Vous êtes sur la page 1sur 10

ASKEP INTEGUMEN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Sistem integumen adalah sistem organ yang membedakan, memisahkan, melindungi, dan
menginformasikan terhadap lingkungan sekitarnya. Sistem ini seringkali merupakan bagian sistem organ
yang terbesar yang mencakup kulit, rambut, bulu, sisik, kuku, kelenjar keringat dan produknya
(keringat atau lendir). Kata ini berasal dari bahasa Latin "integumentum", yang berarti "penutup".
Secara ilmiah kulit adalah lapisan terluar yang terdapat diluar jaringan yang terdapat pada bagian
luar yang menutupi dan melindungi permukaan tubuh, kulit merupakan organ yang paling luas
permukaan yang membungkus seluruh bagian luar tubuh sehingga kulit sebagai pelindung tubuh
terhadap bahaya bahan kimia.
Cahaya matahari mengandung sinar ultra violet dan melindungi terhadap mikroorganisme serta
menjaga keseimbangan tubuh. misanya menjadi pucat, kekuning-kunigan, kemerah-merahan atau suhu
kulit meningkat.
Ganguan psikis juga dapat mengakibatkan kelainan atau perubahan pada kulit misanya karna stres,
ketakutan, dan keadaan marah akan mengakibatkan perubahan pada kulit wajah.

1.2 RUMUSAN MASALAH
1). Apa yang dimaksud dengan sistem integumen?
2). Apa fungsi dari sistem integumen?

1.3 TUJUAN
1). Untuk mengetahui tentang sistem integumen
2). Untuk mengetahui fungsi sistem integumen



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem Integumen
Kata ini berasal dari bahasa Latin "integumentum", yang berarti "penutup". Sistem integumen adalah
sistem organ yang membedakan, memisahkan, melindungi, dan menginformasikan terhadap lingkungan
sekitarnya. Sistem ini seringkali merupakan bagian sistem organ yang terbesar yang mencakup kulit,
rambut, bulu, sisik, kuku, kelenjar keringat dan produknya (keringat atau lendir).
Kulit merupakan organ tubuh paling besar yang melapisi seluruh bagian tubuh, membungkus
daging dan organ-organ yang ada di dalamnya. Luas kulit pada manusia rata-rata 2 meter persegi
dengan berat 10 kg jika ditimbang dengan lemaknya atau 4 kg jika tanpa lemak atau beratnya sekitar
16 % dari berat badan seseorang.
Kulit memiliki fungsi melindungi bagian tubuh dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar.
Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti pembentukan lapisan
tanduk secara terus menerus (keratinisasi dan pelepasan sel-sel kulit ari yang sudah mati), respirasi dan
pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan keringat serta pembentukan pigmen melanin untuk
melindungi kulit dari bahaya sinar ultra violet matahari.
Sifat-sifat anatomis dan fisiologis kulit di berbagai daerah tubuh sangat berbeda. Sifat-sifat anatomis
yang khas, berhubungan erat dengan tuntutan -tuntutan faali yang berbeda di masing-masing daerah
tubuh, seperti halnya kulit di telapak tangan, telapak kaki, kelopak mata, ketiak dan bagian lainnya
merupakan pencerminan penyesuaiannya kepada fungsinya masing - masing. Kulit di daerah -daerah
tersebut berbeda ketebalannya, keeratan hubungannya dengan lapisan bagian dalam, dan berbeda pula
dalam jenis serta banyaknya andeksa yang ada di dalam lapisan kulitnya.
Pada permukaan kulit terlihat adanya alur-alur atau garis-garis halus yang membentuk pola yang
berbeda di berbagai daerah tubuh serta bersifat khas bagi setiap orang, seperti yang ada pada jari-jari
tangan, telapak tangan dan telapak kaki atau dikenal dengan pola sidik jari (dermatoglifi).

2.1.1 Kulit
Kulit adalah lapisan terluar pada tubuh manusia. Kulit tersusun atas tiga lapisan, yaitu epidermis
(lapisan luar/kulit ari), dermis (lapisandalam/kulit jangat). Dan hipodermis (jaringan ikat bawah
kulit).
1) Epidermis
Epidermis yang merupakan lapisan terluar terdiri atas stratum korneum, stratum lusidum. stratum
granulosum, dan stratum germinativum. Stratum korneum tersusun dari sel-sel mati dan selalu
mengelupas. Stratum lusidum tersusun atas sel-sel yang tidak berinti danberfungsi mengganti stratum
korneum. Stratum granulosum tersusun atas sel-sel yang berintidan mengandung pigmen melanin.
Stratum germinativum tersusun atas sel-sel yang selalum embentuk sel-sel baru ke arah luar.
Stratum korneum, merupakan lapisan zat tanduk, mati dan selalu mengelupas.
Stratum lusidium, merupakan lapisan zat tanduk
Stratum granulosum, mengandung pigmen
Stratum germonativum, selalu membentuk sel-sel baru ke arah luar

2) Dermis
Lapisan ini mengandung pembuluh darah, akar rambut, ujung syaraf, kelenjar keringat, dan kelenjar
minyak. Kelenjar keringat menghasilkan keringat. Banyaknya keringat yang dikeluarkan dapat mencapai
2.000 ml setiap hai, tergantung pada kebutuhan tubuh dan pengaturan suhu. Keringat mengandung air,
garam, dan urea. Fungsi lain sebagai alat ekskresi adalah sebagai organ penerima rangsangan,
pelindung terhadap kerusakan fisik, penyinaran, dan bibit penyakit, serta untuk pengaturan suhu
tubuh. Pada suhu lingkunga tinggi (panas), kelenjar keringat menjadi aktif dan pembuluh kapiler di
kulit melebar. Melebarnya pembuluh kapiler akan memudahkan proses pembuangan air dan sisa
metabolisme. Aktifnya kelenjar keringat mengakibatkan keluarnya keringat ke permukaan kulit dengan
cara penguapan. Penguapan mengakibatkan suhu dipermukaan kulit turun sehingga kita tidak
merasakan panas lagi. Sebaliknya, saat suhu lingkungan rendah, kelenjar keringat tidak aktid dan
pembuluh kapiler di kulit menyempit. Pada keadaan ini darah tidak membuang sisa metabolisme dan
air, akibatnya penguapan sangat berkurang, sehingga suhu tubuh tetap dan tubuh tidak mengalami
kendinginan. Keluarnya keringat dikontrol oleh hipotamulus. Dermis terletak di bawah epidermis.
Lapisan ini mengandung akar rambut, pembuluh darah, kelenjar, dan saraf. Kelenjar yang terdapat
dalam lapisan ini adalah kelenjar keringat (glandula sudorifera) dan kelenjar minyak ( glandula
sebasea). Kelenjar keringat menghasilkan keringat yang di dalamnya terlarut berbagai macam garam.
terutama garam dapur. Keringat dialirkan melalui saluran kelenjar keringat dan dikeluarkan dari dalam
tubuh melalui poripori. Di dalam kantong rambut terdapat akar rambut dan batang rambut. Kelenjar
minyak berfungsi menghasilkan minyak yang berfungsi meminyaki rambut agar tidak kering. Rambut
dapat tumbuh terus karena mendapat sari-sari makanan pembuluh kapiler di bawah kantong rambut. Di
dekat akar rambut terdapat otot penegak rambut.

3) Hipodermis
Hipodermis terletak di bawah dermis. Lapisan ini banyak mengandung lemak. Lemak berfungsi sebagai
cadangan makanan, pelindung tubuh terhadap benturan, dan menahanpanas tubuh. kulit dapat
dibedakan yaitu;
a. Kulit Tebal
Tebal 0,8 mm 1,4 mm. Terdiri dari 5 lapisan. Dari bawah yaitu : Stratum Basale (Germinativum),
Stratum Spinosum, Stratum Granulosum, Stratum Lucidium, dan Stratum Corneum.
b. Kulit Tipis
Tebal 0,07 mm 0,12 mm. Memiliki 4 lapisan, tanpa Stratum Lucidium (Guton, Arthur C.), terdapat
pada bagian yang kekurangan rambut (telapak kaki dan telapak tangan).
Fungsi Kulit
Kulit pada manusia mempunyai fungsi yang sangat penting selain menjalin kelangsungan hidup secara
umum yaitu:
1. Fungsi proteksi (melindungi). Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisik atau
mekanis, misalnya terhadap gesekan, tarikan, gangguan kimiawi yang dapat menimbulkan iritasi (lisol,
karbol dan asam kuat). Gangguan panas misalnya radiasi, sinar ultraviolet, gangguan infeksi dari luar
misalnya bakteri dan jamur. Karena adanya bantalan lemak, tebalnya lapisan kulit dan serabut-serabut
jaringan penunjang berperan sebagai pelindung terhadap gangguan fisis. Melanosit turut berperan
dalam melindungi kulit terhadap sinar matahari dengan mengadakan tanning (pengobatan dengan asam
asetil).
2. Proteksi rangsangan kimia dapat terjadi karena sifat stratum korneum yang impermeabel terhadap
berbagai zat kimia dan air. Di samping itu terdapat lapisan keasaman kulit yang melindungi kontak zat
kimia dengan kulit. Lapisan keasaman kulit terbentuk dari hasil ekskresi keringat dan sebum yang
menyebabkan keasaman kulit antara pH 5-6,5. Ini merupakan perlindungan terhadap infeksi jamur dan
sel-sel kulit yang telah mati melepaskan diri secara teratur.
3. Fungsi absorbsi (menyerap). Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat,
tetapi cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitu juga yang larut dalam lemak.
Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2 dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil bagian pada
fungsi respirasi. Kemampuan absorbsi kulit dipengaruhi tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembapan dan
metabolisme. Penyerapan dapat berlangsung melalui celah di antara sel, menembus sel-sel epidermis,
atau melalui saluran kelenjar dan yang lebih banyak melalui sel-sel epidermis.
4. Fungsi kulit sebagai pengatur panas (regulasi) Suhu tubuh tetap stabil meskipun terjadi perubahan
suhu lingkungan. Hal ini karena adanya penyesuaian antara panas yang dihasilkan oleh pusat pengatur
panas, medula oblongata. Suhu normal dalam tubuh yaitu suhu viseral 36-37,5 derajat untuk suhu kulit
lebih rendah. Pengendalian persarafan dan vasomotorik dari arterial kutan ada dua cara yaitu
vasodilatasi (kapiler melebar, kulit menjadi panas dan kelebihan panas dipancarkan ke kelenjar
keringat sehingga terjadi penguapan cairan pada permukaan tubuh) dan vasokonstriksi (pembuluh
darah mengerut, kulit menjadi pucat dan dingin, hilangnya keringat dibatasi, dan panas suhu tubuh
tidak dikeluarkan).
Kulit melakukan peran ini dengan cara mengeluarkan keringat, kontraksi otot, dan pembuluh darah
kulit. Kulit kaya akan pembuluh darah sehingga memungkinkan kulit mendapat nutrisi yang cukup baik.
Tonus vaskular dipengaruhi oleh saraf simpatis (asetilkolin). Pada bayi dinding pembuluh darah belum
terbentuk sempurna sehingga terjadi ekstra cairan karena itu kulit bayi tampak lebih edema karena
lebih banyak mengandung air dan natrium.
5. Fungsi ekskresi. Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi atau zat sisa
metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat, dan amonia. Sebum yang diproduksi oleh kulit
berguna untuk melindungi kulit karena lapisan sebum (bahan berminyak yang melindungi kulit) ini
menahan air yang berlebihan sehingga kulit tidak menjadi kering. Produksi kelenjar lemak dan keringat
menyebabkan keasaman pada kulit.
6. Fungsi persepsi. Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Respons
terhadap rangsangan panas diperankan oleh dermis dan subkutis, terhadap dingin diperankan oleh
dermis, perabaan diperankan oleh papila dermis dan markel renvier, sedangkan tekanan diperankan
oleh epidermis. Serabut saraf sensorik lebih banyak jumlahnya di daerah yang erotik.
7. Fungsi pembentukan pigmen. Set pembentuk pigmen (melanosit) terletak pada lapisan basal dan
sel ini berasal dari rigi saraf. Melanosit membentuk warna kulit. Enzim melanosum dibentuk oleh alat
golgi dengan bantuan tirosinase, ion Cu, dan O2 terhadap sinar matahari memengaruhi melanosum.
Pigmen disebar ke epidermis melalui tangan-tangan dendrit sedangkan lapisan di bawahnya dibawa
oleh melanofag. Warna kulit tidak selamanya dipengaruhi oleh pigmen kulit melainkan juga oleh tebal-
tipisnya kulit, reduksi Hb dan karoten.
8. Fungsi keratinisasi. Keratinosit dimulai dari sel basal yang mengadakan pembelahan. Sel basal yang
lain akan berpindah ke atas dan berubah bentuk menjadi sel spinosum. Makin ke atas sel ini semakin
gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Semakin lama intinya menghilang dan keratonosit ini
menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung terus menerus seumur hidup. Keratinosit melalui
proses sintasis dan degenerasi menjadi lapisan tanduk yang berlangsung kira-kira 14-21 hari dan
memberikan perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis-fisiologik.
9. Fungsi pembentukan vitamin D. Dengan mengubah dehidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar
matahari. Tetapi kebutuhan vitamin D tidak cukup dengan hanya dari proses tersebut. Pemberian
vitamin D sistemik masih tetap diperlukan.

2.1.2 Rambut
Rambut adalah organ seperti benang yang tumbuh di kulit manusia. Rambut muncul dari epidermis
(kulit luar), walaupun berasal dari folikel rambut yang berada jauh di bawah dermis. Struktur mirip
rambut, yang disebut trikoma.
Fungsi rambut:
a) Isolator , pengatur suhu tubuh
b) Organ indera misalnya pada vibrissae atau rambut sinus.

2.1.3 Kuku
Kuku adalah bagian tubuh yang terdapat atau tumbuh di ujung jari. Kuku tumbuh dari sel mirip gel
lembut yang mati, mengeras, dan kemudian terbentuk saat mulai tumbuh dari ujung jari. Pertumbuhan
kuku 1 minggu 0,5 mm, kuku jari tangan tumbuh lebih cepat dibandingkakn kuku jari kaki.
Pertumbuhan kuku juga dipengaruhi oleh panas tubuh.
Nutrisi yang baik sangat penting bagi pertumbuhan kuku. Sebaliknya, kalau kekurangan gizi atau
menderita anoreksia nervosa, pertumbuhan kuku sangat lamban dan rapuh. Fungsi utama kuku adalah
melindungi ujung jari yang lembut dan penuh urat saraf, serta mempertinggi daya sentuh. Secara
kimia, kuku sama dengan rambut yang antara lain terbentuk dari keratin protein yang kaya akan sulfur.
Pada kulit di bawah kuku terdapat banyak pembuluh kapiler yang memiliki suplai
darah kuat sehingga menimbulkan warna kemerah-merahan. Seperti tulang dan gigi, kuku
merupakan bagian terkeras dari tubuh karena kandungan airnya sangat sedikit.

2.1.4 Kelenjar
Kelenjar adalah alat tubuh yang menghasilkan getah atau sekret tertentu.
a). Kelenjar keringat
Kelenjar keringat berupa saluran melingkar dan bermuara pada kulit ari dan berbentuk pori-pori halus.
Produksi keringat dimulai dari kapiler darah, kelenjar keringat menyerap air dengan larutan NaCl dan
sedikit urea. air beserta larutannya di keluarkan melalui pori-pori kulit, yaitu tempat air dikeluarkan
dan merupakan penyerapan panas tubuh. Kegiatan kelenjar keringat di bawah pengaruh pesat pengatur
suhu badan sistem saraf pusat, kecuali pengeluaran keringat yang tidak rutin. Sekresi kelenjar keringat
disebut keringat atau sudor. Secara histologis kelenjar keringat termasuk tipe tubuler bergelung dan
mirokrin.
Faktor- faktor yang mempengaruhi pengeluaran keringat, antara lain :
1. Pancaran terik matahari
2. Pada waktu berolah raga
3. Rangsangan saraf yang kuat, dan lain sebagainya.
Fungsi kelenjar keringat selain sebagai alat sekeresi juga berperan sebagai alat pengatur suhu
(thermoregulasi).
b). Kelenjar lemak atau kelenjar sebaceous
Kelenjar keringat menghasilkan minyak unuk mencegah kekeringan. pada kelenjar lemak terdapat butir
sekresi yang disebut sebolina. Secara histologi tergolong dalam tipe alveolar / achiner bergelung dan
holokrin, serta mempunyai fungsi sebagai proteksi.

2.2 Fungsi Sistem Integumen
a. Pelindung dari kekeringan, invasi mikroorganisme, sinar ultraviolet dan mekanik, kimia, atau suhu.
b. Penerima sensasi, sentuhan, tekanan, nyeri, dan suhu
c. Pengatur suhu, menurunkan kehilangan panas saat suhu dingin dan meningkatkan kehilangan panas
saat suhu panas
d. Fungsi metabolic, menyimpan energi melelui cadangan lemak, sintesis vitamin D.
e. Ekskresi dan absorpsi.

2.3 Kelainan sistem integumen
Ada beberapa kelainan sistem integumen diantaranya yaitu:
a. Varisela
Varisela merupakan suatu infeksiyang disebabkan oleh virus varisela zoester yang menyerang kulit dan
mukosa dengan kelainan berbentuk vasikula yang tersebar. Biasanya menyerang pada anak- anak ddan
bersifat mudah menular.
b. Herpes zoester
Herpes zoester (shingles, cacar monyet ) merupakan kelainan inflamatorik viral dimana virus
penyebabnya menyebabakan erupsi vesikular yang terasa nyeri disepanjang distribusi saraf sensorik dari
satu atau lebih ganglion posterior. Infeksi ini disebabkan oleh virus varisela, yang dikenal sebagai virus
varisela- zoester. Virus ini merupakan anggota kelompok virus DNA. Virus cacar air dan herpes zoester
tidak dapat dibedakan sehingga diberi nama virus varisela- zoester.
c. Impetigo
Impetigo merupakan penyakit infeksi piogenik pada kulit yang bersifat superfisial, mudah menular yang
disebabkan oleh Staphilococcus dan streptococcus.
d. Folikulitis
Folikulitis adalah respon peradangan pada folikel rambut akibat infeksi folikel rambut atau satu folikel
rambut.
e. Selulitis
Selulitis merupakan implamasi jaringan subkutan dimana proses implamasi, yang umumnya dianggap
sebagai penyebab adalah bakteri s. Aureus dan atau streptococcus.
f. Akne vulgaris ( jerawat )
Akne vulgaris merupakan kelainan folikuler umum yang mengenai folikel pilosebasea (folikel rambut)
yang rentan dan paling sering ditemukan didaerah muka, leher, serta badan bagian atas.
g. Tinea korporis
Tinea korforis adalah infeksi dermatofit pada kulit tubuh tidak berambut yaitu selangkangan, telapak
tangan, dan telapak kaki.


BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN


1.1 PROSES KEPERAWATAN PASIEN HERPES ZOESTER
3.1.1 Pengertian
Herpes zoester (shingles, cacar monyet ) merupakan kelainan inflamatorik viral dimana virus
penyebabnya menyebabakan erupsi vesikular yang terasa nyeri disepanjang distribusi saraf sensorik dari
satu atau lebih ganglion posterior. Infeksi ini disebabkan oleh virus varisela, yang dikenal sebagai virus
varisela- zoester. Virus ini merupakan anggota kelompok virus DNA. Virus cacar air dan herpes zoester
tidak dapat dibedakan sehingga diberi nama virus varisela- zoester.
Patogenesis herpes zoeser belum seluruhnya dapat diketahui. Selama terjadi varisela, virus varisela
zoester berpindah tempat dari lesi kulit dan permukaan mukosa ke ujung saraf sensorik dan
ditransportasikan secara sentripetal melalui serabut sarf sensori ke ganglion sensori. Pada ganglion
terjadi infeksi laten, virus tersebut tidak lagi menular dan tidak bermultiplikasi, tetapi tetap
mempunyai kemampuan untuk berubah menjadi infeksius. Herpes zoester pada umumnya terjadi
dermatom sesuia dengan lokasi ruam varisela yang terpadat. Aktivasi virus varisela zoester laten diduga
karena keadaan tertentu yang berhubungan dengan imunosupresidan imunitas selular yang merupakan
faktro penting untuk pertahanan pejamu terhadap infeksi endogen.
Komplikasi herpes zoester dapat terjadi pada 10- 15% kasus, komplikasi yang terbanyak adalah
neuralgia pasca- herpatik yaitu berupa ras nyeri yang persisten setelah krusta terlepas. Komplikasi
jarang terjadi pada usia dibawah 40 tahun, tetapi hampir 1/3 kasus terjadi pada usia diatas 60 tahun.
Penyebaran dari ganglion yang terkena secara langsung atau lewat aliran darah sehingga terjadi herpes
zoester generalisata. Hal ini dapat terjadi oleh karena defek imunologi karena keganasan atau
pengobatan imunosupresi.
3.1.2 Etiologi
Herpes zoester disebabkan oleh infeksi vorus varisela zoester (VVZ) dan tergolong virus berinti DNA.
Virus ini berukuran 140-200 nm, yang termasuk subfamily alfa herpes viridae. Berdasarkan sifat
biologisnya seperti siklus replikasi, penjamu, sifat sitotoksik, dan sel tempat hidup laten
diklasifikasikan kedalam 3 subfamili yaitu alfa, beta, dan gama. VVZ dalam subfamili alfa mempunyai
sifat khas menyebakan infeksi primer pada sel efitel yang menimbulkan lesi vaskuler. Selanjutnya
setelah infeksi primer, infeksi oleh virus herpes alfa biasanya menetap dalam bentuk laten di dalam
neuron dari gangglion. Virus yang laten ini pada saatnya akan menimbulkan kekambuhan secara
periodik. Secara in vitro virus herpes alfa mempunyai jajaran penjamu yang reatif luas dengan siklus
pertumbuhan yang pendek, serta mempunyai enjim yang penting untuk reflikasi meliputi virus spesifik
DNA polimerase dan virus spesifik deoxipidine (thinidine) kinase yang disintesis di dalam sel yang
terinfeksi.
3.1.3 Patofisiologi
Sesudah seseorang menderita cacar air, virus varisela zoester yang diyakini sebagai penyebab
terjadinya penyakit ini hidup secara inaktif (dormant) di dalam sel-sel saraf di dekat otak dan medula
spinalis. Kemudian hari ketika virus yang laten ini mengalami reaktifasi, virus tersebut berjalan lewat
saraf perifer ke kulit. Virus virasela yang yang dorman diaktifkan dan timbul vesikel-vesikel meradang
unirateral disepanjang satu dermatom. Kulit disekitarnya mengalami edema dan pendarahan. Keadaan
ini biasanya didahului atau disertai nyeri hebat dan atau rasa terbakar.
Meskipun setiap saraf terkena, tetapi saraf torakal, lumbal, atau kranial agaknya paling terserang.
Herpes zoester dapat berlangsung selama kurang lebih 3 minggu.













Adanya keterlibatan saraf perifer secara lokal memberikan respon nyeri, kerusakan intregitas jaringan
terjadi akibat adanya vesikula. Respon sistemik memberikan manipestasi peningkatan suhu tubuh,
perasaan tidak enak badan, dan gangguan gastrointestinal. Respon psikologis pada kondisi adanya lesi
pada kulit memberikan respon kecemasan dan gangguan gambaran diri.
3.1.4 Pengkajian
Pengkajian keperawatan yang didapat biasanya sesuai dengan fase dari Herpes zoester, yang terdiri
atas fase prodromal dan fase erupsi kulit.
A. Fase Prodromal
1. Keluhan biasanya diawali dengan gejala prodromal yang berlangsung selama 1-4 hari.
2. Gejala yang memengaruhi tubuh: demam, sakit kepala, fatigue, malaise, nausea, kemerahan,
nyeri, (rasa terbakar atau tertusuk), gatal dan kesemutan.
3. Nyeri bersifat segmental dan dapat berlangsung terus-menerus atau hilang timbul. Nyeri juga bias
terjadi selama erupsi kulit.
4. Gejala yang mempengaruhi mata: berupa kemerahan, sensitive terhadap cahaya, pembengkakan
kelopak mata, kekeringan mata, pandangan kabur, penurunan sensasi penglihatan, dan lain-lain.

B. Fase Erupsi Kulit
1. Kadang terjadi limfa denopati regional.
2. Erupsi kulit hampir selalu unilateral dan biasanya terbatas pada daerah yang dipersarafi oleh satu
ganglion sensorik. Erupsi dapat terjadi di seluruh bagian tubuh, yang tersering di daerah ganglion
torakalis.
3. Lesi dimulai dengan macula eritroskuamosa, kemudian terbentuk papul-papul dalam waktu 12-24
jam lesi berkembang menjadi vesikel. Pada hari ketiga berubah menjadi pastul yang akan mengering
menjadi krusta dalam 7-10 hari. Krusta dapat bertahan 2-3 minggu kemudian mengelupas. Pada saat ini
nyeri segmental juga menghilang.
4. Lesi baru dapat muncul sampai hari ke 4 dan kadang-kadang sampai hari ke-7.
5. Erupsi kulit yang berat dapat meninggalkan macula hiperpigmentasi dan jaringan parut (pitted
scar)
6. Pada lansia biasanya mengalami lesi yang lebih parah dan mereka lebih sensitive terhadap nyeri
yang dialami.

3.1.5 Pengkajian Diagnostik
Tujuan dari pengkajian diagnostic adalah dilakukan untuk membedakan dari Impetigo,
kontakdermatitis, dan herpes simpleks. Pengkajian diagnostic yang bias dilakukan, meliputi hal-hal
berikut ini.
1. Tzanck Smear : mengidentifikasi virus tetapi tidak dapat membedakan herpes zoester dan herpes
simpleks.
2. Kultur dari cairan vesikel dan tesantibody : digunakan untuk membedakan diagnosis herves virus.
3. Immuno fluorocestent : mengidentifikasi varisella di sel kulit.
4. Pemeriksaan histopatologik.
5. Pemeriksaan mikroskop electron.
6. Kultur virus.
7. Identifikasi antigen/ asamnukleat VVZ.
8. Deteksi antibody terhadapinfeksi virus.

3.1.6 Pengkajian Penatalaksanaan Medis
Tujuan tatalaksana herpes zoester adalah untuk meredakan rasa nyeri dapat mengurangi atau
menghindari komplikasi. Rasa nyeri dikendalikan dengan pemberian analgesic karena pengendalian
nyeri yang adekuat selama fase akut akan membantu mencegah terbentuknya pola nyeri yang
persisten.
Bila saraf oftalmikus cabang dari saraf trigeminus terkena, maka harus dirujuk pada seorang dokter ahli
penyakit mata karena dapat terjadi perforasi kornea akibat infeksi tersebut. Pemberian kortikosteroid
sistemik dini dapat membantu mencegah timbulnya neuralgia post-herpetika. Asiklovir oral 800 mg 5
kali sehari selama 10 hari dapat mempersingkat lama infeksi herpes zoester.
3.1.7 Diagnosis keperawatan
1. Nyeri b.d respons inflamasi lokal sekunder dari keusakan saraf perifer kulit
2. Ketidakseimbangan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake nutrisi tidak adekuat,
respons sekunder dari mual, muntah, dan anoreksia
3. Hipertermi b.d respons inflamasi sistemik
4. Gangguan gambaran diri b.d perubahan struktur kulit
5. Kebutuhan pemenuhan informasi b.d tidak adekuatnya sumber informasi ketidaktahuan program
perawatan dan pengobatan
3.1.8 Rencana keperawatan

Ketidakseimbangan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake nutrisi tidak adekuat sekunder
dari mual,muntah,anoreksia.
Tujuan: dalam waktu 3x 24 jam setelah diberikan asupan nutrisi pasien terpenuhi
Kriteria evaluasi:
Pasien dapat mempertahankan status malnutrisi yang adekuat
Pernyataan motivasi kuat untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya
Tidak terjadi penurunan berat badan lebih dari kg dalam 3 hari
Intervensi Rasional
Kaji status nutrisi pasien, turgor kulit, berat badan, dan derajat penurunan berat badan, integritas
mukosa oral, kemampuan menelan, riwayat mual/muntah, dan diare. Memvalidasi dan menetapkan
derajat masalah untuk menetapkan pilihan intervensi yang tepat
Fasilitas pasien memperoleh diet biasa yang disukai pasien (sesuai indikasi) Memperhitungkan
keinginan individu dapat memperbaiki memperbaiki asupan nutrisi.
Pantau intake dan output, timbang berat badan secara periodik (sekali seminggu) Berguna dalam
mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan
Lakukan dan ajarkan perawatan mulut dan sesudah makan,serta sebelum dan sesudah
intervensi/pemeriksaan per oral Menurunkan rasa tak enak karena sisa makanan,sisa sputum atau
obat untuk pengobatan sistem respirasi yang dapat merangsang pusat muntah
Fasilitas pemberian diet TKTP berikan dalam porsi kecil tapi sering. Memaksimalkan asupan nutrisi
tanpa kelelahan dan energi besar serta menurunkan iritasi saluran cerna.
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetapkan komposisi dan jenis diet yang tepat Merencanakan diet
dengan kandungan nutrisi yang adekuat untuk memenuhi peningkatan kebutuhan energi dan kalori
sehubungan dengan status hipermetabolik pasien.
Kolaborasi untuk pemberian multivitamin Multivitamin bertujuan untuk memenuhi kebutuhan vitamin
yang tinggi respons sekunder dari peningkatan laju metabolisme umum.


Kebutuhan pemenuhan informasi b.d tidak adekuatnya sumber informasi, ketidaktahuan program
perawatan dan pengobatan
Tujuan : terpenuhinya pengetahuan pasien tentang kondisi penyakit
Kriteria evaluasi :
Mengungkapkan pengertian tentang proses infeksi, tindakan yang dibutuhkan dengan kemungkinan
komplikasi
Mengenal perubahan gaya hidup / tingkah laku untuk mencegah terjadinya komplikasi
Intervensi Rasional
Beritahukan pasien / orang terdekat mengenai dosis,aturan, dan efek pengobatan, diet yang dianjurkan
serta pembatasan aktivitas yang dapat dilakukan. Informasi dibutuhkan untuk meningkatkan
perawatan diri, untuk menambah kejelasan efektivitas pengobatan dan mencegah komplikasi
Jelaskan tentang pentingnya pengobatan antivirus Pemberian antivirus dirumah dibutuhkan untuk
mengurangi invasi virus pada kulit
Meningkatkan cara hidup sehat seperti intake makanan yang baik keseimbangan antara aktivitas dan
istirahat, monitor status kesehatan dan adanya infeksi Meningkatkan sistem imun dan pertahanan
terhadap infeksi.
Beritahu pasien bahwa mereka dapat menulari orang lain Dengan mengetahui kondisi ini, maka perlu
diperhatikan tindakan higienis rutin sepeti pemakaian alat pribadi.
Identifikasi sumber- sumber pendukung yang memungkinkan untuk mempertahankan perawatan
dirumah yang dibutuhkan Keterbatasan aktivitas dapat dapat mengganggu kemampuan pasien untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari
Ajarkan cara menggunakan obat Pada stadium vesikel diberi bedak salicyl 2% atau bedak kocok
khusus untuk kelamin bertujuan mencegah vesikel pecah. Bila vesikel pecah dan basah, diberikan
kompres terbuka dengan larutan antiseptik atau kompres dingin dengan larutan NaCl 3 kali sehari
selama 20 menit. Apabila lesi berkusta dan agak basah dapat diberikan salep antibiotik
(basitrasin/polysporin) untuk mencegah infeksi sekunder selama 3 kali sehari.

3.1.9 Evaluasi
1. Terjadi penurunan respons nyeri
2. Asupan nutrisi terpenuhi
3. Terjadi penurunan suhu tubuh dalam batas normal
4. Peningkatan gambaran diri ( citra diri )
5. Terpenuhnya informasi kesehatan

Vous aimerez peut-être aussi