Vous êtes sur la page 1sur 36

1

BAB I
PENDAHULUAN

Aborsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pengguguran
kandungan. Makna aborsi lebih mengarah kepada suatu tindakan yang
disengaja untuk mengakhiri kehamilan seorang ibu ketika janin sudah ada
tanda-tanda kehidupan dalam rahim. Sedangkan abortus adalah berakhirnya
kehamilan atau hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan.
Abortus sendiri terbagi dua yaitu abortus spontan dan abortus provokatus.
Abortus spontan adalah merupakan mekanisme alamiah yang menyebabkan
terhentinya proses kehamilan sebelum berumur 20 minggu. Penyebabnya
dapat oleh karena penyakit yag diderita si ibu ataupun sebab-sebab lain yang
pada umumnya berhubungan dengan kelainan pada sistem reproduksi.
Abortus spontan sering disebut dengan keguguran. Sedangkan abortus
provokatus adalah suatu upaya yang disengaja untuk menghentikan proses
kehamilan sebelum berumur 20 minggu, dimana janin (hasil konsepsi) yang
dikeluarkan tidak bisa bertahan hidup di dunia luar.
1

Abortus provokatus sendiri terbagi menjadi dua yaitu abortus
provokatus artifisial terapeutik dan abortus provokatus kriminalis. Abortus
provokatus artifisial terapeutik adalah pengguguran kandungan menggunakan
alat-alat medis dengan alasan kehamilan membahayakan dan dapat membawa
maut bagi ibu, misalnya karena ibu mempunyai penyakit berat tertentu.
2
Abortus terapeutik diizinkan menurut ketentuan profesional seorang dokter
atas indikasi untuk menyelamatkan sang ibu. Jika ditinjau dari aspek hukum
dapat digolongkan ke dalam Abortus buatan legal. Sedangkan abortus
provokatus kriminalis adalah pengguguran kandungan tanpa alasan medis
yang sah dan dilarang hukum karena jika ditinjau dari aspek hukum dapat
digolongkan ke dalam abortus buatan ilegal. Termasuk dalam abortus jenis ini
adalah abortus yang terjadi atas permintaan pihak perempuan, suami, atau
pihak keluarga kepada seorang dokter untuk menggugurkan kandungannya.
1

Aborsi merupakan masalah kesehatan masyarakat karena memberi
dampak pada kesakitan dan kematian ibu. Diperkirakan diseluruh dunia setiap
tahun terjadi 20 juta kasus aborsi tidak aman, 70 ribu perempuan meninggal
akibat aborsi tidak aman dan 1 dari 8 kematian ibu disebabkan oleh aborsi
tidak aman. 95% (19 dari 20 kasus aborsi tidak aman) dintaranya bahkan
terjadi di negara berkembang. Di Indonesia setiap tahunnya terjadi kurang
lebih 2 juta kasus aborsi, artinya 43 kasus/100 kelahiran hidup (sensus 2000).
Angka tersebut memberikan gambaran bahwa masalah aborsi di Indonesia
masih cukup besar. Kematian akibat infeksi aborsi justru banyak terjadi di
negara-negara dimana aborsi dilarang keras oleh undang-undang.
2




3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI
Abortus memiliki beberapa pengertian menurut aspek medis diantaranya
pengeluaran hasil konsepsi pada setiap stadium perkembangannya sebelum masa
kehamilan yang lengkap tercapai (38-40 minggu); pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup diluar kandungan (berat kurang dari 500 gram atau
kurang dari 20 minggu).
3

Pengertian abortus (pengguguran kandungan) menurut hukum ialah
tindakan menghentikan kehamilan atau mematikan janin sebelum waktu
kelahiran, tanpa melihat usia kandungannya. Pengertian pengguguran kandungan
menurut hukum tentu saja berbeda dengan pengertian abortus menurut
kedokteran, yaitu adanya faktor kesengajaan dan tidak adanya faktor usia
kehamilan.
4
2.2. JENIS ABORTUS
Jenis-jenis abortus menurut terjadinya dibagi menjadi:
3
2.2.1. Abortus spontan
Merupakan mekanisme alamiah yang menyebabkan terhentinya proses
kehamilan tanpa tindakan. Penyebabnya dapat oleh karena penyakit yang
4
diderita si Ibu ataupun sebab-sebab lain yang pada umumnya berhubungan
dengan kelainan pada sistem reproduksi, diantaranya:
2.2.2. Abortus Imminens ( Threatened abortion, Abortus mengancam )
Adalah ialah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam
uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.
2.2.3. Abortus Insipiens
Ialah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat
dan mendatar, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus, tinggi fundus uteri
sesuai dengan usia gestasi berdasarkan HPHT.
Abortus insipiens terbagi menjadi tiga, yaitu :
1. Abortus Kompletus
Ialah proses abortus dimana keseluruhan hasil konsepsi (desidua
dan fetus) telah keluar melalui jalan lahir sehingga rongga rahim kosong
pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500
gram.
2. Abortus Inkompletus
Ialah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum
20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
3. Abortus Infeksious
Ialah suatu abortus yang telah disertai komplikasi berupa infeksi
genital.
5
4. Septic Abortion
Ialah abortus infeksious berat disertai penyebaran kuman atau
toksin ke dalam peredaran darah atau peritoneum.
Diagnosis septic abortion ditegakan jika didapatkan tanda
tanda sepsis, seperti nadi cepat dan lemah, syok dan penurunan kesadaran.
2.2.4. Abortus Provokatus
Abortus Provokatus adalah abortus yang sengaja dibuat atau
merupakan suatu upaya yang disengaja, baik dilakukan oleh ibunya sendiri
atau dibantu oleh orang lain, untuk menghentikan proses kehamilan
sebelum berumur 20 minggu, dimana janin (hasil konsepsi) yang
dikeluarkan tidak bisa bertahan hidup di dunia luar.
Abortus provokatus dapat dibedakan menjadi:
1. Abortus provokatus Medisinalis/Therapeutikus
Di Indonesia yang dimaksud dengan indikasi medik adalah demi
menyelamatkan nyawa Ibu. Adapun pengguguran kandungan buatan
terapeutik telah mendapatkan pengaturan di dalam Pasal 75 UU Kesehatan
2009 yang bunyinya:
(1)Setiap orang dilarang melakukan aborsi.
(2)Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan
berdasarkan:
a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan,
baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita
penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak
6
dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar
kandungan; atau
b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma
psikologis bagi korban perkosaan;
(3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan
setelah melalui konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri
dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang
kompeten dan berwenang.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan
perkosaan, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
Adapun bunyi pasal 76 adalah :
Aborsi sebagaimana dimaksud dalam pasal 75 hanya dapat dilakukan:
a. Sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari
pertama haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medik;
b. Oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan
yang memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh menteri;
c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;
d. Penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan
oleh Menteri.
7
e. Penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan
oleh Menteri.
Dalam Peraturan Pemerintah sebagai pelaksanaan dari Pasal ini dijabarkan
antara lain mengenai keadaan darurat dalam menyelamatkan jiwa ibu
hamil atau janinnya, dengan syarat-syarat :
a. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan
kewenangan untuk melakukannya (yaitu seorang dokter kebidanan
dan penyakit kandungan) sesuai dengan tanggung jawab profesi.
b. Mengkonsultasikan dengan sedikitnya dua orang ahli, yaitu ahli
obstetric/gynekologi dan ahli penyakit dalam atau ahli jantung yang
berpengalaman.
c. Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli medis lain, agama, hukum,
psikologi).
d. Harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau suaminya atau
keluarga terdekat.
e. Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki tenaga/ peralatan yang
memadai, yang ditunjuk oleh pemerintah.
f. Prosedur tidak dirahasiakan.
g. Dokumen medik harus lengkap.
Pelaksanaan pengguguran kandungan diluar syarat-syarat diatas
adalah perbuatan melanggar hukum dan baik pelaku pengguguran
kandungan maupun ibu hamil yang digugurkan kandungannya.
2. Abortus Provokatus Kriminalis
8
Abortus yang sengaja dilakukan dengan tanpa adanya indikasi
medik (ilegal) dan dilarang oleh hukum. Biasanya pengguguran
dilakukan dengan menggunakan alat-alat atau obat-obatan tertentu.
a. Kekerasan mekanik lokal
Dapat dilakukan dari luar maupun dari dalam.
Kekerasan dari luar dapat dilakukan sendiri oleh si ibu atau oleh
orang lain,seperti melakukan gerakan fisik berlebihan,
jatuh,pemijatan/pengurutan perut bagian bawah, kekerasan langsung
pada perut atau uterus, pengaliran listrik pada serviks dansebagainya.
Kekerasan dari dalam yaitu dengan melakukan manipulasivagina
atau uterus. Manipulasi vagina dan serviks uteri, misalnyadengan
penyemprotan air sabun atau air panas pada porsio, aplikasiasam
arsenik, kalium permanganat pekat, atau jodium tinktur; pemasangan
laminaria stift atau kateter ke dalam serviks; ataumanipulasi serviks
dengan jari tangan. Manipulasi uterus, denganmelakukan pemecahan
selaput amnion atau dengan penyuntikan kedalam uterus.
Pemecahan selaput amnion dapat dilakukan dengan memasukkan
alat apa saja yang cukup panjang dan kecil melaluiserviks. Penyuntikan
atau penyemprotan cairan biasanya dilakukandengan menggunakan
Higginson tipe syringe, sedangkan cairannyaadalah air sabun,
desinfektan atau air biasa/air panas.Penyemprotan ini dapat
mengakibatkan emboli udara.
9
b. Obat / zat tertentu pernah dilaporkan penggunaan bahan tumbuhan
yang mengandung minyak eter tertentu yang dapat merangsang
salurancerna hingga terjadi kolik abdomen, jamu perangsang
kontraksiuterus dan hormon wanita yang merangsang kontraksi
uterusmelalui hiperemi mukosa uterus. Hasil yang dicapai sangat
bergantung pada jumlah (takaran), sensitivitas individu dankeadaan
kandungannya (usia gestasi).
Bahan-bahan tadi ada yang biasa terdapat dalam jamu peluntur,
nanas muda, bubuk beras dicampur lada hitam, dan lain-lain. Ada juga
yang agak beracun seperti garam logam berat,laksans dan lain-lain; atau
bahan yang beracun, seperti strichnin, prostigmin, pilokarpin,
dikumarol, kina dan lain-lain. Kombinasikina atau menolisin dengan
ekstrak hipofisis (oksitosin) ternyatasangat efektif. Akhir-akhir ini
dikenal juga sitostatika(aminopterin) sebagai abortivum.
2.3. METODE-METODE ABORSI dan EFEK SAMPING
5
1. Trimester Pertama
a. Metode Penyedotan (Suction Curettage)
Pada 1-3 bulan pertama dalam kehidupan janin, aborsi dilakukan
dengan metode penyedotan. Teknik inilah yang paling banyak
dilakukan untuk kehamilan usia dini. Mesin penyedot bertenaga kuat
dengan ujung tajam dimasukkan ke dalam rahim lewat mulut rahim
yang sengaja dimekarkan. Penyedotan ini mengakibatkan tubuh bayi
berantakan dan menarik ari-ari (plasenta) dari dinding rahim. Hasil
10
penyedotan berupa darah, cairan ketuban, bagian-bagian plasenta dan
tubuh janin terkumpul dalam botol yang dihubungkan dengan alat
penyedot ini. Ketelitian dan kehati-hatian dalam menjalani metode ini
sangat perlu dijaga guna menghindari robeknya rahim akibat salah
sedot yang dapat mengakibatkan pendarahan hebat yang terkadang
berakhir pada operasi pengangkatan rahim. Peradangan dapat terjadi
dengan mudahnya jika masih ada sisa-sisa plasenta atau bagian dari
janin yang tertinggal di dalam rahim. Hal inilah yang paling sering
terjadi yang dikenal dengan komplikasi paska-aborsi.

b. Metode D&C - Dilatasi dan Kerokan
Dalam teknik ini, mulut rahim dibuka atau dimekarkan dengan
paksa untuk memasukkan pisau baja yang tajam. Bagian tubuh janin
dipotong berkeping-keping dan diangkat, sedangkan plasenta dikerok
dari dinding rahim. Darah yang hilang selama dilakukannya metode ini
lebih banyak dibandingkan dengan metode penyedotan. Begitu juga
dengan perobekan rahim dan radang paling sering terjadi. Metode ini
tidak sama dengan metode D&C yang dilakukan pada wanita-wanita
dengan keluhan penyakit rahim (seperti pendarahan rahim, tidak
terjadinya menstruasi, dsb). Komplikasi yang sering terjadi antara lain
robeknya dinding rahim yang dapat menjurus hingga ke kandung
kencing.
11





Keterangan gambar:
Alat kuret dimasukkan ke dalam rahim untuk mulai mengerok janin,
ari-ari, dan air ketuban dari rahim.
c. PIL RU 486
Masyarakat menamakannya "Pil Aborsi Perancis". Teknik ini
menggunakan 2 hormon sintetik yaitu mifepristone dan misoprostol
untuk secara kimiawi menginduksi kehamilan usia 5-9 minggu. Di
Amerika Serikat, prosedur ini dijalani dengan pengawasan ketat dari
klinik aborsi yang mengharuskan kunjungan sedikitnya 3 kali ke klinik
tersebut. Pada kunjungan pertama, wanita hamil tersebut diperiksa
dengan seksama. Jika tidak ditemukan kontra-indikasi (seperti perokok
berat, penyakit asma, darah tinggi, kegemukan, dll) yang malah dapat
mengakibatkan kematian pada wanita hamil itu, maka ia diberikan pil
RU 486.
12
Kerja RU 486 adalah untuk memblokir hormon progesteron yang
berfungsi vital untuk menjaga jalur nutrisi ke plasenta tetap lancar.
Karena pemblokiran ini, maka janin tidak mendapatkan makanannya
lagi dan menjadi kelaparan. Pada kunjungan kedua, yaitu 36-48 jam
setelah kunjungan pertama, wanita hamil ini diberikan suntikan hormon
prostaglandin, biasanya misoprostol, yang mengakibatkan terjadinya
kontraksi rahim dan membuat janin terlepas dari rahim. Kebanyakan
wanita mengeluarkan isi rahimnya itu dalam 4 jam saat menunggu di
klinik, tetapi 30% dari mereka mengalami hal ini di rumah, di tempat
kerja, di kendaraan umum, atau di tempat-tempat lainnya, ada juga yang
perlu menunggu hingga 5 hari kemudian. Kunjungan ketiga dilakukan
kira-kira 2 minggu setelah pengguguran kandungan, untuk mengetahui
apakah aborsi telah berlangsung. Jika belum, maka operasi perlu
dilakukan (5-10 persen dari seluruh kasus). Ada beberapa kasus serius
dari penggunaan RU 486, seperti aborsi yang tidak terjadi hingga 44
hari kemudian, pendarahan hebat, pusing-pusing, muntah-muntah, rasa
sakit hingga kematian. Sedikitnya seorang wanita Perancis meninggal
sedangkan beberapa lainnya mengalami serangan jantung.Efek jangka
panjang dari RU 486 belum diketahui secara pasti, tetapi beberapa
alasan yang dapat dipercaya mengatakan bahwa RU 486 tidak saja
mempengaruhi kehamilan yang sedang berlangsung, tetapi juga dapat
mempengaruhi kehamilan selanjutnya, yaitu kemungkinan keguguran
spontan dan cacat pada bayi yang dikandung.
13
2. Trimester Kedua
a. Metode Dilatasi dan Evakuasi
Metode ini digunakan untuk membuang janin hingga usia 24
minggu. Metode ini sejenis dengan D&C, hanya dalam D&E digunakan
tang penjepit (forsep) dengan ujung pisau tajam untuk merobek-robek
janin. Hal ini dilakukan berulang-ulang hingga seluruh tubuh janin
dikeluarkan dari rahim. Karena pada usia kehamilan ini tengkorak janin
sudah mengeras, maka tengkorak ini perlu dihancurkan supaya dapat
dikeluarkan dari rahim. Jika tidak berhati-hati dalam pengeluarannya,
potongan tulang-tulang yang runcing mungkin dapat menusuk dinding
rahim dan menimbulkan luka rahim. Pendarahan mungkin juga terjadi.
Dr. Warren Hern dari Boulder, Colorado, Amerika Serikat, seorang
dokter aborsi yang sering melakukan D&E mengatakan, hal ini sering
membuat masalah bagi karyawan klinik dan menimbulkan kekuatiran
akan efek D&E pada wanita yang menjalani aborsi. Dokter Hern juga
melihat trauma yang terjadi pada para dokter yang melakukan aborsi, ia
mengatakan, "tidak dapat disangkal lagi, penghancuran terjadi di depan
mata kita sendiri. Penghancuran janin lewat forsep itu seperti arus
listrik."




14


Keterangan : Tang penjepit dan alat sedot tengah dimasukkan ke dalam
rahim untuk menghancurkan janin.
b. Metode Racun Garam (Saline)
Caranya ialah dengan meracuni air ketuban. Teknik ini digunakan
saat kandungan berusia 16 minggu, saat air ketuban sudah cukup
melingkupi janin. Jarum disuntikkan ke perut si wanita dan 50-250 ml
(kira-kira secangkir) air ketuban dikeluarkan, diganti dengan larutan
konsentrasi garam. Janin yang sudah mulai bernafas, menelan garam
dan teracuni. Larutan kimia ini juga membuat kulit janin terbakar dan
memburuk. Biasanya, setelah kira-kira satu jam, janin akan mati. Kira-
kira 33-35 jam setelah suntikan larutan garam itu bekerja, si wanita
hamil itu akan melahirkan anak yang telah mati dengan kulit hitam
karena terbakar. Kira-kira 97% dari wanita yang memilih aborsi dengan
cara ini melahirkan anaknya 72 jam setelah suntikan diberikan.
Suntikan larutan garam ini juga memberikan efek samping pada wanita
pemakainya yang disebut "Konsumsi Koagulopati" (pembekuan darah
yang tak terkendali diseluruh tubuh), juga dapat menimbulkan
pendarahan hebat dan efek samping serius pada sistim syaraf sentral.
Serangan jantung mendadak, koma, atau kematian mungkin juga
dihasilkan oleh suntikan saline lewat sistim pembuluh darah.
15







Keterangan : Jarum suntik ditusuk hingga mencapai air ketuban. Jarum ini
kemudian menyedot dari sedikit air ketuban keluar, lalu diganti dengan
larutan racun garam.
c. Urea
Karena bahaya penggunaan saline, maka suntikan lain yang biasa
dipakai adalah hipersomolar urea, walau metode ini kurang efektif dan
biasanya harus dibarengi dengan asupan hormon oxytocin atau
prostaglandin agar dapat mencapai hasil maksimal. Gagal aborsi atau
tidak tuntasnya aborsi sering terjadi dalam menggunakan metode ini,
sehingga operasi pengangkatan janin dilakukan. Seperti teknik suntikan
aborsi lainnya, efek samping yang sering ditemui adalah pusing-pusing
atau muntah-muntah. Masalah umum dalam aborsi pada trimester kedua
adalah perlukaan rahim, yang berkisar dari perlukaan kecil hingga
perobekan rahim. Antara 1-2% dari pasien pengguna metode ini terkena
endometriosis/peradangan dinding rahim.
d. Prostaglandin
16
Prostaglandin merupakan hormon yang diproduksi secara alami
oleh tubuh dalam proses melahirkan. Injeksi dari konsentrasi buatan
hormon ini ke dalam air ketuban memaksa proses kelahiran
berlangsung, mengakibatkan janin keluar sebelum waktunya dan tidak
mempunyai kemungkinan untuk hidup sama sekali. Sering juga garam
atau racun lainnya diinjeksi terlebih dahulu ke cairan ketuban untuk
memastikan bahwa janin akan lahir dalam keadaan mati, karena tak
jarang terjadi janin lolos dari trauma melahirkan secara paksa ini dan
keluar dalam keadaan hidup. Efek samping penggunaan prostaglandin
tiruan ini adalah bagian dari ari-ari yang tertinggal karena tidak luruh
dengan sempurna, trauma rahim karena dipaksa melahirkan, infeksi,
pendarahan, gagal pernafasan, gagal jantung, perobekan rahim.
e. Partial Birth Abortion
Metode ini sama seperti melahirkan secara normal, karena janin
dikeluarkan lewat jalan lahir. Aborsi ini dilakukan pada wanita dengan
usia kehamilan 20-32 minggu, mungkin juga lebih tua dari itu. Dengan
bantuan alat USG, forsep (tang penjepit) dimasukkan ke dalam rahim,
lalu janin ditangkap dengan forsep itu. Tubuh janin ditarik keluar dari
jalan lahir (kecuali kepalanya). Pada saat ini, janin masih dalam
keadaan hidup. Lalu, gunting dimasukkan ke dalam jalan lahir untuk
menusuk kepala bayi itu agar terjadi lubang yang cukup besar. Setela
itu, kateter penyedot dimasukkan untuk menyedot keluar otak bayi.
17
Kepala yang hancur lalu dikeluarkan dari dalam rahim bersamaan
dengan tubuh janin yang lebih dahulu ditarik keluar.
f. Histerotomi (untuk kehamilan trimester kedua dan ketiga)
Sejenis dengan metode operasi caesar, metode ini digunakan jika
cairan kimia yang digunakan/disuntikkan tidak memberikan hasil
memuaskan. Sayatan dibuat di perut dan rahim. Bayi beserta ari-ari
serta cairan ketuban dikeluarkan. Terkadang, bayi dikeluarkan dalam
keadaan hidup, yang membuat satu pertanyaan bergulir: bagaimana,
kapan dan siapa yang membunuh bayi ini? Metode ini memiliki resiko
tertinggi untuk kesehatan wanita, karena ada kemungkinan terjadi
perobekan rahim. Dalam 2 tahun pertama legalisasi aborsi di kota New
York, tercatat 271,2 kematian per 100.000 kasus aborsi dengan cara ini.

2.4. KOMPLIKASI ABORTUS
4
1. Perdarahan (hemorrhage) akibat luka pada jalan lahir, atonia uteri, sisa
jaringan tertinggal.
2. Perforasi : sering terjadi sewaktu dilatasi dan kuretase yang dilakukan
oleh tenaga yang tidak ahli seperti bidan dan dukun.
3. Infeksi dan tetanus
4. Emboli paru, dapat terjadi pada teknik penyemprotan cairan ke dalam
uterus. Hal ini terjadi karena pada waktu penyemprotan, selain cairan
juga gelembung udara masuk ke dalam uterus, sedangkan di saat yang
sama sistem vena di endometrium dalam keadaan terbuka. Udara dalam
18
jumlah kecil biasanya tidak menyebabkan kematian, sedangkan jumalh
70-100 ml dilaporkan sudah dapat mematikan dengan segera.
5. Inhibisi vagus, hampir selalu terjadi pada tindakan abortus yang
dilakukan tanpa anestesi pada ibu dalam keadaan stres, gelisah, panik.
Hal ini dapat terjadi akibat alat yang digunakan atau suntikan secara
mendadak dengan cairan yang terlalu panas atau terlalu dingin.
6. Syok, pada abortus dapat disebabkan oleh:
- Perdarahan yang banyak disebut syok hemoragik
- Infeksi berat atau sepsis disebut syok septik atau endoseptik
- Dapat juga terjadi akibat refleks vasovagal atau neurogenik.
Komplikasi ini dapat mengakibatkan kematian yang mendadak.
Komplikasi dari post abortus berkembang menjadi 3 bagian besar :
1. Evakuasi yang inkomplit dan atonia uterus yang menyebabkan
komplikasi perdarahan.
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa sisa
hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena
perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada
waktunya.
2. Infeksi
Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri
yang merupakan flora normal. Umumnya pada abortus infeksiosa, infeksi
terbatas pada desidua. Pada abortus septik, virulensi bakteri tinggi dan
infeksi menyebar ke perimetrium tuba, parametrium dan peritonium.
19
3. Kerusakan organ-organ

2.5. PEMBUKTIAN KASUS ABORTUS
Untuk dapat membuktikan apakah kematian seorang wanita itu
merupakan akibat dari tindakan abortus yang dilakukan atas dirinya,
diperlukan petunjuk-petunjuk :
a. Adanya kehamilan
b. Umur kehamilan, bila dipakai pengertian abortus menurut pengertian
medis
c. Adanya hubungan sebab akibat antara abortus dengan kematian
d. Adanya hubungan antara saat dilakukannya tindakan abortus dengan saat
kematian
e. Adanya barang bukti yang dipergunakan untuk melakukan abortus sesuai
dengan metode yang dipergunakan
f. Alasan atau motif untuk melakukan abortus itu sendiri

2.6. PEMERIKSAAN KORBAN ABORTUS
4

Pada korban hidup perlu diperhatikan tanda kehamilan misalnya
perubahan pada payudara, pigmentasi, hormonal, mikroskopik dan
sebagainya. Tanda-tanda kehamilan sebagai berikut :
Cloasma Gravidarum
20
o Merupakan pigmentasi kulit di sekitar pipi yang terjadi kira-kira
minggu ke-12 atau lebih di daerah pipi, hidung dan dahi akibat
pengaruh hormon plasenta yang merangsang melanofor dan kulit.
Pigmentasi kulit pada dinding perut yaitu Striae Lividae, Striae nigra,
Linea nigra makin hitam.
Epulis (hipertrofi papila gingiva) Sering terjadi pada trimester pertama
kehamilan.
Perubahan pada payudara.
o Payudara membesar, hiperpigmentasi areola mamae, putting susu
makin menonjol, kelenjar Montgomery menonjol, pembuluh darah
manifest payudara.
Varices atau penampakan pembuluh darah vena. Sering dijumpai pada
triwulan terakhir. Di dapat pada daerah genital eksterna, fossa poplitea,
kaki, dan betis. Pada multigravida kadang varices ditemukan pada
kehamilan terdahulu, timbul kembali pada triwulan pertama. Kadang-
kadang timbulnya varices merupakan gejala pertama kehamilan muda.
Uterus membesar
o Terjadi perubahan bentuk, besar dan konsistensi rahim. Pada
pemeriksaan dalam dapat diraba bahwa uterus membesar dan
makin lama makin bundar bentuknya.
Pada kehamilan muda bisa pula ditemukan:
a. Tanda Hegar
21
Konsistensi rahim dalam kehamilan berubah menjadi lunak, terutama
daerah ismus .Pada minggu minggu pertama ismus uteri mengalami
hipertrofi seperti korpus uteri. Hipertrofi ismus pada triwulan pertama
mengakibatkan ismus menjadi panjang dan lebih lunak. Sehingga
kalau kita letakkan 2 jari dalam fornix posterior dan tangan satunya
pada dinding perut di atas simpisis , maka ismus ini tidak teraba
seolah-olah korpus uteri sama sekali terpisah dari uterus.
b. Tanda Chadwicks
Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak
lebih merah, agak kebiru-biruan ( livide ). Warna porsiopun tampak
livide, hal ini disebabkan oleh pengaruh hormon estrogen.
c. Tanda Piscaseck
Uterus mengalami pembesaran , kadang kadang pembesaran tidak
rata tetapi di daerah telur bernidasi lebih cepat tumbuhnya. Hal ini
menyebabkan uterus membesar ke salah satu jurusan pembesaran
tersebut.
d. Reaksi kehamilan positif
Cara khas yang dipakai dengan menentukan adanya human chorionic
gonadotropin pada kehamilan muda adalah air kencing pertama pada
pagi hari. Dengan tes ini dapat membantu menentukan diagnosa
kehamilan sedini mungkin.
Perlu pula dibukti adanya usaha penghentian kehamilan, misalnya tanda
kekerasan pada genitalia interna/eksterna, daerah perut bagian bawah.
22
Pemeriksaan toksikologik dilakukan untuk mengetahui adanya obat/zat
dapat mengakibatkan abortus. Perlu pula dilakukan pemeriksaan terhadap
hasil usaha penghentian kehamilan, misalnya yang berupa IUFD kehamilan
janin di dalam rahim dan pemeriksaan mikroskopik terhadap sisa-sisa
jaringan.
Temuan autopsi pada korban yang meninggal tergantung pada cara
melakukan abortus serta interval waktu antara tindakan abortus dan kematian.
Abortus yang dilakukan oleh ahli yang terampil mungkin tidak meninggalkan
bekas dan bila telah berlangsung satu hari atau lebih, maka komplikasi yang
timbul atau penyakit yang menyertai mungkin mengaburkan tanda-tanda
abortus kriminal.
Lagipula selalu terdapat kemungkinan bahwa abortus dilakukan sendiri
oleh wanita yang bersangkutan.
Pada pemeriksaan jenazah, Teare (1964) menganjurkan pembukaan
abdomen sebagai langkah pertama dalam autopsi bila ada kecurigaan akan
abortus kriminalis sebagai penyebab kematian korban.
Pemeriksaan luar dilakukan seperti biasa sedangkan pada pembedahan
jenazah, bila didapatkan cairan dalam rongga perut, atau kecurigaan lain,
lakukan pemeriksaan toksikologik.
Uterus diperiksa apakah ada pembesaran, krepitasi, luka atau perforasi.
Lakukan pula Tes emboli udara pada vena kava inferior dan jantung.
23
Periksa alat-alat genitalia interna apakah pucat, mengalami kongesti
atau adanya memar. Uterus diiris mendatar dengan jarak antar irisan 1 cm
untuk mendeteksi perdarahan yang berasal dari bawah.
Ambil darah dari jantung (segera setelah tes emboli) untuk pemeriksaan
toksikologik. Ambil urin untuk tes kehamilan/toksikologik dan pemeriksaan
organ-organ lain dilakukan seperti biasa.
Pemeriksaan mikroskopik meliputi adanya sel trofoblas yang
merupakan tanda kehamilan, kerusakan jaringan yang merupakan jejas/tanda
usaha penghentian kehamilan. Ditemukannya sel radang PMN menunjukkan
tanda intravitalitas.
Tentukan pula umur janin/usia kehamilan, karena sekalipun undang-
undang tidak mempermasalahkan usia kehamilan, namun penentuan usia
kehamilan kadang kala diperlukan oleh penyidik dalam rangka penyidikan
perkara secara keseluruhan.

1. PEMERIKSAAN KORBAN HIDUP
Pada pemeriksaan pada ibu yang diduga melakukan aborsi, usaha
dokter adalah mendapatkan tanda-tanda sisa kehamilan dan menentukan
cara pengguguran yang dilakukan serta sudah berapa lama melahirkan.
Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan oleh Sp.OG.
Pemeriksaan tes kehamilan masih bisa dilakukan beberapa hari
sesudah bayi dikeluarkan dari kandungan, dijumpai adanya colostrum pada
peremasan payudara, nyeri tekan di daerah perut, kongesti pada labia
24
mayora, labia minora dan serviks. Tanda-tanda tersebut biasanya tidak
mudah dijumpai karena kehamilan masih muda. Bila segera sesudah
melahirkan mungkin masih didapati sisa plasenta yang pemastiannya perlu
pemeriksaan secara histopatologi (patologi anatomi), luka, peradangan,
bahan-bahan yang tidak lazim dalam liang senggama, sisa bahan
abortivum. Pada masa kini bila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan
DNA untuk pemastian hubungan ibu dan janin.

2. PEMERIKSAAN POST MORTEM
6

Pemeriksaan dilakukan menyeluruh melalui pemeriksaan luar dan
dalam (autopsi). Pemeriksaan ditujukan pada:
a. Menentukan perempuan tersebut dalam keadaan hamil atau tidak. Untuk
ini diperiksa :
1) Payudara secara makroskopis maupun mikroskopis
2) Ovarium, mencari adanya corpus luteum persisten secara
mikroskopik
3) Uterus, lihat besarnya uterus, kemungkinan sisa janin dan secara
mikroskopik adanya sel-sel trofoblast dan sel-sel decidua
b. Mencari tanda-tanda cara abortus provokatus yang dilakukan
1) Mencari tanda-tanda kekerasan lokal seperti memar, luka,
perdarahan jalan lahir
25
2) Mencari tanda-tanda infeksi akibat pemakaian alat yang tidak steril.
Jika digunakan zat kimia secara lokal maka pada liang senggama
atau cavum uteri dapat ditemukan zat-zat tersebut.
3) Jika digunakan obat-obatan oral atau suntikan maka tentunya obat-
obatan tersebut akan dapat dilacak melalui pemeriksaan
toksikologik.
c. Menentukan sebab kematian.
Dengan otopsi yang teliti disertai pemeriksaan penunjang maka
dapat diketahui penyebab kematiannya:
1) Vagal refleks
Komplikasi ini terjadi karena adanya rangsangan pada
permukaan sebelah dalam dari canalis servikalis. Kematian khas
terjadi di meja operasi.
2) Perdarahan
Terjadi karena robeknya vagina, serviks, atau uterus sehingga
menyebabkan perdarahan yang masif.
3) Emboli udara
Komplikasi ini sering terjadi pada aborsi dengan alat semprot.
Dimana udara ikut masuk ke dalam pembukuh darah dan dapat
menyebabkan emboli udara pada arteri coronaria atau arteri otak.
Kematian terjadi dalam waktu 10 menit. Jumlah udara yang
mematikan tergantung dari banyak faktor. Udara sebanyak 10
26
mililiter saja sudah dapat menyebabkan kematian, tetapi pernah ada
laporan bahwa penderita dapat sembuh sesudah mengalami emboli
sebanyak 100 mililiter.
4) Sepsis
Dapat terjadi karena alat-alat yang digunakan tidak steril, uterus
tidak bersih, dan robeknya usus besar.

2.7. ABORSI DIPANDANG DARI SEGI HUKUM
4,7,8
Dalam KUHP terdapat pasal-pasal yang berkaitan dengan abortus
yaitu pasal 299, 346,347,348, 349 KUHP.
1. Pasal 299 KUHP
(1) Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau
menyuruh supaya diobati dengan diberitahukan atau ditimbulkan
harapan bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan,
diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau pidana
denda paling banyak empat puluh lima ribu rupiah.
(2) Jika yang bersalah berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau
menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau
jika dia seorang tabib, bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah
sepertiga.
(3) Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan
pencarian, maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu.

27
2. Pasal 346 KUHP
Seorang wanita dengan sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana
penjara paling lama empat tahun.
3. Pasal 347 KUHP
(1) Barang siapa dngan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara
paling lama empat tahun.
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam
dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.

4. Pasal 348 KUHP
(1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungan seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan
pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.
(2) Jika perbuatan itu menyebabkan matinya wanita tersebut, diancam
dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
5. Pasal 349 KUHP
Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan
kejahatan berdasarkan pasal 346, ataupun melakukan atau membantu
melakukan salah satu kejahatan yang diterapkan dalam Pasal 347 dan 348,
28
maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan
sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam mana
kejahatan dilakukan.
Dari Pasal 346, 347 dan 348 KHUP, jelas bahwa undang-undang
tidak mempersoalkan masalah umur kehamilan atau berat badan dari fetus
yang keluar. Sedangkan pasal 349 dan 299 KUHP memuat ancaman
hukuman untuk orang-orang tertentu yang mempunyai profesi atau
pekerjaan tertentu bila mereka turut membantu atau melakukan kejahatan
seperti yang dimaksud ke tiga pasal tersebut.
Yang dapat dikenakan hukuman adalah tindakan menggugurkan
atau mematikan kandungan yang termasuk tindakan pidana sesuai dengan
pasal-pasal pada KUHP (abortus kriminalis). Sedangkan tindakan yang
serupa demi keselamatn ibu yang dapat dipertanggungjwabkan secara
medis (abortus medicinalis atau abortus therapeuticus), tidaklah dapat
dihukum walaupun pada kenyataan dokter dapat melakukan abortus
medisinalis, itu diperiksa oleh penyidik dan dilanjutkan dengan
pemeriksaan di pengadilan.
Pemeriksaan oleh penyidik atau hakim di pengadilan bertujuan
untuk mencari bukti-bukti akan kebenaran bahwa pada kasus tersebut
memang murni tidak ada unsur kriminalnya, semata-mata untuk
keselamatan jiwa Si ibu. Perlu diingat bahwa hanya Hakimlah yang berhak
memutuskan apakah seseorang itu (dokter) bersalah atau tidak bersalah.
29
BAB III
ILUSTRASI KASUS DAN DISKUSI
Riska adalah pacar gelap seorang direktur Bank pemerintah. Setelah
berhubungan lebih kurang satu tahun, ternyata Riska hamil, dan ia memberitahu
Andi tersebut atas kehamilannya. Andi terperanjat dan dicekam rasa kekhawatiran
yang teramat sangat, takut jika rahasianya terbongkar dan akan mengancam
kariernya. Dengan modus bujukan, dirayunyalah si Riska agar mau
menggugurkan kandungannya, tetapi Riska menolak mentah-mentah bujukan
tersebut. Andi panik, dan segala kecemasannnya akhirnya ia minta bantuan
seorang dokter kebidanan dan kandungan, untuk membantunya melakukan aborsi
pada Riska.
Dokter tersebut memberikan semacam obat, dan dengan alasan untuk
meningkatkan stamina agar kehamilan Riska terjaga, obat tersebut
diminumkannya kepada Riska. Selang beberapa hari terjadilah pendarahan, dan si
Andi membawa Riska ke Klinik Dokter Kebidanan untuk pura-pura minta
pertolongan. Dokter menjelaskan bahwa kehamilan Riska tidak bisa
dipertahankan, dan harus dilakukan kuretase (pengeluaran janin). Riska terkejut,
kenapa harus secepat itu dilakukan kuretase, padahal pendarahannya hanya
sedikit.
Tanpa bisa melakukan perlawanan, Riska pasrah dilakukannya kuretase
meskipun dalam hati kecilnya rencana untuk menjebak Andi jadi suaminya
terancam gagal. Setelah Riska sembuh, ia pun melaporkan kejadian tersebut ke
Kantor Polisi, dengan isi laporan bahwa suaminya dengan bantuan seorang dokter
30
kebidanan telah melakukan aborsi atas kehamilannya. Polisi pun melakukan
penyelidikan dan dilanjutkan ke tahap penyidikan.
Pada saat polisi mengumpulkan alat bukti, polisi mendapatkan catatan
medis Riska berisi bahwa Riska mengalami pendarahan hebat dan akan
mengancam jiwanya, sehingga dengan persetujuan Mona dan (suaminya) dokter
melakukan kuretase. Dokumen catatan medik lengkap, bukti persetujuan Riska
ada, lalu Polisi menginterogasi dokter kebidanan, dan dokter tersebut bersikukuh
bahwa ia harus menyelamatkan jiwa Riska dan menurutnya perbuatannya tersebut
sudah sesuai dengan Sumpah Profesi dan Kode Etiknya.
Dalam ilustrasi diatas, dokter tersebut terkena KUHP pasal 299 karena
menbujuk atau menyuruh Riska untuk melakukan tindakan abortus, serta pasal
535 karena Andi menunjukan sarana untuk menggugurkan kandungannya.
Sementara dokter akan terjerat pasal 384 tentang tindakan penggugurankandungan
dengan persetujuan, serta terjerat pasal 15 ayat 2 tentang sarana yang memiliki
tenaga dan peralatan yang memadai untuk tindakan tersebut.
Dari kasus tersebut, bila perbuatan dokter yang mengambil tindakan aborsi
dengan membuat catatan medis palsu ayat 1 dan 3, dengan hukuman penjara
paling lama 4 tahun. Bila memang ada indikasi untuk dilakukan tindakan abortus
dan sesuai dengan keahlian dan wewenang demi menyelamatkan Riska, maka
dokter telah melakukan kewajiban dengan benar. Namun bila Riska mempunyai
penyakit yang beresiko pada kehamilannya maka dokter harus
melakukankonsultasi terlebih dahulu dengan tim medis lainnya. Serta dokter
melakukan tindakan abortus bukan pada tempat yang seharusnya, dalam hal ini
31
adalah tempat-tempat yang ditunjuk oleh pemerintah sesuai dengan syarat-syarat
yang telah disebutkan diatas.
Dugaan lainnya yaitu, tentang pemberian obat yang telah diberikan kepada
Riska, apakah obat tersebut berbahaya bagi kandungan Riska, apabila obat
tersebut berbahaya maka dokter tersebut dapat dijerat dengan pasal 356 ayat 3.
Jika dokter terbukti melakukan tindakan medis tanpa indikasi medis, maka dokter
dapat terjerat pasal 80 ayat 1, dan terjerat pasal 90 KUHP tentang gugurnya atau
matinya tentang kandungan seorang perempuan.
Sedangkan upaya polisi untuk menindaklanjuti aduan Riska, ada beberapa
kemungkinan yang dapat terjadi, salah satunya polisi akan kesulitan untuk
memproses dokter, karena dokter memiliki alibi, bahwa tindakannya tersebut atas
persetujuan Riska serta tindakannya dilakukan berdasrkan atas indikasi adanya
perdarahan. Namun dokter tidak dapat mengelak dari MKEK, karena tindakan
untuk dilakukan kuret hanya disebuah klinik, padahal kuret hanya dapat dilakukan
pada minimal rumah sakit tipe C.
Jika dokter terbukti melakukan tindakan penganiayaan yang menimbulkan
sakit atau luka atau terhadap kesehatan, diancam pidana penjara maksimal 2 tahun
8 bulan yang diatur pada pasal 351 ayat 1, dan pidana maksmal 4 tahun yang
diatur pada pasal 353 ayat 1.
Dokumen medik harus lengkap dapat diambil suatu kesimpulan bahwa
aspek medikolegal pada abortus tidak semudah yang kita bayangkan, karena
banyak aspek yang berperan untuk membuktikan suatu aborsi.
32













KESIMPULAN

33
Abortus provocatus artificial terapeutik dilegalkan dalam segi hukum di
Indonesia dan menurut ketentuan profesional seorang dokter atas indikasi
menyelamatkan ibu yang mengandung. Sedangkan Abortus provocatus kriminalis
dilarang di Indonesia karena jika ditinjau dari aspek hukum dapat digolongkan
kedalam abortus ilegal dan dapat menyebabkan kesakitan dan kematian ibu hamil
dengan kehamilan yang tidak diinginkan.
Untuk dapat membuktikan apakah kematian seorang wanita itu
merupakan akibat dari tindakan abortus yang dilakukan atas dirinya, diperlukan
petunjuk-petunjuk yaitu, adanya kehamilan, umur kehamilan, adanya hubungan
sebab akibat antara abortus dengan kematian, adanya hubungan antara saat
dilakukannya tindakan abortus dengan saat kematian, adanya barang bukti yang
dipergunakan untuk melakukan abortus sesuai dengan metode yang dipergunakan,
dan alasan atau motif untuk melakukan abortus itu sendiri. Hal penting yang perlu
diperhatikan adanya tanda-tanda kehamilan, usaha penghentian kehamilan,
toksikologik, pemeriksaan luar dan pembedahan jenazah, pemeriksaan
mikroskopik, dan penentuan umur janin atau usia kehamilan.
Adapun Undang-undang yang mengatur tentang abortus ilegal adalah UU
No 23 tahun 1992 tentang kesehatan, sedangkan abortus ilegal diatur dalam
KUHP, yaitu pasal 299, 346, 347, 348, 349. Oleh karena itu sebagai seorang
dokter kita harus menghilangkan atau mengadukan kepada pihak yang berwenang
mengenai praktik aborsi ilegal agar dapat meminimalisir terjadinya kasus aborsi
ilegal yang berhasil dan tidak melangggar sumpah dokter yaitu menghormati
setiap hidup insani.
34















DAFTAR PUSTAKA

35
1. Abdul Munim Idries. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik (Edisi
Pertama). Jakarta. Binarupa Aksara
2. Chadha, PV. Abortus dalam Catatan Kuliah I lmu Forensik dan
Toksikologik. 1995. Jakarta : Widya Medika. 91 9.
3. Prawirohardjo S. Editor: Saifuddin A.B. Perdarahan Pada Kehamilan
Muda : Abortus. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
Dan Neonatal. Ed. 1. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwonoprawirohardjo. 2008. p145-50.
4. Budianto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Munim TWA, Sidhi, Hertian S,
et all. Pengguguran Kandungan dalam buku: Ilmu Kedokteran Forensik.
Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 1997. p159-164.
5. Society for the Protection of Unborn Children. 2012. Methods of
Abortion. [Online]. Accessed on 8th August 2012. Available at:
http://www.spuc.org.uk/youth/student_info_on_abortion/methods
6. Dahlan S. Pengguguran Kandungan dalam buku: Ilmu Kedokteran
Forensik Pedoman Bagi Dokter dan Penegak Hukum. Semarang: Balai
Penerbit Universitas Diponegoro. 2004. p137-139.
7. Waluyadi. Aborsi Menurut Hukum dan Ilmu Kedokteran dalam buku
Ilmu Kedokteran Kehakiman. Jakarta: Djambatan, 2007. p77-99.
36
8. Syafruddin. Abortus Provocatus dan Hukum. Available at:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1552/1/pid-
syafruddin6.pdf. Accessed on July 28 2012.

Vous aimerez peut-être aussi

  • 1 Mutu Konsep Dasar Mutu
    1 Mutu Konsep Dasar Mutu
    Document18 pages
    1 Mutu Konsep Dasar Mutu
    Dyah Ayu Kusumawarddhani
    Pas encore d'évaluation
  • Cover Dyah
    Cover Dyah
    Document1 page
    Cover Dyah
    Dyah Ayu Kusumawarddhani
    Pas encore d'évaluation
  • Cover
    Cover
    Document10 pages
    Cover
    Dyah Ayu Kusumawarddhani
    Pas encore d'évaluation
  • Cover
    Cover
    Document6 pages
    Cover
    Dyah Ayu Kusumawarddhani
    Pas encore d'évaluation
  • Bab I
    Bab I
    Document7 pages
    Bab I
    Dyah Ayu Kusumawarddhani
    Pas encore d'évaluation
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Document1 page
    Daftar Isi
    Dyah Ayu Kusumawarddhani
    Pas encore d'évaluation
  • DAFTAR ISInaaaaaaaaaaaaaaaaaa
    DAFTAR ISInaaaaaaaaaaaaaaaaaa
    Document1 page
    DAFTAR ISInaaaaaaaaaaaaaaaaaa
    Dyah Ayu Kusumawarddhani
    Pas encore d'évaluation
  • Kuisioner Penelitian
    Kuisioner Penelitian
    Document5 pages
    Kuisioner Penelitian
    Dyah Ayu Kusumawarddhani
    Pas encore d'évaluation
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Document2 pages
    Daftar Isi
    Dyah Ayu Kusumawarddhani
    Pas encore d'évaluation
  • Bab I Anak
    Bab I Anak
    Document3 pages
    Bab I Anak
    Dyah Ayu Kusumawarddhani
    Pas encore d'évaluation
  • Bab V
    Bab V
    Document1 page
    Bab V
    Dyah Ayu Kusumawarddhani
    Pas encore d'évaluation
  • Bahan
    Bahan
    Document14 pages
    Bahan
    Dyah Ayu Kusumawarddhani
    Pas encore d'évaluation
  • Cover Lapsus ANAK
    Cover Lapsus ANAK
    Document1 page
    Cover Lapsus ANAK
    Dyah Ayu Kusumawarddhani
    Pas encore d'évaluation
  • Daftar Pustaka Lapsus
    Daftar Pustaka Lapsus
    Document2 pages
    Daftar Pustaka Lapsus
    Dyah Ayu Kusumawarddhani
    Pas encore d'évaluation
  • Kuisioner Penelitian
    Kuisioner Penelitian
    Document5 pages
    Kuisioner Penelitian
    Dyah Ayu Kusumawarddhani
    Pas encore d'évaluation
  • BAB I Edit
    BAB I Edit
    Document5 pages
    BAB I Edit
    Dyah Ayu Kusumawarddhani
    Pas encore d'évaluation
  • Cover Status Ujian IKM Dyah
    Cover Status Ujian IKM Dyah
    Document1 page
    Cover Status Ujian IKM Dyah
    Dyah Ayu Kusumawarddhani
    Pas encore d'évaluation
  • Cover Lapsus ANAK
    Cover Lapsus ANAK
    Document1 page
    Cover Lapsus ANAK
    Dyah Ayu Kusumawarddhani
    Pas encore d'évaluation
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Document4 pages
    Bab Ii
    Dyah Ayu Kusumawarddhani
    Pas encore d'évaluation
  • BAB 5 PBL Pekauman
    BAB 5 PBL Pekauman
    Document11 pages
    BAB 5 PBL Pekauman
    Dyah Ayu Kusumawarddhani
    Pas encore d'évaluation
  • Cover DyahW
    Cover DyahW
    Document1 page
    Cover DyahW
    Dyah Ayu Kusumawarddhani
    Pas encore d'évaluation
  • 10 E00022 D
    10 E00022 D
    Document2 pages
    10 E00022 D
    Dyah Ayu Kusumawarddhani
    Pas encore d'évaluation
  • DAPUS
    DAPUS
    Document2 pages
    DAPUS
    Dyah Ayu Kusumawarddhani
    Pas encore d'évaluation
  • Makalah Pengling
    Makalah Pengling
    Document17 pages
    Makalah Pengling
    Dyah Ayu Kusumawarddhani
    Pas encore d'évaluation
  • Cover
    Cover
    Document3 pages
    Cover
    Dyah Ayu Kusumawarddhani
    Pas encore d'évaluation
  • DAFTAR ISInaaaaaaaaaaaaaaaaaa
    DAFTAR ISInaaaaaaaaaaaaaaaaaa
    Document2 pages
    DAFTAR ISInaaaaaaaaaaaaaaaaaa
    Dyah Ayu Kusumawarddhani
    Pas encore d'évaluation
  • Bab I
    Bab I
    Document7 pages
    Bab I
    Dyah Ayu Kusumawarddhani
    Pas encore d'évaluation
  • Bab I
    Bab I
    Document7 pages
    Bab I
    Dyah Ayu Kusumawarddhani
    Pas encore d'évaluation
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Document20 pages
    Bab Iii
    Dyah Ayu Kusumawarddhani
    Pas encore d'évaluation
  • Lapsus PEB Og
    Lapsus PEB Og
    Document24 pages
    Lapsus PEB Og
    Dyah Ayu Kusumawarddhani
    Pas encore d'évaluation