agregat dalam bentuk grafik yang dapat memperlihatkan bagian butir ( gradasi ) suatu agregat dengan menggunakan saringan. B. ALAT a. Saringan satu set : 1, , , 3/8, , No.4, No.8, No.16, No.30, No.50, No.100, No.200 b. Timbangan digital Gambar 1.1 Timbangan digital c. Oven d. Alat pemisah sampel e. Mesin penggetar saringan f. Kuas g. Sendok h. Ember i. dll C. BAHAN a. Agregat kasar (split) = 1000 gram (lolos saringan 25,4 mm) 2. 2 b. Agregat kasar (screen) = 1000 gram (lolos saringan 9,5 mm) c. Agregat kasar (AB) = 500 gram (lolos saringan 4,75 mm) D. TEORI SINGKAT Analisis saringan adalah suatu kegiatan analisis yang digunakan untuk menentukan persentase berat butiran agregat yang lolos dalam satu set saringan, yang angka persentase kumulatif digambarkan pada grafik pembagian butir. Ukuran butiran yang maksimum dari agregat ditunjukkan dengan saringan terkecil dimana agregat tersebut masih bisa lolos 100%. Ukuran nominal maksimum agregat adalah ukuran saringan yang terbesar dimana diatas saringan tersebut terdapat sebagian agregat yang tertahan. Ukuran butiran maksimum dan gradasi agregat dikontrol oleh spesifikasi. Susunan dari butiran agregat sangat berpengaruh dalam perencanaan suatu perkerasan. Saringan yang biasanya digunakan untuk analisis saringan adalah saringan menurut standard ASTM (Amerika), British Standard, DIN (Jerman), AFNOR (Perancis), dan ISo (Internasional). Setiap standart mempunyai ukuran berbeda satusama lainnya. Meskipun demikian biasanya dapat diambil ukuran-ukuran lubang yang berdekatan atau ekivalennya. Saringan utama terdiri dari saringan yang berurutan dengan ukuran lubang ayakan di bawahnya. Satu set saringan terdiri dari saringan ukuran 4,3, 2, 1, ,1/2, 3/8, No.4, No.8, No.16, No.30, No.50, No.100, No.200. E. LANGKAH KERJA 1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan 2. Lakukan pembagian agregat dengan alat pemisah 3. Timbang agregat yang sudah dibagi sesuai kebutuhan 4. Masukan agregat kedalam susunan ayakan standard dan letakan diatas vibrator (mesin penggetar) 5. Lakukan penggetaran 15 menit 3. 3 Gambar 1.2 penggetaran saringan di vibrator 6. Timbang agregat yang tertahan pada setiap saringan Gambar 1.3 penimbangan agregat 7. Hitung persentase lolos dan tertahan pada masing masing saringan 8. Masukan data pada table dan plot pada grafik F. DATA DAN PERHITUNGAN 1. DATA Rumus- rumus yang digunakan Berat tertahan (gr) = (Berat saringan + agregat) Berat saringan Kumulatif tertahan (%) = %100 )( )( X grtertahanlkomulatifjumlahtota grertahanankomulatift 4. 4 Komulalatif lolos (%) = 100% - komulatif tertahan (%) Fuller = %100* . . 45,0 tinggiaringanterno sariganno NO SARINGAN BERAT SARINGAN BERAT SARINGAN + AGREGAT GR GR MM INCH SP SC AB SP SC AB 25,4 1" 584,7 584,7 584,7 584,7 584,7 584,7 19,1 3/4 " 559,8 559,6 559,6 1121,3 565,3 559,6 9,52 3/8" 525,7 525,5 525,4 954,8 1498,7 532 4,76 No.4 530,2 530,2 530,2 530,2 541 548,5 2,36 No.8 398,4 398,3 398,5 399,1 398,9 611,9 1,19 No.16 521,2 521,2 521,3 521,6 521,8 625,6 0,59 No.30 517,3 517,3 517,4 517,7 517,6 578,4 0,28 No.50 507,7 507,7 507,9 508,2 508,1 528,3 0,15 No.100 495,9 495,8 495,8 496,6 496,6 534,1 0,08 No.200 427 426,9 427 427,7 427,8 433,3 Pan 252,6 252,6 252,8 258,2 258,4 282,4 JUMLAH Tabel 1.1 data analisis saringan 2. PERHITUNGAN BERAT AGREGAT TERTAHAN BERAT KOMULATIF TERTAHAN % KOMULATIF TERTAHAN % KOMULATIF LOLOS GR GR % % SP SC AB SP SC AB SP SC AB SP SC AB 0 0 0 0 0 0 0,000 0,000 0,000 100,000 100,000 100,000 561,5 5,7 0 561,5 5,7 0 56,172 0,571 0,000 43,828 99,429 100,000 429,1 973,2 6,6 990,6 978,9 6,6 99,100 97,978 1,325 0,900 2,022 98,675 0 10,8 18,3 990,6 989,7 24,9 99,100 99,059 4,998 0,900 0,941 95,002 0,7 0,6 213,4 991,3 990,3 238,3 99,170 99,119 47,832 0,830 0,881 52,168 0,4 0,6 104,3 991,7 990,9 342,6 99,210 99,179 68,768 0,790 0,821 31,232 0,4 0,3 61 992,1 991,2 403,6 99,250 99,209 81,012 0,750 0,791 18,988 0,5 0,4 20,4 992,6 991,6 424 99,300 99,249 85,106 0,700 0,751 14,894 0,7 0,8 38,3 993,3 992,4 462,3 99,370 99,329 92,794 0,630 0,671 7,206 0,7 0,9 6,3 994 993,3 468,6 99,440 99,419 94,059 0,560 0,581 5,941 5,6 5,8 29,6 999,6 999,1 498,2 100,000 100,000 100,000 0,000 0,000 0,000 999,6 999,1 498,2 Tabel 1.2 perhitungan data analisis saringan 5. 5 6. 6 G. KESIMPULAN Dari hasil analisis data diatas dapat disimpulkan bahwa persentase dari split 19,5%, screen = 18,5 % dan abubatu = 63 %. Berdasarkan susunan dari butiran agregat tersebut kurang baik untuk perkerasan jalan, karena persentase abubatu yang terlalu banyak. Dari hal itu, dapat kita simpulkan bahwa Semakin kecil nilai kumulatif tertahan (%) maka semakin besar nilai kumulatif lolos (%) dan nilai fullernya. H. DAFTAR PUSTAKA Sukirman, Silvia.2003.Beton Aspal Campuran Panas.Jakarta: Granit Wignal,Arthur, Peter S. Kendrik, Roy Ancil, Malcolm Copson.2003.Proyek Jalan ( Teori dan Praktek) . Jakarta: Erlangga G.Rani, Iskandar.2009.Ilmu Bahan Bangunan 2.Padang: Teknik sipil UNP Suprapto.2004.Bahan dan Struktur Jalan Raya.Yogyakarta: Biro Penerbit SNI 03-1968-1990 http://www.ilmusipil.com/analisa-saringan-agregat-kasar-dan-halus http://rickyhamzah.blogspot.com/2011/04/pengujian-analisa-saringan- agregat.html http://www.scribd.com/doc/57830914/Analisa-saringan-agregat http://www.slideshare.net/sendytha/uji-bahan-agregat-campuran 7. 7 PENGUJIAN KELEKATAN AGREGAT PADA ASPAL ( AFFINITY FOR BITTUMEN ) A. TUJUAN Menguji kelekatan agregat terhadap aspal dengan cara visual. B. ALAT a. Saringan 9,52 mm (3/8), dan 6,3 mm (1/4) b. Timbangan digital c. Oven Gambar 2.1 oven d. Pisau pengaduk/sendok e. Wadah/talam C. BAHAN a. Agregat lolos saringan 9.5 mm dan tertahan saringan 6,3 mm = 100 gram yang sudah kering oven b. Air suling c. Aspal 8. 8 D. TEORI SINGKAT Aspal adalah bahan yang terdiri dari fraksi cair yang disebut malten dan fraksi padat yang disebut dengan asphalten. Aspal merupakan material yang pada temperature ruangan berbentuk padat sampai agak padat dan bersifat termoplastis. Jadi, aspal akan mencair jika dipanaskan sampai 8emperature tertentu, dan kembali membeku jika 8emperature turun. Bersama dengan agregat, aspal merupakan material pembentuk campuran perkerasan jalan. Banyaknya aspal dalam campuran perkerasan berkisar antara 4-10% berdasarkan berat campuran, atau 10-15% berdasarkan volume campuran. Di perkerasan jalan aspal akan mengalami aksidasi dan polimerisasi sejak dari pemanasan dan pencampuran di unit pencampur aspal sampai diperkerasan jalan yang sangat tergantung pada pori- pori perkerasan dan kondisi cuaca setempat. Sifat agregat merupakan salah satu factor penentu kemampuan perkerasan jalan memikul beban lalu lintas dan daya tahan terhadap cuaca.Oleh karena itu perlu pemeriksaan yang teliti sebelum diputuskan suatu agregat dapat dipergunakan sebagai material perkersan jalan. Sifat agregat terhadap air dibagi atas 2, yaitu: a. Agregat yang suka akan air (hydrophylik) Yaitu granit dan agregat yang mengandung silica. b. Agregat yang tidak suka akan air (Hydropholik) Seperti diorite dan ondesit. Kelekatan agregat terhadap aspal adalah angka yang menunjukkkan persentase luasan permukaan agregat yang masih terselimuti oleh aspal setelah agregat tersebut direndam selama 24 jam. Pengujian ini dapat dilakukan terhadap semua jenis bahan yang digunakan sebagai agregat bahan jalan dan campuran aspal. Kelekatan aspal terhadap agregat dinyatakan dalam persen (%). Menurut standar SNI-03-2439-1991, atau AASTHO 182- 84 , nilai kelekatan aspal yang baik minimal 95%.kelekatan aspal yang tinggi dapat diartikan bahwa aspal tersebut memiliki kemampuan yang tinggi untuk melekatkan agregat sehingga semakin baik digunakan sebagai bahan ikat ikat perkerasan. 9. 9 Agar kelekatan agregat terhadap aspal dapat sempurna diharapkan agregat yang digunakan ialah agregat yag tidak suka air tetapi suka akan aspal sehingga bias didapatkan persentase kelekatan aspal agregat terhadap aspal sesuai dengan standar minimal dari daya lekat agregat terhadap aspal. E. LANGKAH KERJA 1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan 2. Masukkan 100 gram benda uji kedalam wadah + sendok 3. Panaskan wadah + benda uji + sendok kedalam oven selama 1 jam bersuhu tetap antara 140 5 C 4. Panaskan aspal dalam wajan sampai cair Gambar 2.2 Aspal yang dipanaskan 5. Masukkan aspal yang sudah panas sebanyak 5,5 0,2 gram 6. Aduk sampai merata dengan sendok selama 2 -3 menit sampai benda uji terselimuti oleh aspal Gambar 2.3 Pencampuran agregat + aspal 10. 10 7. Diamkan sampai mencapai suhu ruang 8. Pindahkan benda uji yang sudah terselimuti oleh aspal kedalam tabung gelas kimia kapasitas 600 ml 9. Isi gelas kimia tersebut dengan air suling sebanyak 400 ml Gambar 2.4 agregat + aspal + air suling dalam gelas ukur 10. Diamkan pada suhu ruang selama 16 18 jam 11. Ambil selaput aspal yang mengambang dipermukaan air dengan tidak mengganggu agregat yang berada didalamnya 12. Perkirakan persentase luasan permukaan agregat yang masih terselimuti oleh aspal dengan melakukan pengamatan secarqa visual. F. DATA DAN PERHITUNGAN 1. DATA No. Pengamat Hasil Pengamatan/Kelekatan (%) 1 2 3 4 5 A B C D E 99 99 98 99 98 Rata- rata 98,6 Tabel 2.1 data kelekatan aspal 11. 11 2. PERHITUNGAN Dari data yang di dapat diatas maka persentase kelekatan agregat terhadap aspal adalah : = = 98,6% G. KESIMPULAN Dari hasil pratikum yang telah dilaksanakan, agregat yang masih terselimuti oleh aspal setelah direndam selama 16 jam sebanyak 98.6%. Ini berarti aspal memiliki daya lekat yang baik terhadap agregat. H. DAFTAR PUSTAKA Sukirman, Silvia.2003.Beton Aspal Campuran Panas.Jakarta: Granit G.Rani, Iskandar.2009.Ilmu Bahan Bangunan 2.Padang: Teknik sipil UNP Suprapto.2004.Bahan dan Struktur Jalan Raya.Yogyakarta: Biro Penerbit SNI 03-2439-1991 http://lexonos.blogspot.com/2009/07/metode-pengujian-kelekatan- agregat.html http://www.scribd.com/doc/71395662/Kelekatan-Agregat-Terhadap- Aspal http://softwareyudhipram.blogspot.com/2011/11/metode-pengujian- kelekatan-agregat.html 12. 12 PENGUJIAN PENETRASI ASPAL ( AFFINITY FOR BITTUMEN ) A. TUJUAN Setelah melakukan percobaan ini, diharapkan mahasiswa dapat: 1. Menentukan nilai penetrasi aspal 2. Mengklasifikasikan aspal berdasarkan angka penetrasi B. ALAT a. Alat penetrasi (penetrometer) lengkap Gambar 3.1 penetrometer b. Cawan silinder c. Timbangan elektrik d. Kompor e. Wajan f. Waterbath Gambar 3.2 Waterbath 13. 13 C. BAHAN a. Aspal b. Air suling D. TEORI SINGKAT Aspal merupakan salah satu dari jenis bitumen yang merupakan bahan pengikat agregat yang mutu dan jumlahnya sangat menentukan keberhasilan suatu campuran aspal yang merupakan bahan jalan. Dari sudut pandang rekayasa engineering, ragam dari komposisi unsur penyusun bahan bitumen biasanya tidak ditinjau lebih lanjut, untuk menggambarkan karakteristik ragam respon material bahan bitumen tersebut diperkenalkan beberapa parameter, yang salah satunya adalah nilai PEN (Penetrasi). Penetrasi adalah masuknya jarum penetrasi dalam suatu ukuran tertentu, beban dan waktu tertentu kedalam aspal pada suhu tertentu. Nilai Penetrasi menggambarkan kekerasan bahan bitumen pada suhu standar 25o C, yang diambil dari pengukuran kedalaman penetrasi jarum standar, dengan beban standar (50 gr/100 gr), dalam rentang waktu yang juga standar (5 detik). British Standard (BS) membagi nilai penetrasi tersebut menjadi 10 macam, dengan rentang nilai PEN 15 s/d 450, sedangkan AASHTO mendefenisikan nilai PEN 40-50 sebagai nilai PEN untuk material bahan bitumen terkeras dan PEN 200-300 untuk bahan bitumen terlembek/terlunak. Nilai penetrasi sangat sensitif terhadap suhu. Pengukuran di atas suhu kamar akan menghasilkan nilai yang berbeda. Variasi suhu terhadap nilai penetrasi dapat di susun sedemikian rupa hingga di hasilkan grafik hubungan antara suhu dan nilai penetrasi. Penetration Index dapat di tentukan dari grafik tersebut. Seperangkat alat untuk penetrasi aspal disebut penetrometer. Penetrometer terdiri dari alat ukur jarak masuknya jarum kedalam benda uji. Semakin besar penetrasi maka semakin lunak aspal tersebut dan viskositasnya. Jarum yang digunakan untuk penetrasi aspal dirancang khusus dan sangat akurat untuk penetrasi sampel aspal dibawah beban standar secara vertical 14. 14 yang dinyatakan dalam satuan 0,1 mm pada kondisi beban, waktu, dan temperature yang diketahui. Alat penetrometer yang dapat menunjukkan kedalaman masuknya jarum ke dalam benda uji sampai 0,1 mm terdekat. Penetrometer harus dilengkapi dengan waterpass untuk memastikan pasisi jarum dan pemegang jarum tegak (900 ) ke permukaan. Jarum penetrasi harus terbuat dari stainless steel dari bahan yang kuat. Jarum standar memiliki panjang sekitar 50 mm dan jarum panjang memiliki panjang sekitar 60 mm. Pengujian penetrasi aspal diatur oleh standar SNI 06-2456-1991 dimana disebutkan: Metode ini sebagai acuan dalam pelaksanaan/menentukan penetrasi aspal keras atau lembek dengan tujuan menyeragamkan dari pengujian dan pengedalian mutu bahan dalam elaksanaan bangunan. E. LANGKAH KERJA 1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan 2. Panaskan aspal. 3. Tuangkan aspal ke dalam cawan silinder sebanyak 2/3 bagian, pada suhu ruang 250 C (tutup sampel agar bebas dari debu) Gambar 3.3 Sampel Aspal 4. Apabila aspal tersebut sudah dingin, masukkan dua sampel ke dalam waterbath selama 30 menit. 15. 15 5. Setelah 30 menit dalam waterbath, angkat sampel yang ada di dalam waterbath dan letakkan pada alat penetrasi. 6. Turunkan jarum penetrasi hingga menyentuh permukaan sampel. 7. Aturlah parameter penetrometer, lepaskan memegang jarum. 8. Baca arloji penetrometer. 9. Ulangi langkah 5-8 untuk sampel yang tidak dimasukkan ke dalam waterbath. 10. Masukkan data ke dalam tabel. F. DATA DAN PERHITUNGAN 1. DATA No Kegiatan Uraian 1 Pembukaan contoh Contoh dipanaskan Mulai jam : 14.10 Selesai jam : 14.20 2 Mendinginkan contoh Didiamkan di suhu ruang Mulai jam : 14.22 Selesai jam : 15.14 3 Mencapai suhu pemeriksaan Direndam pada suhu 250 C Pembacaan suhu Mulai jam : 15.16 waterbath 600 C Selesai jam : 15.46 4 Pemeriksaan Penetrasi pada suhu 250 C Mulai jam : 16.15 Selesai jam : 17.15 Tabel 3.1 data Penetrasi Aspal 16. 16 No Penetrasi pada suhu 25o C Pengamatan Suhu Ruang Waterbath 1 A 325-400=75 395-485=90 2 B 323-407=84 362-465=103 3 C 390-467=77 370-476=106 4 D 005-070=65 390-495=105 5 E 380-455=75 380-485=105 Rata-rata 75,2 101,8 Tabel 3.2 Pengamatan Penetrasi Aspal 2. PERHITUNGAN a. Rata-rata Penetrasi yang pada suhu ruang = = 75,2 b. Rata-rata Penetrasi yang direndam dalam waterbath = = 101,8 G. KESIMPULAN Dari pratikum yang telah dilakukan, didapatkan data: 1. Nilai Penetrasi pada suhu ruang adalah : 75,2 2. Nilai Penetrasi pada sampel yang direndam pada waterbath adalah: 101,8 Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa aspal yang digunakan tergolong dalam aspal yang keras. Karena aspal pada suhu ruang nilai penetrasinya 75,2 yang memasuki standart SNI 06-2456-1991 yaitu 60 79. Sedangkan aspal yang direndam di waterbath nilai penetrasinya adalah 101,8, yang berarti rendaman tersebut membuat aspal lebih aspal lunak dan psikositasnya lebir rendah dibandingkan pada suhu ruang. 17. 17 H. DAFTAR PUSTAKA Sukirman, Silvia.2003.Beton Aspal Campuran Panas.Jakarta: Granit Wignal,Arthur, Peter S. Kendrik, Roy Ancil, Malcolm Copson.2003.Proyek Jalan ( Teori dan Praktek) . Jakarta: Erlangga G.Rani, Iskandar.2009.Ilmu Bahan Bangunan 2.Padang: Teknik sipil UNP Suprapto.2004.Bahan dan Struktur Jalan Raya.Yogyakarta: Biro Penerbit SNI 06-2456-1991 http://www.scribd.com/doc/59158177/penetrasi-aspal http://kerudungmukena.blogspot.com/2009/05/aspal-penetrasi-6070.html http://napitupulu- anggiat.blogspot.com/2011/06/penetrasi-aspal.html 18. 18 PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT A. TUJUAN Setelah melakukan percobaan ini, diharapkan mahasiswa dapat: Menentukan berat jenis kering oven (bulk), berat jenis kering permukaan jenuh (saturated surface dry=SSD), berat jenis semu (apparent), dan penyerapan agregat. B. ALAT a. Rifle sampel b. Timbangan elektrik c. Kerucut Abram Gambar 4.1 Kerucut Abram d. Tabung kaca e. Plat kaca Gambar 4.2 Plat Kaca 19. 19 f. Kipas angin g. Pan h. Ember i. Kain penyerap j. Tissue k. Oven l. Saringan 4,75 mm dan 3,36 mm C. BAHAN a. Agregat Split = 3 kg Screen = 3 kg AB = 1 kg b. Air Suling D. TEORI SINGKAT Berat jenis suatu agregat adalah perbandingan berat dari suatu satuan volume bahan terhadap berat air dengan volume yang sama pada temperatur 20-25C (68-77F). Berat jenis agregat berbeda satu sama lainnya tergantung dari jenis batuan, susunan, mineral, struktur butiran, dan porositas batuannya. Terdapat 3 jenis berat jenis (spesifik gravity) yaitu : a. Berat Jenis Bulk (Bulk Spesifik Gravity) Berat jenis dengan memperhitungkan berat agregat dalam keadaan kering dan seluruh volume agregat. (Vs + Vi + Vp + Vc) b. Berat Jenis Kering Permukaan (Saturated Surface Dry) Berat jenis dengan memperhitungkan berat agregat dalm keadaan kering permukaan. Jadi merupakan berat agregat kering + berat air yang dapat meresap kedalam pori agregat dan seluruh volume agregat. (Vc + Vi + Vp + Vc) 20. 20 c. Berat Jenis Semu (Apperent Spesifik Gravity) Berat jenis dengan memperhitungkanberat agregat dalamkeadaaan kering, dan volume agregat yang tidak dapat diresapi oleh air. (Vs + Vi) d. Berat Jenis Efektif (Efective Spesifik Gravity) Berat jenis dengan memperhitungkan berat agregat dalam keadaankering, jadi merupakan berat agregat kering, dan volume agregat yang tidak dapat diresapi aspal. Nilai penyerapan adalah perbandingan perubahan berat agregat karena penyerapan air oleh pori pori dengan berat agregat pada kondisi kering. Standart laboratorium untuk penyerapan akan diperoleh setelah merendam agregat yang kering ke dalam air selama 24 jam. Untuk agregat yang telah kontak dengan air dan terdapat air bebas pada permukaan partikelnya, persentase air bebasnya dapat ditentukan dengan mengurangi penyerapan dari kadar air total yang ditentukan dengan cara uji AASTHO T 255. RUMUS : a. Agregat Kasar BeratJenisKeringPermukaan (SSD) = BeratJenisKering Oven (Bulk) = BeratJenisSemu (Apparent) = Penyerapan Air (%) = b. Agregat Halus BeratJenisKeringPermukaan (SSD) = BeratJenisKering Oven (Bulk) = BeratJenisSemu (Apparent) = 21. 21 Penyerapan Air (%) = E. LANGKAH KERJA 1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan 2. Persiapkan benda uji a. Rendam benda uji ke dalam air selama jam sampai menjadi dalam keadaan jenuh b. Tiriskan, lalu saring dengan saringan 4,75 mm (SP & SC) dan 2,36 mm (AB) c. Untuk split dan screen yang tertahan saringan 4,75 mm lakukan pengu jian berat jenis dan penyerapan untuk agregat kasar, sedangkan yang lolos saringan 4,75 mmlakukan pengujian berat jenis dan penyerapa air untuk agregat halus d. Untuk AB yang tertahan saringan 2,36 mm, lakukan pengujian berat jenis dan penyerapan air untuk agregat kasar, sedangkan untuk yang lolos saringan 2,36 mm lakukan pengujian berat jenis dan penyerapan air untuk agegat halus 3. Pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat kasar a. Buat agregat dalam keadaan SSD b. Tentukan volume uji 1) Timbang benda uji (W1) 2) Timbang benda uji dalam air (w2) Gambar 4.3 Penimbangan Benda Uji dalam Air 22. 22 3) masukkan benda uji ke dalam oven selama jam, lalu timbang (W3) 4. Pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat halus a. Buat agregat dalam keadaan SSD 1) Angin-anginkan agregat halus menggunakan kipas angin dalam pan besar 2) Cek kondisi SSD dengan kerucur Abram b. Tentukan volume uji 1) Sediakan tabung kaca + plat kaca 2) Isi dengan air suling sampai penuh hingga tidak ada gelembung udara dalam botol 3) Tutup botol dengan plat kaca, lalu timbang (B) 4) Timbang agregat yang akan di uji berat jenisnya (A) 5) Buang air sebagian dalam tabung kaca, lalu masukkan agregat ke dalam tabung kaca, hilangkan gelembung udara dalam tabung kaca 6) Isis air sampai penuh agar gelembung udara naik semua, lalu tutup dengan plat kaca 7) Lap bagian luar tabung dan plat kaca yang terkena air 8) Timbang tabung+ plat kaca+benda uji SSD (C) 9) Keringkan benda uji dalam oven, lalu timbang (D) 23. 23 F. DATA DAN PERHITUNGAN 1. DATA a. Agregat Kasar > 4,75 mm (split dan Screen) No contoh Sp Sc Berat benda uji SSD (gr) W1 1027,9 1019,6 Berat benda uji SSD dalam air (gr) W2 619,7 593,2 Berat benda uji kering oven (gr) W3 991,2 986,2 Bj SSD 2,518 2,391 Bj Bulk 2,4282 2,3129 Bj Apparent 2,668 2,509 Penyerapan Air 3,703% 3,387% Tabel 4.1 analisis data Uji Berat Jenis dan Penyerapan air, agregat kasar > 4,75mm (Split dan Screen) Analsis data diatas: 1. Split Diketahui : W1 = 1027,9 gr W2 = 619,7 gr W3 = 991,2 gr a. BJ SSD = = = 2,518 gr b. BJ bulk = = = 2,4282 gr c. BJ apparent = = = 2,668 gr d. Penyerapan agregat = = 24. 24 = 3,703 % 2. Screen Diketahui : W1 = 1019,6 gr W2 = 593,2 gr W3 = 986,2 gr a. BJ SSD = = = 2,391 gr b. BJ bulk = = = 2,3129 gr c. BJ apparent = = = 2,509 gr d. Penyerapan agregat = = = 3,387 % Agregat < 4,75 mm Uji Berat Jenis tidak dilakukan, karena berat agregat yang lolos < 10% dari berat total. Split = 0.9 gr = 0.0876 % Screen =0.3 gr = 0.0294 % 25. 25 b. Agregat Halus (Abubatu) No contoh >2.36 <2.36 Berat benda uji SSD (gr) A 287,6 188,5 Berat tabung+plat+air (gr) B 2729,2 2729,6 Berat tabung+plat+air+agregat (gr) C 2900,8 2839,6 Berat benda iji kering oven (gr) D 269,8 167,5 Bj SSD 2,479 2,411 Bj Bulk 2,326 2,142 Bj Apparent 2,747 2,928 Penyerapan Air 6,598% 12,5% Tabel 4.2 analisis data Uji Berat Jenis dan Penyerapan air, agregat halus (Abubatu) Analsis data diatas Abubatu > 2,36 mm Diketahui : A = 287,6 gr B = 2729,3gr C = 2900,8gr D = 269,8 gr 1. BJ SSD = = = 2,479 gr 2. BJ bulk = = = 2,326 gr 3. BJ apparent= = = 2,747 gr 4. Penyerapan agregat = = 26. 26 = 6,598 % Abubatu < 2,36 mm Diketahui : A = 188,5 gr B = 2729,6 gr C = 2839,9 gr D = 167,5 gr 1. BJ SSD = = = 2,411 gr 2. BJ bulk = = = 2,142 gr 3. BJ apparent = = = 2,928 gr 4. Penyerapan agregat = = = 12,5 % AGREGAT PROPORSI BERAT JENIS Penyerapan air mm % SSD BULK APPARENT % Split >4.75 99,912 2,518 2,4282 2,688 3,703 <4.75 0,088 Screen >4.75 99,971 2,391 2,3129 2,509 3,387 <4.75 0,029 Ab >2.36 60,407 2,479 2,326 2,747 6,598 <2.36 39,593 2,411 2,142 2,928 12,5 Tabel 4.3 hasil analisis data Uji Berat Jenis dan Penyerapan air 27. 27 G. KESIMPULAN Dari pratikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan: 1. Pada agregat kasar > 4,75mm (split dan screen), perbedaan antara berat jenis SSD,Bulk dan Apperent tidak jauh berbeda. 2. Pada agregat kasar < 4,75mm (split dan screen), tidak dilakukan pratikum, karena jumlah agregatnya < dari 10%, yaitu untuk split 0,088% dan untuk screen hanya 0,029 % dari berat total agregat. 3. Penyerapan air pada Split 3,703 %, sedangkan penyerapan air pada split 3,387%, yang tidak jauh berbeda. 4. Berat jenis pada abubatu >2,36 mm,SSD = 2,479, Bulk = 2,2362, Apperent = 2,747 sedangkan pada < 2,36 mm,SSD = 2,411, Bulk = 2,142, Apperent = 2,928. Yang tidak jauh berbeda. 5. Penyerapan air pada abubatu memiliki perbedaan yangcukup signifikan yaitu abubatu>2,36 mm =6,598% sedangkan abubatu<2,36mm =12,5%. H. DAFTAR PUSTAKA Sukirman, Silvia.2003.Beton Aspal Campuran Panas.Jakarta: Granit Wignal,Arthur, Peter S. Kendrik, Roy Ancil, Malcolm Copson.2003.Proyek Jalan ( Teori dan Praktek) . Jakarta: Erlangga G.Rani, Iskandar.2009.Ilmu Bahan Bangunan 2.Padang: Teknik sipil UNP Suprapto.2004.Bahan dan Struktur Jalan Raya.Yogyakarta: Biro Penerbit SNI 03-1969-2008 http://lexonos.blogspot.com/2009/03/metode-pengujian-berat-jenis- dan_30.html http://blog.unand.ac.id/lompatkodok/catatan-kuliah/analisis-specific- gravity-dan- penyerapan-agregat-halus-2/ 28. 28 KEAUSAN AGREGAT DENGAN ALAT ABRASI LOS ANGELES ( LOS ANGELES ABRASSION TEST ) A. TUJUAN Setelah melakukan percobaan ini, diharapkan mahasiswa dapat menentukan sifat agregat kasar berdasarkan keausannya, dengan menghitung % jumlah bagian berat yang aus (lolos saringan 1.17mm/ No. 12) setelah mendapatkan abrasi pada mesin los angeles. B. ALAT a. Saringan satu set : 19,1mm (3/4), 9.5mm (3/8), 4.76mm (No.4), 2.38mm (No. 8), 1.2mm ( No. 12) b. Timbangan c. Mesin Los Angeles + bola baja Gambar 5.1 Mesin Los Angeles d. Oven e. Wadah / talam C. BAHAN Agregat yang lolos saringan 37.5mm ( 1 ) = 5000 gram (yang sudah kering oven). 29. 29 D. TEORI SINGKAT Daya tahan agregat merupakan ketahanan agregat terhadap adanya penurunan mutu akibat proses mekanis dan kimiawi. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat degradasi yang terjadi sangat ditentukan oleh jenis agregat, gradasi campuran, ukuran pertikel, bentuk agregat, dan besarnya energy yang dialami oleh agregat tersebut. Daya tahan agregat terhadap beban mekanis diperiksa dengan melakukan pengujian abrasi menggunakan abrasi Los Angeles, sesuai dengan SNI-03- 2417-1991 atau AASHTO T96-87. Gaya mekanis pada pemeriksaan dengan alat abrasi Los Angeles diperoleh dari bola-bola baja yang dimasukkan bersama dengan agregat yang hendak di uji. Penggolongan tingkat keausan agregat diindikasi oleh nilai abrasi dari hasil pengujian mesin Los Angeles terdiri dari: Agregat kasar nilai abrasi < 20% Agregat lunak nilai abrasi >50% Mesin abrasi Los Angeles terdiri dari silinder baja tertutup pada kedua sisinya dengan diameter 711 mm (28") panjang dalam 508 mm (20"); silinder bertumpu pada dua poros pendek yang tak menerus dan berputar pada poros mendatar; Silinder berlubang untuk memasukkan benda uji: penutup lubang terpasang rapat sehingga permukaan dalam silinder tidak terganggu; di bagian dalam silinder terdapat bilah baja melintang penuh setinggi 89 mm (3,5"). Metode abrasi Los Angeles ini dimaksudkan sebagai pegangan untuk menentukan ketahanan agregat kasar terhadap keausan dengan mempergunakan mesin Abrasi Los Angeles. Pengujian ini adalah untuk mengetahui angka keausan tersebut, yang dinyatakan dengan perbandingan antara berat bahan aus lolos saringan No. 12 (1,7 mm) terhadap berat semula, dalam persen.Pengujian ini dapat digunakan untuk mengukur keausan agregat kasar. Hasil pengujian bahan ini dapat digunakan dalam perencanaan dan pelaksanaan bahan perkerasan jalan atau konstruksi beton. 30. 30 Prinsip Los Angeles adalah pengukuran perontokan agregat dari gradasi standardnya akibat kombinasi abrasi atau atrisi, tekanan dan pengiasan dalam drum baja. Ketika drum berputar, bilah baja yang terdapat di dalamnya mengangkat sampel dan bola baja, membawanya berputar sampai kembali jatuh mengakibatkan efek tumbuk-tekan/impact-crushing pada sampel. Sampel sendiri kemudian berguling dengan mengalami aksi abrasi da penilasan sampai bilah baja kembali menekan dan membawanya berputar. Cara ujinya adalah masukkan benda uji yang telah disiapkan ke dalam mesin abrasi, putar mesin kecepatan 30 rpm sampai 33 rpm dengan jumlah putaran untuk masing-masing gradasi berbeda, keluarkan benda uji kemudian saring, butiran yang tertahan dicuci dan dikeringkan dalam oven sampai berat tetap. Gambar 5.2 Spesifikasi Mesin Los Angeles Putaran dapat dilakukan 500 atau 1000 putaran dengan kecepatan 30-33 rpm. Nilai abrasi dinyatakan dalam persen yang merupak nila perbandingan antara berat benda uji semula dikurangi berat tertahan saringan no.12 denagn bera benda uji semula. % keausan = Ket: W1 = berat total agregat semula (gr) W2 = berat total agregat tertahan saringan n0.12 (gr) 31. 31 Keausan pada 500 putaran menurut PB-0206-76 manual pemeriksaan bahan jalan maksimum adalah 40%. E. LANGKAH KERJA 1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan. 2. Timbang agregat sebanyak 5000 gram. 3. Saring agregat dengan saringan 19.1mm 2.38mm dan timbang agregat sesuai dengan gradasinya, kemudian hitung total berat agregat (W1 dalam gram). 4. Masukkan agregat + bola baja sesuai dengan gradasi agregat sesuai dengan ke dalam mesin Los Angeles. 5. Putar mesin dengan kecepatan 30 33 rpm, sebanyak 500 putaran. 6. Setelah selesai pemutaran, keluarkan agregat dari mesin Los Angeles dan lakukan penyaringan dengan saringan 1.17mm (No. 12) 7. Timbang agregat (W2 dalam gram) 8. Hitung % keausan = ((W1-W2)/W1) x 100% TABEL GRADASI DAN JUMLAH AGREGAT Ukuran saringan (mm) Gradasi dan berat untuk setiap ukuran (gram) Lolos Tertahan A B C D 37,5 25 125025 25 19 125025 19 12,5 125010 250010 12,5 9,5 125010 250010 9,5 6,3 250010 6,3 4,75 250010 4,75 2,36 500010 Total 500010 500010 500010 500010 Jumlah bola baja 12 11 8 6 Tabel 5.1 gradasi dan Jumlah agregat 32. 32 F. DATA DAN PERHITUNGAN 1. DATA Ukuran saringan (mm) Gradasi dan berat untuk setiap ukuran (gr) Lolos Tertahan Sebelum Sesudah 37,5 19 4168,5 1823,3 19 9,5 822,3 1485,2 9,5 4,75 3,2 343,6 4,75 2,36 2,2 329,7 2,36 1,176 180,4 Jumlah berat 4958.1 4162,2 Berat tertahan No.12 - 4162,2 Tabel 5.2 Data berat Agregat 2. PERHITUNGAN W1 = 4996,2 gr W2 = 4162,2 gr W1-W2= 4996,2-4162 = 834 gr Keausan = = = 16,693 % = 16,7% G. KESIMPULAN Setelah melakukan pratikum ini, maka didapatkan Angka Keausan adalah 16,7 % dengan menggunakan 12 buah bola baja. Nilai Keausan berada dibwah 20%, maka dapat kita simpulkan bahwasannya agregat cukup bagus untuk menahan Keausan, yang berarti Nilai Keausan memenuhi standar ketetapan atau yang diharapkan. 33. 33 H. DAFTAR PUSTAKA Sukirman, Silvia.2003.Beton Aspal Campuran Panas.Jakarta: Granit Wignal,Arthur, Peter S. Kendrik, Roy Ancil, Malcolm Copson.2003.Proyek Jalan ( Teori dan Praktek) . Jakarta: Erlangga G.Rani, Iskandar.2009.Ilmu Bahan Bangunan 2.Padang: Teknik sipil UNP Suprapto.2004.Bahan dan Struktur Jalan Raya.Yogyakarta: Biro Penerbit SNI 03-2417-1991 http://www.mediafire.com/?ukq8tj4w3uw9vpa http://www.ferryndalle.com/2011/08/pengujian- keausan-agregat- dengan-mesin.html http://www.slideshare.net/sendytha/uji-bahan-agregat-campuran 34. 34 MERANCANG CAMPURAN BERASPAL, MEMBUAT BENDA UJI, DAN PEMERIKSAAN BENDA UJI SERTA EVALUASI HASIL RANCANGAN A. TUJUAN Setelah melakukan pengujian ini, diharapkan mahasiswa dapat: 1. Merancang campuran aspal beton. 2. Untuk mengetahui proses pembuatan benda uji mulai dari mencampur,mengaduk sampai memadatkan banda uji aspal beton untuk Marshall Test sesuai dengan % kadar aspal masing-masing. 3. Untuk mengetahui kadar aspal optimum yang memenuhi persyaratan sifat campuran yang dipilih. B. ALAT a. Cetakan dari logam diameter 10.16 mm dan tinggi 7.62 mm, lengkap dengan pelat alas dan leher sambung. Gambar 6.1 Cetakan logam b. Mesin penumbuk lengkap lindasan pemadat dan pemegang cetakan benda uji. Gambar 6.2 alat Penumbuk lengkap 35. 35 c. Ekstruder/ alat pengeluar benda uji. Gambar 6.3 Ekstruder d. Alat marshall lengkap Gambar 6.4 Alat Marshall e. Oven f. Bak perendam (water bath) dilengkapi dengan pengatur suhu. Gambar 6.5 waterbath 36. 36 g. Timbangan h. Pengukur suhu dari logam (metal thermometer) i. Perlengkapan lain: Wajan/ panic pemanas agregat, aspal dan campuran aspal Sendok pengaduk dan spatula Kompor dan pemanas, (hot plate) Sarung tangan tahan panas, masker Kompor gas elpiji atau minyak tanah C. BAHAN a. Aspal b. Split c. Screen d. Abubatu e. Air suling D. TEORI SINGKAT Aspal beton campuran panas adalah salah satu jenis dari lapis perkerasan konstruksi perkerasan lentur, jenis perkerasan ini merupakan campuran homogeny antara agregat dan aspal sebagai bahan pengikat pada suhu tertentu. Beton aspal terdiri dari campuran agregat dari berbagai diameter dan aspal. Pencampuran dapat dilakukan secara dingin (cold mix) maupun secara panas (hot mix). Pencampuran secara hot mix, yaitu suatu campuran yang terdiri dari komponen-komponen agregat yang merupakan komponen terbesar dalam campuran dan bahan pengikatny aspal, dimana cara pencampurannya melalui proses pemanasan. Pada hot mix bahan dipanasi sampai suhu 195C untuk agregat dan 140C untuk aspal. Serta akan menghasilkan campuran dengan suhu + 145C. Bahan penyusunnya: 37. 37 Bahan ikat: aspal Agregat : -agregat kasar, agregat halus, pengisi/filler. Peralatan marshall adalah merupakan alat penguji campuran beraspal panas (hot mix) yang umum dilakukan untuk mengetahui untuk kekuatan campuran beraspal panas (hot mix) yang digunakan dalam perkerasan lentur jalan raya. Parameter kekuatan campuran beraspal panas (hot mix) yang diuji dengan alat marshall harus memenuhi spesifikasi seperti: penyerapan aspal, rongga dalam aspal (VIM), rongga dalam agregat (VMA), rongga terisi aspal (VFB), stabilitas marshall (MS), pelelehan (FLOW), marshall quotient, stabilitas marshall sisa setelah perendaman selama 24 jam, rongga dalam campuran pada kepadatan membal (refusal). Rencana perkerasan lebih mengenal parameter stabilitas marshall (MS) dan perameter lain harus memenuhi spesifikasi, karena parameter MS tersebut berkaitan langsung dengan koefisien kekuatan relative (layer coefficient) yang digunakan untuk menghitung tebal perkerasan. Stabilitas, yaitu kemampuan lapisan perkerasan menerima beban lalu lintas, tanpa terjadi perubahan untuk tetap seperti gelombang, alur ataupun bleeding. Stabilitas terjadi dari hasil geseran antar butir, penguncian antar partikel dan daya ikat yang baik dari lapisan aspal. Ketahanan terhadap kelelehan (flow), merupakan kemampuan beton aspal menerima lendutan berulang akibat repetisi beban, tanpa terjadinya kelehan berupa alur atau retak. Hal ini dapat tercapai jika menggunakan kadar aspal yang tinggi. E. LANGKAH KERJA 1. Langkah kerja pembuatan benda uji Persiapan bahan a. Keringkan agregat sampai berat tetap b. Siapkan bahan untuk setiap benda uji yaitu agregat gram dari % analisis saringan. 38. 38 Pembuatan benda uji a. Panaskan agregat yang sudah dicampur untuk setiap benda uji denga suhu Gambar 6.6 Pemanasan Agregat b. Panaskan aspal dengan suhu Gambar 6.7 Pemanasan Aspal c. Siapkan peralatan seperti: cetakan, alat penumbuk, dan lain-lain; alat ini harus dipanaskan terlebih dahulu d. Timbang wajan dalam keadaan bersih dan kering, kemudian catat beratnya (A gram) e. Masukkan campuran agregat dalam keadaan panas ke dalam wajan yang sudah dipanaskan terlebih dahulu dan aduk secara merata dan perlahan f. Timbang campuran agregat +wajan (B garam) 39. 39 g. Hitung berat aspal yang sesuai dengan kadar aspal yang aka dibuat benda ujinya Kadar aspal yag digunakan 4-7%dengan kenaikan 0.5 % untuk setiap benda uji. Gambar 6.8 penambahan aspal pada agregat h. Campur dan aduk aspal dengan campuran agregat sampai rata denga suhu i. Pengadukan harus homogen untuk mendapatkan hasil yang baik Gambar 6.9 pengadukan aspal dan agregat j. Masukkan campuran agregat +aspal tersebut ke dalam cetakan yang sudah dipanaskan, disusun terlebih dahulu cetakannya serta di bagian alasnya dipasang kertas saring 40. 40 Gambar 6.10 pemasukan aspal dan agregat ke mol k. Tusuk bagian benda uji dengan spatula sebanyak 15 kali di pinggir dan 10 kali di tengah l. Tutup bagian atasnya dengan kertas saring m. Tumbuk benda uji masing-masing sebanyak 75 tumbukan tiap permukaannya (atas dan bawah) pada suhu Gambar 6.11 proses penumbukkan n. Lepasakan cetakan dari alat penumbuk, biarkan menit sambil diselimuti lap basah 41. 41 Gambar 6.12 proses pedinginan o. Keluarkan benda uji dari cetakan dengan menggunakan ekstruder, kemudian beri tanda kadar aspal, kelompok Gambar 6.13 proses pengeluaran benda uji p. Diamkan benda uji pada suhu ruang selama 24 jam, setelah itu lakukan pengujian Marshall 2. Langkah kerja pengujian Marshall Ada tiga tahap pengukuran a. Melakukan pengukuran berat jenis b. Pengukuran stabilitas dan flow c. Pengukuran kerapatan dan analisis rongga Persiapan a. Benda uji harus bersih dari kotoran b. Setiap benda uji diberi tanda 42. 42 c. Ukur tinggi dan diameter masing-masing benda uji dengan menggunakan jangka sorong dengan ketelitian 0,1 mm. tinggi dan diameter benda uji adalah rata-rata dari 3 kali pengukuran. Pengukuran berat jenis a. Timbang benda uji (berat benda uji kering) b. Masukkan benda uji ke dalan air suhu selama 3-5 menit dan timbang untuk mendapatkan berat benda ijindalam air c. Angkat benda uji dari dalam air, selimuti dengan kain yang dapat menyerap air lalu timbang (berat benda uji kondisi jenuh-kering permukaan/SSD). Proses pengambilan dari dalam air dan menyelimuti benda uji dengan kain serta penimbangan sebaiknya dilakukan tidak lebih dari 30 detik d. Berat Jenis Curah benda iji adalah berat benda uji kering/ berat benda uji kondisi jenuh kering permukaan-berat benda uji dalam air Pengukuran stabilitas dan flow a. Rendam benda uji dalam bak perendam selama 30-40 menit dengan suhu tetap b. Kelurakan benda uji dari bak perendam dan letakkan ke dalam proving ring. Proses pengangkatan benda iji dari bak perendam sampai terjadi beban maks tidak boleh melebihi 30 detik c. Pasang proving ring keseluruhan dan letakkan pada mesin penguji d. Pasang arloji pengukur pelelehan (flow) dan atur kedudukannya e. Naikkkan kepala penekan beserta benda ujinya hingga menyentuh alas cincin penguji, sebelum pembebanan diberikan f. Berikan pembebanan pada benda uji denga kecepatan tetap sampai pembebenan maks tercapai atau pembebanan menurun seperti ditunjukka oleh jarum arloji tekan dan catat pembebanan maksimum g. Catat nilai flow pada saat pembebanan maksimum tercapai 43. 43 Gambar 6.14 proses pengujian Marshall Tahap perhitungan a. Perhitungan Bulk Spsific Gravity Agregat= b. Perhitungan Effective Specific Gravity Campuran = c. Perhitungan Bulk Specific Gravity Campuran = d. Berat Benda Uji Maksimum Campuran Teoritis (Max. Theoretical Specific Gravity)= 44. 44 e. Volume Benda Uji (Campuran)= f. Berat Isi Banda Uji (Campuran)= g. Perhitungan total rongga dalam campuran (VIM) h. Perhitungan jumlah rongga dalam agregat (VMA, Void in the Mineral Agregat di Hitung nilai rata-rata yang mewakili setiap nilai kadar aspal untuk nilai stabilitas, flow, stabilitas/flow, uk masing-masing stabilitas, flow, stabilitas/flow, berat isi campuran,VIM,VMA,VFA. Kecenderungan yang umum pada garfik: Nilai stabilitas naik dengan bertambahnya kadar aspal dan akan mencapai puncaknya pada suatu kadar aspal tertentu. Setelah itu pertambahan kadar aspal akan mernurunkan nilai stabilitas Nilai flow akan naik sesuai pertambhan kadar aspal Kurva untuk berat isi campuran kecenderungannya sama dengan kurva untuk stabilitas, tetapi biasanya (tidak selalu) nilai maksimum untuk berat isi akan diperoleh untuk kadar aspal yang 45. 45 sedikit lebih tinggi daripada kadar aspal untuk stabilitas maksimum VIM akan menurun dengan bertambahnya kadar aspal VMA akan turun ke suatu nilai minimum kemudian akan naik lagi sesuai dengan pertambahan kadar aspal stabilitas, flow, stabilitas/flow, berat isi campuran,VIM,VMA,VFA VFA akan naik sesuai dengan pertmbahan kadar aspal, karena VIM terisi oleh aspal. Isi benda uji (cm)3 Tebal benda uji (mm) Angka Korelasi 200-213 214-225 226-237 238-250 251-264 265-276 277-289 290-301 302-316 317-328 329-340 341-353 354-367 368-379 380-392 393-405 406-420 421-431 432-443 444- 456 457-470 471-482 483-495 496-508 509-522 523-535 536-546 547-559 560-573 25,4 27,0 28,6 30,2 31,8 33,3 34,9 36,5 38,1 39,1 41,3 42,9 44,4 46,0 47,6 49,2 50,8 52,4 54,0 55,6 57,2 58,7 60,3 61,9 63,5 65,1 66,7 68,3 69,9 5,56 5,00 4,55 4,17 3,85 3,57 3,33 3,03 2,78 2,50 2,27 2,08 1,92 1,79 1,67 1,56 1,47 1,39 1,32 1,25 1,19 1,14 1,09 1,04 1,00 0,96 0,93 0,89 0,86 46. 46 574-585 586-598 599-610 611-625 71,4 73,0 74,6 76,2 0,83 0,81 0,78 0,76 Tabel 6.1 Koreksi Nilai gr 4 3488.8 4588.8 1100 45.8 1145.8 4634.6 4.5 3762 4833.4 1071.4 50.5 1121.9 4883.9 5 3174.9 4255.6 1080.7 56.9 1137.6 4312.5 5.5 3173.5 4243.3 1069.8 62.3 1132.1 4305.6 6 3453.5 4521.3 1067.8 68.2 1136.0 4589.5 6.5 3174.6 4249.4 1074.8 74.7 1149.5 4324.1 6.5 3763.8 4846.5 1082.7 75.3 1158.0 4921.8 7 3176.7 4248.5 1071.8 80.7 1152.5 4329.2 Tabel 6.2 data benda uji Keterangan: W1 = Berat Wajan W2 = Berat Wajan + Agregat W3 = Berat Agregat W4 = Berat Aspal W5 = Berat Agregat + Aspal W6 = Berat Wajan + Agregat + Aspal 47. 47 Kadar Aspal Berat Diameter Tinggi Stabilitas Flow Kering Dalam Air SSD % (gram) (gram) (gram) (cm) (cm) 4 1113,9 586,9 1124 10,13 6,61 116 130 4,5 1102,8 551,9 1113,6 10,19 6,74 95 135 5 1119 581,6 1151,6 10,14 7,38 75 130 5,5 1116 582,6 1124,3 10,18 6,42 178 208,5 6 1138,3 587,2 1151,3 10,14 6,93 140 132 6,5 1144,1 576,1 1165,6 10,15 7,11 114 128 7 1134,6 579,6 1147,6 10,15 6,83 145 218 Tabel 6.3 Data Benda Uji 2. PERHITUNGAN a. Perhitungan Bulk Gravity Agregat b. Perhitungan efektif specific gravity agregat 46 48. 48 Kadar Aspal 4 4,5 5 5,5 6 6,5 7 c. Perhitungan bulk spesific gravity campuran 2,07 1,96 1,96 2,06 2,02 1,94 2,00 d. Berat jenis Maksimum Campuran Teoritis (Max. Theorotical Specific Gravity) 2,36 2,34 2,33 2,31 2,30 2,28 2,27 e. Volume Benda Uji (Campuran) (gram) 537,1 561,7 570 541,7 564,1 589, 5 568 f. Berat isi benda uji (Campuran) 0,004 0,003 0,003 0,004 0,004 0,00 3 0,00 3 g. Perhitungan Total Rongga Dalam Campuran (VIM) 99,83 99,87 99,87 99,83 99,83 99,8 7 99,8 7 h. Perhitungan jumlah rongga dalam agregat (VMA) 13,6 18,62 19,04 15,36 17,44 1,13 19,1 3 i. Rongga Terisi Aspal (VMA) -634 - 436,3 - 424,5 - 549,9 - 472,4 - 372, 6 - 422, 06 Tabel 6.4 Perhitungan Data 49. 49 Sampel Kadar t Berat v SGC No Aspal (%) Kering Dalam Air SSD bulk Max SG (%) (mm) (gram) (gram) (gram) (cc) A1 4 66,1 1113,9 586,9 1124 537,40 2,07 2,36 A2 4,5 67,4 1102,8 551,9 1113.6 561,70 1,96 2,34 A3 5 73,8 1119 581,6 1151,6 570,00 1,96 2,33 A4 5,5 64,2 1116 582,6 1124,3 541,70 2,06 2,31 A5 6 69,3 1138,3 587,2 1151,3 564,10 2,02 2,30 A6 6,5 71,1 1144,1 576,1 1165,6 589,50 1,94 2,28 A7 7 68,3 1134,6 579,6 1147,6 568,00 2,00 2,37 Rata2 2,00 2,31 Tabel 6.5 Perhitungan Data Sampel Kadar Berat isi VIM VMA VFA Stabilitas Flow MQno Aspal (%) Bacaan Dial Stabilitas Faktor Koreksi Koreksi (%) (t/m) % % % kg mm kg/mm A1 4 0,004 99,83 13,6 -634 116 296,816 0,941 279,304 1,300 214,849 A2 4,5 0,003 99,87 18,62 -436,3 95 243,082 0,913 221,934 1,350 164,396 A3 5 0,003 99,87 19,04 -424,5 75 191,907 0,795 152,566 1,300 117,359 A4 5,5 0,004 99,83 15,36 -549,9 178 2,180 0,983 447,716 2,085 214,732 A5 6 0,004 99,83 17,44 -472,4 140 358,226 0,878 314,523 1,320 238,275 A6 6,5 0,003 99,87 21,13 -372,4 114 291,699 0,836 243,860 1,280 190,516 A7 7 0,003 99,87 19,13 -442,06 145 371,02 0,890 330,208 2,180 151,472 Rata2 0,0034 99,85 17,76 -475,94 284,302 1,545 184,51 Tabel 6.6 Analisis Rongga dan Stabilitas 50. 50 Grafik 2: Kadar Aspal dan Stabiliti Grafik 3: Kadar Aspal dan Flow 0.000 50.000 100.000 150.000 200.000 250.000 300.000 350.000 400.000 450.000 500.000 4 4.5 5 5.5 6 6.5 7 AxisTitle Kadar Aspal dan Stabiliti kadar aspal dan stabiliti 0.000 0.500 1.000 1.500 2.000 2.500 4 4.5 5 5.5 6 6.5 7 AxisTitle Kadar Aspal dan Flow kadar aspal dan flow 51. 51 Grafik 4: Kadar Aspal dan VIM Grafik 5: Kadar Aspal dan VMA 99.805 99.810 99.815 99.820 99.825 99.830 4 4.5 5 5.5 6 6.5 7 Kadar Aspal dan VIM kadar aspal dan VIM 0.000 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 4 4.5 5 5.5 6 6.5 7 Kadar Aspal dan VMA kadar aspal dan VMA 52. 52 Grafik 6: Kadar Aspal dan VFA Grafik 7: Kadar Aspal dan MQ G. KESIMPULAN Dari pratikum yang dilaksanakan didapatkan data: 1. Bulk specific gravity campuran yang diperoleh adalah 2,00 2. Berat jenis maksimum campuran teoritis (max SG) = 2,31 3. Marshall Quotient yang diperoleh 184,51 kg/mm 4. Berat benda uji dalam air kurang lebih setengah dari berat kering ataupun berat SSD. -700.000 - 600.000 -500.000 -400.000 -300.000 -200.000 -100.000 0.000 4 4.5 5 5.5 6 6.5 7 Kadar Aspal dan VFA kadar aspal dan VFA 0.000 50.000 100.000 150.000 200.000 250.000 300.000 4 4.5 5 5.5 6 6.5 7 Kadar Aspal dan MQ kadar aspal dan MQ 53. 53 5. Berat isi rata-rata = 0,0034 t/m 6. - VIM rata rata = 99,85 % 7. VMA rata rata = 17,76 % 8. VFA rata rata = 475,94 % H. DAFTAR PUSTAKA Sukirman, Silvia.1995.Perkerasan Lentur Jalan Raya.Bandung: Penerbit Nova Sukirman, Silvia.2003.Beton Aspal Campuran Panas.Jakarta: Granit G.Rani, Iskandar.2009.Ilmu Bahan Bangunan 2.Padang: Teknik sipil UNP Suprapto.2004.Bahan dan Struktur Jalan Raya.Yogyakarta: Biro Penerbit Wignal,Arthur, Peter S. Kendrik, Roy Ancil, Malcolm Copson.2003.Proyek Jalan ( Teori dan Praktek) . Jakarta: Erlangga SNI 03-1737-1989 http://www.scribd.com/doc/39795880/13-Perancangan-Campuran- Beton-Aspal-Panas-Berbasis- Spesifikasi-Lama http://tower-indonesia.blogspot.com/2009/04/rancangan-campuran-aspal- beton- mix.html http://tower-indonesia.blogspot.com/2009/04/rancangan-campuran-aspal- beton-mix.html http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?page=1&submit.x=0&submit.y=0&q ual=high&fname=/jiunkpe/s1/sip4/2000/jiunkpe-ns-s1-2000-21495132- 14781-struktur-chapter3.pdf 54. 54 REKAPITULASI DATA HASIL PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA 1. Analisis Saringan Agregat ( Sieve Analisis ) Persentase gradasi Agregat yang didapatkan adalah : 1. Split = 19,5 % 2. Screen = 18,5 % 3. Abu batu = 63 % 2. Pengujian Kelekatan Agregat Pada Aspal ( Affinity For Bitumen ) No. Pengamat Hasil Pengamatan/Kelekatan (%) 1 2 3 4 5 A B C D E 99 99 98 99 98 Rata- rata 98,6 Perhitungan : = 98,6 3. Pengujian Penetrasi Aspal ( Penetration Of Bituminous Materials ) No Penetrasi pada suhu 25o C Pengamatan Suhu Ruang Waterbath 1 Abdul Arif 325-400=75 395-485=90 2 Kiki Rizky Amalia 323- 407=84 362-465=103 3 Rahmat Herwandi 390-467=77 370-476=106 4 Wandika Andi Putra 005-070=65 390-495=105 5 Zuancher 380-455=75 380-485=105 Rata-rata 75,2 101,8 55. 55 Perhitungan a. Rata-rata Penetrasi yang pada suhu ruang = = 75,2 b. Rata-rata Penetrasi yang direndam dalam waterbath = = 101,8 4. Pengujian Berat Jenis Dan Penyerapan Agregat AGREGAT PROPORSI BERAT JENIS Penyerapan air mm % SSD BULK APPARENT % Split >4.75 99,912 2,518 2,4282 2,688 3,703 <4.75 0,088 Screen >4.75 99,971 2,391 2,3129 2,509 3,387 <4.75 0,029 Ab >2.36 60,407 2,479 2,326 2,747 6,598 <2.36 39,593 2,411 2,142 2,928 12,5 5. Keausan Agregat Dengan Alat Abrasi Los Angeles ( Los Angeles Abration Test ) W1 = 4996,2 gr W2 = 4162,2 gr W1-W2= 4996,2-4162 = 834 gr Keausan = = = 16,693 % = 16,7% 56. 56 6. Merancang Campuran Beraspal, Membuat Benda Uji, dan Pemeriksaan Benda Uji Serta Evaluasi Hasil Rancangan Sampel Kadar t Berat v SGC No Aspal (%) Kering Dalam Air SSD bulk Max SG (%) (mm) (gram) (gram) (gram) (cc) A1 4 66,1 1113,9 586,9 1124 537,40 2,07 2,36 A2 4,5 67,4 1102,8 551,9 1113.6 561,70 1,96 2,34 A3 5 73,8 1119 581,6 1151,6 570,00 1,96 2,33 A4 5,5 64,2 1116 582,6 1124,3 541,70 2,06 2,31 A5 6 69,3 1138,3 587,2 1151,3 564,10 2,02 2,30 A6 6,5 71,1 1144,1 576,1 1165,6 589,50 1,94 2,28 A7 7 68,3 1134,6 579,6 1147,6 568,00 2,00 2,37 Rata2 2,00 2,31 Analisis rongga dan stabilitas Sampel Kadar Berat isi VIM VMA VFA Stabilitas Flow MQno Aspal (%) Bacaan Dial Stabilitas Faktor Koreksi Koreksi (%) (t/m) % % % kg mm kg/mm A1 4 0,004 99,83 13,6 -634 116 296,816 0,941 279,304 1,300 214,849 A2 4,5 0,003 99,87 18,62 -436,3 95 243,082 0,913 221,934 1,350 164,396 A3 5 0,003 99,87 19,04 -424,5 75 191,907 0,795 152,566 1,300 117,359 A4 5,5 0,004 99,83 15,36 -549,9 178 2,180 0,983 447,716 2,085 214,732 A5 6 0,004 99,83 17,44 -472,4 140 358,226 0,878 314,523 1,320 238,275 A6 6,5 0,003 99,87 21,13 -372,4 114 291,699 0,836 243,860 1,280 190,516 A7 7 0,003 99,87 19,13 - 442,06 145 371,02 0,890 330,208 2,180 151,472 Rata2 0,0034 99,85 17,76 -475,94 284,302 1,545 184,51 57. 57 KESIMPULAN Dari praktikum yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan: Analisis Saringan Agregat ( Sieve Analisis ) Persentase dari split 19,5%, screen = 18,5 % dan abubatu = 63 %. Berdasarkan susunan dari butiran agregat tersebut kurang baik untuk perkerasan jalan, karena persentase abubatu yang terlalu banyak. Dari hal itu, dapat kita simpulkan bahwa Semakin kecil nilai kumulatif tertahan (%) maka semakin besar nilai kumulatif lolos (%) dan nilai fullernya. Pengujian Kelekatan Agregat Pada Aspal ( Affinity For Bitumen ) Agregat yang masih terselimuti oleh aspal setelah direndam selama 16 jam sebanyak 98.6%. Ini berarti aspal memiliki daya lekat yang baik terhadap agregat. Pengujian Penetrasi Aspal ( Penetration Of Bituminous Materials ) 1. Nilai Penetrasi pada suhu ruang adalah : 75,2 2. Nilai Penetrasi pada sampel yang direndam pada waterbath adalah: 101,8 Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa aspal yang digunakan tergolong dalam aspal yang keras. Karena aspal pada suhu ruang nilai penetrasinya 75,2 yang memasuki standart SNI 06-2456-1991 yaitu 60 79. Sedangkan aspal yang direndam di waterbath nilai penetrasinya adalah 101,8, yang berarti rendaman tersebut membuat aspal lebih aspal lunak dan psikositasnya lebir rendah dibandingkan pada suhu ruang. Pengujian Berat Jenis Dan Penyerapan Agregat Pada agregat kasar > 4,75mm (split dan screen), perbedaan antara berat jenis SSD,Bulk dan Apperent tidak jauh berbeda. 58. 58 Pada agregat kasar < 4,75mm (split dan screen), tidak dilakukan pratikum, karena jumlah agregatnya < dari 10%, yaitu untuk split 0,088% dan untuk screen hanya 0,029 % dari berat total agregat. Penyerapan air pada Split 3,703 %, sedangkan penyerapan air pada split 3,387%, yang tidak jauh berbeda. Berat jenis pada abubatu >2,36 mm,SSD = 2,479, Bulk = 2,2362, Apperent = 2,747 sedangkan pada < 2,36 mm,SSD = 2,411, Bulk = 2,142, Apperent = 2,928. Yang tidak jauh berbeda. Penyerapan air pada abubatu memiliki perbedaan yangcukup signifikan yaitu abubatu>2,36 mm =6,598% sedangkan abubatu<2,36mm =12,5%. Keausan Agregat Dengan Alat Abrasi Los Angeles ( Los Angeles Abration Test) Setelah melakukan pratikum ini, maka didapatkan Angka Keausan adalah 16,7 % dengan menggunakan 12 buah bola baja. Nilai Keausan berada dibwah 20%, maka dapat kita simpulkan bahwasannya agregat cukup bagus untuk menahan Keausan, yang berarti Nilai Keausan memenuhi standar ketetapan atau yang diharapkan. Merancang Campuran Beraspal, Membuat Benda Uji, dan Pemeriksaan Benda Uji Serta Evaluasi Hasil Rancangan Bulk specific gravity campuran yang diperoleh adalah 2,00 Berat jenis maksimum campuran teoritis (max SG) = 2,31 Marshall Quotient yang diperoleh 184,51 kg/mm Berat benda uji dalam air kurang lebih setengah dari berat kering ataupun berat SSD. Berat isi rata-rata = 0,0034 t/m VIM rata rata = 99,85 % VMA rata rata = 17,76 % VFA rata rata = 475,94 % 59. 59 DAFTAR PUSTAKA Sukirman, Silvia.2003.Beton Aspal Campuran Panas.Jakarta: Granit Wignal,Arthur, Peter S. Kendrik, Roy Ancil, Malcolm Copson.2003.Proyek Jalan ( Teori dan Praktek) . Jakarta: Erlangga G.Rani, Iskandar.2009.Ilmu Bahan Bangunan 2.Padang: Teknik sipil UNP Suprapto.2004.Bahan dan Struktur Jalan Raya.Yogyakarta: Biro Penerbit Sukirman, Silvia.1995.Perkerasan Lentur Jalan Raya.Bandung: Penerbit Nova SNI 03-1968-1990 SNI 03-2439-1991 SNI 06-2456-1991 SNI 03-1969-2008 SNI 03-2417-1991 SNI 03-1737-1989 http://www.ilmusipil.com/analisa-saringan-agregat-kasar-dan-halus http://rickyhamzah.blogspot.com/2011/04/pengujian-analisa-saringan- agregat.html http://www.scribd.com/doc/57830914/Analisa-saringan-agregat http://www.slideshare.net/sendytha/uji-bahan-agregat-campuran http://lexonos.blogspot.com/2009/07/metode-pengujian-kelekatan- agregat.html http://www.scribd.com/doc/71395662/Kelekatan-Agregat-Terhadap- Aspal http://softwareyudhipram.blogspot.com/2011/11/metode-pengujian- kelekatan-agregat.html http://www.scribd.com/doc/59158177/penetrasi-aspal http://kerudungmukena.blogspot.com/2009/05/aspal-penetrasi-6070.html http://napitupulu- anggiat.blogspot.com/2011/06/penetrasi-aspal.html 60. 60 http://lexonos.blogspot.com/2009/03/metode-pengujian-berat-jenis- dan_30.html http://blog.unand.ac.id/lompatkodok/catatan-kuliah/analisis-specific- gravity-dan-penyerapan-agregat- halus-2/ http://www.mediafire.com/?ukq8tj4w3uw9vpa http://www.ferryndalle.com/2011/08/pengujian-keausan-agregat-dengan- mesin.html http://www.slideshare.net/sendytha/uji-bahan-agregat-campuran http://www.scribd.com/doc/39795880/13-Perancangan-Campuran- Beton-Aspal-Panas-Berbasis- Spesifikasi-Lama http://tower-indonesia.blogspot.com/2009/04/rancangan-campuran-aspal- beton- mix.html http://tower-indonesia.blogspot.com/2009/04/rancangan-campuran-aspal- beton-mix.html http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?page=1&submit.x=0&submit.y=0&q ual=high&fname=/jiunkpe/s1/sip4/2000/jiunkpe-ns-s1-2000-21495132- 14781-struktur-chapter3.pdf
English Franais Espaol Portugus (Brasil) Deutsch
About Careers Developers & API Press Blog Terms Privacy Copyright Support Contact