Vous êtes sur la page 1sur 7

1.

Pendahuluan

1.1 Definisi
Alumuium foam adalah salah satu jenis metal foam, yang merupakan sebuah struktur
sellular yang terdiri atas padatan logam yang berongga rongga, rongga ini berisi udara atau gas
yang sengaja diisikan untuk membentuk gelembung logam. Pori udara tersebut dapat berupa pori
yang saling tertutup (closed-cell foam), dapat juga membentuk struktur rongga yang saling
berhubungan (interconnected network ) yang disebut open-cell foam. Karakter paling mencolok
dari metal foam ini adalah porositas yang sangat tinggi. Pada umumnya 75-95% dari volume
terdiri atas ruang kosong yang sehingga menjadikan aluminum foam sangat ringan dan
dikategorikan sebagai ultralight material. Terdapat fungsi hubungan kekuatan dari metal foam
terhadap densitasnya. Misalnya material dengan densitas 20% akan lebih kuat dibandingkan
material dengan densitas 10%.
Secara khusus metal foam memiliki beberapa properti fisik dari base materialnya. Foam
yang terbuat dari non-flamable metal akan tetap bersifat non-flamable dan pada umumnya dapat
didaur ulang menjadi base materialnya. Koefisien ekspansi termal juga akan tetap sama
sedangkan konduktifitas termalnya akan turun.
Meskipun terdapat patent yang sangat banyak yang membahas tentang topologi struktur,
material pokok dan metode produksi yang sederhana, ketersediannya tidak dapat menjamin
kebutuhan komersil.
1.2. Latar Belakang.
Secara umum terdapat dua jenis metal foam, yaitu Open celled metal foams dan Closed-
cell metal foam. Kedua jenis metal ini memiliki sifat dan fungsi yang berbeda. Selain itu metal
foam juga dapat diklasifikasikan berdasarkan material utama penyusunnya.
Alumunium memiliki densitas rendah, panas jenis yang tinggi dan ulet membuat
aluminum foam dapat diaplikasikan secara luas sebagai penyerap energi. Titik lebur aluminum
yang rendah menyebabkan aluminum foam lebih mudah dimanufaktur.
Berikut akan dibahas beberapa proses manufaktur aluminum foam.

2. Pembahasan
2.1 Open Cell Foam
Open celled metal foams memiliki variasi aplikasi yang luas termasuk menajdi material
heat exchanger, penyerap energi, diffuser aliran dan material ultra ringan. Dikarenakan harga
produksi yang mahal biasanya material ini digunakan pada advanced technology, aerospace, dan
manufacturing.
Open cell metal foams, disebut juga metal sponges, dapat dibuat dengan beberapa cara,
khususnya dengan peleburan dan metalurgi serbuk. Pada proses serbuk, "space holders" sangat
dibutuhkan. Fungsi space-holder adalah memberikan ruang untuk mebuka rongga dan saluran ketika
maupun setelah proses pembentukan foam terjadi. Pada proses cair foam dibuat dengan meniru of
open-celled polyurethane foams yang berfungsi sebagai kerangka.

Gambar 1. Bentuk struktur open cell aluminum foam
Ada beberapa proses manufacturing yang telah diterapkan, diantaranya :
a. Powder Sintering Process
Serbuk alumunium terlebih dahulu dicampurkan secara merata dengan partikel carbamide
dalam wadah yang berputar selama beberapa waktu. Perbandingan berat dari serbuk aluminum
terhadap jumlah space-holder ditentukan sedemikian hingga tercapai porositas yang diinginkan,
yaitu sekitar 50 80%. Sejumlah ethanol ditambahkan pada saat pencampuran untuk mencegah
kedua jenis serbuk terpisah. Campuran ini kemudian diberi tekanan sebesar 300 MPa dalam sebuah
silinder kompaksi. Carbamide kemudian dipisahkan dari campuran dengan melarutkan dalam air
bersuhu 80
o
C selama 5 jam.
Spesimen tersebut kemudian dikenai sintering dalam vacuum furnace ( p =10
4
Pa).
Temperatur sintering diatur sebesar 560
o
C 600
o
C selama 1 3 jam.

Gambar 2. Contoh produk aluminum foam dengan metode powder sintering
b. Melt Squeezing
Partikel NaCl digunakan sebagai material space-holder pada proses ini. Aluminum yang
digunakan memiliki kemurnian 97% (97.4 wt.% Al, 0.66 wt.% Fe, 0.98 wt.% Zn, 0.61 wt.% Si and
0.33 wt.% Mn) dan masa jenis (s) of 2.741 g/cm3. Untuk mencapai campuran suspensi yang baik
perbandingan aluminum cair dan NaCl diatur sebesar 5 : 1 (fraksi berat).
Proses berlangsung didalam cetakan yang berupa bejana baja silindris yang diberi tekanan
uniaxial dan dipanaskan. Temperature kerja diatur dibawah 700
o
C dan cairan logam dikondisikan
pada tekanan atmosfer.
Mula-mula padatan aluminum diletakkan dalam cetakan dan dipanaskan hingga mencapai
titik lebur. Ketika kestabilan temperatur lelehan tercapai dilakukan penambahan NaCl yang telah
mengalami proses preheating. Pengadukan dilakukan sesegera mungkin dengan kecepatan putar 200
rpm selama 2 menit dengan temperature kerja 660-680
o
C. Setelah pengadukan distribusi uniform
partikel dalam lelehan akan tercapai.
Pada tahap kedua setelah proses pengadukan, suspensi tersebut akan ditekan
menggunakan sebuah piston berlubang. Pada lubang piston terdapat pengunci yang berfungsi
membuat orifice mengecil dan memastikan partikel garam NaCl tidak terpisah di zona penekanan.
Penekanan yang dilakukan membuat partikel partikel NaCl saling terhubung satu sama
lain dan kelebihan alumunium akan masuk kedalam piston. Setelah pembekuan terjadi sempurna
dilakukan pembilasan dengan menggunakan air sehingga NaCl terpisah dari material foam.

Gambar 3. Diagram skematis pembuatan aluminum foam ; (a) penambahan partikel garam dan
pengadukan (b) penekanan dengan piston berlubang (c) specimen aluminum foam setelah pembilasan
NaCl dengan porositas sebesar 79%.

c. Powder space holder
Powder space holder dilakukan untuk memproduksi aluminum foam dengan variasi
ukuran sel yang bertingkat. Space holder material yang digunakan adalah Spherical granulated
carbamides((NH2)2CO).
Untuk memproduksi framework dari foam, digunakan serbuk aluminum yang
teratomisasi dengan komposisi kimia 99.5 Al0.1 Si 0.27 Fe0.1 Mg0.02 Ti0.02 Zn0.003 Cu
(wt.%).
Serbuk aluminum yang digunakan dicampur dengan serbuk magnesium dengan
perbandingan 1 wt% dan serbuk timah 1 wt% sebagai additive menggunakan rotary mixer selama 2
jam. Zat additive ini berfungsi untuk mendukung formasi cair ketika proses sintering dilakukan.
kemudian ethanol (2 vol.%) disemprotkan pada permukaan gumpalan carbamides untuk menciptakan
lapisan yang lengket. Campuran serbuk metal yang telah dipersiapkan sebelumnya dicampur dengan
carbamides selama 2 jam menggunakan rotary mixer. Prosedur ini menimbulkan adhesi antara logam
serbuk dan lapisan lengket carbamides dan menimbulkan gupalan gumpalan uniform, sehingga
terbentuk struktur carbamides sebagai inti dan serbuk aluminum sebagai selubung.
Campuran ini dipaatkan dengan tekanan sebesar 330 MPa didalam cetakan baja.
Kemudian dilakukan pembilasan dengan pengadukan dalam air selama 2 jam dengan temperature
kamar. Hasil proses ini selanjutnya akan di basuh dengan ethanol dan dikeringkan dengan suhu 60
o
C
selama 6 jam untuk memastikan terbebasnya kelembaban sebelum dilakukan proses sintering

2.2 Closed Cell Foam
Closed-cell metal foams utamanya digunakan sebagai material penyerap benturan, mirip
dengan foam Polymer pada helm, namun memiliki tahanan beban benturan yang lebih tinggi.
Namun tidak seperti polimer foam, metal foam akan tetap terdeformasi setelah benturan terjadi, oleh
karenanya hanya bisa digunakan sekali. Selain itu Closed-cell foams tetap memiliki sifat tahan api
dan mampu recycle namun memiliki kemampuan utuk mengapung di air.

Gambar 8. Closed cell aluminum foam
Aluminum foams umumnya dibuat dengan menginjeksikan gas, atau mencampurkan
foaming agent kedalam cairan logam. Normalnya gelembung gas yang terbentuk dalam logam cair
cenderung akan mengumpul dipermukaan karena gaya buoyancy yang timbul pada cairan
berdensitas tinggi. Kecenderungan mengapung ini dapat di hindari dengan meningkatkan viscositas
cairan logam dengan menambahkan serbuk ceramic halus atau menambah paduan unsur membentuk
partikel penstabil .
Cairan logam dapat dibusakan dengan tiga cara yaitu:
Dengan menginjeksikan gas
Menambahkan agent pembentuk gas;
Menimbulkan pengumpulan gas yang telah dilarutkan sebelumnya.
Untuk menstabilkan gelembung dalam cairan Al dibutuhkan foaming agent bertemperatur
tinggi (material berukuran nano atau mikro). Dimensi rongga bervariasi antara 1 mm 8 mm. Ketika
foaming agent digunakan penambahan dialkukan secara berkala dalam kondisi solid powder state.
Proses ini disebut "powder route" pada umumnya dilakukan dan dikontrol dengan metode sekala
industri. Setelah Aluminum serbuk dan foaming agent (TiH
2
) dicampur, dilakukan penekanan
sehingga terbentuk material padat yang kompak, berbentuk billet, sheet atau wire.
3. Kesimpulan
Aluminum foam adalah material logam dengan porositas tinggi yang disengaja dibentuk
untuk meningkatkan beberapa property mekanik kimia maupun fisik seperti densitas, kemampuan
penyerap energy kemampuan thermal dll. Struktur foam terbagi dua yaitu open cell dan closed cell.
Kedua tipe struktur ini memiliki proses pembuatan yang berbeda. Proses pembuatan terbagi dalam
dua kondisi yaitu solid (power metallurgy) dan liquid.








Biljana Matijasevic a, John Banhart, Improvement of aluminium foam technology by tailoring of blowing
agent, 2005
B. Jiang a, N.Q. Zhao a,, C.S. Shi a, X.W. Du a, J.J Li a, H.C. Man b, A novel method for making open
cell aluminum foams by powder sintering process, 2005
Jaime Lzaro, Eusebio Solrzano, Miguel Angel Rodrguez-Prez, Alternative carbonates to produce
aluminium foams via melt route, 2013
Kan-Sen Chou , Ming-An Song, A novel method for making open-cell aluminum foams with soft ceramic
balls, 2001
K. Kitazono *, E. Sato, K. Kuribayashi, Novel manufacturing process of closed-cell aluminum foam by
accumulative roll-bonding, 2003
Roudini Ghodratollah, Producing replicated open-cell aluminum foams by a novel method of melt
squeezing procedure, 2012
Yoshihiko Hangaia,, Kousuke Zushidaa, Osamu Kuwazurub, Nobuhiro Yoshikawac, Large-scale
aluminum foam plate fabricated by enhanced friction powder compaction
process based on sintering and dissolution process, 2014

Vous aimerez peut-être aussi