Vous êtes sur la page 1sur 34

Makalah

Aditif Manufacturing
RAPID PROTOTYPING




Oleh:
1. MEIKI ERU PUTRA (1021223001)
2. ANGGA AFRINALDI (1021223007)




Dosen:
Prof. Dr. Eng. H. Gunawarman, MT










Program Studi Megister Teknik Mesin
Pascasarjana
Universitas Andalas
2012

BAB I.
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pengembangan produk oleh perusahaan manufaktur merupakan sebuah
keharusan untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Beberapa perusahaan
manufaktur melakukan pengembangan produk, yaitu proses dimana konsep
produk harus diterjemahkan dari gambar teknik menjadi produk fisik.
Pembuatan produk fisik model pertama atau prototype dinamakan prototyping.
Prototyping adalah salah satu jenis proses manufaktur jenis Aditif
Manufakturing yang sangat penting karena merupakan makna terakhir dalam
verifikasi bentuk, kesesuaian, dan fungsi produk. Prototype dibuat dalam volume
sedikit dengan biaya tinggi karena semua biaya tool digabungkan pada
prototype yang jumlahnya sedikit. Fabrikasi dengan tool khusus (seperti: pattern
atau molds untuk casting, dies untuk forming, fixture untuk machining)
memerlukan waktu yang lama untuk membuat dan menguji prototype.
Rapid prototyping merupakan metode yang membantu dalam proses
pengembangan produk yang mudah dan cepat, sehingga dapat mempengaruhi
kepuasan customer dan keuntungan perusahaan adalah terbantu dalam
mendapatkan produk untuk pasar pertama. Wholers [2] melakukan survey, dan
menemukan bahwa sekitar 23,4% produk RP digunakan sebagai alat peraga,
sedangkan 27,5% digunakan sebagai master pola pada proses kedua
manufaktur dan untuk direct tooling. Industri menggunakan 15,6% untuk fit dan
assembly test, 16,1% untuk test fungsional dan sisanya untuk quoting,
proposal, dan evaluasi ergonomi.
Teknologi Rapid Prototyping dengan metoda lapisan memungkinkan
pembuatan produk (prototype produk) secara langsung. Bentuk morphology
dari produk dapat direkam dengan peralatan optik atau Computerised
Tomography Scan (CT scan) dan kemudian data ini dikonversikan menjadi
sebuah model komputer atau CAD. Setelah sebuah model dihasilkan, maka
model dapat diolah sesuai keinginan sebelum di buat secara langsung dengan
teknik manufaktur lapisan. Teknologi RP telah banyak diaplikasikan diberbagai
bidang seperti dapat ditemukan pada produk aerospace, automotive, perhiasan,
peralatan rumah tangga, electrical dan elctronic serta biomedical.
Oleh Karena itu, pada makalah ini kami akan membahas mengenai Aditif
Manufacturing khususnya mengenai Rapid Prototyping yang saaat ini sedang
berkembang pesat seiring dengan perkembangan teknologi komputer yang
sangat berpengerauh pada perkembangan proses manufaktur ini.
1.2 Batasan Masalah
Ada beberapa permasalahan yang akan dibahas pada makalah ini antara lain:
1. Pengenalan tentang Aditif Manufacturing khususnya Rapid Prototyping
2. Jenis-jenis metoda Rapid Prototyping beserta keunggulan dan kekuranganya
3. Prisinsip kerja dari tiap jenis Rapid Prototyping
4. Contoh pnerapan teknologi Rapid Prototyping
1.3 Tujuan
Melalui penyusunan makalah dengan melakukan survei terhadap dokumen-
dokumen sekunder seperti: tulisan ilmiah, laporan resmi, dan halaman website
untuk memahami proses manufaktur terutama Rapid Protoyping dilihat dari
aspek definisi, ruang lingkup, sintesis, karakterisasi dan potensinya diharapkan
mampu mencapai tujuannya dalam penulisan makalah ini yaitu memberikan
pengenalan berhubungan dengan proses manufaktur, terutama Rapid
Prototyping.
1.4 Manfaat
Penyusunan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa
informasi tentang perkembangan ilmu pengetahuan terutama dibidang Proses
manufaktur khususnya Rapid Prototyping.








BAB II.
RAPID PROTOTYPING


2.1 Gambaran Umum Aditif Manufacturing

Aditif Manufacturing atau sering juga disebut dengan 3D Printing adalah
proses pembuatan tiga dimensi benda padat dari file digital. Aditif manufacturing
dicapai dengan menggunakan proses aditif, di mana sebuah objek dibuat dengan
meletakkan lapisan yang berurut berasal dari bahan tertentu. Aditif
Manufactuirng dianggap berbeda dari teknik mesin tradisional (proses subtraktif)
yang sebagian besar bergantung pada penghapusan materi oleh pengeboran,
pemotongan dll. Aditif Manufacturing biasanya dilakukan menggunakan printer
bahan, dan sejak tahun 2003 telah ada pertumbuhan besar dalam penjualan
mesin-mesin. Selain itu, biaya 3D Printing telah turun. teknologi ini juga
ditemukan penggunaan di bidang perhiasan, sepatu, desain, industri arsitektur,
teknik dan konstruksi (AEC), otomotif, dirgantara, industri gigi dan medis,
pendidikan, sistem informasi geografis, teknik sipil, dan banyak lainnya [1].

Gambar 1. Salah satu jenis Printer 3D.
Aditif manufaktur (AM) juga dikenal sebagai cetak 3D didefinisikan oleh
ASTM sebagai proses "pengabungan meterial untuk membuat objek dari data
model 3D, biasanya berlapis-lapis, yang bertentangan dengan metodologi
manufaktur subtraktif, seperti mesin tradisional. Selain aditif manufakturing
memilki sinonim yang sama dengan additive fabrication, additive processes,
additive techniques, additive layer manufacturing, layer manufacturing dan
freeform fabrication". Pembuatan aditif menjelaskan istilah teknologi yang dapat
digunakan di mana saja di seluruh siklus hidup produk dari pra-produksi (yaitu
rapid prototyping) untuk produksi skala penuh (juga dikenal sebagai rapid
manufacturing) dan bahkan untuk aplikasi perkakas atau kustomisasi pasca
produksi [1].

2.2 Rapid Protoyping
Rapid Prototyping (RP) dapat didefinisikan sebagai metode-metode yang
digunakan untuk membuat model berskala (prototipe) dari mulai bagian suatu
produk (part) ataupun rakitan produk (assembly) secara cepat dengan
menggunakan data Computer Aided Design (CAD) tiga dimensi. Rapid
Prototyping memungkinkan visualisasi suatu gambar tiga dimensi menjadi benda
tiga dimensi asli yang mempunyai volume. Selain itu produk-produk rapid
prototyping juga dapat digunakan untuk menguji suatu part tertentu. Metode RP
pertama ditemukan pada tahun 1986 di California, USA yaitu dengan metode
Stereolithography. Setelah penemuan metode tersebut berkembanglah berbagai
metode lainnya yang memungkinkan pembuatan prototipe dapat dilakukan
secara cepat [2].
Prototype dapat didefenisikan sebagai perkiraan sebuah produk (sistem)
atau komponenkomponennya dalam bentukbentuk tertentu untuk maksud
tetentu di dalam penerapannya [Chua 2003]. Defenisi ini sangat umum sehingga
mencakup semua jenis prototype yang digunakan dalam sebuah proses
pengembangan produk seperti model matematika, sketsa, model yang terbuat
dari dari gabus, plastik atau kayu dan model fisik yang dapat difungsikan seperti
produknya. Defenisi umum dari prototype mengandung tiga aspek yang menjadi
perhatian yaitu penggunaan, bentuk dan tingkat pendekatan dari prototype ke
produk.

Gambar 2. The first workingstereolithography system, invented by Chuck Hull.
Photo by 3D Systems, circa 1986.
Rapid Prototyping (RP) merupakan teknik untuk membuat bentuk produk
secara bertahap atau penambahan material. Cara ini berbeda dengan teknik
yang digunakan pada proses pembentukan dan proses pemesinan. RP
memberikan keuntungan pada tahap permulaan dari proses perancangan
produk. Dengan menggunakan model CAD tiga dimensi yang disimpan dalam file
dengan format CAD tiga dimensi seperti STL (STereoLithography),
memungkinkan sebuah komponen dengan bentuk yang komplek untuk dibuat
tanpa menggunakan peralatan dan alat bantu (tool dan fixture) yang spesial.
Model CAD tiga dimensi kemudian di iris menjadi bagianbagian penampang dua
dimensi produk. Selanjutnya mesin rapid prototyping memproduksi masing-
masing bagian penampang dua dimensi dari model tersebut secara bertahap
menjadi produk lengkap. Satu irisan penampang dua dimensi merupakan satu
lapisan [4].
Sebuah prototype adalah bagian yang penting dan sangat vital dari
sebuah proses pengembangan produk (product development) seperti sebagai
bahan percobaan dan pembelajaran ketika merancang sebuah produk, untuk
pengujian dan pembuktian ide, sarana untuk komunikasi, interaksi dan
mendemonstrasikan ide, sebagai bahan sintesa keseluruhan produk dan
pengujian apakah produk setelah diintegrasikan secara keseluruhan akan
berfungsi atau tidak, serta untuk membantu perencanaan waktu (scheduling)
proses pengembangan produk [4].
Cara yang dipakai untuk membuat prototype dapat dikategorikan menjadi
tiga yaitu cara manual, soft atau virtual prototyping dan rapid prototyping (RP).
Cara manual membutuhkan waktu yang lama karena hanya mengandalkan
keterampilan manual manusia, sedangkan cara virtual prototyping, walaupun
telah menggunakan komputer seperti CAD/CAE/CAM dalam pengembangan ide
tetapi masih membutuhkan keterampilan manual manusia untuk membuat model
akhir. Sedangkan prototype yang dibuat dengan teknologi rapid prototyping akan
menghasilkan prototype dengan cepat, sehingga peranan dari prototype ini di
dalam proses pengembangan produk akan lebih cepat dicapai dan efektif [4].
Saat ini, pembuatan prototipe menjadi syarat tersendiri pada beberapa
perusahaan dalam upaya penyempurnaan produknya. Beberapa alasan mengapa
rapid prototyping sangat berguna dan diperlukan dalam dunia industri adalah:
Meningkatkan efektifitas komunikasi di lingkungan industri atau dengan
konsumen.
Mengurangi kesalahan-kesalahan produksi yang mengakibatkan
membengkaknya biaya produksi.
Mengurangi waktu pengembangan produk.
Meminimalisasi perubahan-perubahan mendasar.
Memperpanjang jangka pakai produk misalnya dengan menambahkan
beberapa komponen fitur atau mengurangi fitur-fitur yang tidak
diperlukan dalam desain.
Rapid Prototyping mengurangi waktu pengembangan produk dengan
memberikan kesempatan-kesempatan untuk koreksi terlebih dahulu terhadap
produk yang dibuat (prototipe). Dengan menganalisa prototipe, insinyur dapat
mengkoreksi beberapa kesalahan atau ketidaksesuaian dalam desain ataupun
memberikan sentuhan-sentuhan engineering dalam penyempurnaan produknya.
Saat ini tren yang sedang berkembang dalam dunia industri adalah
pengembangan variasi dari produk, peningkatan kompleksitas produk, produk
umur pakai pendek, dan usaha penurunan biaya produksi dan waktu pengiriman.
Rapid prototyping meningkatkan pengembangan produk dengan
memungkinkannya komunikasi yang lebih efektif dalam lingkungan industri.
Tentu saja rapid prototyping tidak sempurna. Volume komponen biasanya
terbatas sampai 0,125m3 atau kurang, tergantung dari mesin rapid prototyping-
nya. Prototipe logam baiasnya sulit dibuat sehingga masih sering dugunakan
metode pembuatan konvensional. Terlepas dari keterbatasan ini, rapid
prototyping merupakan teknkology yang luar biasa dan revolusioner dalam
bidang proses produksi(manufaktur).

2.2.1 Metode
Saat ini lebih dari 20 perusahaan yang menawarkan sistem rapid
prototyping. Metoda yang digunakan oleh perusahan tersebut umumnya dapat
diklasifikasikan menjadi kategori berikut ini: penyinaran (photo-curing),
pemotongan dan perekatan/penyambungan (cutting and gluing/joining),
peleburan dan menjadikan ke bentuk padat (melting and solidifying/fusing) dan
penyambungan (joining/binding).
Material awal yang digunakan dalam proses rapid prototyping dapat
berupa padat, cair atau serbuk. Material dengan kondisi padat dapat berupa
butiran (pellet), kawat dan lembaran tipis.

Tabel. 1 Jenis Aditif Manufacturing dan material yang digunakan [1].
Additive technologies Base materials
Selective laser sintering (SLS) Thermoplastics, metals powders, ceramic powders
Direct metal laser sintering (DMLS) Almost any alloy metal
Fused deposition modeling (FDM) Thermoplastics, eutectic metals
Stereolithography (SLA) photopolymer
Laminated object
manufacturing (LOM)
Paper, foil, plastic film
Electron beam melting (EBM) Titanium alloys
Powder bed and inkjet head 3d
printing Plaster-based 3D printing
(PP)
Plaster, Colored Plaster

2.2.2 Proses-proses Dasar
Meskipun beberapa teknik prototype telah ada, secara umum proses
prototype terdiri dari 5 urutan proses yang sama yaitu:
1. Membuat model dalam CAD
2. Mengubah model CAD kedalam model dengan format STL
3. Memotong (slice) file STL kedalam thin cross-sectional layers
4. Membuat model satu lapisan-lipsian puncak satu sama lain(one layer a top
another)
5. Membersihkan dan menyelesaikan model.

Gambar 3. Tahapan Proses Rapid Prototyping.
1. 3D Modeling
Pertama-tama objek dibuat sebagai model dalam computer (CAD). Solid
Modeler seperti CATIA, Pro/ENGINEER cenderung merepresentasikan model 3D
dengan akurat dibandingkan dengan wire-frame modeler.
2. Data Converstion
Beberapa jenis program CAD menggunakan alogaritma yang berbeda
untuk merepresentasikan objek solid. Sehingga untuk membuat konsisten maka
format STL (stereolithography, teknik pertama rapid prototyping) harus diadopsi
kedalam standar industry rapid prototyping.
3D
Modeling
Data
Convertion
Data
Transmition
Checking
File
Preparing Buliding
Post
Prosesing
3. Data Transmition
Pada tahapan ini dilakukan pemindahan data file berektensi STL yang
berada pada computer unit perncangan ke kompter unit mesin additiv
manufacturing untuk melakukan proses selanjutnya.
4. Checking File
Pada tahapan ini dilakukan validasi model tiga dimensi CAD suatu parts,
seperti memastikan bentuknya solid. Dalam STL file, program mengidenstifikasi
objek perlayer dalam sumbu Z. tetapi biasanya prototipe kurang akurasi dalam
arah sumbu Z dibandingkan dengan arah dalam bidang X dan Y, sehingga file
dalam bentuk layer bisa dipotong(slice) sebagian sehingga dapat mengurangi
waktu proses. Program dalalm file STl dapat diubah bentuk layernya dari 0,01
mm menjadi 0,7mm, tergantung dari teknik pembuatannya. Masing-masing
produsen mesin rapid prototyping menyediakan software-softawre pemrosesnya.
5. Preparing
Pada tahapan ini model yang akan di fabrikasi kemudian dianalisa dan
model dipotong-potong menjadi banyak bagian cross-section 2D dg ketebalan
yang ditentukan. Model kemudian diorientasikan terhadap ruang pembuatan,
dengan mempertimbangkan waktu pembuatan dan kualitas permukaan.
Beberapa model dapat digabung menjadi satu bangunan asembly untuk efisiensi
penggunaan mesin dan material. Berdasarkan pada persyaratan prosesnya, jika
diperlukan, dukungan struktur dapat ditambahkan ke model.

Gambar 4. Cross-section 2D Model.
6. Building
Tahap selanjutnya adalah pembuatan komponen (prototype) dengan
lapisan- lapisan (layer by layer) dari bahan polimer, kertas atau serbuk logam.
Sebagian besar mesin bekerja secara otomatis.

Gambar 5. Contoh proses pembuatan dengan lapisan demi lapisan (layer
by layer [1].
6. Post Processing
Pada tahapan akhir ini prototype dikeluarkan dari mesin aatu melepaskan
dari komponen-komponen pendukungnya. Setelah itu biasanya diperlukan
photosensitive agar produk bisa dugunakan dengan aman. Prototipe juga
terkadang masih membutuhkan perbersihan, pembuangan material yang berlebih
dari dimensi yang tidak diinginkan, dan perlakuan permukaan seperti Sanding,
sealing dan atau painting untuk memberikan tampilan yang baik dan ketahanan
yang tinggi, dll.
Perencanaan proses dilakukan untuk memilih parameter proses dan
pembuatan instruksi control untuk fabrikasi parts. Umumnya desainer
menyelesaikan perencanaan proses dengan mempelajari part dan persyaratan
kualitas, yang tentunya sangat memakan waktu. Oleh karena itu, disini butuh
untuk otomatisasi proses. Ini dapat dicapai dengan manghubungkan pemahaman
desainer dan membuat keputusan dengan proses fisik untuk membuat parts
dengan kualitas yang diinginkan. Otomasi perencanaan proses juga salah satu
tujuan dasar RP, yaitu :
1. Untuk membuat bentuk 3D complek.
2. Untuk menggunakan mesin fabrikasi generic yang tidak membutuhkan
part fixture khusus atau tooling.
3. Untuk membuat perencanaan proses secara otomatis didasarkan pada
model CAD.
4. Untuk meminimalkan kesalahan manusia.
Gambar 6. Proses pengembangan produk dengan cara tradisonal dan Rapid
Prototyping

2.2.3 Apilikasi Rapid Prototyping
Sebagain besar aplikasi dari rapid prototyping ini digunakan untuk direct
tooling, yaitu pengembangan proses pembuatan produk. Dengan metode ini
maka biaya produksi dan waktu produksi dapat ditekan dengan bantuan model 3
dimensi yang akan memberikan masukan atau input permasalahan yang
mungkin timbul dalam proses manufakturingnya. Alat peraga merupakan media
komunikasi efektif dalam dunia bisnis, dimana konsumen dapat berinteraksi
langsung dengan barang atau produk yang ingin dibeli sehingga akan
meningkatkan kepuasan konsumen.
Dalam beberapa kasus model 3-dimensi (3D) dimanfaatkan untuk simulasi
untuk process pembedahan craniofaciall, orthog-naptic, preprosthetic, dental
implant dan orthopedic. Hal ini bermanfaat untuk perencanaan process
pembedahan tersebut sehingga diperoleh proses pemulihan yang lebih optimal.
Proses operasi pembedahan adalah hal yang sulit dan rumit dan memerlukan
perhatian banyak aspek, oleh karena itu diperlukan simulasi untuk menentukan
rencana pembedahan dengan menggunakan alat peraga yang sama seperti
anatomi pasien. Simulasi ini juga diperlukan untuk mengantisipasi kesulitan-
kesulitan yang mungkin terjadi.


Gambar 7. Contoh Prototype hasil proses Prototyping.
Salah satu teknik yang dapat membantu membuat alat peraga untuk simulasi
yang identik dengan anatomi pasien adalah proses rapid prototyping. Teknik ini
pada lebih dikenal dengan istilah medical rapid prototyping (MRP) karena
diaplikasikan dalam bidang medis atau kedokteran. MRP ini diperkenalkan
pertama diperkenalkan oleh makkowich dan tim pada tahun 1990.
Perkembangan teknik ini didukung dengan dengan peningkatan pada teknologi
pencitraan pada bidang kedokteran, perangkat keras komputer (hardware) dan
program pemroses gambar 3D (software), teknologi manufaktur dan teknologi
pembedahan (surgery).

2. 2.4 Klasifikasi Sistem Rapid Prototyping
Ada banyak cara untuk mengklasifikasikan macam-macam sistem RP,
salah satu cara yang paling baik adalah pengklasifikasian berdasarkan bentuk
awal dari material yang digunakan untuk membuat prototype. Dengan cara ini
sistem RP dapat dikategorikan menjadi: material awal berupa material cair
(liquid-based),berupa padat (solidbased) dan berupa sebuk (powder-based) [5].
Sistem RP dengan liquid-based mempunyai material awal dalam bentuk
cair. Dengan proses yang disebut dengan curing material berupa cair dirubah ke
bentuk padat. Contoh yang termasuk ke dalam kategori ini adalah
Stereolithography (SLA).
Selain dari bentuk serbuk, Sistem RP dengan solidbased meliputi sistem
RP yang menggunakan material awal dalam bentuk padat berupa butiran
(pellet), kawat dan lembaran tipis. Contoh yang termasuk pada kategori sintem
RP ini adalah Laminated Object Manufacturing (LOM) dan Fused Deposition
Modeling (FDM). Kategori yang ketiga dari sistem RP yaitu powder-based yakni
mempunyai material awal dalam bentuk serbuk atau butiran. Contoh yang
termasuk ke dalam kategori ini adalah proses Selective Laser Sintering (SLS) dan
Three-Dimensional Printing (3D printing).
1. Stereolithography
Stereolithography (SLA), juga dikenal sebagai Optical Fabrication, photo-
solidification , free-form fabrication dan solid imaging, adalah manufaktur aditif
pepercetakan teknologi 3D yang digunakan untuk memproduksi model,
prototipe, pola, dan komponen-komponen produksi. [6]

Gambar 8. Contoh Produk hasil Proses Stereolithography. [8]
The "stereolithography" Istilah ini diciptakan pada tahun 1986 oleh
Charles (Chuck) W. Hull, yang dipatenkan sebagai metode dan alat untuk
membuat benda padat dengan sukses "mencetak" lapisan tipis dari satu bahan
ultraviolet. Pada tahun 1986, Hull mendirikan perusahaan pertama yang
menggeneralisasi dan mengkomersialkan prosedur ini, 3D Systems Inc, yang saat
ini berbasis di Rock Hill. Baru-baru ini, upaya telah dilakukan untuk membangun
model matematika dari proses dan algoritma desain stereolithography untuk
menentukan apakah suatu objek yang diusulkan dapat dibangun dengan proses
tersebut. [7]
Tabel 2. Spesifikasi Stereolithography. [7]
Abbreviation: SLA
Material type: Liquid (Photopolymer)
Materials: Thermoplastics (Elastomers)
Max part size: 59.00 x 29.50 x 19.70 in.
Min feature size: 0.004 in.
Min layer thickness: 0.0010 in.
Tolerance: 0.0050 in.
Surface finish: Smooth
Build speed: Average
Applications: Form/fit testing, Functional testing, Rapid tooling
patterns, Snap fits, Very detailed parts, Presentation
models, High heat applications

Proses stereolithography adalah salah satu teknik yang paling banyak
digunakan pada rapid prototyping untuk membuat model plastik SLA dan dimulai
dengan pembuatan file STL dari desain CAD 3D. File-file dukungan & model SLA
dipotong menjadi irisan horizontal tipis dan dikirim ke sebuah mesin yang
melakukan proses SLA menggunakan laser yang dikendalikan komputer untuk
menggambar lapisan bawah ke permukaan polimer cair yang mengeras di
tempat yang terkena laser Lihat gambar 3. Untuk membuat prototipe SLA cepat,
pertama tiga dimensi CAD bagian adalah "diiris" horisontal menjadi lintas-bagian
dengan ketebalan antara 0,002 "dan 0,006". Di dalam ruang stereolithography
aparatur, laser ultraviolet menelusuri lapisan pertama bagian pada pelat logam,
tenggelam tepat di bawah permukaan bak Photo-sensitive polymer. Dimanapun
laser menyentuh cairan, ia akan mengeras. Setelah lapisan ditelusuri, pelat
tenggelam kelapisan bawah. Sebuah batang penyapu bergerak di seluruh
permukaan lapisan terakhir, memastikan ada sejumlah pasti resin di atasnya.
Kemudian dilanjutkan ke lapisan berikutnya. Lapisan berikutnya dibangun diatas
lapisan sebelumnya. Hal ini diulang sampai model SLA dan proses
stereolithography selesai. [6]


Gambar 9. Skema Proses Stereolithography. [6]
Bagian 3-D yang lengkap terbentuk oleh proses ini. Setelah itu, bagian
tersebut direndam dalam bak kimia untuk dibersihkan dari kelebihan resin dan
selanjutnya dimasukkan kedalam oven ultraviolet.
Kelebihan dan Kekurangan
Penghematan waktu: ProtoCAM dapat membuat prototipe SLA Anda
dalam waktu kurang dari dua hari. Lamanya waktu yang dibutuhkan
untuk memproduksi satu bagian tertentu tergantung pada ukuran dan
kompleksitas proyek dan dapat berlangsung dari beberapa jam hingga
lebih dari satu hari. Rapid prototyping memungkinkan Anda untuk
mendapatkan produk Anda ke pasar lebih cepat.
Kebanyakan mesin stereolithography dapat menghasilkan bagian dengan
ukuran maksimum sekitar 50 50 60 cm (20 "x 20" 24 ") dan
beberapa, seperti mesin stereolithography Mammoth (yang memiliki
platform yang dapat membuat dari ukuran 210 70 80 cm ), mampu
memproduksi komponen tunggal lebih dari 2 m panjangnya.
Prototipe yang dibuat oleh stereolithography cukup kuat yang dapat
dikerjakan dengan mesin dan dapat digunakan sebagai pola master untuk
injection molding, thermoforming, blow molding, dan proses berbagai
logam pengecoran
Toleransi ketat
Resin epoksi cukup ulet untuk digunakan untuk pengujian
Stereolithography cocok untuk manufaktur prototipe bagian kecil yang
banyak atau untuk pengguna akhir. Sebuah resin dengan DP di kisaran
50m sangat ideal untuk memproduksi microparts. Mesin SL yang saat ini
sedang dikembangkan dapat membangun bagian-bagian dengan rincian
sangat halus. Perhatikan detail dalam foto pembukaan gambar set catur
di bawah ini. Bagian-bagian pada penghapus pensil termasuk microgear
dan perancah tetrahedral dengan 75m koneksi antara node.

Gambar 10. Kualitas produk akhir Stereolithography.
Meskipun stereolithography dapat menghasilkan berbagai macam bentuk,
seringkali mahal, biaya photo-curable resin berkisar dari $ 80 sampai $
210 per liter, dan biaya mesin stereolithography berkisar dari $ 100.000
hingga $ 500.000.
Tabel 3. Daftar resin Stereolithography ProtoCAM's yang tersedia [8]:
Resin Sifat
Dimensi Maksimum
Komponen
Accura 25 Polypropylene-like, Snap fits 13.8" x 13.8" x 15.4"
Accura 60 Polycarbonate-like, clear 20" x 20" x 22.6"
WaterShed XC 11122
Clear, High humidity
resistance
10" x 10" x 9.7"
SL 5530HT High Temperature 20" x 20" x 22.6"

2. Selective Laser Sintering (SLS)
SLS dikembangkan dan dipatenkan oleh Dr Carl Deckard di University of
Texas di Austin pada pertengahan 1980-an, di bawah sponsor dari DARPA.
Sebuah proses serupa telah dipatenkan tanpa dikomersialkan oleh RF Housholder
pada tahun 1979. [9]

Gambar 11. Contoh Produk SLS dan Msesin SLS. [9]
Laser sintering selektif (SLS) adalah teknik manufaktur aditif yang
menggunakan laser daya tinggi (misalnya, laser karbon dioksida) untuk
memadukan partikel kecil dari plastik, logam (direct metal laser sintering),
keramik, atau serbuk kaca menjadi massa yang memiliki bentuk 3-dimensi yang
diinginkan. Laser tersebut secara selektif memadukan bahan bubuk dengan
pemindai bagian lintas yang dihasilkan dari gambaran 3-D digital dari bagian
tersebut (misalnya dari file CAD atau scan data) pada permukaan dudukan
serbuk. Dalam Laser Sintering Selective proses (SLS), komponen tiga dimensi
diciptakan dengan proses penggabungan bahan termoplastik bubuk dengan
panas dari sinar laser inframerah (atau sintering). Setelah setiap penampang
dipindai, dudukan serbuk diturunkan pada suatu ketebalan lapisan, lapisan baru
bahan diterapkan di atas nya. Penciptaan objek dilakukan dengan berulang kali
sekering lapisan tipis bubuk menggunakan sinar laser. Urutan manufaktur aditif
ini menghasilkan bagian yang secara bertahap bertambah besar sampai mereka
mencapai dimensi yang ditentukan.

Gambar 12. Proses Selective Laser Sintering [9].
Kepadatan bagian yang selesai tergantung pada daya laser puncak,
bukan durasi laser, oleh karena itu mesin SLS biasanya menggunakan pulsed
laser. Mesin SLS pemanasan awal bahan bubuk massal di dudukan bubuk sedikit
di bawah titik leleh, untuk membuat laser lebih mudah untuk menaikkan suhu
sisa perjalanan daerah yang dipilih ke titik leleh.
Beberapa mesin SLS menggunakan single-component powder, seperti
direct metal laser sintering. Namun, mesin SLS kebanyakan menggunakan two-
component powders, biasanya coated powder atau Mixture Powder. Dalam satu
komponen powder, laser hanya mencair pada permukaan luar dari partikel
(pencairan permukaan), inti yang tidak padat mengering terhadap satu sama lain
dan hingga lapisan sebelumnya.
Tabel 4. Spesifikasi Kemampuan SLS [10].
Abbreviation: SLS
Material type: Powder (Polymer)
Materials: Thermoplastics such as Nylon, Polyamide, and
Polystyrene; Elastomers; Composites
Max part size: 22.00 x 22.00 x 30.00 in.
Min feature size: 0.005 in.
Min layer
thickness:
0.0040 in.
Tolerance: 0.0100 in.
Surface finish: Average
Build speed: Fast
Applications: Form/fit testing, Functional testing, Rapid tooling
patterns, Less detailed parts, Parts with snap-fits & living
hinges, High heat applications

Kelebihan
Dibandingkan dengan metode manufaktur aditif lainnya, SLS dapat
menghasilkan bagian-bagian dalam rentang yang lebih luas dari bahan
powder yang tersedia secara komersial. Termasuk polimer seperti nilon,
(neat, glasss) atau polystyrene, logam termasuk baja, titanium, campuran
paduan, dan komposit dan pasir hijau.
Proses fisik dapat menjadi lelehan penuh, pelelehan sebagian, atau fase
pencairan sintering. Tergantung pada materi, kepadatan hingga 100%
dapat dicapai dengan sifat material sebanding dengan yang dari metode
produksi konvensional.
Dalam banyak kasus sejumlah besar bagian dapat dikemas dalam powder
bed, memungkinkan produktivitas sangat tinggi.
SLS dilakukan oleh mesin yang disebut SLS sistem. Teknologi SLS adalah
digunakan secara luas di seluruh dunia karena kemampuannya untuk
dengan mudah membuat geometri sangat komplek secara langsung dari
data digital CAD.
Tidak seperti stereolithography, teknik prototyping memungkinkan
prototipe SLS dapat dibuat dengan sifat material dekat dengan potongan
injection molded (menggunakan DuraForm atau DuraForm Glass Filled
material).
Selain itu, SLS memiliki kemampuan untuk membuat bagian-bagian
prototipe logam menggunakan bahan A6 RapidSteel atau LaserForm ST-
200 (yang menggantikan ST-100), dimana bubuk logam yang digunakan
dalam proses laser sintering. Membangun komponen-komponen luar dari
material Somos 201 memberikan prototipe SLS akhir yang terbuat dari
material elastomer selective laser sintering yang tahan lama.
Peralatan SLS Prototype
Mesin-mesin ProtoCAM (salah satu produsen Mesin SLS Protoype) yang tersedia
adalah:
Sinterstation HiQ
Sinterstation Pro
Spesifikasi Teknis
Build envelope:
- Sinterstation HiQ: 14" x 12" x 17"
- Sinterstation Pro: 22" x 22" x 30"
- The recommended thickness of metal parts varies by proces
Layer thickness: 0.004" or 0.006"
Typical Tolerances: 0.007" (varies based on selective laser sintering
material selection)
Material
Tabel 5. Jenis-jenis material yang digunakan pada SLS [11].
Material Tujuan Penggunaan
DuraForm Functional Plastic Parts
DuraForm GF Functional Plastic Parts (Glass Filled)
Somos 201 Durable Elastomer Parts
LaserForm A6 Metal and Tooling
CastForm PS Casting Patterns

3. Laminated Object Manufacturing
Laminated Object Manufacturing (LOM) adalah sistem rapid prototyping
yang dikembangkan pada tahun 1991 oleh Helisys Inc (Teknologi Cubic sekarang
organisasi penerus Helisys). LOM memotong irisan komponen dari lapisan tipis
bahan menggunakan laser CO2 terpasang pada plotter 2D. Sistem ini paling
sering menggunakan lembar kertas ditumpuk di atas yang lain secara otomatis
dan terikat bersama-sama menggunakan perekat. Bagian-bagian dari lembaran
luar model memberikan dukungan. Daerah-daerah yang tidak diinginkan yang
ditandai dengan garis-garis berpotongan, yang membentuk kubus yang dapat
memisahkan diri dari model setelah selesai [12].

Gambar 13. Contoh Produk proses LOM
Di dalamnya, lapisan perekat dilapisi kertas, plastik, atau logam laminasi
berturut direkatkan dan dipotong menjadi bentuk tertentu dengan menggunakan
pisau atau cutter laser. Laser memotong garis luar bagian setiap lapisan. Setelah
masing-masing dipotong selesai, platform turun dengan kedalaman sama dengan
ketebalan lembar (biasanya di 0,002-0,020), dan lembaran lain melanjutkan di
atas lapisan sebelumnya. Platform ini kemudian naik sedikit dan rol dipanaskan
berlaku tekanan untuk ikatan lapisan baru. Laser memotong garis luar dan
proses ini diulang sampai bagian selesai. Setelah lapisan dipotong, bahan
tambahan tetap di tempat untuk mendukung bagian selama proses pembuatan.

Gambar 14. Skema proses LOM [13].
Tabel 6. Spesifikasi kemampuan LOM [13].
Abbreviation: LOM
Material type: Solid (Sheets)
Materials: Thermoplastics such as PVC; Paper; Composites (Ferrous
metals; Non-ferrous metals; Ceramics)
Max part size: 32.00 x 22.00 x 20.00 in.
Min feature size: 0.008 in.
Min layer
thickness:
0.0020 in.
Tolerance: 0.0040 in.
Surface finish: Rough
Build speed: Fast
Applications: Form/fit testing, Less detailed parts, Rapid tooling
patterns

Kelebihan dan Kekurangan:
Biaya rendah, bahan baku sudah tersedia.
Dapat embuat komponen yang besar karena tidak ada reaksi kimia yang
terlibat.
Komponen- komponen tidak memerlukan struktur pendukung.
Hanya bagian lingkaran luar yang akan diproses, sedangkan dalam
metode RP secara umum seluruh bagian perlu diproses.
Memiliki potensi kecepatan produksi yang tinggi.
Menghasilkan ikatan yang bagus antara lapisan.
Permungkaan akhir yang tidak bagus.
Sulit untuk membuat komponen yang berlubang.
Akurasi pada sumbu Z yang kurang baik dibandingkan SLA dan SLS.
Model harus disegel untuk menghalangi kelembapan.

4. Fused Deposition Modeling (FDM)

Deposisi Modeling Fused (FDM) dikembangkan oleh Stratasys di Eden
Prairie, Minnesota. Dalam proses ini, bahan plastik atau lilin diekstrusi melalui
nozzle melewati bagian melintang lapisan geometri tersebut lapis demi lapis.
FDM dapat membuat bagian-bagian sulit yang ideal untuk kegunaan fungsional.
Proses FDM serupa dengan pistol lem panas untuk membuat bagian.

Gambar 15. Fused deposition modeling: 1 - nozzle ejecting molten plastic, 2 -
deposited material (modeled part), 3 - controlled movable table. [14]
Sebuah mesin FDM terdiri dari bagian berikut: landasan pembuatan,
perangkat pemotongan filamen, nozel ekstrusi panas dan alat kontrol nosel.
Seluruh sistem yang ada di lingkungan dipanaskan untuk mengurangi jumlah
energi yang diperlukan untuk mencairkan filamen pada nozzle. Bahan
pembangun biasanya tersedia dalam bentuk filamen, tetapi dalam suatu
penggunaan memanfaatkan pelet plastik dimasukkan dari hopper sebagai
gantinya. Nozzle ini berisi pemanas resistif yang menjaga plastik pada suhu tepat
di atas titik leleh sehingga mengalir dengan mudah melalui nosel dan
membentuk lapisan. Plastik mengeras segera setelah mengalir dari nosel dan
terikat hingga lapisan bawah. Setelah lapisan dibangun, platform diturunkan, dan
ekstrusi nozzle lapisan lain mengandap. Ketebalan lapisan dan akurasi dimensi
vertikal ditentukan oleh diameter mati ekstruder, yang berkisar 0,013-0,005 inci.
Dalam resolusi bidang XY, 0,001 inci dapat dicapai. Berbagai bahan yang tersedia
termasuk ABS, poliamida, polikarbonat, polietilena, polipropilena, dan investment
casting wax.

Gambar 16. Skema Proses FDM [15].
Tabel 7. Spesifikasi kemampuan FDM [15].
Abbreviation: FDM
Material type: Solid (Filaments)
Materials: Thermoplastics such as ABS, Polycarbonate, and
Polyphenylsulfone; Elastomers
Max part size: 36.00 x 24.00 x 36.00 in.
Min feature size: 0.005 in.
Min layer
thickness:
0.0050 in.
Tolerance: 0.0050 in.
Surface finish: Rough
Build speed: Slow
Applications: Form/fit testing, Functional testing, Rapid tooling
patterns, Small detailed parts, Presentation models,
Patient and food applications, High heat applications

Kelebihan
FDM, bentuk terkemuka dari rapid prototyping, digunakan manufaktur
yang cepat. Rapid prototyping memfasilitasi pengujian berulang, dan berjalan
dalam waktu sangat singkat, dapat menjadi alternatif yang relatif murah. FDM
antara lain menggunakan ABS termoplastik, ABSi, polyphenylsulfone (PPSF),
polikarbonat (PC), dan Ultem 9085. Bahan-bahan ini digunakan untuk sifat
ketahanan terhadap panas. Ultem 9085 juga menunjukkansifat tahan api
sehingga cocok untuk aplikasi ruang angkasa dan penerbangan. Selain itu, bahan
ini tersedia dalam beberapa standar warna. FDM juga digunakan dalam
prototyping scaffolds untuk aplikasi teknik jaringan medis.

ABS-P400 Material Properties
(FDM Technology)
Tensile Strength 5,000 psi
Flexural Strength: 9,500 psi
Tensile Modulus: 360,000 psi
Notched Impact: 2.00 (ft*lb/in)
Unnotched Impact:
Elongation: 50%
Hardness (Shore D) : R105
Softening Point (R&B): 220 F
Specific Gravity: 1.05
Gambar 16. Bentuk Produk dan sifat material teknologi FDM [16].
Keuntungan utama untuk menggunakan FDM adalah bagian yang sangat
tahan lama yang dapat dibuat dengan menggunakan lilin dan berbagai jenis
rekayasa plastik. Kelemahan menggunakan metode FDM adalah bahwa pada
umumnya komponen-komponen dibuat dengan memakan waktu yang lebih lama
dan lapisan terlihat cukup jelas karena jenis proses ekstrusi.
5. Solid Ground Curling (SGC)

Gamabr 17. Contoh produk hasil proses SGC.
Solid Ground Curling, juga dikenal sebagai Proses solider, adalah proses
yang ditemukan dan dikembangkan oleh kubiti Inc Israel. Proses keseluruhan
diilustrasikan pada gambar di atas. Proses SGC menggunakan resin pengeras
fotosensitif dalam lapisan seperti proses Stereolithography (SLA). Namun,
berbeda dengan SLA, proses SGC dianggap sebagai proses produksi yang high-
throughput. Throughput tinggi dicapai dengan pengerasan setiap lapisan resin
fotosensitif sekaligus. Banyak bagian dapat dibuat sekaligus karena ruang kerja
yang besar dan kenyataan bahwa langkah penggilingan menjaga akurasi vertikal.
Kemampuan multi-bagian juga memungkinkan bagian tunggal yang akan dibuat
cukup besar (misalnya 500 500 350 mm / 20 20 14 di). Lilin
menggantikan resin cair daerah yang kososng dengan setiap lapisan sehingga
model pendukung terjamin.

Gamabr 18. Skema proses SGC [17].
Proses SGC melalu beberapa tahapan berikut ini:
1. Pertama, model CAD dari bagian dibuat dan diiris ke dalam lapisan data
menggunakan Akhir perangkat lunak Cubital's Data Front End (DFE).
Pada awal langkah penciptaan lapisan, permukaan datar bekerja
disemprotkan dengan resin fotosensitif, seperti berikut:

2. Untuk setiap lapisan, sebuah photomask diproduksi menggunakan teknik
pepencetakan ionographic milik Cubital's, seperti yang digambarkan di
bawah ini:

3. Selanjutnya, photomask diposisikan di atas permukaan kerja dan lampu
UV yang kuat mengeraskan resin yang terkena fotosensitif:

4. Setelah lapisan tersebut baik, semua resin yang tidak diawetkan ini
disedot untuk di daur ulang, meninggalkan daerah yang telah mengeras
secara utuh. Lapisan yang telah baik dilewatkan di bawah lampu UV yang
kuat secara linier linier untuk perbaikan sepenuhnya dan untuk
memperkuat partikel sisa apapun, seperti yang digambarkan di bawah
ini:

5. Pada langkah kelima, lilin menggantikan rongga yang ditinggalkan oleh
debu resin cair. Lilin yang dikeraskan dengan pendinginan untuk
penyediaan berkelanjutan.

6. Pada langkah terakhir sebelum lapisan berikutnya, permukaan lilin / resin
digiling rata untuk sebuah penyelesaian yang akurat dapat diandalkan
untuk lapisan berikutnya.

7. Setelah semua lapisan selesai, lilin dihilangkan, dan setiap operasi
finishing seperti pengamplasan, dll dapat dilakukan. Tidak ada post-cure
yang diperlukan.


Aplikasi:
Fabrikasi geometri kompleks
Fabrikasi objek lengkap dengan persyaratan yang tinggi
Produksi bagian bergerak atau mekanisme (seperti: roda gigi dalam
gearbox)
Ergonomi estetika permukaan atau permukaan bentuk bebas (Peralatan
dari rekayasa presisi)
Komponen-komponen yang tidak beraturan dan rumit
Komponen dengan loop dalam, potongan besar, berdinding lemah
Komponen berliku
Kelebihan dan Kekurangan
Komponen-komponen besar , 500 500 350 mm (20 20 14 in),
dapat dibuat dengan cepat.
Memungkinkan produksi kecepatan tinggi seperti fabrikasi dari banyak
bagian atau bagian yang besar.
Tidak membutuhkan post-cure.
Langkah Penggilingan menjamin kerataan untuk lapisan berikutnya
Material kerja terbatas
Menciptakan banyak limbah.
Tidak banyak digunakan seperti SLA dan SLS.























DAFTAR PUSTAKA

1. http://en.wikipedia.org/wiki/Additive_manufacturing
2. http://en.wikipedia.org/wiki/Rapid_prototyping
3. Amin, Z. (2005). Metal-Electroceramic Bonding through Selective Laser Sintering.
PhD, Department of Mechanical Engineering, The University of Leeds.
4. Amin, Z. (2007). Rapid Prototyping Teknologi: Aplikasi Pada Bidang Medis.
Teknik Mesin Universitas Andalas. Teknik A. No. 27 Vol.3 Thn. XIV A.
5. Chua, C.K., Leong, K.F., and Lim, C.S. (2003) Rapid Prototyping: Principles and
Applications. World Scientific Publishing Ltd
6. http://en.wikipedia.org/wiki/Stereolithography
7. http://www.custompartnet.com/wu/stereolithography
8. http://www.protocam.com/html/slapro.html
9. http://en.wikipedia.org/wiki/Selective_laser_sintering
10. http://www.custompartnet.com/wu/selective-laser-sintering
11. http://www.protocam.com/html/sls.html
12. http://en.wikipedia.org/wiki/Laminated_object_manufacturing
13. http://www.custompartnet.com/wu/laminated-object-manufacturing
14. http://en.wikipedia.org/wiki/Fused_deposition_modeling
15. http://www.custompartnet.com/wu/fused-deposition-modeling
16. http://www.peridotinc.com/fdm.html
17. http://www.efunda.com/processes/rapid_prototyping/sgc.cfm












DAFTAR PERTANYAAN
DAN DISKUSI

1. Muhammad Ihsan Hamdy (1021223004)
Pertanyaan: Adakah perbedaan produk fototype dengan produk aslinya ketika
di produksi seperti pada pesawat terbang?
Jawaban:
Teknologi Rapid Prototyping dengan metoda lapisan memungkinkan
pembuatan produk (prototype produk) secara langsung. Bentuk morphology
dari produk dapat direkam dengan peralatan optik atau Computerised
Tomography Scan (CT scan) dan kemudian data ini dikonversikan menjadi
sebuah model komputer atau CAD. Setelah sebuah model dihasilkan, maka
model dapat diolah sesuai keinginan sebelum di buat secara langsung dengan
teknik manufaktur lapisan. Teknologi RP telah banyak diaplikasikan diberbagai
bidang seperti dapat ditemukan pada produk aerospace, automotive, perhiasan,
peralatan rumah tangga, electrical dan elctronic serta biomedical.
Rapid Prototyping mengurangi waktu pengembangan produk dengan
memberikan kesempatan-kesempatan untuk koreksi terlebih dahulu terhadap
produk yang dibuat (prototipe). Dengan menganalisa prototipe, insinyur dapat
mengkoreksi beberapa kesalahan atau ketidaksesuaian dalam desain ataupun
memberikan sentuhan-sentuhan engineering dalam penyempurnaan produknya..
Volume komponen biasanya terbatas sampai 0,125m3 atau kurang,
tergantung dari mesin rapid prototyping-nya. Prototipe logam baiasnya sulit
dibuat sehingga masih sering dugunakan metode pembuatan konvensional.
Untuk pembuatan beberapa komponen pesawat terbang memungkinkan jika
komponen tersebut berukuran sesuai dengan spesifikasi mesin rapid protyping
yang digunakan serta bahan atau material dasar pembntuk komponen tersebut
didukung oleh peralatan tersebut.
2. Pak Akmal
Pertanyaan: Jelaskan kembali tentang tahapan proses aditif manufacturing?
Jawaban:
Meskipun beberapa teknik prototype telah ada, secara umum proses
prototype terdiri dari 5 urutan proses yang sama yaitu:
1. Membuat model dalam CAD
2. Mengubah model CAD kedalam model dengan format STL
3. Memotong (slice) file STL kedalam thin cross-sectional layers
4. Membuat model satu lapisan-lipsian puncak satu sama lain(one layer a
top another)
5. Membersihkan dan menyelesaikan model.

Gambar 3. Tahapan Proses Rapid Prototyping.
Pertama-tama objek dibuat sebagai model dalam computer (CAD). Solid
Modeler seperti CATIA, Pro/ENGINEER cenderung merepresentasikan model 3D
dengan akurat dibandingkan dengan wire-frame modeler. Beberapa jenis
program CAD menggunakan alogaritma yang berbeda untuk merepresentasikan
objek solid. Sehingga untuk membuat konsisten maka format STL
(stereolithography, teknik pertama rapid prototyping) harus diadopsi kedalam
standar industry rapid prototyping. kemudian dilakukan pemindahan data file
berektensi STL yang berada pada computer unit perncangan ke kompter unit
mesin additiv manufacturing untuk melakukan proses selanjutnya. Setelah itu
dilakukan validasi model tiga dimensi CAD suatu parts, seperti memastikan
bentuknya solid. Dalam STL file, program mengidenstifikasi objek perlayer dalam
sumbu Z. tetapi biasanya prototipe kurang akurasi dalam arah sumbu Z
dibandingkan dengan arah dalam bidang X dan Y, sehingga file dalam bentuk
layer bisa dipotong(slice) sebagian sehingga dapat mengurangi waktu proses.
Program dalalm file STl dapat diubah bentuk layernya dari 0,01 mm menjadi
0,7mm, tergantung dari teknik pembuatannya. Masing-masing produsen mesin
rapid prototyping menyediakan software-softawre pemrosesnya. Model yang
akan di fabrikasi kemudian dianalisa dan model dipotong-potong menjadi banyak
bagian cross-section 2D dg ketebalan yang ditentukan. Model kemudian
diorientasikan terhadap ruang pembuatan, dengan mempertimbangkan waktu
pembuatan dan kualitas permukaan. Beberapa model dapat digabung menjadi
satu bangunan asembly untuk efisiensi penggunaan mesin dan material.
3D
Modeling
Data
Convertion
Data
Transmition
Checking
File
Preparing Buliding
Post
Prosesing
Berdasarkan pada persyaratan prosesnya, jika diperlukan, dukungan struktur
dapat ditambahkan ke model.

Gambar 4. Cross-section 2D Model.
Tahap selanjutnya adalah pembuatan komponen (prototype) dengan
lapisan- lapisan (layer by layer) dari bahan polimer, kertas atau serbuk logam.
Sebagian besar mesin bekerja secara otomatis.

Gambar 5. Contoh proses pembuatan dengan lapisan demi lapisan (layer
by layer [1].
Pada tahapan akhir ini prototype dikeluarkan dari mesin aatu melepaskan
dari komponen-komponen pendukungnya. Setelah itu biasanya diperlukan
photosensitive agar produk bisa dugunakan dengan aman. Prototipe juga
terkadang masih membutuhkan perbersihan, pembuangan material yang berlebih
dari dimensi yang tidak diinginkan, dan perlakuan permukaan seperti Sanding,
sealing dan atau painting untuk memberikan tampilan yang baik dan ketahanan
yang tinggi, dll.
3. Pak Ikhsan
Pertanyaan: Perbedaan macam-macam proses rapid prototyping berdasarkan
material yang digunakan, mana yang lebih baik? dan apa perbedaan antara rapid
prototyping dengan printer 3D?
Jawaban:
Material awal yang digunakan dalam proses rapid prototyping dapat
berupa padat, cair atau serbuk. Material dengan kondisi padat dapat berupa
butiran (pellet), kawat dan lembaran tipis.

Tabel. 1 Jenis Aditif Manufacturing dan material yang digunakan [1].
Additive technologies Base materials
Selective laser sintering (SLS) Thermoplastics, metals powders, ceramic powders
Direct metal laser sintering (DMLS) Almost any alloy metal
Fused deposition modeling (FDM) Thermoplastics, eutectic metals
Stereolithography (SLA) photopolymer
Laminated object
manufacturing (LOM)
Paper, foil, plastic film
Electron beam melting (EBM) Titanium alloys
Powder bed and inkjet head 3d
printing Plaster-based 3D printing
(PP)
Plaster, Colored Plaster

Untuk kualitas produk hasil proses protoyping tergantung dari jenis
proses yang digunakan serta bahan atau material yang digunakan, karena base
material yang tersedia berbagai macam jenis material dan memiliki kekuatan
yang berbeda. Sehingga produk hasil dari peroses ini sangat tergantung dari
jenis base material yang digunakan.
Aditif Manufacturing atau sering juga disebut dengan 3D Printing adalah
proses pembuatan tiga dimensi benda padat dari file digital. Aditif manufacturing
dicapai dengan menggunakan proses aditif, di mana sebuah objek dibuat dengan
meletakkan lapisan yang berurut berasal dari bahan tertentu. Sedangkan rapid
Prototyping adalah bagian dari Aditif Manufakturing. Hanaya terdapat perbedaan
secara harfia, sedangkan dari segi prinsip kerja adalah dengan penambahan
aditif dimana sebuah object 3D benda padat yang berasal dari file digital
diterjemahkan kedalam bentuk prototype.

Vous aimerez peut-être aussi