Dr. RUTH PAKPAHAN NIP. 19680413 200501 2 009 PENGERTIAN Anafilaksis adalah sindrom klinis yang mengancam jiwa . anafilaksis terjadi akibat sejumlah besar mediator inflamasi dilepaskan dari sel mast dn basofil sesudah paparan pada alergen pada individu yang sudah tersensitisasi sebelumnya. Reaksi anafilaktoid mirip dengan reaksi anafilaksis tetapi tidak diperantarai oleh IgE, mungkin oleh anafilaktosin seprti C3a dan C5a atau bahan yang mampu menginduksi degranulasi sel mast tanpa melalui reaksi imunologis Penyebab reaksi anafilaksis adalah: Obat (antibiotik, bahan anestetikum) Makanan (kacang tanah, kacang pohon , kerang dan lain-lain) Bahan bilogis (latex, insulin, ekstrak alergen, antiserum, produk darah, enzim) Gigitan serangga Penyebab reaksi anafilaktoid: Bahan media radiokontras Aspirin dan obat anti inflamasi non steroid lain Bahan anestetikum Manifestasi Klinis dan Diagnosis Gejala dan tanda bergantung pada organ yang terkena. Awitan umumnya dalam beberapa menit sesudah paparan, dapat sangat singkat, bertahan lama atau bifasik, rekurensi terjadi beberapa jam setalahnya meskipun sudah dengan pengobatan Keluhan pasien adalah gatal seluruh badan atau merasa gelisah Gejala kulit termasuk eritema, urtikaria, dan angioderma Gejala saluran napas adalah napas tersumbat, atau sesak, disertai mata berair, rinore, bersin dan hidung tersumbat. Dapat ditemukan edema uvula, suara parau, disfonia, stridor, takipneu, dan mengi. Gejala kardiovaskular termasuk takikardia, aritmia, hipotensi dan pingsan. Pasien mungkin mengeluh mual, nyeri perut kram, disertai muntah dan diare. Dapat timbul kejang. Gambaran yang mengancam jiwa adalah syok, edema jalan napas atas, dan obstruksi bronkial.
Laboratorium Serum triptase meningkat Gambaran hemokonsentrasi pada darah tepi Bila ada keterlibatan miokardium terdapat peningkatan kadar serum kreatin kinase, aspartat aminotransferase, dan laktat dehidrogenase Analisis gas dara menunjukkan hipoksemia, hiperkapnia, dan asidosis
PENATALAKSANAAN
Perawatan umum: Bila mungkin hentikan paparan, jalan napas harus dijamin terbuka, nadi dan tekanan darah dipantau. Pasien dibaringkan dengan tungkai ditinggikan. Oksigen diberikan dengan sungkup atau kanul hidung dengan pemantauan kadar oksigen. Bila penyebabnya adalah suntikan atau gigitan binatan di ekstremitas, dilakukan pemasangan torniket proksimal terhadap lokasi, dan torniket dibuka setiap 10-15 menit. Semua perawatan umum harus diberikan secara SIMULTAN dengan Epinefrin. Epinefrin Epinefrin konsentrasi 1:1000 dengan dosis 0,01 mg/kg BB, intramuskuler, paling ideal di anterolateral paha, maksimal 0,3 mg per kali disuntikkan . Dosis yang sama dapat diulangi dengan jarak 15-20 menit sampai 2-3 kali Antihistamin Difenhidramin 1-2 mg/kg maksimal 50 mg dapat disuntikkan intramuskular atau intravena. Bila diberikan intravena maka harus diberikan secara infus selama 5-10 menit untuk menghindari hipotensi. Bila ada hipotensi, penambahan ranitidin 1 mg/kg maksimal 50 mg intravena memberi efek lebih baik daripada difenhidramin saja. Cairan Hipotensi persisten perlu diatasi dengan perbaikan cairan intravaskular dengan infus kristaloid 20-30 ml/kg dalam 1 jam pertama. Bronkodilator Inhalasi 2-agonis seperti salbutamol atau albuterol berguna untuk mengatasi bronkokonstriksi Kortikosteroid Bila diberikan segera setelah kegawatan teratasi dapat mencegah anafilaksis bifasik. Metilprednisolon dosis 1-2 mg/kg diberikan secara intravena setiap 4- 6 jam Vasopresor Bila hipotensi berlanjut perlu diberikan dopamin atau epinefrin Observasi Pasien yang anafilaksisnya sudah teratasi harus dipantau untuk mengawasi kemungkinan anafilaksis bifasik.