Vous êtes sur la page 1sur 12

1.

Uraian masalah korupsi


Korupsi di negeri kita ini bukanlah hal yang aneh,banyak kasus kasus
korupsi yang terungkap di pemerintahan sejak jaman Pemerintahan Orde lama
dulu. Bahkan semenjak dahulu VOC menancapkan kukunya di Nusantara ini,ia
telah menyebar bibit bibit kecurangan dalam memegang kekuasaan sehingga
cenderung melakukan praktek Korupsi yang Darahnya masih mengalir di dalam
bentuk pemerintahan negeri kita hingga saat ini. Korupsi dapat didefinisikan
dengan bentuk perselingkuhan berdasar pemanfaatan wewenang yang
dipercayakan padanya untuk hal-hal yang tak sesuai dengan tujuan pemberian
wewenang tersebut. Seiring berjalan waktu, praktek tersebut menjadi budaya, suatu
tata nilai yang jauh lebih sulit diubah dibanding dengan kebiasaan, karena telah
menjadi aset kolektif, yaitu bangsa, dan bukan oknum.
Jika kita ingat pencuri, kemungkinan besar yang teringat adalah bahwa
pelakunya adalah orang miskin. Karena tak punya pilihan lain untuk mengisi perut,
dia menempuh langkah itu. Tetapi Indonesia menyajikan suatu keanehan yang
parah, para koruptor hampir semua adalah bukan orang miskin: mereka punya
jabatan, dapat gaji layak dan disediakan fasilitas, tetapi justru mereka lebih maling
dari pada maling! Untuk memberantas KKN memang tidak mudah karena dari
kebiasaan menjadi budaya. Budaya adalah jenis perilaku yang lebih sulit karena
telah menyebar dalam level nasional. Tetapi perlu ada usaha memberantasnya
walaupun perlu perjuangan ekstra keras dalam jangka waktu amat panjang.
Misalnya, pertama, dapat dimulai dengan tidak menshalatkan mayat orang yang
terkait dengan kasus korupsi. Langsung saja mayatnya dimasukkan ke kubur!
Kedua, berbagai organisasi sosial hendaknya memiliki nyali untuk menolak
sumbangan dari orang yang terkait dengan kasus KKN, hingga kasus tersebut jelas
dengan hasil dia dinyatakan tidak bersalah.
Ketiga, mengumumkan nama-nama yang terkait kasus tersebut semisal di
tempat-tempat umum dapat dijadikan upaya lain memberantas kasus korupsi.
Tanpa bermaksud mengabaikan asas praduga tak bersalah, sosialisasikan nama-
nama tersebut dengan judul atau keterangan para tersangka atau nama-nama
bermasalah. Istilah tersangka atau bermasalah mengandung pengakuan bahwa
nama-nama tersebut belum tentu bersalah. Namanya juga tersangka, mungkin ya
mungkin tidak bersalah. Namun hal tersebut dapat menjadi peringatan awal bagi
warga untuk memberi sanksi sosial semisal menjaga jarak atau tidak memberi
jabatan apapun hingga mereka terbukti secara hukum tidak bersalah. Dengan
demikian diharapkan para tersangka tersebut tergerak untuk berusaha
menjernihkan kasusnya karena merasa gerah dengan sanksi sosial tersebut jika
didiamkan saja. Para tersangka tersebut hendaknya juga mencakup para hamba
hukum, sudah menjadi rahasia umum pula bahwa antara hamba hukum dengan
tersangka terjadi kolusi. Begitu muncul SP3 (Surat Perintah Penghentian
Penyelidikan), segera usut sebab-sebabnya.
Seseorang yang sejak mencalonkan atau dicalonkan menempati jabatan
tertentu perlu diperiksa hartanya dan diumumkan. Begitu pula ketika dia selesai
masa jabatannya. Dari situ dapat diperbandingkan berapa hartanya ketika mulai
mencalonkan/dicalonkan dengan jumlah harta saat dia berhenti.
Korupsi pada saat ini banyak carut marut permasalahan tindakan
pemberantasan korupsi di negeri ini. Khususnya dari mulai berita tentang
tertangkapnya pimpinan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) karena terkait
kasus pembunuhan, hingga pada saat ini pimpinan KPK terbaru Bibit S. Riyanto
dan Chandra M. Hamzah mendapatkan ancaman penjara terkait penyalah gunaan
kekuasaan. Sehingga jalannya salah satu Lembaga Independen yang menangani
masalah Korupsi di negeri ini menjadi pincang. Baru baru ini Presiden SBY
membentuk tim pencari fakta (TPF) yang bertugas untuk mencari, memverifikasi,
dan mengumpulkan fakta terkait kasus penahanan Bibit dan Chandra. Semoga
masalah ini tidak begitu berarti bagi nyalanya semangat untuk memberantas
korupsi di Indonesia. Dan semoga para Koruptor yang masih berkieliaran bebas
dapat segera menghirup pengapnya udara di dalam euang tahanan,demi
tercapainya Indonesia yang bebas dari Korupsi.
Permasalah korupsi di Indonesia tidaklah mudah untuk diatasi. Perlu
berbagai macam cara dilakukan untuk menyelesaikan masalah ini. Dan perlu
pengawasan dari semual elemen yang terkait di dalamnya. Saya ingin
menyinggung tentang tindak pidana yang berlaku bagi para Koruptor. Lemahnya
Hukuman dan Lemahnya birokrasi penanganan tindak pidana Korupsi di
Indonesia. Termasuk masalah kurangnya pendidikan agama semenjak dini
sehingga jeleknya akidah yang di miliki oleh seseorang yang memegang jabatan
yang berpotensi untuk melakukan Korupsi. Itu semua perlu kita kaji bersama dan
telaah agar bias mendapatpatkan kesimpulan yang tepat untuk dapat menangani
masalah Korupsi di Indonesia ini.

2. Apa yang menyebabkan korupsi ?
Kemiskinan --kata orang-- merupakan akar dari persoalan; tanpa kemiskinan
tidak akan ada korupsi. Apabila kemiskinan merupakan penyebab korupsi,
bagaimana menjelaskan mengapa mereka yang terlibat korupsi besar-besaran
justru bukan orang miskin; banyak diantara mereka adalah orang orang yang
mempunyai uang dan kekuasaan.
Analisa yang lebih deteil tentang penyebab korupsi diutarakan oleh Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dalam bukunya berjudul
"Strategi Pemberantasan Korupsi," antara lain :



1. Aspek individu Pelaku
a) Sifat tamak manusia
Kemungkinan orang melakukan korupsi bukan karena orangnya miskin atau
penghasilan tak cukup. Kemungkinan orang tersebut sudah cukup kaya, tetapi
masih punya hasrat besar untuk memperkaya diri. Unsur penyebab korupsi pada
pelaku semacam itu datang dari dalam diri sendiri, yaitu sifat tamak dan rakus .
b) Moral yang kurang Kuat
Seorang yang moralnya tidak kuat cenderung mudah tergoda untuk
melakukan korupsi. Godaan itu bisa berasal dari atasan, teman setingkat,
bawahanya, atau pihak yang lain yang memberi kesempatan untuk itu.
c) Penghasilan yang kurang mencukupi
Penghasilan seorang pegawai dari suatu pekerjaan selayaknya memenuhi
kebutuhan hidup yang wajar. Bila hal itu tidak terjadi maka seseorang akan
berusaha memenuhinya dengan berbagai cara. Tetapi bila segala upaya dilakukan
ternyata sulit didapatkan, keadaan semacam ini yang akan memberi peluang besar
untuk melakukan tindak korupsi, baik itu korupsi waktu, tenaga, pikiran dalam arti
semua curahan peluang itu untuk keperluan di luar pekerjaan yang seharusnya .
d) Kebutuhan hidup yang mendesak
Dalam rentang kehidupan ada kemungkinan seseorang mengalami situasi
terdesak dalam hal ekonomi. Keterdesakan itu membuka ruang bagi seseorang
untuk mengambil jalan pintas diantaranya dengan melakukan korupsi.
e) Gaya hidup yang konsumtif
Kehidupan di kota-kota besar acapkali mendorong gaya hidup seseong
konsumtif. Perilaku konsumtif semacam ini bila tidak diimbangi dengan
pendapatan yang memadai akan membuka peluang seseorang untuk melakukan
berbagai tindakan untuk memenuhi hajatnya. Salah satu kemungkinan tindakan itu
adalah dengan korupsi.
f) Malas atau tidak mau berkerja
Sebagian orang ingin mendapatkan hasil dari sebuah pekerjaan tanpa keluar
keringat alias malas bekerja. Sifat semacam ini akan potensial melakukan tindakan
apapun dengan cara-cara mudah dan cepat, diantaranya melakukan korupsi.
g) Ajaran Agama yang kurang diterapkan
Indonesia dikenal sebagai bangsa religius yang tentu akan melarang tindak
korupsi dalam bentuk apapun. Kenyataan di lapangan menunjukkan bila korupsi
masih berjalan subur di tengah masyarakat. Situasi paradok ini menandakan bahwa
ajaran agama kurang diterapkan dalam kehidupan.

2. Aspek Organisasi
a. Kurang adanya sikap keteladanan
Posisi pemimpin dalam suatu lembaga formal maupun informal mempunyai
pengaruh penting bagi bawahannya. Bila pemimpin tidak bisa memberi
keteladanan yang baik di hadapan bawahannya, misalnya berbuat korupsi, maka
kemungkinan besar bawahnya akan mengambil kesempatan yang sama dengan
atasnya.
b. Tidak ada kultur organisasi yang benar
Kultur organisasi biasanya punya pengaruh kuat terhadap anggotanya.
Apabila kultur organisasi tidak dikelola dengan baik, akan menimbulkan berbagai
situasi tidak kondusif mewarnai kehidupan organisasi. Pada posisi demikian
perbuatan negatif, seperti korupsi memiliki peluang untuk terjadi.
c. Sistim akuntabilitas yang benar di instansi pemerintah yang kurang memadai
Pada institusi pemerintahan umumnya belum merumuskan dengan jelas visi
dan misi yang diembannya dan juga belum merumuskan dengan tujuan dan sasaran
yang harus dicapai dalam periode tertentu guna mencapai misi tersebut. Akibatnya,
terhadap instansi pemerintah sulit dilakukan penilaian apakah instansi tersebut
berhasil mencapai sasaranya atau tidak. Akibat lebih lanjut adalah kurangnya
perhatian pada efisiensi penggunaan sumber daya yang dimiliki. Keadaan ini
memunculkan situasi organisasi yang kondusif untuk praktik korupsi.
d. Kelemahan system pengendalian manajemen
Pengendalian manajemen merupakan salah satu syarat bagi tindak
pelanggaran korupsi dalam sebuah organisasi. Semakin longgar/lemah
pengendalian manajemen sebuah organisasi akan semakin terbuka perbuatan
tindak korupsi anggota atau pegawai di dalamnya.
e. Manajemen cenderung menutupi korupsi di dalam organisasi
Pada umumnya jajaran manajemen selalu menutupi tindak korupsi yang
dilakukan oleh segelintir oknum dalam organisasi. Akibat sifat tertutup ini
pelanggaran korupsi justru terus berjalan dengan berbagai bentuk.

3. Aspek tempat individu dan organisasi berada
Nilai-nilai di masyarakat kondusif untuk terjadinya korupsi Korupsi bisa
ditimbulkan oleh budaya masyarakat. Misalnya, masyarakat menghargai seseorang
karena kekayaan yang dimilikinya. Sikap ini seringkali membuat masyarakat tidak
kritis pada kondisi, misalnya dari mana kekayaan itu didapatkan.
Masyarakat kurang menyadari sebagai korban utama korupsi Masyarakat masih
kurang menyadari bila yang paling dirugikan dalam korupsi itu masyarakat.
Anggapan masyarakat umum yang rugi oleh korupsi itu adalah negara. Padahal
bila negara rugi, yang rugi adalah masyarakat juga karena proses anggaran
pembangunan bisa berkurang karena dikorupsi.
Masyarakat kurang menyadari bila dirinya terlibat korupsi. Setiap korupsi pasti
melibatkan anggota masyarakat. Hal ini kurang disadari oleh masyarakat sendiri.
Bahkan seringkali masyarakat sudah terbiasa terlibat pada kegiatan korupsi sehari-
hari dengan cara-cara terbuka namun tidak disadari.
Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi akan bisa dicegah dan diberantas bila
masyarakat ikut aktif Pada umumnya masyarakat berpandangan masalah korupsi
itu tanggung jawab pemerintah. Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi itu
bisa diberantas hanya bila masyarakat ikut melakukanya.
Aspek peraturan perundang-undangan Korupsi mudah timbul karena adanya
kelemahan di dalam peraturan perundang-undangan yang dapat mencakup adanya
peraturan yang monopolistik yang hanya menguntungkan kroni penguasa, kualitas
peraturan yang kurang memadai, peraturan yang kurang disosialisasikan, sangsi
yang terlalu ringan, penerapan sangsi yang tidak konsisten dan pandang bulu, serta
lemahnya bidang evaluasi dan revisi peraturan perundang-undangan.

3. Akibat jika korupsi dibiarkan
Dampak korupsi yang paling jelas adalah negara mengalami kerugian dan
membuat rakyat semakin miskin. Uang yang seharusnya diperuntukkan bagi
kesejahteraan rakyat, malah masuk ke kantong-kantong pejabat.
Saat satu tindakan korupsi berhasil dilakukan dan tidak mendapat sanksi hukum
yang sesuai, hal ini akan memicu tindakan korupsi yang lain. Hal ini bisa
menjadikan Indonesia sebagai negara paling korup di dunia karena korupsi
menjamur dengan suburnya.
Citra badan hukum negara seperti kepolisian akan menjadi buruk di mata
masyarakat. Hal ini akan membuat warga Indonesia tidak lagi menghormati badan
hukum negara.
Tak hanya badan hukum, seluruh pemerintahan Indonesia juga akan mendapat
pandangan sinis dari masyarakat. Membuat warga tidak percaya lagi pada sistem
pemerintahan.
Pemilu tidak akan berjalan lancar sebagaimana mestinya. Hal ini disebabkan
masyarakat sudah malas untuk memilih pimpinan. Menurut masyarakat, mengikuti
pemilu sama saja memilih koruptor berikutnya.
Bila kasus korupsi dibiarkan terus-menerus, dampak korupsi yang paling besar
adalah perlawanan dari rakyat karena ketidakpuasan pemerintahan.
4. Upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya korupsi
1) Tingkatkan pengetahuan masyarakat tentang hukum
2) Bersihkan aparatur hukum dari KKN
3) Tegakan hukum tanpa tebang pilih
4) Tingkatkan kesejahteraan pegawai negara
5) Hilangkan budaya menyuap dari masyarakat
6) Sosialisasi anti korupsi di gencarkan,media masa wajib menayangkan anti
korupsi dengan gratis.
7) Pengaduan lewat sms di tayangkan di media masa
8) JAM 12.00-13.00 WIB merupakan siaran anti korupsi di setiap TV swasta
nasional.
9) Kotak-kotak pengaduan di perbanyak di tempat-tempat umum dan kpk harus
menindak lanjuti.
10) Penempatan satu regu KPK di setiap instansi pemerintah layaknya satpam.

5. Upaya yang dilakukan untuk menanggulangi korupsi
1) Menegakkan hukum secara adil dan konsisten sesuai dengan peraturan
perundang-undangan dan norma-norma lainnya yang berlaku.
2) Menciptakan kondisi birokrasi yang ramping struktur dan kaya fungsi.
Penambahan/rekruitmen pegawai sesuai dengan kualifikasi tingkat kebutuhan, baik
dari segi kuantitas maupun kualitas.
3) Optimalisasi fungsi pengawasan atau kontrol, sehingga komponen-komponen
tersebut betul-betul melaksanakan pengawasan secara programatis dan sistematis.
4) Mendayagunakan segenap suprastruktur politik maupun infrastruktur politik dan
pada saat yang sama membenahi birokrasi sehingga lubang-lubang yang dapat
dimasuki tindakan-tindakan korup dapat ditutup.
5) Adanya penjabaran rumusan perundang-undangan yang jelas, sehingga tidak
menyebabkan kekaburan atau perbedaan persepsi diantara para penegak hukum
dalam menangani kasus korupsi.
6) Semua elemen (aparatur negara, masyarakat, akademisi, wartawan) harus memiliki
idealisme, keberanian untuk mengungkap penyimpangan-penyimpangan secara
objektif, jujur, kritis terhadap tatanan yang ada disertai dengan keyakinan penuh
terhadap prinsip-prinsip keadilan.
7) Melakukan pembinaan mental dan moral manusia melalui khotbah-khotbah,
ceramah atau penyuluhan di bidang keagamaan, etika dan hukum. Karena
bagaimanapun juga baiknya suatu sistem, jika memang individu-individu di
dalamnya tidak dijiwai oleh nilai-nilai kejujuran dan harkat kemanusiaan, niscaya
sistem tersebut akan dapat disalahgunakan, diselewengkan atau dikorup.
6. Hambatan yang dihadapi dalam pemberantasan korupsi
Korupsi dapat terjadi di negara maju maupun negara berkembang seperti
Indonesia. Adapun hasil analisis penulis dari beberapa teori dan kejadian di
lapangan, ternyata hambatan/kendala-kendala yang dihadapi Bangsa Indonesia
dalam meredam korupsi antara lain adalah :

1) Penegakan hukum yang tidak konsisten dan cenderung setengah-setengah.
2) Struktur birokrasi yang berorientasi ke atas, termasuk perbaikan birokrasi yang
cenderung terjebak perbaikan renumerasi tanpa membenahi struktur dan kultur.
3) Kurang optimalnya fungsi komponen-komponen pengawas atau pengontrol,
sehingga tidak ada check and balance.
4) Banyaknya celah/lubang-lubang yang dapat dimasuki tindakan korupsi pada sistem
politik dan sistem administrasi negara Indonesia.
5) Kesulitan dalam menempatkan atau merumuskan perkara, sehingga dari contoh-
contoh kasus yang terjadi para pelaku korupsi begitu gampang mengelak dari
tuduhan yang diajukan oleh jaksa.
6) Taktik-taktik koruptor untuk mengelabui aparat pemeriksa, masyarakat, dan negara
yang semakin canggih.
7) Kurang kokohnya landasan moral untuk mengendalikan diri dalam menjalankan
amanah yang diemban.
7. Solusi untuk pemberantasan korupsi
Ada beberapa bentuk tawaran solusi korupsi yang cukup realistis untuk
dilaksanakan. Korupsi bisa dikatakan sebagai biang keladi keterpurukan sistem
perekonomian Indonesia. Betapa tidak, ratusan milyar uang negara dicuri dan
dimasukkan ke kantong-kantong para koruptor. Berikut ini beberapa bentuk solusi
korupsi yang memungkinkan untuk dilaksanakan.
1. Memulai dari diri sendiri
Sebelum jauh-jauh menuding orang melakukan tindakan korupsi, marilah
kita memeriksa kebersihan diri kita sendiri dari perbuatan keji ini. Ada banyak
bentuk korupsi yang terkadang tanpa sengaja kita lakukan. Jika kita seorang
pengajar, terkadang kita berupaya mengkorupsi waktu belajar mengajar di kelas,
kita memberikan jawaban soal ujian terhadap siswa, membiarkan siswa mencontek
dan sebagainya.
Sebagai pendidik kita menjadi contoh teladan bagi para peserta didik. Jika
bentuk-bentuk korupsi kecil itu dibiarkan, maka jangan heran jika generasi
Indonesia yang akan datang juga akan tetap mengidap penyakit korupsi sebagai
tularan dari sikap kita sendiri.
2. Pemimpin memberi contoh
Kewajiban seorang pemimpin adalah memberi suri tauladan kebaikan bagi
orang yang dipimpin. Seorang pemimpin harus berupaya memikirkan solusi
korupsi yang sudah menjadi tradisi klasik di tanah air. Pemimpin harus
memberikan contoh bersih diri dari perbuatan-perbuatan korupsi. Contoh ini
otomatis akan memberikan kekuatan bagi seorang pemimpin untuk mampu
menegakkan hukuman bagi para pelaku korupsi secara tegas.
Selain itu, contoh ini sekaligus akan membuat para pejabat yang berada di
bawah perintah seorang pemimpin merasa segan, malu, dan akhirnya juga
berupaya untuk meninggalkan budaya korupsi.
3. Penegakan hukum
Para koruptor perlu diberi hukuman yang seberat-beratnya yang membuat
mereka jera. Sistem penegakan hukum di Indonesia kerap terhambat dengan sikap
para penegak hukum itu sendiri yang tidak serius menegakkan hukum dan undang-
undang.
Para pelaku hukum malah memanfaatkan hukum itu sendiri untuk mencari
keuntungan pribadi, ujungnya juga pada tindakan korupsi. Alih-alih muncullah
istilah mavia hukum, yakni mereka yang diharapkan mampu menegakkan hukum
dan peradilan malah sebaliknya mencari hidup dari hukum dan peradilan tersebut.

Vous aimerez peut-être aussi