Vous êtes sur la page 1sur 24

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Meski tidak banyak, beberapa anak saat demam dapat mengalami
kejang. Angka kejadian kejang demam terjadi pada 2-5 persen anak antara
usia 6 bulan sampai 5 tahun. Kejang merupakan hal paling dicemaskan oleh
orangtua meski tidak membahayakan dan pada umumnya tidak berdampak
buruk pada tumbuh dan berkembangnya anak nantinya.
Kejang demam merupakan kejang yang cukup sering dijumpai pada
anak anak yang berusia dibawah 5 tahun, gejala gejala yang timbul dapat
bermacam macam tergantung dibagian otak mana yang terpengaruh, tetapi
kejang demam yang terjadi pada anak adalah kejang umum. Insidensi kejang
demam di berbagai negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa barat
mencapai 2 4 % sedangkan di negara negara asia jumlah penderitanya
lebih tinggi lagi. Sekitar 20% diantara jumlah penderita mengalamikejang
kompleks yang harus ditangani lebih teliti.
Di Indonesia, terdapat 5 (6,5%) diantara 83 pasien kejang demam
menjadi Epilepsi. Penanganan kejang demam harus tepat, sekitar 16% anak
akan mengalami kekambuhan (rekurensi) dalam 24 jam pertama walaupun
adakalanya belum bisa dipastikan, bila anak mengalami demam yang
terpenting adalah usaha menurunkan suhu badannya. Berdasarkan hasil
prasurvey di Indonesia terdapat 15 kasus kejang demam, 80% (11 Kasus)
disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan, 2 pasien kejang demam
meninggal dengan observasi Meningitis dan Enchepalitis
Kejang demam adalah penyakit yang sering dijumpai pada anak.
Rekurensi kejang demam sering terjadi pada anak dan terdapat beberapa
faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor ini dapat membantu untuk
meramalkan terjadinya rekurensi kejang demam pada pasien.
Data dari RSUZA Banda Aceh dari tahun 2011 sampai 2012 ditemukan
terdapat 86 pasien dengan kejang demam, 41 (47,7%) pasien di antaranya
2

mengalami kejang demam berulang. Hasil penelitian mendapatkan rekurensi
kejang demam terjadi 2,7 kali pada pasien yang menderita kejang pertama
kali pada usia kurang dari 12 bulan, 3,2 kali pada pasien yang mempunyai
riwayat keluarga dengan kejang demam, 4,4 kali pada pasien yang demam
dengan suhu kurang dari 39OC, dan 1,4 kali pada pasien dengan kejang
demam kompleks.
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan
suhu tubuh (suhu rektal di atas 38 derajat celcius) yang disebabkan oleh suatu
proses ekstrakranium atau di luar sistem susunan saraf pusat atau otak.
Kejang demam biasanya terjadi pada 24 jam awal demam atau hari pertama
demam. Anak akan terlihat aneh untuk beberapa saat, kemudian kaku,
kelojotan dan memutar matanya. Anak tidak responsif untuk beberapa waktu,
napas akan terganggu, dan kulit akan tampak lebih gelap dari biasanya.
Setelah kejang, anak akan segera normal kembali.
Kejang biasanya berakhir kurang dari 1 menit, tetapi walaupun jarang
dapat terjadi selama lebih dari 15 menit. Kejang demam jarang terjadi lebih
dari 1 kali dalam 24 jam. Kejang karena sebab lain atau kejang yang tidak
disebabkan oleh demam akan berlangsung lebih lama, dapat terjadi pada salah
satu bagian tubuh saja dan dapat terjadi berulang.
Untuk itu perlu adanya pembahasan tentang penyakit kejang demam
agar pembaca khususnya orangtua atau penderita kejang demam dapat lebih
jelas mengenai penyakit kejang demam sehingga pertumbuhan penyakit
kejang demam dapat berkurang dengan adanya kesadaran pengetahuan
tentang penyakit kejang demam.

B. RUMUSAN MASALAH
Pengertian, klasifikasi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi,
pathway, pemeriksaan penunjang/diagnostik, penatalaksanaan medis, dan
penatalaksanaan asuhan keperawatan keluarga pada anak dengan Kejang
demam.

3

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan Kejang Demam
secara komprehensif.
2. Tujuan khusus
Mahasiswa dapat mengetahui tentang :
a. Pengertian Kejang Demam
b. Klasifikasi Kejang Demam
c. Etiologi Kejang Demam
d. Manifestasi Klinis Kejang Demam
e. Patofisiologi Kejang Demam
f. Pathway Kejang Demam
g. Pemeriksaan penunjang Kejang Demam
h. Penatalaksanaan Medis Kejang Demam
i. Penatalaksanaan Keperawatan keluarga pada anak dengan riwayat
Kejang Demam















4

BAB II
LANDASAN TEORI

A. PENGERTIAN
Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering
dijumpai pada anak, terutama pada umur 6 bulan sampai 4 tahun. (Ngastiyah,
2005)
Kejang demam juga sering disebut kejang demam tonik-klonik, sangat
sering dijumpai pada anak di bawah usia 5 tahun. Kejang ini disebabkan oleh
adanya suatu awitan hipertermia yang timbul mendadak pada infeksi bakteri
atau virus (Price, 2005).
Menurut Consensus Statement On Febrile Seizures (1980), kejang
demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak, biasanya terjadi antara 3
bulan dan 5 tahun, berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah terbukti
adanya infeksi intracranial atau penyebab tertentu. (Arief Mansjoer, 2005)
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kejang
demam adalah perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai akibat
dari aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik serebral yang
berlebihan pada anak-anak di bawah usia 5 tahun yang timbul mendadak pada
infeksi bakteri atau virus tanpa adanya infeksi system syaraf pusat.

B. KLASIFIKASI
1. Kejang Demam Sederhana
a. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan sampai 4 tahun.
b. Kejang berlangsung hanya sebentar, tidak lebih dari 15 menit.
c. Kejang bersifat umum.
d. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbul demam.
e. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal.
f. Pemeriksaan EEG yang di buat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu
normal tidak menunjukkan kelainan.
g. Frekuensi kejang bangkitan dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali.
5

2. Kejang Demam Kompleks
a. Lama kejang lebih dari 15 menit, frekuensi kejang lebih dari 4 kali
dalam setahun.
b. Frekuensi kejang lebih dari 1 kali dalam 24 jam
c. Anak memiliki kelainan neurologis atau riwayat kejang demam
sebelumnya.

C. ETIOLOGI
1. Demam Itu Sendiri
Demam yang disebabkan oleh saluran pernafasan atas, otitis media,
pneumonia, gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih. Kejang tidak selalu
timbul pada suhu yang tinggi.
2. Efek produk toksik daripada mikroorganisme.
3. Respon alergik atau keadaan umum yang abnormal oleh infeksi
4. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolik
5. Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan, yang tidak
diketahui atau enselofati toksik sepintas.
(Mansjoer, 2000)

D. MANIFESTASI KLINIS
1. Suhu anak tinggi
2. Anak pucat atau diam saja
3. Mata terbelalak ke atas disertai kekakuan dan kelemahan.
4. Umumnya kejang demam berlangsung singkat
5. Gerakan sentakan terjadi berulang tanpa diketahui kekakuan atau hanya
sentakan atau kekakuan fokal.
6. Derangan tonik klonik (dapat berhenti sendiri)
7. Kejang dapat diikuti sementara berlangsung beberapa menit.
8. Sering kali kejang berhenti sendiri
9. Setelah kejang anak tidak bereaksi
6

10. Setelah beberapa detik atau menit, anak sadar tanpa deficit neurologis
(Mansjoer, 2000; Azis, 2005)

E. PATOFISIOLOGI
Kejang sering disebabkan oleh adanya demam. Demam dapat terjadi
akibat dari proses infeksi bakteri, virus dan parasit sehingga tubuh mengalami
reaksi inflamasi berupa demam.
Ketika terjadi rangsangan mekanik & biokimia dan terjadi perubahan
keseimbangan cairan & elektrolit akan dapat menimbulkan kejang karena di
saat cairan dan elektrolit berkurang maka akan menyebabkan terjadinya
perubahan konsentrasi Ion di ruang ekstraseluler yang dapat mengubah
keseimbangan dari membran sel neuron akibatnya akan menyebabkan
ketidakseimbangan potensial membran ATP ASE dan dalam waktu singkat
terjadi difusi dari ion Kalium maupun ion Natrium. Melalui membran
tersebut akan terjadi pelepasan muatan listrik yang demikian besar sehingga
dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membrane sel sekitarnya dengan
bentuan bahan yang di sebut neurotransmitter dan terjadi kejang.
Kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai
apnea, meningkatnya kebutuhan oknsigen dan energy untuk kontraksi otot
skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat
disebabkan oleh metabolisme anaerobic, hipotensi arterial disertai denyut
jantung tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat yang disebabkan
mekin meningkatnya aktivitas otot, dan selanjutnnya menyebabkan
metabolisme otak meningkat. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran
darah yang mengakibatkan hipoksemiasehingga meningginya permeabilitas
kapiler dan timbul edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron
otak. (Ngastiyah, 2005)




7

F. PATHWAYS

Infeksi bakteri,
virus dan parasit

Reaksi inflamasi

Proses demam

hipertermia

Resiko kejang berulang

Pengobatan, perawatan
kondisi, prognosis
lanjut dan diit

Kurang informasi
kondisi
prognosis/pengobatan
dan perawatan

Kurang pengetahuan




Sumber :
(Ngastiyah, 2005)
Rangsang mekanik & biokimia
Gangguan keseimbangan
cairan & elektrolit

Perubahan konsentrasi Ion di
ruang ekstraseluler

Ketidakseimbangan potensial
membran ATP ASE

Difusi Na
+
dan K
+


Kejang

Kurang dari 15 menit

Tidak menimbulkan sisa










Kelainan
neurologis
Prenatal/Prenatal


Resiko Cedera

Lebih dari 15
menit

Perubahan suplay
darah ke otak

Resiko kerusakan
sel neuron otak

Perfusi jaringan
serebral tidak
efektif



8

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Elektroensefalogram (EEG)
Di pakai untuk membantu menetapkan jenis dan focus dari kejang.
Pemeriksaan EEG dibuat 10-14 hari setelah bebas panas dan tidak
menunjukkan kelainan likuar. Gelombang EEG lambat di daerah belakang
dan unilateral kejang demam kompleks.
2. Pungsi Lumbal
Tes ini digunakan untuk memeriksa cairan serebrospinal (cairan yang ada
di otak dan kanal tulang belakang) untuk meneliti kecurigaan meningitis.
a. Pada kejang demam tidak terdaat gambaran patologis pada
pemeriksaan lumbal pungsi.
b. Pada kejang oleh infeksi pada otak akan ditemukan :
1) Warna cairan serebrospinal : berwarna kuning, menunjukkan
pigmen, kuning santokrom.
2) Jumlah cairan dalam serebrospinal meningkat lebih dari normal
(normal bayi 40-60 ml, anak muda 60-100 ml, anak lebih tua 80-
120 ml dan dewasa 130-150 ml)
3) Perubahan biokimia : kadar kalium meningkat (normal dewasa
3,5-5,0 mEq/L, bayi 3,6-5,8 mEq/L)
3. CT Scan
Untuk mengidentifikasi lesi serebral, misalnya : infark, hematoma, edema
serebral, dan abses. Metode CT Scan menggunakan kajian sinar X yang
lebih sensitive dari biasanya untuk mendeteksi perbedaan kerapatan
jaringan.
4. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapangan magnetic dan
gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah-daerah otak
yang tidak jelas terlihat bila menggunakan pemindaian CT.
5. Pemindaian Positron Emission Topography (PET)
Mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu menentapkan
lokasi lesi, perubahan metabolic atau aliran darah dalam otak.
9

6. Uji Laboratorium
a. Pungsi Lumbal : menganalisis cairan serebrospinal
b. Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit
c. Panel elektrolit
d. Skrining toksik dari serum dan urin
e. GDA
f. Kadar kalsium darah
g. Kadar natrium darah
h. Kadar magnesium darah
i. Darah tepi
j. Darah lengkap (Hb, Ht, Leukosit, trombosit)
(Mansjoer, 2000; Suryati, 2008)

H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Bila pasien datang dengan keadaaan status konvulsivus, obat pilihan
utama adalah diazepam yang diberikan secara intravena. Dosis rata-rata yang
dipakai adalah 0,3 mg/kgBB/kali dengan maksimum 5 mg pada anak berumur
kurang dari 5 tahun, dan 10 mg pada anak yang lebih besar.
Setelah suntikan pertama secara intravena di tunggu 15 menit, bila
masih kejang di ulangi suntikan kedua dengan dosis sama secara intravena.
Sebelum mengobati kejang, perlu pengobatan penunjang yaitu semua
pakaian ketat di buka, posisi kepala miring untuk mencegah aspirasi isi
lambung, beri oksigen. Fungsi vital seperti kesadaran, suhu, TD, pernafasan
dan fungsi jantung di awasi secara ketat. (Behrman, 2000)







10

BAB III
PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA ANAK
DENGAN RIWAYAT KEJANG DEMAM

A. DATA UMUM
1. Identitas Keluarga
a. Identitas Kepala Keluarga : Nama, alamat, umur, pekerjaan,
pendidikan, agama.
b. Komposisi Keluarga meliputi identitas Istri, anak, dan anggota
keluarga lainnya (nama, jenis kelamin, umur, pendidikan, status
imunisasi serta Genogram 3 generasi)
2. Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah
yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.
3. Suku bangsa
Adat istiadat di tempat tinggal keluarga, suku bangsa, agama, sosial,
budaya, rekreasi, kegiatan pendidikan, kebiasaan makan dan berpakaian.
Adanya pengaruh budaya pada peran keluarga dan kekuatan struktur,
bentuk rumah, bahasa yang digunakan sehari-hari, komunikasi dalam
keluarga, penggunaan tempat pelayanan kesehatan.
4. Agama
Agama yang dianut dalam keluarga dan kegiatan agama yang aktif
diikuti.
5. Status sosial ekonomi keluarga
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan berdasarkan tingkat
kesejahteraan keluarga, yang terdiri dari lima tingkatan yaitu : Keluarga
Prasejahtera, Keluarga Sejahtera Tahap I, Keluarga Sejahtera Tahap II,
Keluarga Sejahtera Tahap III dan Keluarga Sejahtera Tahap IV (III Plus).
6. Aktivitas rekreasi keluarga
Identifikasi aktivitas dalam keluarga, frekuensi aktivitas tiap anggota
keluarga dan penggunaan waktu senggang.
11

B. RIWAYAT TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
1. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh usia anak tertua dari
keluarga inti.
2. Tahap Perkembangan Keluarga Yang Belum Terpenuhi
Tahap apa yang belum dilakukan oleh keluarga serta kendalanya. Juga
dilakukan pengidentifikasian mengapa tugas keluarga belum terpenuhi
dan upaya yang telah dilakukan.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga Inti
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan keluarga inti, yang meliputi
riwayat penyakit kejang demam, riwayat kesehatan masing masing
anggota dan sumber pelayanan yang digunakan keluarga.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga Sebelumnya
Menjelaskan riwayat kesehatan generasi di atas orang tentang riwayat
penyakit keturunan, upaya generasi tersebut tentang upaya penangguhan
penyakit, upaya kesehatan yang dipertahankan sampai saat ini.

C. DATA LINGKUNGAN
1. Karakteristik Rumah
Menjelaskan tentang rumah yang dihuni keluarga
a. Denah rumah
b. Macam lingkungan tempat tinggal : Tempat tinggal yang sempit,
padat, sanitasi yang tidak terjaga, lingkungan dengan keluarga
ekonomi menengah ke bawah.
2. Karakteristik Tetangga Dan Komunitasnya
Menjelaskan mengenai karakteristik tetangga dan komunitas setempat.
Yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan atau kesepakatan
penduduk setempat, budaya yang mempengaruhi kesehatan.



12

3. Mobilitas geografis keluarga
Status rumah yang dihuni oleh keluarga apakah rumah sendiri atau
menyewa, sudah berapa lama tinggal di daerah tersebut, dan pindah dari
daerah mana.
4. Perkumpulan Keluarga Dan Interaksi Dengan Masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan oleh keluarga untuk
berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada.
5. Sistem pendukung keluarga
Dukungan keluarga untuk meningkatkan status kesehatan pada anak
sangat penting karena kebutuhan kesehatan anak dapat di penuhi dengan
dukungan dari keluarga yang sangat peduli dengan kesehatan anak

D. STRUKTUR KELUARGA
1. Pola Komunikasi Keluarga
Bahasa yang digunakan dalam percakapan sehari-hari di dalam keluarga
dan waktu yang sering digunakan untuk berkomunikasi.
2. Struktur Kekuatan Keluarga
Kemampuan anggota keluarga dalam mengendalikan dan mempengaruhi
orang lain untuk mengubah perilaku diantaranya yang perlu dikaji adalah
a. Siapa yang membuat keputusan dalam keluarga
b. Bagaimana cara keluarga dalam mengambil keputusan
c. Apakah keluarga merasa puas dengan pola komunikasi tersebut
3. Struktur Peran
Menjelaskan peran masing masing keluarga baik secara formal maupun
informal dan siapa yang menjadi model peran dalam keluarga dan apakah
ada konflik dalam pengaturan peran yang selama ini dijalani.
4. Nilai Atau Norma Keluarga
Menjelaskan mengenai norma yang dianut keluarga, yang berhubungan
dengan kesehatan.


13

E. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi ekonomi
Mengkaji tentang sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang,
pangan, papan. Dan memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat,
dalam upaya meningkatkan status kesehatan keluarga.
2. Fungsi mendapatkan status sosial
Menjelaskan upaya keluarga untuk memperoleh status sosial di
masyarakat tempat tinggal keluarga.
3. Fungsi sosialisasi
Bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga dan sejauh mana
anggota keluarga belajar disiplin, norma, tahu budaya dan perilaku.
4. Fungsi pemenuhan (perawatan atau pemeliharaan) kesehatan
a. Mengenal masalah kesehatan
b. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan
c. Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit
d. Kemampuan keluarga memelihara atau memodifikasi lingkungan
rumah yang sehat
e. Kemampuan menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
5. Fungsi religious
Anak sudah mengenal beberapa hal yang bersifat ritual misalnya berdoa.
6. Fungsi rekreasi
Menjelaskan kemampuan dan kegiatan keluarga untuk melakukan
rekreasi secara bersama baik diluar, maupun di dalam rumah.
7. Fungsi reproduksi
Mengkaji berapa jumlah anak, merencanakan jumlah anggota keluarga,
metode apa yang digunakan keluarga dalam mengendalikan jumlah
anggoata keluarga.
8. Fungsi afeksi
Mengkaji gambaran diri keluarga, perasaan dimiliki dan memiliki
keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya.

14

F. STRES DAN KOPING KELUARGA
1. Stressor jangka pendek dan panjang
Yaitu stressor yang dialami keluarga dalam jangka waktu krang dari 6
bulan atau lebih dari 6 bulan.
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
Mengkaji sejauh mana keluarga berespon terhadap situasi atau stressor.
3. Strategi koping yang digunakan
Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan.
4. Strategi adaptasi disfungsional
Menjelaskan mengenai adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga
bila menghadapi masalah.

G. PEMERIKSAAN FISIK
1. Neurosensori
Sebelum kejang : anak tidak memberi reaksi apapun tentang adanya
kelainan neurosensori
Saat kejang : bola mata terbalik keatas dengan disertai kekalunan dan
kelemahan
Sesudah kejang : anak tidak memberi repon apapun
2. Pernapasan
Respirasi : 26 X/m
Tidak ada pernapasan cuping hidung
3. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : compor mentis
TTV : Suhu : 37,8
0
C
Respirasi : 26 X/m
Nadi : 120 X/m
Berat badan : 16 kg
4. Pemeriksaan Head to toe
a. Kepala : bentuk simetris, tidak ada kelainan yang Nampak
15

b. Mata
1) Letak kedua mata simetris kiri/kanan
2) Sklera tidak anemis
3) Konjungtiva pucat
c. Telinga
1) Bentuk : simetris kanan dan kiri
2) Pendengaran baik
3) Sekret kurang
d. Hidung
1) Penciuman baik, tidak ada pernapasan cuping hidung
2) Bentuk simetris
3) Mukosa hidung berwarna merah muda
e. Mulut
1) Gigi lengkap, tidak ada caries
2) Mukosa mulut tampak kering
3) Tonsil tidak hiperemi
f. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar
g. Thorax
1) Cor bising kurang
2) Pulmo : gerakan dada simetris, suara pernapasan vesikuler, tidak
ada kesulitan pernapasan. Ronchi (-), whezeng (-)
h. Abdomen : Lemas dan datar, tidak kembung
i. Ekstremitas
1) Atas : adanya ketegangan otot/kalium otot
2) Bawah : adanya ketegangan otot/kekalunan otot

H. ANALISA DATA
NO. DATA MASALAH ETIOLOGI
1. Data Subyektif :
- orang tua bertanya-tanya
tentang keadaan anaknya,
Kurang
Pengetahuan
Ketidakmampuan
keluarga dalam
mengenal penyakit
16

bagaimana cara pencegahan
dan pengobatan
Data Obyektif
- Orang tua bertanya-tanya
tentang penyakit anaknya
Kejang Demam
2. Data Subyektif
- orang tua mengungkapkan
tidak tahu bagaimana cara
penanganan anaknya saat
mengalami kejang
Data objektif :
- terlihat tidak ada pegangan di
sisi tempat tidur
- ketika tidur, anak tidak di
tunggui
- Orang tua tampak cemas
Resiko tinggi
cedera
Ketidakmampuan
keluarga dalam
merawat anak
dengan kejang
demam

I. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kurang pengetahuan berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga
dalam mengenal penyakit kejang demam
No. Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran
1.






2.

Sifat masalah :
Skala :3 Aktual
2 Resiko
1 Sejahtera






Kemungkinan
masalah dapat
diubah:
Skala :2 Mudah
3






1

1






2

3/3x1=1






1/2x2=1

Masalah sudah
terjadi dimana
Orangtua
bertanya-tanya
tentang penyakit
anaknya

Dengan belajar
dapat
17





3.







4.
1 Sebagian
0 Tdk
dapat



Potensial masalah
untuk dicegah:
Skala :3 tinggi
2 Cukup
1 Rendah







Menonjolnya
masalah:
Skala :
2 masalah berat
segera ditangani
1 ada masalah
tetapi tidak
perlu ditangani
0 Masalah tidak
dirasakan




3







1




1







1




3/3x1=1







1/2x1=1/2
memberikan
pemahaman


Sumber-sumber
dan tindakan
yang dapat
meningkatkan
pemahaman
dapat dijangkau
oleh keluarga

Mengerti adanya
masalah tetapi
tidak
mengetahui
bagaimana
mengatasinya
Total 3

2. Resiko tinggi terjadinya cedera pada anak berhubungan dengan
Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anak dengan kejang demam
No. Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran
1.






Sifat masalah :
Skala :3 Aktual
2 Resiko
1 Sejahtera



2






1






2/3x1=2/3






Bila keadaaan
tersebut tidak di
atasi dengan
benar akan
membahayakan
anak

18

2.







3.







4.
Kemungkinan
masalah dapat
diubah:
Skala :2 Mudah
1 Sebagian
0 Tidak
dapat

Potensial masalah
untuk dicegah:
Skala :3 tinggi
2 Cukup
1 Rendah



Menonjolnya
masalah:
Skala :
2 masalah berat
segera ditangani
1 ada masalah
tetapi tidak
perlu ditangani
0 Masalah tidak
dirasakan
2







2







0
2







1







1
2/2x2=2







2/3x1=2/3







0/2x1=0
Dengan
pelatihan dan
pemahaman
yang benar dapat
memperkecil
resiko cedera


Sumber-sumber
dan tindakan
yang dapat
meningkatkan
pemahaman
dapat dijangkau
oleh keluarga

Keluarga
mengatakan
tidak pernah ada
kejadian yang
mengakibatkan
anaknya cedera
Total 3




19

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA
1. Kurang pengetahuan tentang penyakit kejang demam berhubungan
dengan Ketidakmampuan keluarga dalam mengenal penyakit kejang
demam
2. Resiko tinggi terjadinya cedera pada anak berhubungan dengan
Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anak dengan kejang demam
20

K. INTERVENSI KEPERAWATAN KELUARGA
No. Dx. Kep
Tujuan Kriteria Evaluasi
Rencana
Umum Khusus Kriteria Standar
1.















Kurang pengetahuan
tentang penyakit kejang
demam berhubungan
dengan
Ketidakmampuan
keluarga dalam
mengenal penyakit
kejang demam

Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama
3xpertemuan
diharapkan
keluarga mampu
memahami tentang
kejang demam
-Keluarga
mendapatkan
informasi yang
benar mengenai
masalah kesehatan
yang terjadi pada
Anak sesuai
kebutuhan
-Keluarga memahami
tentang pengertian,
etioogi, tanda gejala
dan penanganan
kejang demam
Verbal 1. Pengertian kejang
demam
2. Etiologi kejang demam
3. Tanda gejala kejang
demam
4. Penanganan kejang
demam
1. Jelaskan tentang
pengertian kejang demam.
2. Jelaskan tentang etiologi
kejang demam
3. Jelaskan tentang tanda
gejala kejang demam
4. Jelaskan tentang
penanganan kejang
demam
5. Anjurkan keluarga
bertanya jika ada yang
belum dimengerti
6. Anjurkan keluarga untuk
mengulangi penjelasan
yang telah diberikan
7. Anjurkan untuk segera
21




memeriksakan ke balai
pengobatan bila anak
sakit.
2. Resiko tinggi terjadinya
cedera pada anak
berhubungan dengan
Ketidakmampuan
keluarga dalam merawat
anak dengan kejang
demam

Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama
3xpertemuan
diharapkan
keluarga mampu
merawat anak
dengan kejang
demam sehingga
tidak terjadi cedera
- Keluarga
mendapatkan
informasi yang
benar mengenai
masalah kesehatan
yang terjadi pada
Anak sesuai
kebutuhan
-Keluarga memahami
tentang penanganan
penyakit kejang
demam
-Keluarga dapat
memberikan
perawatan pada
anak kejang demam
Psikomotor - Jangan panik saat kejang
- Baringkan anak ditempat
rata dan lembut.
- Kepala dimiringkan.
- Pasang gagang sendok
yang telah dibungkus
kain yang basah, lalu
dimasukkan ke mulut.
- Setelah kejang berhenti
dan pasien sadar segera
minumkan obat tunggu
sampai keadaan tenang.
- Jika suhu tinggi saat
kejang lakukan kompres
hangat dan beri banyak
minum
1. Jelaskan tentang
penanganan kejang
demam.
2. Anjurkan keluarga untuk
mengulangi penjelasan
yang telah diberikan
3. Demonstrasikan cara
memberikan kompres
hangat
4. Beri kesempatan keluarga
untuk re-demonstrasi.
5. Anjurkan untuk segera
memeriksakan ke balai
pengobatan bila anak sakit
22

-keluarga dapat
memperkecil resiko
cedera pada anak
saat kejang
- Segera bawa ke rumah
sakit bila kejang lama.
- Cara memberikan
kompres hangat
1. Siapkan waslap,
baskom berisi air
hangat
2. Kompres anak pada
bagian dahi, leher,
ketiak, dan lipatan
paha
3. Ganti kompres setiap
10 menit.
4. Kompres hingga
demam turun




23

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kejang demam adalah
perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai akibat dari aktivitas
neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik serebral yang berlebihan pada
anak-anak di bawah usia 5 tahun yang timbul mendadak pada infeksi bakteri
atau virus tanpa adanya infeksi system syaraf pusat.
Di Indonesia, terdapat 5 (6,5%) diantara 83 pasien kejang demam
menjadi Epilepsi. Penanganan kejang demam harus tepat, sekitar 16% anak
akan mengalami kekambuhan (rekurensi) dalam 24 jam pertama walaupun
adakalanya belum bisa dipastikan, bila anak mengalami demam yang
terpenting adalah usaha menurunkan suhu badannya. Berdasarkan hasil
prasurvey di Indonesia terdapat 15 kasus kejang demam, 80% (11 Kasus)
disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan, 2 pasien kejang demam
meninggal dengan observasi Meningitis dan Enchepalitis.

B. SARAN
Saran yang dapat diberikan kepada pembaca khususnya kepada
keluarga penderita kejang demam adalah ketika terjadi kejang demam,
usahakan memberikan pertolongan pertama dengan bawa ke tempat yang
datar, jauhkan benda berbahaya atau bawa ketempat yang aman dan lembut
untuk mengurangi terjadinya resiko cedera, semua pakaian ketat di buka,
posisi kepala miring untuk mencegah aspirasi isi lambung, beri oksigen dan
masukkan tongue spatel atau sendok ke dalam mulut untuk mencegah
tergigitnya lidah dan lidah menutupi saluran pernafasan. Segera rujuk ke
rumah sakit jika kejang terjadi berulang dan lebih dari 15 menit. Saat terjadi
demam berikan kompres hangat dan sediakan obat penurun panas untuk
mengurangi resiko terjadi kejang berulang.

24

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arief. 2000 Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : FKUI.
Berhman. 2000. Nelson, Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC.
Doengoes, Marylin E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC.
Suriadi dan Rita. 2006. Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta : Sagung Seto.
Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga : aplikasi dalam praktik. Jakarta
: EGC.
http://referensikesehata.blogspot.com/2013/05/kejadian-kejang-demam-pada-
anak.html

Vous aimerez peut-être aussi