Vous êtes sur la page 1sur 7

Abdullah Puteh

Gubernur Aceh ke-15


Masa jabatan
20002004
Wakil Azwar Abubakar
Didahului oleh Ramli Ridwan
(Pejabat Gubernur Aceh)
Digantikan oleh Azwar Abubakar
(Pejabat Gubernur Aceh)
Informasi pribadi
Lahir 4 Juli 1948
Agama Islam
BIOGRAFI
Abdullah Puteh (lahir di Meunasah Arun, Aceh Timur, 4 Juli 1948; umur 66
tahun), Abdullah Puteh, putra bungsu dari (alm) Tengku Haji Imam Puteh
Memperoleh gelar sarjana dari Akademi Teknik Pekerjaan Umum (ATPUT)
Bandung pada tahun 1974, sebulan kemudian beliau langsung terpilih sebagai
Ketua Umum DPP KNPI
Kesempatan melanjutkan studi ke ITB diperolehnya saat menjabat anggota
DPR-RI mewakili Partai Golongan Karya pada tahun 1979. Pada Pemilu 1982, ia
kembali terpilih untuk duduk di DPR. Abdullah Puteh sempat menjadi Wakil
Ketua Komisi V dan juga Wakil Sekretaris Fraksi Karya Pembangunan. Setelah
turun dari kursi anggota DPR RI, beliau menjadi pengusaha. Ia juga pernah
menjabat sebagai Ketua Umum Apjati (Asosiasi Perusahaan Jasa Tenaga Kerja
Indonesia) dan juga aktif sebagai Wakil Sekjen DPP Partai Golkar. Pada tahun
2000, beliau terpilih menjadi Gubernur Aceh dengan memperoleh 33 suara dari 54
anggota DPRD Aceh.
RIWAYAT PENDIDIKAN
Sekolah Rakyat, Idi, Aceh
SMP, Idi, Aceh
SMA, Langsa, Aceh, (1967)
Akademi Teknik Pekerjaan Umum (ATPUT), Bandung (1974)
Fakultas Teknik Planologi ITB, Bandung (1984)
Pada Oktober 2010, beliau mendapatkan rekor dari Museum Rekor-Dunia
Indonesia (MURI) atas semangat juangnya untuk memperoleh gelar doktor
meskipun berstatus terpidana. Disertasinya berjudul "Pengaruh Kepemimpinan,
SDM Aparatur, dan Anggaran Pembangunan Terhadap Berhasilnya Otonomi
Daerah Bidang Agribisnis di Kabupaten Sumedang". Abdullah Puteh lulus dengan
gelar Cumlaude dari Universitas Satyagama dengan IPK 3,78.


RIWAYAT KARIR
Komandan Resimen Mahawarman Batalyon VI Detasemen ATPUT Bandung
(1969-1971)
Ketua Umum HMI Cabang Bandung (1970-1971)
Ketua Biro Kaderisasi PB HMI (1971-1973)
Anggota Majelis Pekerja Kongres PB HMI (1973-1975)
Kepala Dinas PU Aceh Timur (1974-1979)
Ketua KNPI Aceh Timur (1974-1978)
Ketua Departemen Wisata Pemuda DPP KAPPI
Ketua Departemen Koperasi dan Wiraswasta DPP AMPI (1979)
Ketua Gema MKGR DKI Jaya (1979)
Anggota MPR/DPR RI (1979)
Ketua Umum DPP KNPI (1984-1987)
Ketua Umum Apjati (Asosiasi Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia) -
1996-1999
Wakil Sekjen Golkar
Gubernur Provinsi Nangroe Aceh Darussalam 2000-2005
KASUS KORUPSI
Periode saat beliau menjabat sebagai Gubernur Aceh tidak mudah, karena
pada saat itu Aceh tengah dilanda konflik berkepanjangan dengan RI. Salah satu
program beliau sebetulnya adalah mengembalikan kedamaian di bumi serambi
Mekkah, namun sebelum rencana tersebut terealisasikan, beliau terjerat kasus
hukum yang cukup besar yaitu tindak pidana korupsi. Gubernur Aceh pada
periode 2000-2005 itu dijatuhi hukuman 10 tahun penjara di Rutan Salemba
Jakarta oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan atas kasus korupsi pengadaan 2
buah helikopter PLC Rostov jenis MI-2 senilai Rp12,5 miliar pada 11 April 2005,
Saat vonis hakim dibacakan, Puteh berada di rumah sakit karena baru
selesai dioperasi prostatnya. Segera setelah putusan tersebut
dikeluarkan, Departemen Dalam Negeri memberhentikan Puteh sebagai Gubernur.
Sebelumnya Puteh hanya dinonaktifkan. Abdullah Puteh akhirnya diputuskan
bebas bersyarat pada 18 November 2009 setelah membayar uang ganti kasus
sebesar Rp500 juta.

ARTIKEL YANG MENJELASKAN PROSES KASUS
ABDULLAH PUTEH
Abdullah Puteh Menjadi Tersangka Kasus
Korupsi Dana Bantuan Hukum.
07 April 2005 00:00:00 / ekobayong / dibaca: 1470 kali / Kat: Audit
Gubernur NAD non aktif, Abdullah Puteh bersama Kepala Biro Hukum dan
Humas Setwil Prov. NAD, Hamid Zein ditetapkan oleh Kejaksaan Tinggi Provinsi
NAD sebagai tersangka kasus korupsi penyimpangan dana APBD NAD tahun
2004 senilai Rp.4,130 miliar.
Kedua tersangka tersebut dinyatakan bersalah oleh Andi Amar Achmad, Kepala
Kejati NAD, karena menggunakan dana perubahan APBD tahun 2004 untuk
kegiatan bantuan hukum Abdullah Puteh. Dana senilai Rp. 4,130 miliar tersebut
diambil dari dana bantuan hukum yang diposkan pada Biro Hukum dan Humas
Setda Prov. NAD dalam perubahan APBD 2004 yang total anggarannya Rp.4,8
miliar. Dana tersebut seharusnya digunakan untuk membantu masyarakat yang
tidak mampu membiayai pengacara dalam pembelaan sesuatu kasus, dan kasus
perdata yang melibatkan lembaga pemerintah. Oleh karena itu dana tersebut
tidak bisa digunakan untuk membayar pengacara Abdullah Puteh, karena ia
terlibat kasus pidana, kata Kepala Kejati Prov. NAD.
Dengan ditetapkannya dua tersangka tersebut, maka kasus tersebut berubah dari
penyelidikan menjadi menyidikan, kata Andi Amir. Kasus tersebut terungkap
setelah dalam proses penyelidikan. Pihak intel Kajati NAD melakukan
pemeriksaan terhadap lima pejabat Setdaprov NAD. Intel tersebut menemukan
terjadinya penyimpangan dana APBD tahun 2004. Ada kemungkinan jumlah
tersangka akan bertambah karena pihak Kejati kini akan terus melakukan
pengembangan terhadap kasus tersebut.
Disebutkan, bahwa dalam perkara itu, ada kemungkinan anggota DPRD NAD
periode 1999-2004 terlibat, karena menyetujui anggaran belanja tambahan (ABT)
bantuan hukum senilai Rp.4,8 miliar. Sebelum ada perubahan, anggaran untuk
bantuan hukum tersebut dianggarkan hanya Rp.90 juta, tetapi setelah terjadi
perubahan mencapai Rp.4,8 miliar dan disetujui oleh DPRD. Kami akan
menyelidiki semuanya, kata Kepala Kejaksaan Tinggi Prov NAD.
Menurut Kajati, Andi Amir, penggunaan dana itu tidak tepat dan cacat hukum,
apalagi kasus Abdullah Puteh dalam kapasitas pribadi, bukan kapasitas sebagai
gubernur. Oleh karena itu biaya tersebut tidak bisa dibebankan ke dalam APBD
NAD. Kejadian itu, termasuk tindak pidana korupsi.
Kasus penyelewengan anggaran penyuluhan dan pelayanan bantuan hukum ini,
terungkap ketika Pokja V Panitia Anggaran DPRD NAD meminta keterangan
Karo Hukum dan Humas Setda NAD yang menggunakan anggaran tersebut
sebesar Rp.4,8 miliar dari Rp.5,7 miliar untuk membiayai pembelaan Gubernur
NAD non aktif Puteh.
Sumber: Suara Karya, Media Indonesia, Republika 2-7 April 2005 (DCH)

Abdullah Puteh Resmi Bebas Bersyarat

Bandung,(ANTARA News) - Mantan Gubernur Nangroe Aceh Darussalam
(NAD), Abdullah Puteh, Rabu, resmi bebas bersyarat dari Lapas Sukamiskin,
Bandung Jawa Barat.
"Sesuai dengan ketentuan Menteri Hukum dan Ham beliau (Abdullah Puteh) hari
ini dibebaskan oleh kami," ujar Kepala Kanwil Depkumham Jabar Dany Kusuma
Praja, di Bandung, Rabu.
Menurutnya, Puteh mendapatkan vonis 10 tahun dan baru menjalani 4 tahun 11
bulan. Seharusnya Puteh Puteh bebas pada 22 Maret 2014.
"Dalam putusan Pengadilan mendapatkan bebas persyaratan dengan membayar
Rp500 juta kepada KPK dengan masa hukuman dua per tiga," ungkapnya.
Surat kwitansi pelunasan pembayaran tersebut sudah disampaikan ke Kanwil
Dephumkan Jabar pada tanggal 17 November 2009.
"Setelah melakukan proses administrasi beliau dibebaskan hari ini dengan
beberapa persyaratan," ungkapnya.
Dia menambahkan, apabila Puteh berangkat ke luar negeri, harus berdasarkan izin
menteri Hukum dan Ham.
Beberapa syarat pembebasan Abdullah Puteh, dikatakan Dany, akan dicabut
kembali apabila mengulangi tindak pidana, menimbulkan keresahan di
masyarakat
"Selain itu tidak memenuhi program pembinaan oleh Badan Pemasyarakatan,"
ujarnya.
Setelah dibebaskan dari Lapas Sukamiskin, ia menuju ke Bapas Jakarta untuk
melapor dengan didampingi oleh keluarga dari Aceh.
Menurut Abdullah Puteh, banyak pelajaran yang diambil saat ia ditahan. Puteh
juga meminta maaf kepada Kepala Lapas beserta seluruh staf Lapas Sukamiskin.
Abdullah Puteh merupakan terpidana kasus Tindak Pidana Korupsi pengadaan
Helikopter dengan putusan 10 Tahun Penjara.
TANGGAPAN
Menurut saya Abdullah puteh sebenarnya orang yang mempunyai semangat
belajar yang sangat tinggi, hal itu dapat kita lihat dari jalan hidupnya untuk
memperdalam ilmunya di beberapa sekolah serta universitas negeri di indonesia.
Dan hal itu dibuktikan benar dengan penghargaan yang dia dapatkan. Tetapi dia
akhirnya ikut serta dalam aksi korupsi 2 helikopter milik negara dan akhirnya
tertangkap basah. Hal ini memberikan dia hukuman penjara 10 tahun. Tetapi
setelah beberapa tahun, hukuman Abdullah puteh diperpendek dan dia dibebaskan
dengan syarat. Hal ini menurut saya termasuk tindakan pemerintah yang kurang
tegas. Walaupun setelah bebas, abdullah tidak membuat masalah lagi, Hukuman
yang sudah diturunkan tidak boleh diringankan atau dihilangkan kecuali
keputusan hakim belum diakhiri. Bila koruptor dibiarkan bebas pada waktu yang
tidak tepat, koruptor lainpun tidak akan takut dengan hukuman yang akan
dijatuhkan pada mereka, sehingga koruptor pun akan bertambah.



TUGAS PPBN
BIOGRAFI KORUPTOR: ABDULAH PUTEH






Disusun oleh :
Gema Akbar Ramadhani (I0314041)



JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2014

Vous aimerez peut-être aussi