memperbesar volume
suspense semen, seperti pozzolan.
Sedangkan densitas suspensi semen yang tinggi digunakan bila
tekanan formasi cukup besar. Untuk memperbesar densitas dapat
ditambahkan pasir atau material material pemberat kedalam suspensi
semen, seperti barite.
Pengukuran densitas di laboratorium berdasarkan dari data berat
dan volume tiap komponen yang ada dalam suspensi semen, sedangkan di
lapangan dengan menggunakan alat pressurized mud balance. Mud
balance terdiri dari supporting base, cup, lid, dan graduated arm carrying
a sliding weight.




15

3.3. Alat dan Bahan
3.3.1. Alat
a) Mixer
b) Mud Balance
c) Timbangan






Gambar 3.1 Mud Balance Gambar 3.2 Mixer Gambar 3.3 Timbangan

3.3.2. Bahan
a) Additive (Barite & Bentonite)
b) Air
c) Semen






Gambar 3.4 Semen Gambar 3.5 Barite Gambar 3.6 Bentonite











16








Gambar 3.7 Air

3.4. Prosedur Percobaan
Prosedur percobaan yang dilakukan adalah :
1. Mengkalibrasi peralatan pressured mud balanced sebagai berikut :
- Membersihkan peralatan mud balanced
- Mengisi cup dengan air hingga penuh lalu ditutup dan
dibersihkan bagian luarnya
- Meletakkan kembali mud balanced pada kedudukan semula
- Rider ditempatkan pada skala 8,33 ppg
- Meneliti nuvo glass, bila tidak seimbang kalibrasikan screw
sampai seimbang.
2. Mempersiapkan suspensi semen yang diukur dan density suspensi
semen dapat menggunakan rumus :



Dimana :
SGS = SG suspensi semen
Ws = Berat bubuk semen
Wad = Berat additive
Wair = Berat air
Vs = Volume bubuk semen
Vad = Volume Additif
Vair = Volume Air


17

3. Masukkan suspensi semen kedalam cup balanced, kemudian cup
ditutup dan semen yang melekat pada dinding bagian luar
dibersihkan sampai bersih.
4. Letakkan balance arm pada kedudukan semula, kemudian atur rider
hingga seimbang, baca harga skala sebagai densitas suspensi semen.

3.5. Analisa dan Hasil Perhitungan
3.5.1. Analisa
Tabel 3.1 Tabel Hasil Pengujian Densitas Semen
Semen
(gram)
Air (ml) Additif (gram) SG semen
(ppg)
Barite Bentonite
600 276 0 1.875
600 276 0.75 1.876
600 276 1.5 1.877
600 276 2.25 1.878
600 276 3 1.879
600 276 0 1.875
600 276 0.75 1.8759
600 276 1.5 1.8764
600 276 2.25 1.8769
600 276 3 1.8773
600 276 3.75 1.8778
600 276 4.5 1.8783
600 276 5.25 1.8787
600 276 6 1.8789
600 276 6.75 1.8797
600 276 7.5 1.880
3.5.2. Hasil Perhitungan
Densitas barite = 4.33 gr/cc
Densitas bentonite = 2.65 gr/cc
Densitas semen = 3.14 gr/cc
Berat air (Wair) = 276 Gr
Berat semen (Ws) = 600 Gr
Berat additif = 0 Gr


18

Volume air (Vair) = 276 Ml
Volume additif = 0 Ml
Volume semen (Vs)





Densitas semen (SGS)






3.6. Pembahasan
Pada percobaan pengujian densitas ada dua bahan additive yang
digunakan yang digunakan yaitu barite dan bentonite. Dengan
menggunakan sampel semen yang sama yaitu 600 gr dan air 276 ml
kemudian ditambahkan additive dengan jumlah tertentu.


Berdasarkan grafik 3.1 dan grafik 3.2 maka dapat dilihat perubahan
densitas semen saat ditambahkan additive berupa bentonite dan barite.
Kedua additive tersebut menambah densitas semen.
15.61
15.62
15.63
15.64
15.65
15.66
15.67
15.68
15.69
15.70
15.71
0 5 10 15 20
S
G

(
p
p
)

Additif
Grafik 3.1 SG vs Adiditif
Barite
Bentonite


19

Kedua additive tersebut dapat dibandingkan untuk menambahkan
densitas. Saat semen ditambahkan barite dan bentonite dengan jumlah
yang sama, barite menaikkan densitas semen lebih cepat dibandingkan
bentonite.

3.7. Kesimpulan
1. Barite dan bentonite merupakan additive yang digunakan untuk
menambah densitas semen.
2. Barite menaikkan densitas semen lebih besar dibandingkan bentonite.
























20

BAB IV
PENGUJIAN RHEOLOGI SUSPENSI SEMEN

4.1. Tujuan Percobaan
a. Menentukan rheologi suspense semen pemboran yaitu plastic viscosity
dan yield point.
b. Mengetahui pengaruh penambahan additive terhadap sifat fisik
suspense semen.
c. Memahami rheologi semen pemboran.
d. Mengetahui alat pengukuran rheologi semen.
e. Memahami cara kerja dari fann VG meter

4.2. Teori Dasar
Pengujian rheologi suspensi semen dilakukan untuk menghitung
hidrolika operasi penyemenan. Penggunaan dari hubungan yang tepat pada
perkiraan kehilangan tekanan akibat friksi dan sifat-sifat aliran, suspensi
semen sangat tergantung dari besaran pengukuran parameter rheologi di
laboratorium. Dimana salah satu sifat penting dari hidrolika pemboran
adalah rheologi fluida pemboran yang meliputi sifat sifat aliran.
Ada dua tipe dasar alat yang di gunakan untuk pengukuran
rheologi dewasa ini, yaitu : Capillary Pipe Rheometers dan Coaxial
Cylinder Rotational Viscometer, yang di gunakan pada pengukuran
rheologi di laboratorium adalah Rotational Viscometer yang lebih di kenal
dengan Rheometer atau Fann VG meter dapat di lihat pada gambar 3
Jenisjenis fluida pemboran dapat dibagi menjadi dua kelas, yaitu:
a. Fluida Newtonian
Adalah fluida yang viscositasnya hanya dipengaruhi oleh temperatur
dan tekanan, dengan kata lain adalah fluida yang viscositasnya
konstan. Misalnya air, gas, dan minyak yang encer.




21

b. Fluida Non Newtonian
Yang dimaksud dengan fluida Non Newtonian adalah fluida yang
mempunyai viscositas tidak konstan, bergantung pada besarnya
geseran (shear rate) yang terjadi. Fluida Non Newtonian
memperlihatkan suatu yield stress suatu jumlah tertentu dari tahanan
dalam yang harus diberikan agar fluida dapat mengalir seluruhnya.

Berikut ini adalah beberapa istilah yang selalu diperhatikan dalam
penentuan rheologi suatu semen pemboran :
- Viscositas plastic (plastic viscosity) seringkali digambarkan sebagai
bagian dari resistensi untuk mengalir yang disebabkan oleh friksi
mekanik.
- Yield point adalah bagian dari resistensi untuk mengalir oleh gaya tarik
menarik antar partikel. Gaya tarik menarik ini disebabkan oleh
muatanmuatan pada permukaan partikel yang didispersi dalam fasa
fluida.
Alat yang digunakan untuk mengetahui sifat rheology adalah Fann
VG Vicometer yang dilengkapi cup heater untuk menaikkan temperatur
suspensi semen. Suspensi semen yang akan dites ditempatkan sedemikian
rupa sehingga mengisi ruang antar bob dan rotor sleeve. Pada saat rotor
berputar, maka suspensi semen akan menghasilkan torque pada bob
sebanding dengan viscositas suspensi semen. Untuk menentukan plastic
viscosity (
p
) dan yield point (Yp) dalam satuan lapangan digunakan
persamaan Bingham Plastic :

p
= C600 C300
Yp = C300 -
p

Dimana :

p
= Plastic Viscosity, Cp
Yp = Yield point, lb/100ft
2

C600 = Dial reading pada 600 rpm
C300 = Dial reading pada 300 rpm


22

4.3. Alat dan Bahan
4.3.1. Alat
a) Fann VG Meter
b) Gelas ukur
c) Mixer
d) Timbangan
e) Stop Watch






Gambar 4.1 Fann VG Meter Gambar 4.2 Gelas Ukur Gambar 4.3 Mixer






Gambar 4.4 Timbangan Gambar 4.5 Stop Watch

4.3.2. Bahan
a) Air
b) Additive (Barite & Bentonite)
c) Bubuk semen kelas A






Gambar 4.6 Bubuk Semen kelas A Gambar 4.7 Air


23






Gambar 4.8 Bentonite Gambar 4.9 Barite

4.4. Prosedur Percobaan
1. Isi bejana dengan suspensi semen yang telah disiapkan sampai batas
yang telah ditentukan.
2. Letakkan bejana pada tempatnya, skala atur kedudukannya sedemikian
rupa sehingga rotor dan bab tercelup ke dalam semen menurut batas
yang telah ditentukan.
3. Gerakan rotor pada posisi high dan tempatkan kecepatan rotor pada
kedudukan 600 rpm. Pemutaran terus dilakukan sehingga kedudukan
skala (dial) mencapai keseimbangan. Catat harga yang ditunjukkan
skala sebagai pembacaan 600 rpm.
4. Tentukan kecepatan menjadi 300 rpm dan catat skala sebagai pembaca
300 rpm.
5. Hitung besarnya Plastic Viscosity dan Yield Point dengan
menggunakan persaman :
p = C600 C300
Yp = C600 - p
Dimana :
p = Plastic Viscosity
Yp = Yield Point, lb / 100 ft
2

C300 = Dial Reading pada 300 rpm
C600 = Dial Reading pada 600 rpm






24

4.5. Analisa dan Hasil Perhitungan
4.5.1. Analisa
Tabel 4.1 Hasil Pengujian Rheologi Suspense Semen
Semen
(gram)
Air (ml) Additif C300 C600 p
(cp)
Yp
(lb/100ft2)
Barite Bentonite
600 276 0 135 155 20 115
600 276 2 172 217 45 127
600 276 4 187 237 50 137
600 276 6 202 262 60 142
600 276 0 172 242 70 102
600 276 2 162 227 65 97
600 276 4 154 217 63 91
600 276 6 130 177 47 83

4.5.2. Hasil Perhitungan
Semen Kelas A
WCR = 46%
p = C600 C300
= 155 135 = 20 cp
Yp = C600 - p
= 135 20 = 115 lb/100 ft
2

4.6. Pembahasan
Pengujian rheologi suspense semen perlu dilakukan untuk
menghitung hidrolika pemboran. Pada percobaan ini sifat suspense semen
yang diamati adalah plastic viscosity dan yield point.


25




Grafik 4.1 dan 4.2 menggambarkan pengaruh penambahan dua
additive yang berbeda yaitu barite dan bentonite terhadap plastic viscosity
dan yiled point. Penambahan additive berupa barite dapat meningkatkan
plastic viscosity dan yield point. Sedangkan bentonite menurunkakn
plastic viscosity dan yield point.



0
10
20
30
40
50
60
70
80
0 1 2 3 4 5 6 7
P
l
a
s
t
i
c

V
i
s
c
o
s
i
t
y

Additif
Grafik 4.1 Plastic Viscosity - Additif
0
20
40
60
80
100
120
140
160
0 1 2 3 4 5 6 7
Y
i
e
l
d

p
o
i
n
t

Additif
Gafik 4.2 Yield Point - Additif


26

4.7. Kesimpulan
1. Penambahan barite menaikkan nilai plastic viscosity dan yield point
dari suspense semen.
2. Penambahan bentonite menurunkan nilai plastic viscosity dan yield
point.




























27

BAB V
PENGUJIAN THICKENING TIME

5.1. Tujuan Percobaan
a. Untuk mengukur Thickening time suspensi semen.
b. Mengetahui pengaruh penambahan additive terhadap Thickening time
c. Mengetahui waktu yang dibutuhkan suspensi semen untuk mencapai
kosistensi 100 UC
d. Mengetahui Thickening time suspensi semen menggunakan alat
atmospheric consistometer
e. Mengetahui penambahan additive untuk memperpanjang atau
memperlambat Thickening time

5.2. Teori Dasar
Thickening time didefinisikan sebagai waktu yang dibutuhkan
suspensi semen untuk mencapai konsistensi sebesar 100 UC (Unit of
Consistency). Konsistensi sebesar 100 UC merupakan batasan bagi
suspensi semen masih dapat dipompa lagi. Dalam penyemenan yang di
maksud dengan konsistensi adalah viskositas, cuma dalam pengukurannya
ada sedikit perbedaan prinsip . sehingga penggunaan konsistensi ini dapat
dipakai untuk membedakan viskositas pada operasi penyemenan dengan
viskositas pada operasi pemboran (lumpur pemboran).
Thickening time semen ini sangatlah penting , waktu pemompaan
harus lebih kecil dari Thickening time, karena bila tidak akan
menyebabkan suspensi semen mengeras lebih dahulu. Sebelum sesudah
suspense semen mencapai target yang diinginkan dan bila mengeras
didalam casing merupakan kejadian yang sangat fatal dalam oprasi
pemboran selanjutnya.
Untuk sumur-sumur yang dalam dan untuk kolam penyemenannya
yang panjang, diperlukan waktu pemompaan yang lama sehingga
Thickening time harus diperpanjang, untuk memperpanjang atau


28

memperlambat Thickening time perlu ditambah retarder kedalam suspensi
semen, seperti calsium lignosulfat, carboxymenthyl hydroxyethyl cellulose
dan senyawa-senyawa organik.
Pada sumur-sumur yang dangkal maka diperlukan Thickening time
yang tidak lama, karena selain target yang akan dicapai tidak terlalu
panjang, juga untuk mempersingkat waktu. Untuk mempersingkat
Thickening time, dapat ditambah accelerator kedalam suspensi semen.
Yang termasuk accelerator adalah kalsium klorida, sodium klorida,
gypsum, sodium silikat, air laut dan additif yang tergolong dalam
dispersant.
Perencanaan besarnya Thickening time bergantung kepada
kedalaman sumur dan waktu untuk mencapai daerah target yang akan
disemen. Dilaboratorium, pengukuran Thickening time menggunakan alat
high pressure high temperature consistometer (HPHT). Disimulasikan
pada kondisi temperature dan tekanan sirkulasi. Thickening time suspensi
semen dibaca bila pada alat diatas telah menunjukkan 100 UC untuk
standar API. Namun ada perusahaan lain yang menggunakan angka 70 UC
(seperti pada hudbay) dengan pertimbangan faktor keselamatan,
kemudiaan dieksrapolasi ke 100 UC.
Perhitungan konsistensi suspensi semen di laboratorium ini
dilakukan dengan mengisi sampel kedalam silinder, lalu diputar konstan
pada 150 RPM kemudiaan dibaca harga torsinya. Dan harga konsistensi
suspensi semen dapat dihitung dengan menggunakan rumus :




Dimana :
Bc = konsistensi suspensi semen
T = pembacaan harga torsi,g-cm



29

Peralatan yang digunakan untuk mengukur Thickening time
suspensi semen adalah Atmospheric Consistometer digunakan untuk
kondisi tekanan atmosphere dan temperature sampai 220
o
figure 5
sedangkan HPHT Consistometer umumnya digunakan pada tekanan
sampai 2500 psi dan BHCT 500
o

5.3. Alat dan Bahan
5.3.1. Alat
a) Atmospheric Consistometer
b) HPHT Consistometer
c) Mixer
d) Timbangan
e) Stop watch







Gambar 5.1 HPHT Consistometer Gambar 5.2 Atmosferik Consistometer







Gambar 5.3 Stop Watch Gambar 5.4 Mixer





30






Gambar 5.5 Timbangan

5.3.2. Bahan
a) Air
b) Bubuk semen kelas G
c) NaCl






Gambar 5.6 Bubuk Semen Kelas G Gamabar 5.7 NaCl







Gambar 5.8 Air

5.4. Prosedur Percobaan
1. Siapkan peralatan dan stop watch, sebelum dilakukan pengujian
kalibrasi peralatan yang akan digunakan. Kalibrasi dan pengujiannya
sebagai berikut :
2. Hidupkan switch master dan set temperature pada skala yang
diinginkan.


31

3. Tuangkan suspensi semen kedalam slurry container sampai ketinggian
yang ditunjukkan oleh batas garis.
4. Paddel yang teah dilapisi grease dipasang pada lid yang telah
terpasang paddel pada slurry container dan masukkan kedalam
atmospheric consistometer.
5. Hidupkan motor dan stop watch dan skala petunjuk dalam selang
waktu tertentu sampai jarum torsi menunjukkan angka 70 BC.

5.5. Analisa dan Hasil Perhitungan

Tabel 5.1 Hasil Pengujian Thickening time
Semen
(gram)
Air (ml)
Additif (gram)
Thickening time (uc)
NaCl CMC
600 276 0 14
600 276 1 16
600 276 2 22
600 276 3 23
600 276 0 15
600 276 1 14
600 276 2 10
600 276 3 8















32

5.6. Pembahasan


Thickening time adalah waktu yang dibutuhkan oleh suspense
semen untuk mencapai 100 UC. Pada percobaan ini ada dua jenis additive
yang digunakan yaitu NaCl dan CMC.
Berdasarkan grafik 5.1 di atas kedua additive tersebut memiliki
sifat yang berbeda saat ditambahkan ke dalam suspense semen. Saat
ditambahkan NaCl waktu yang dibutuhkan mencapai 100 UC lebih lama
dibandingkan CMC.

5.7. Kesimpulan
1. Penambahan additive berupa CMC mempercepat Thickening time
dibandingkan NaCl.
2. Thickening time yang diinginkan tergantung dari kedalaman sumur
dan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai zona yang diinginkan.


0
5
10
15
20
25
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
T
h
i
c
k
e
n
i
n
g

T
i
m
e

Additif
Grafik 5.1 Thickening Time - Additif


33

BAB VI
PENGUJIAN FREE WATER

6.1. Tujuan Percobaan
a. Untuk menghitung harga free water pada 2 jam dalam suspensi
semen.
b. Mengetahui pengaruh penambahan additif terhadap free water pada
suspensi semen.
c. Mengetahui kandungan free water dari suspensi semen.
d. Mengetahui tentang kadar minimum air dan kadar maksimum air.
e. Mengetahui dampak dari free water terhadap suspensi semen.

6.2. Teori Dasar
Free water adalah air bebas yang terpisah dari suspensi semen.
Apabila harga free water ini terlalu besar melebihi batas air maksimum
maka akan terjadi pori-pori pada semen. Ini akan mengakibatkan semen
mempunyai permeabilitas besar. sehingga dapat menyebabkan kontak
fluida antara formasi dengan annulus dan strength semen berkurang. Hal
tersebut mengakibatkan fungsi semen tidak seperti yang diinginkan yaitu
menyekat casing dengan fluida formasi yang korosif.
Dalam penentuan harga free water ini, hal yang perlu diperhatikan
adalah WCR (Water Cemen Ratio), yaitu perbandingan air yang dicampur
terhadap bubuk semen sewaktu suspensi dibuat. Jumlah air yang
dicampurkan tidak boleh lebih dari kadar air maksimum atau kurang dari
batas air minimum karena akan mempengaruhi baik buruk ikatan
semennya.
Batasan air dalam suspensi didefinisikan sebagai kadar minimum dan
kadar maksimum air.
- Kadar Minimum Air.
Kadar air minimum adalah jumlah air yang dicampurkan tanpa
menyebabkan konsistensi suspensi semen lebih dari 30 UC. Bila air yang


34

ditambahkan lebih kecil dari kadar minimumnya, maka akan terjadi
gesekan-gesekan (friksi) yang cukup besar di annulus sewaktu suspensi
semen dipompakan dan juga akan menaikkan tekanan di annulus.
- Kadar Maksimum Air.
Adalah batas air yang dicampurkan ke dalam campuran suspensi
semen tanpa menyebabkan pemisahan lebih dari 3.5 mL dalam 250 mL
suspensi semen, bila didiamkan selama 2 jam pada temperature kamar.
Kandungan air normal dalam suspensi semen yang
direkomendasikan oleh API dapat di lihat pada table 6.1. Jadi kadar air
dalam suspensi semen harus berada antara kadar minimum dan kadar
maksimumnya
Tabel 6.1
Kandungan Air Mineral dalam suspensi Semen yang Direkomendasikan oleh API
API Class
Cement
Water (%)
By Weight of
Cement
Water
Gal per sack Liter per sack
A & B 46 5,19 19,6
C 56 6,32 23,9
D, E, F dan H 38 4,29 16,2
G 44 4,97 18,8
J (Jentative) - - -

6.3. Alat dan Bahan
6.3.1. Alat
a) Gelas ukur
b) Mixer
c) Timbangan








35







Gambar 6.1 Mixer Gambar 6.2 Timbangan Gambar 6.3 Gelas Ukur

6.3.2. Bahan
a) Air
b) Bentonite
c) Semen Portland kelas A






Gambar 6.4 Semen Portland Kelas A Gambar 6.5 Air







Gambar 6.6 Bentonite

6.4. Prosedur Percobaan
1. Gunakan tabung ukur, kemudian isi tabung tersebut dengan suspensi
semen yang akan diukur kadar airnya sebanyak 250 ml


36

2. Diamkan selama 2 jam sehingga terjadi air bebas pada atas tabung,
catat harga air bebas yang terbentuk.
3. Air bebas yang terjadi tidak boleh lebih dari 3,5 ml

6.5. Analisa dan Hasil Perhitungan

Tabel 6.2 Hasil Pengujian Free Water
Semen (gram) Air (ml) Additif (gram) Free Water @ 2 jam
(ml)
Bentonite Barite
600 276 0 0.5
600 276 1 0
600 276 2 0
600 276 3 0
600 276 4 0
600 276 5 0.75
600 276 6 0
600 276 7 0
600 276 0 0
600 276 1 0.25
600 276 2 0.1
600 276 3 0
600 276 4 0
600 276 5 0
600 276 6 0
600 276 7 0













37

6.6. Pembahasan


Free water adalah banyaknya air yang terbebas dari suspense
semen. Free water ini perlu dihitung karena apabila terlalu banyak air
bebas sehingga melebihi batas maksimum maka akan terjadi pori-pori
pada semen sehingga mengurangi kualitas dari semen tersebut.
Ada dua additive yang digunakan yaitu bentonite dan barite.
Berdasarkan grafik 6.1 di atas dapat dilihat bahwa ada perubahan nilai free
water saat ditambahkan additive tapi tidak terikat oleh jumlah additive
yang ditambahkan. Sehingga tidak dapat dipastikan penambahan additive
berupa bentonite dan barite dapat menambah atau mengurangi free water
pada suspensi semen.

6.7. Kesimpulan
1. Penambahan additive berupa barite atau bentonite berpengaruh pada
free water tapi terikat pada jumlah tertentu.
2. Banyaknya free water dari suspense semen juga tergantung dari jenis
semen yang digunakan.


0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0 2 4 6 8
F
r
e
e

W
a
t
e
r


Additif
Grafik 6.1 Free Water - Additif


38

BAB VII
PENGUJIAN FILTRATION LOSS

7.1. Tujuan Percobaan
a. Mengukur harga filtration loss pada 30 menit dalam suspense semen
menggunakan alat filter.
b. Mengetahui pengaruh penambahan additif terhadap filtration loss pada
suspensi semen.
c. Menghitung pengaruh penambahan kerosine dan bentonite terhadap
filtration loss.
d. Mengetahui additive yang dapat mengontrol besar kecilnya filtration
loss.
e. Mengetahui dampak dari filtration loss terhadap suspensi semen.

7.2. Teori Dasar
Filtration loss Adalah peristiwa hilangnya cairan dari suspensi
semen kedalam formasi permeable yang dilaluinya. Cairan ini sering
disebut dengan filtrat. Filtrat yang hilang tidak boleh terlalu banyak,
karena akan menyebabkan suspensi kekurangan air. Kejadian ini sering
disebut dengan flash set.
Bila suspensi semen mengalami flash set maka akan mengalami
friksi di anulus dan juga mengakibatkan pecahnya formasi.
Untuk mengontrol besar kecilnya filtration loss dapat digunakan :
a) Fluid Loss Control Agents.
Yaitu additif-additif yang berfungsi mencegah hilangnya fasa
liquid semen ke dalam formasi sehingga terjaga kandungan cairan
dalam suspensi semen. Additive additive yang termasuk kedalam
fluid loss control agents diantaranya polymer, CMHEC, dan latex.
b) Lost Circulation Control Agents.
Yaitu additive yang berguna mengontrol hilangnya suspensi semen
ke dalam formasi yang lemah atau bergua. Biasanya Material loss


39

circulation yang dipakai pada pemboran digunakan pula dalam
suspensi semen. Additive yang termasuk dalam lost circulation control
agents diantaranya gilsonite, cellophane flakes, gipsum, bentonite, dan
nut shells.
Pengujian filtration loss di laboratorium menggunakan alat filter
press pada kondisi temperetur sirkulasi dengan tekanan 1.000 psi.
namun filter loss mempunyai kelemahan yaitu temperatur maksimum
yang bisa digunakan hanya sampai 28
o
C(180
o
F).
Filtration loss diketehui dan volume filtrat yang ditampung
didalam tabung atau gelas ukur selama 30 menit masa pengujian maka
besarnya filtratiom loss dapat diketahui dengan rumus :

)
Dimana :
F30 = filtrate pada 30 menit, ml
Ft = filtrate pada t minit, ml
t = waktu pengukur, menit

Pada primary cementing, filtration loss diijinkan sekitar 150 - 250
cc. yang diukur selama 30 menit dengan menggunakan saringan berukuran
325 mesh dan pada tekanan 1000 psi. Sedangkan pada squeeze cementing.
Filtration loss diijinkan sekitar 55 65 cc selama 30 menit.

7.3. Alat dan Bahan
7.3.1. Alat
a) Filter Press
b) Gelas ukur
c) Mixer
d) Stopwatch
e) Timbangan


40







Gambar 7.1 Mixer Gambar 7.2 Timbangan Gambar 7.3 Gelas Ukur







Gambar 7.4 Stop Watch Gambar 7.5 Filter Press

7.3.2. Bahan
a) Air
b) CMC
c) Semen Porland kelas A





Gambar 7.6 Semen Portland Kelas A Gambar 7.7 Air






Gambar 7.8 CMC


41

7.4. Prosedur Percobaan
1. Persiapkan alat filter proses dan segera pasang filter paper secepat
mungkin dan letakkan gelas ukur dibawah silinder untuk menampung
fluid filtrate.
2. Tuangkan suspensi semen kedalam silinder dan segera tutup rapat.
Kemudian alirkan udara atau gas N
2
dengan tekanan 1000 psi.
3. Catat volume filtrate sebagai fungsi waktu dengan stop watch, interval
pengamatan setiap 2 menit pada 10 menit pertama, kemudian setiap 5
menit untuk 20 menit selanjutnya. Catat volume filtrate pada menit ke
25.
4. Harga filtration loss diketahui dari volume filtrate yang ditampung
dalam gelas ukur selama 30 menit massa pengujian. Bila waktu
pengujian tidak sampai 30 menit, maka besarnya filtration loss dapat
diketahui dengan rumus :

(

)
Dimana :
F30 : Filtrat pada 30 menit, ml
Ft : filtrate pada t menit, ml
t : waktu pengukuran, menit
5. Hentikan penekanan udara atau gas N
2
, buang tekanan udara dalam
silinder dan sisa suspensi semen yang di dalam silinder tuangkan
kembali kedalam breaker.









42

7.5. Analisa dan Hasil Perhitungan
7.5.1. Analisa
Tabel 7.1 Filtration loss
Semen
(gram)
Air
(ml)
Additif (gram)
Filtration loss
@ 30 menit
percobaan (ml)
Filtration loss @
30 menit
perhitungan
(ml)
Bentonite Kerosine
600 276 0 93 96.392
600 276 1 120 124.377
600 276 2 94 97.429
600 276 3 111.5 115.567
600 276 4 84.5 87.582
600 276 5 129 133.705
600 276 6 120 124.377
600 276 7 89 92.246
600 276 0 143.5 148.734
600 276 2 60.5 62.707
600 276 4 139.5 114.168
600 276 6 110.15 144.588
600 276 8 111.5 115.567
600 276 10 112.15 116.241
600 276 12 113 117.122
600 276 14 108.5 112.457

7.5.2. Hasil Perhitungan
Semen dasar :
Filtration loss @ 30 menit percobaan = 91 ml
Filtration loss @ 30 menit perhitungan
(

) (

)

Semen dasar + 1 gr bentonite :
Filtration loss @ 30 menit percobaan = 118 ml
Filtration loss @ 30 menit perhitungan
(

) (

)



43

7.6. Pembahasan
Filtration loss merupakan peristiwa hilangnya cairan dalam
suspense semen ke dalam formasi yang permeable yang dilaluinya. hal ini
adalah sesuatu yang dihindari karena dapat menyebabkan suspensi semen
kekurangan air.


Berdasarkan grafik 7.1 dan grafik 7.2 menggambarkan peristiwa
filtration loss dari suatu suspense semen yang ditambahkan additive yaitu
bentonite dan kerosin. Untuk mengetahui banyaknya filtration loss yang
terjadi dapat diketahui dari jumlah volume filtrate yang ditampung selama
30 menit terlihat dari grafik 7.1. Selain itu filtration loss juga dapat
dihitung menggunakan rumus :

(

)
Dimana :
F30 : Filtrat pada 30 menit, ml
Ft : filtrate pada t menit, ml
t : waktu pengukuran, menit
0.000
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
120.000
140.000
160.000
0 2 4 6 8 10 12 14 16
F
i
l
t
r
a
t
i
o
n

L
o
s
t

Additif
Grafik 7.1 Filtration Lost - Additif


44


Berdasarkan kedua grafik tersebut dapat dilihat perubahan yang
terjadi setelah penambahan additive tetapi tidak tergantung dari jumlah
additive yang ditambahkan.

7.7. Kesimpulan
1. Penambahan additive berpengaruh pada jumlah filtration loss tapi
terikat oleh banyaknya jumlah additive yang ditambahkan.
2. Semakin banyak filtrate yang hilang dari suspense semen makan akan
menyebabkan semen kekurangan air (flash set).























45

BAB VIII
PENGUJIAN COMPRESSIVE STRENGTH

8.1. Tujuan Percobaan
a. Untuk mengukur compressive strength dari suspensi semen.
b. Mengetahui pengaruh penambahan additif terhadap compressive
strength.
c. Untuk mengetahui tekanan maksimum retak dari sampel semen.
d. Mengetahui cara penggunaan alat hydraulic press.
e. Mengetahui additive yang untuk menaikkan dan menurunkan
compressive strength.

8.2. Teori Dasar
Setelah batuan semen dilepas dari cetakan, kemudian ditempatkan
pada alat hydraulic press dimana diisi sample akan ditekan secara axial
sampai batuan pecah. Compressive strength dapat ditentukan dengan
melihat harga tekan pada saat terjadi peretakan (pecah) menyilang dari
sample yang diuji.
Pada saat sampel ditempatkan pada hydraulic press untuk
pengukuran strength semen, harga pembebanan diatur tergantung pada
antisipasi harga strength dari sampel semen. Pengukuran compressive
strength semen dirancang untuk mendapatkan bebrapa indikasi mengenai
kemampuan semen untuk mengisolasi lapisan batuan dan untuk
melindungi serta menyokong casing.
Compressive strength didefinisikan sebagai kekuatan semen dalam
menahan tekanan-tekanan yang berasal dari formasi maupun dari casing.
Sedangkan untuk shear strength didefinisikan sebagai kekuatan semen
dalam menahan berat casing. Jadi compressive strength menahan tekanan-
tekanan dalam arah horizontal, sedangkan shear strength menahan
tekanan-tekanan dalam arah vertikal.


46

Seperti sifat-sifat suspensi semen yang lain, compressive strength
dipengaruhi juga oleh additive. Adapun additive itu berfungsi untuk
menaikkan compressive strength dan juga untuk menurunkan compressive
strength. Additive untuk menaikkan compressive strength diantaranya
adalah kalsium klorida, pozzolan, barite, sedangkan additive untuk
menurunkan compressive strength adalah bentonite, sodium silikat. Dalam
percobaan kali ini digunakan bentonite dan NaCl sebagai zat additive.
Dalam mengukur compressive strength digunakan alat hidraulic press.
Untuk mencapai hasil penyemenan yang diinginkan, maka strength semen
harus:
- Melindungi dan menyokong casing.
- Menahan tekanan hidrolik yang tinggi tanpa terjadinya perekahan.
- Menahan goncangan selama operasi pemboran dan perforasi.
- Menyekat lubang dari fluida yang korosif
- Menyekat antar lapisan yang permeabel
Setelah batuan semen dilepas dari cetakan, kemudian ditempatkan
pada alat hydraulic press dimana diisi sample akan ditekan secara axial
sampai betuan pecah. Compressive Strength dapat ditentukan dengan
melihat harga tekan pada saat terjadi peretakan (pecah) menyilang dari
sample yang diuji.
Pada saat sample ditempatkan pada hydraulic press untuk
pengukuran strength semen, harga pembebanan diatur tergantung pada
antisipasi harga strength dari sample semen. Pengukuran compressive
strength semen dirancang untuk mendapatkan beberapa indikasi mengenai
kemampuan semen untuk mengisolasi lapisan batuan dan untuk
melindungi serta menyokong casing.

8.3. Alat dan Bahan
8.3.1. Alat
a) Bearing Block Machine Hydraulic Mortar
b) Hidraulic pump


47

c) Monometer
d) Motor





Gambar 8.1 Motor Gambar 8.2 Hydraulic press Gambar 8.3 Bearing block





Gambar 8.4 Manometer

8.3.2. Bahan
a) Additive
b) Sampel semen





Gambar 8.5 Sampel Semen Gambar 8.6 Bentonite Gambar 8.7 NaCl

8.4. Prosedur Percobaan
1. Bersihkan permukaan sampel dari tetesan air dan pasir atau gerusan
butiran agar tidak menempel pada bearing blok mesin penguji.
2. Periksa permukaan sampel apakah sudah benar-benar rata, apabila
belum ratakan dengan menggunakan gerinda.


48

3. Letakkan sampel semen dalam blok bearing dan atur supaya tepat
ditengah-tengah permukaan blok beraing di atasnya dan blok beraing
di bawahnya, sampel semen harus berdiri vertikal.
4. Perkiraan tekanan maksimum retak (pecah), apabila lebih dari 3000 psi
(skala manometer) beri pembebanan awal setengah tekanan
maksimum, bila kurang dari 3000 psi pembebanan awal tidak
diperlukan.
5. Perkiraan laju pembebanan sampai maksimum tidak kurang dari 20
detik dan lebih dari 80 detik.
6. Hidupkan motor penggerak pompa dan jangan lakukan pngaturan
(pembetulan) pada kontrol testing selama pembebanan sampai
didapatkan pembebanan maksimum ketika batuan pecah.
7. Catat harga pembebanan maksimum tersebut.
8. Lakukan perhitungan compressive strength semen, dengan
menggunakan rumus :

CS = k x P (A
1
/ A
2
)
Dimana :
CS = Compressive Strength semen, psi
P = Pembebanan maksimum, psi
A
1
= Luas penampang block bearing dari hydraulic mortar, in
2
A
2
= Luas permukaan sampel semen, in
2

K = Konstanta koreksi, funsi dari perbandingan tinggi (t)
terhadap diameter (d)

Tabel 8.1
Perbandingan t / d terhadap koefisien faktor
t/d Koefisien Faktor
1.75 0.98
1.5 0.96
1.25 0.93
1 0.87



49

8.5. Analisa dan Hasil Perhitungan
8.5.1. Analisa
Tabel 8.2 Hasil Pengujian Compressive Strength
semen air
Additive pembebanan
max (psi)
d (inch)
R1
(inch)
R2
(inch)
tebal
(inch)
t/d k A1 A2 CS
bentonite NaCl
600 276 0

260 0.96 3.25 0.480 1.615 1.682 0.97 33.166 0.723 11616.879
600 276 0.5

253 1.01 3.25 0.505 1.615 1.599 0.908 33.166 0.801 10140.495
600 276 1

252 1.06 3.25 0.530 1.615 1.523 0.96 33.166 0.882 9096.918
600 276 1.5

245 1.11 3.25 0.555 1.615 1.455 0.955 33.166 0.967 8016.472
600 276 2

238 1.16 3.25 0.580 1.615 1.392 0.947 33.166 1.056 7078.742
600 276 2.5

234 1.21 3.25 0.605 1.615 1.334 0.940 33.166 1.149 2349.167
600 276 3

232 1.26 3.25 0.630 1.615 1.282 0.934 33.166 1.246 5767.796
600 276 3.5

229 1.31 3.25 0.655 1.615 1.233 0.926 33.166 1.347 5221.2197
600 276

1.5 143 0.96 3.25 0.480 1.615 1.682 0.975 33.166 0.723 11616.879
600 276

2 152 1.01 3.25 0.505 1.615 1.599 0.968 33.166 0.801 10140.495
600 276

2.5 158 1.06 3.25 0.530 1.615 1.523 0.962 33.166 0.882 9096.495
600 276

3 173 1.11 3.25 0.555 1.615 1.455 0.955 33.166 0.967 8016.472
600 276

3.5 183 1.16 3.25 0.580 1.615 1.392 0.947 33.166 1.056 7078.742
600 276

4 205 1.21 3.25 0.605 1.615 1.334 0.940 33.166 1.149 2349.167
600 276

4.5 223 1.26 3.25 0.630 1.615 1.282 0.934 33.166 1.246 5767.796
600 276

6 227 1.31 3.25 0.655 1.615 1.233 0.926 33.166 1.347 5221.2197




50

1.5
8.5.2. Perhitungan
Diameter bearing = 6.5 in
Jari-jari bearing = 3.25 in
Semen + 0.5 gr bentonite
Tinggi = 4.1 cm = 1.615 in
P = 252 psi
D = 0.96 in
t/d = (1.615 in/0.96 in) = 1.682














0.00136 = 0.245 0.25x
x = 0.975
k = 0.975

A
1
= t. R1
2
= 3.14.(3,25)
2
= 33.166 in
2

A
2
= t. R2
2
= 3.14.(0.48)
2
= 0.723 in
2

CS = k .P.( A
1
/ A
2
)
= 0.97451 x 252 psi x (32.166 in
2
/0.723 in
2
)
= 11348.169 psi



1.682
1.75
0.98 0.96 x


51

8.6. Pembahasan
Compressive strength dihitung agar semen dapat memberikan
beberapa indikasi mengenai kemampuan semen mengisolasi lapisan
batuan dan untuk melindungi serta menyokong casing

Grafik 8.1 di atas menggambarkan hubungan additive denga
compressive strength dan pada percobaan ini additive yang digunakan
adalah bentonite dan NaCl Pada line bentonite, dapat terlihat bahwa
penambahan bentonite mengurangi nilai compressive strength.

8.7. Kesimpulan
1. Bentonite merupakan salah satu additive yang mengurangi nilai
compressive strength suatu suspense semen.
2. Ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi nilai compressive
strength antara lain faktor k, pembebanan maksimum dan luas
penampang.

0.000
2000.000
4000.000
6000.000
8000.000
10000.000
12000.000
0.0 2.0 4.0 6.0 8.0
C
o
m
p
r
e
s
i
v
e

S
t
r
e
n
g
t
h

Addifit
Grafik 8.1 Hasil Perhitungan Compresive Strength


52

BAB IX
PENGUJIAN SHEAR BOND STRENGTH

9.1. Tujuan Percobaan
a. Untuk mengukur shear bond strength dari suatu sampel semen.
b. Mengetahui pengaruh penambahan additif terhadap shear bond
strength.
c. Mengetahui pengertian dari shear bond strength.
d. Mengetahui cara penggunaan alat hydraulic press.
e. Untuk mengetahui tujuan dari pengukuran shear bond strength dari
suatu sampel semen

9.2. Teori Dasar
Dengan lubang pemboran, semen sangat dipengaruhi oleh
pembebanan trixial yang kompleks dan failure stress merupakan
pembebanan utama dari penelitian untuk standard compressive strength
dari ikatan antara semen dangan casing atau semen dengan formasi batuan.
Untuk itulah dilakukan pengukuran shear bond strength semen.
Shear bond strength didefinisikan sebagai kekuatan semen dalam
menahan tekanantekanan yang berasal dari berat casing atau menahan
tekanan tekanan dalam arah yang vertikal.
Pengukuran shear bond strength ini dilakukan karena pada saat
pengukuran compressive strength tidak menunjukkan harga shear strength
dari ikatan antara semen dengan casing atau semen dengan formasi batuan.
Pengukuran shear bond strength di laboratorium dilakukan dengan
menggunakan Hydraulic Press. Pengukuran shear bond strength dapat
diketahui dengan melihat harga tekanan pada saat terjadi peretakan
(pecah) menyilang dari sampel yang diuji dimana harga pembebanan
diatur tergantung pada antisipasi harga strength dari sampel semen.
Untuk mencapai hasil penyemenan yang diinginkan maka strength semen
harus mampu untuk :


53

- Melindungi dan menyokong casing.
- Menahan tekanan hidrolik tinggi tanpa terjadi perekahan.
- Menahan goncangan selama operasi pemboran dan perforasi .
- Menyekat lubang dari fluida formasi yang korosif.
- Menyekat antar lapisan yang permeabel.
Penilaian penyemanan biasa berdasarkan compressive strength atau
tansile strength dari batuan semen, dengan asumsi bahwa materialnya
memenuhi syarat untuk pembentuakn strength yang baik serta
menghasilkan suatu ikatan yang kuat. Pada kenyataan dilapangan bahwa
asumsi diatas tidak selalu benar. Untuk itulah diperlukan suatu pegujian
dilaboratorium terhadap kualitas semen ini.
Harga Shear Bond Strength dapat di cari dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut :
SBS = k x p [A
1
/ D h)]
Dimana :
SBS = Shear bond strength, psi
A
1
= Luas Bearing Block Hydraulik Mortar, in
2

D = Diameter dalam casing sample (semen), in
h = Tinggi sample semen,in
p = Pembebanan maksimum, psi
k = Konstanta koreksi, fungsi dari perbandingan tinggi (h)
terhadap diameter (D)
Untuk h/D yang lebih kecil dari 2 maka dapat digunakan tabel dibawah
ini:
Tabel 9.1 perbandingan t/d terhadap koefisien faktor
t/d Koefisien Faktor
1.75 0.98
1.5 0.96
1.25 0.93
1 0.87



54

9.3. Alat dan Bahan
9.3.1. Alat
a) Batang Pendorong
b) Bearing Block Hydraulik Mortar
c) Holder silinder penyangga
d) Manometer
e) Mold silinder
f) Motor
g) Pompa hydraulik






Gambar 9.1 Hydraulic Press Gambar 9.2 Batang Pendorong Gambar 9.3 Bearing Block








Gambar 9.4 Holder Silinder Gambar 9.5 Manometer Gambar 9.6 Mold Silinder

Gambar 9.7 Motor



55

9.3.2. Bahan
a) Additive
b) Suspensi semen






Gambar 9.8 Suspensi Semen Gambar 9.9 Bentonite Gambar 9.10 NaCl

9.4 Prosedur Percobaan
1. Bersihkan permukaan sampel dan permukaan mold dari tetesan air dan
pasir atau gerusan butiran semen agar tidak menempel pada bering
block mesin penguji.
2. Letakkan mold silinder yang berisi sampel semen pada holder silinder
penyangga yang yang didudukkan pada bearing block hydraulik bagian
bawah. Posisi sampel harus berdiri vertikal.
3. Dudukan pendorong pada permukaan sampel semen dan turunkan
posisi bearing block hydraulik bagian atas dengan memutar tangki
pengontrol spiral.
4. Perkirakan laju pembebanan sampai maksimum taidak kurang dari 20
detik dan tidak lebih dari 80 detik. Jangan lakukan pengaturan
(pembetulan) pada kontrol testing motor selama pembebanan sampai
jadi pergeseran sampal semen dari casing sampal.







56

5. Catat harga pembebanan gesr maksimum, kemudian shear bond
strength dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :

SBS = k P { A
t
/ (t D h )}
Dimana :
SBS = Shear Bond Strength, psi
A
t
= Luas bearing Block Hydraulik Mortar, in
2

D = Diameter dalam casing sampel (semen), in
h = Tiggi sampal semen, in






57

9.5 Analisa dan Hasil Perhitungan
a) Analisa
Tabel 9.2 Hasil Pengujian Shear Bond Strength
Air (ml)
Additif (gram) Pembebanan
Maximum (psi)
d A1 (in^2) h (in) t (in) t/d k
Shear Bond
Strength (psi) Bentonite NaCl
276 0 254 0.96 33.166 2.01 1.615 1.685 0.975 1355.040
276 0.5 252 1.01 33.166 2.51 1.615 1.599 0.968 1016.277
276 1 246 1.06 33.166 3.01 1.615 1.524 0.962 783.346
276 1.5 239 1.11 33.166 3.51 1.615 1.455 0.955 618.520
276 2 232 1.16 33.166 4.01 1.615 1.392 0.947 498.923
276 2.5 228 1.21 33.166 4.51 1.615 1.335 0.940 414.900
276 83 226 1.26 33.166 5.01 1.615 1.282 0.934 353.122
276 3.5 223 1.31 33.166 5.51 1.615 1.233 0.926 302.136
276 1.5 137 0.96 33.166 1.73 1.615 0.824 0.852 363.771
276 2 146 1.01 33.166 2.23 1.615 1.599 0.968 662.725
276 2.5 152 1.06 33.166 2.73 1.615 1.524 0.962 533.661
276 3 167 1.11 33.166 3.23 1.615 1.455 0.955 469.653
276 3.5 179 1.16 33.166 3.73 1.615 1.392 0.947 413.842
276 4 217 1.21 33.166 4.23 1.615 1.335 0.940 421.022
276 4.5 219 1.26 33.166 4.73 1.615 1.282 0.934 362.441
276 6 221 1.31 33.166 5.23 1.615 1.233 0.926 315.457




58

1.5
b) Hasil Perhitungan
Diameter bearing = 6.5 in
Jari-jari bearing = 3.25 in
Semen + 0.5 gr bentonite
Tinggi = 4.1 cm = 1.615 in
d = 0.96 psi
P = 254 psi
t/d = (1.615 in/0.96 in) = 1.685















0.001371 = 0.245 0.25x
x = 0.975
k = 0.975

A
1
= t. r
2
= 3.14.(3,25)
2
= 32.166 in
2


SBS = k P { A
t
/ (t D h )}
= 0.975 x 254 psi x {32.166 in
2
/ (3.14 x 0.96 in x 2.01 in)}
= 1355.040 psi

1.685
1.75
0.98 0.96 x


59

9.6 Pembahasan
Pengukuran shear bond strength dari suspense semen dilakukan
agar mengetahui kekuatan ikat dari semen terhadap dinding casing. pada
percobaan ini ada dua jenia additive yang digunakan yaitu bentonite dan
NaCl.


Berdasarkan grafik 9.1 diatas dapat terlihat bahwa bentonite dan
NaCl dapat menyebabkan nilai dari shear bond strength suatu suspense
semen. Namun pada grafik tersebut terlihat ada kenaikan pada saat
penambahan 4 gram NaCl. Hal ini dapat disebabkan dari kesalahan
pratikan seperti ketelitian atau kesalahan data.

9.7 Kesimpulan
1. Penambahan additive berupa bentonite dan nacl dapat mengurangi
nilai shear bond strength dari suatu suspense semen.
2. Factor lain yang mempengaruhi shear bond strength adalah factor k,
pembebanan maksimum, luas penampang, diameter dan ketinggian.
0.000
200.000
400.000
600.000
800.000
1,000.000
1,200.000
1,400.000
1,600.000
0 1 2 3 4 5 6 7
S
h
e
a
r

B
o
n
d

S
t
r
e
n
g
t
h

Additif
Grafik 9.1 Hasil Perhitungan Shear Bond Strength


60

BAB X
PENGUJIAN LUAS PERMUKAAN BUBUK SEMEN

10.1. Tujuan Percobaan
a. Untuk menentukan besarnya luas bubuk semen.
b. Untuk mengetahui cara kerja alat Blaine permeameter.
c. Menentukan besarnya luas permukaan butir semen dengan perhitungan
d. Untuk mengetahui luas permukaan bubuk semen dengan menggunakan
alat Blaine permeameter.
e. Untuk mengetahui dampak dari penambahan liquid.

10.2. Teori Dasar
Sifat fisik suatu padatan apabila ditambahkan dengan suatu liquid
sehingga terdispersi mempunyai sifat fisik yang berbeda sebelum
ditambahkan dengan liquid tersebut, hal ini disebabkan karena suatu
padatan mempunyai densitas yang lebih besar dari pada liquid sehingga
mengakibatkan adanya perbedaan sifat fisik setelah ditambahkan dengan
liquid, oleh karena itu penting untuk dilakukannya suatu pengujian luas
permukaan butir padatan.
Penentuan luas permukaan butir semen (Ops) dapat dihitung
dengan menggunakan rumus dibawah ini :
Ops = (23.2 x \|
3
x \t) / {
s
x (1-|) x \}
Dimana :
Ops = Luas permukaan butir semen
| = Porositas

s
= Densitas semen
= Viskositas
t = waktu pengukuran dengan Blaine permeameter


61

10.3 Alat dan Bahan
a) Alat
a) Blanie permeameter
b) Pignometer
c) Timbangan
d) Toluen







Gambar 10.1 Blaine Permeameter Gambar 10.2 Pignometer Gambar 10.3 Timbangan




b) Bahan
a) Bubuk semen







Gambar 10.4 Bubuk Semen






62

10.4 Prosedur Percobaan
Penentuan densitas bubuk semen :
1. Berat piknometer = W1 gram
2. Berat piknometer + fluida = W2 gram
3. Densitas fluida (gr/cc) = (W2-W1)/volume piknometer
4. Berat piknometer + semen = W3 gram
5. Berat semen = W4 gram = (W3-W1) gram
6. Berat pignometer + semen + fluida = W5 gram
7. Densitas semen (gr/cc) =(W4 x densitas fluida)/(W2+W4-W5)
Penentuan luas permukaan bubuk semen (Ops) :
1. Densitas (s) = x gr/cc
2. temperature ruang = 24.5 C/78F (missal)
3. T = 24.5C/ 78F viskositas udara = 0.0001828 (dari tabel)

4. = 0.01352 | = 0.354 (dari tabel)
5. waktu pengukuran dengan blaine permeameter = 35.7 detik
6. t = 35.7 detik
7.



10.5 Analisa dan Hasil Perhitungan
a) Analisa
Densitas Semen (s) = 1.337 gr/cc
T
ruang
= 27C
@80F = 0.04467 lb/ft hr
@100F = 0.04594 lb/ft hr
| @ 468 R = 0.55648
| @ 500 R = 0.58233




63

b) Hasil Perrhitungan
T
ruang
= 27C = (9/5 x 27) + 32 = 80.6 F

viskositas udara


= 0.04471 lb/ft hr
porositas
|

(|


=
( )


= 0.61513
t = 12.14 s




















64

10.6 Pembahasan


10.7 Kesimpulan
1. Semakin besar densitas semen maka luas permukaan semen akan
semakin kecil.
2. Semakin besar luas permukaan semen maka kualitas semen semakin
baik.

























65

BAB XI
PEMBAHASAN UMUM

Dalam pembuatan suspense semen yang dibutuhkan adalah semen
Portland, air dan additive. Untuk pembuatan suspense semen ini, ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan salah satunya water cemen ratio (WCR). Dalam
pembuatan suspense semen ini WCR yang diinginkan tidak melebihi batas
maksimum atau kurang dari batas minimum. Kadar air maksimum adalah air yang
dicampurkan kedalam semen tanpa menyebabkan terjadinya pemisahan lebih dari
3,5 ml, dalam 250 ml suspensi semen jika didiamkan selama 2 jam pada
temperature kamar. Sedang kadar ari minimum adalah jumlah air yang dapat
dicampurkan kedalam semen untuk memperoleh konsistensi maksimum sebesar
30 cc.
Dalam pratikum ini ada 3 cetakan semen yang dibuat dan masing berbeda
bentuk dan ukuran. Cetakan pertama yang berbentuk kubik dibuat untuk
pengukuran compressive strength. Cetakan kedua berbentuk silinder dengan
tinggi 2 inch untuk pengukuran shear bond strength antara casing dan semen dan
permeabilitas dengan casing. Sedangkan cetakan 3 berbentuk silinder dengan
tinggi 1 atau 2 inch untuk pengukuran permeabilitas semen dengan casing dan
compressive strength.
Pada percobaan pengujian densitas ada dua bahan additive yang digunakan
yang digunakan yaitu barite dan bentonite. Dengan menggunakan sampel semen
yang sama yaitu 600 gr dan air 276 ml kemudian ditambahkan additive dengan
jumlah tertentu.
Berdasarkan data hasil percobaan maka dapat dilihat perubahan densitas
semen saat ditambahkan additive berupa bentonite dan barite. Kedua additive
tersebut menambah densitas semen.
Kedua additive tersebut dapat dibandingkan untuk menambahkan densitas.
Saat semen ditambahkan barite dan bentonite dengan jumlah yang sama, barite
menaikkan densitas semen lebih cepat dibandingkan bentonite.


66

Pengujian rheologi suspense semen perlu dilakukan untuk menghitung
hidrolika pemboran. Pada percobaan ini sifat suspense semen yang diamati adalah
plastic viscosity dan yield point.
Berdasarkan data hasil percobaan menggambarkan pengaruh penambahan
dua additive yang berbeda yaitu barite dan bentonite terhadap plastic viscosity dan
yiled point. Penambahan additive berupa barite dapat meningkatkan plastic
viscosity dan yield point. Sedangkan bentonite menurunkakn plastic viscosity dan
yield point.
Thickening time adalah waktu yang dibutuhkan oleh suspense semen
untuk mencapai 100 UC. Pada percobaan ini ada dua jenis additive yang
digunakan yaitu NaCl dan CMC.
Berdasarkan data hasil percobaan maka kedua additive tersebut memiliki
sifat yang berbeda saat ditambahkan ke dalam suspense semen. Saat ditambahkan
NaCl waktu yang dibutuhkan mencapai 100 UC lebih lama dibandingkan CMC.
Free water adalah banyaknya air yang terbebas dari suspense semen. Free
water ini perlu dihitung karena apabila terlalu banyak air bebas sehingga melebihi
batas maksimum maka akan terjadi pori-pori pada semen sehingga mengurangi
kualitas dari semen tersebut.
Ada dua additive yang digunakan yaitu bentonite dan barite. Berdasarkan
grafik 6.1 dapat dilihat bahwa ada perubahan nilai free water saat ditambahkan
additive tapi tidak terikat oleh jumlah additive yang ditambahkan. Sehingga tidak
dapat dipastikan penambahan additive berupa bentonite dan barite dapat
menambah atau mengurangi free water pada suspense semen.
Filtration loss merupakan peristiwa hilangnya cairan dalam suspense
semen ke dalam formasi yang permeable yang dilaluinya. hal ini adalah sesuatu
yang dihindari karena dapat menyebabkan suspense semen kekurangan air.
Berdasarkan data hasil percobaan maka menggambarkan peristiwa
filtration loss dari suatu suspense semen yang ditambahkan additive yaitu
bentonite dan kerosin. Untuk mengetahui banyaknya filtration loss yang terjadi
dapat diketahui dari jumlah volume filtrate yang ditampung selama 30 menit.



67

Selain itu filtration loss juga dapat dihitung menggunakan rumus :
(

)
Dimana :
F30 : Filtrat pada 30 menit, ml
Ft : filtrate pada t menit, ml
t : waktu pengukuran, menit
Berdasarkan data hasil percobaan maka dapat dilihat perubahan yang
terjadi setelah penambahan additive tetapi tidak tergantung dari jumlah additive
yang ditambahkan.
Compressive strength dihitung agar semen dapat memberikan beberapa
indikasi mengenai kemampuan semen mengisolasi lapisan batuan dan untuk
melindungi serta menyokong casing
Berdasarkan data hasil percobaan menggambarkan hubungan additive
denga compressive strength dan pada percobaan ini additive yang digunakan
adalah bentonite dan NaCl Pada line bentonite, dapat terlihat bahwa penambahan
bentonite mengurangi nilai compressive strength.
Pengukuran shear bond strength dari suspense semen dilakukan agar
mengetahui kekuatan ikat dari semen terhadap dinding casing. pada percobaan ini
ada dua jenia additive yang digunakan yaitu bentonite dan NaCl.
Berdasarkan data hasil percobaan maka dapat terlihat bahwa bentonite dan
NaCl dapat menyebabkan nilai dari shear bond strength suatu suspense semen.
Namun pada grafik tersebut terlihat ada kenaikan pada saat penambahan 4 gram
NaCl. Hal ini dapat disebabkan dari kesalahan pratikan seperti ketelitian atau
kesalahan data.
Bubuk semen yang memiliki bentuk butiran lebih teratur maka aka
memiliki luas permukaan yg lebih luas dibandingkan yang tidak beraturan
sehingga akan memiliki kontak yang lebih baik antara butirannya. Dalam
pembuatan semen ini, kita menginginkan semen yang impermeable. Bubuk semen
yang bentuk butirannya beraturan maka aka memiliki daya ikat yang kuat
sehingga semua ruang bias terisi dengan baik


68

BAB XII
KESIMPULAN UMUM

1. Pembuatan suspensi semen dan cetakan sampel dilakukan untuk
menganalisa sifat-sifat semen pemboran seperti compressive strength, shear
bond strength dan permeabilitas.
2. Barite dan bentonite merupakan additive yang digunakan untuk menambah
densitas semen dan barite menaikkan densitas semen lebih besar
dibandingkan bentonite.
3. Penambahan barite menaikkan nilai plastic viscosity dan yield point dari
suspense semen.
4. Penambahan bentonite menurunkan nilai plastic viscosity dan yield point.
5. Penambahan additive berupa CMC mempercepat Thickening time
dibandingkan NaCl.
6. Thickening time yang diinginkan tergantung dari kedalaman sumur dan
waktu yang dibutuhkan untuk mencapai zona yang diinginkan.
7. Penambahan additive berupa barite atau bentonite berpengaruh pada free
water tapi terikat pada jumlah tertentu.
8. Banyaknya free water dari suspense semen juga tergantung dari jenis semen
yang digunakan.
9. Penambahan additive berpengaruh pada jumlah filtration loss tapi terikat
oleh banyaknya jumlah additive yang ditambahkan.
10. Semakin banyak filtrate yang hilang dari suspense semen makan akan
menyebabkan semen kekurangan air (flash set).
11. Bentonite merupakan salah satu additive yang mengurangi nilai compressive
strength suatu suspense semen.
12. Ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi nilai compressive strength
antara lain faktor k, pembebanan maksimum dan luas penampang.
13. Penambahan additive berupa bentonite dan NaCl dapat mengurangi nilai
shear bond strength dari suatu suspense semen.


69

14. Faktor lain yang mempengaruhi shear bond strength adalah factor k,
pembebanan maksimum, luas penampang, diameter dan ketinggian.
15. Semakin besar luas permukaan semen maka kualitas semen semakin baik






























70

DAFTAR PUSTAKA

Buku Petunjuk Praktikum Analisa Semen Pemboran. 2011. Program Studi Teknik
Perminyakan. STT MIGAS. Balikpapan.

Suhacaryo, Nur, Ir. MT. 2001. Kinerja Expanding Additive Baru Untuk
Meningkatkan Shear Bond Strength (Sb) Semen Pada Kondisi
HTHP.Yogyakarta: Simposium Nasional IATMI 2001.

Rubiandini, Rudi. Operasi Teknik Pemboran. Institut Teknologi Bandung.

Vous aimerez peut-être aussi