PENYELENGGARA JARINGAN TELEKOMUNIKASI DALAM AKSI KORPORASI MERGER DAN AKUISISI
ARFAN NOER AZWAD
110110080098
ABSTRAK
Kemajuan teknologi dalam bidang telekomunikasi di Indonesia, serta disahkannya Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi menyebabkan perubahan yang signifikan dalam penyelenggaraan telekomunikasi di Indonesia. Sejak dibukanya privatisasi dalam sektor telekomunikasi, para perusahan swasta telah menjamur keberadaannya dan bersaing dalam bidang industri ini. Sayangnya, persaingan tersebut tidak diimbangi oleh kuantitas spektrum frekuensi yang dalam bidang telekomunikasi keberadaannya sangatlah vital dan terbatas. Beberapa aksi korporasi dilakukan oleh perusahaan tersebut demi mempertahankan eksistensinya dalam industri telekomunikasi Indonesia. Tugas akhir ini bertujuan untuk mengetahui status dari spektrum frekuensi radio yang dimiliki oleh penyelenggara jaringan telekomunikasi yang dapat dipindahtangankan serta kewajiban penyelenggara jaringan telekomunikasi tersebut terhadap akibat hukum dari aksi korporasi seperti merger dan akuisisi. Dalam pengerjaan tugas akhir skripsi ini, pendekatan yang digunakan oleh Penulis adalah yuridis normatif. Penelitian ini dilakukan dengan meneliti maupun mengkaji data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder seperti buku, artikel, dan jurnal ilmiah dengan objek penelitian serta bahan hukum tersier seperti kamus dan ensiklopedia. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis status dan kewajiban penyelenggara jaringan telekomunikasi atas spektrum frekuensi pada aksi korporasi merger dan akuisisi berdasarkan peraturan perundang-undangan di Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian, status spektrum frekuensi pada penyelenggara jaringan telekomunikasi bukannya merupakan aset dari suatu perusahaan, akan tetapi merupakan bentuk peralihan perizinan dari Menkominfo, sehingga terdapat kewajiban penyelenggara jaringan telekomunikasi yang melakukan aksi korporasi merger dan akuisisi haruslah menjadikan spektrum frekuensi tersebut menjadi frekuensi tidak terpakai (kembalikan kepada negara) untuk kemudian sesuai dengan peraturan perundang-undangan harus dialokasikan kembali.