Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Sistem-sistem Pertanian
Oleh:
REZKI ARHAM AR
G 211 06 008
memberikan kontribusi besar pada penghapusan kelaparan dan peningkatan standar hidup.
Namun, pemanfaatan input luar (misalnya penggunaan pestisida, pupuk buatan, dst.) secara
besar-besaran telah mengakibatkan kerusakan lingkungan dan sumber daya yang tidak bisa
diperbarui. Maka menjadi sangat relevan seruan untuk mengembangkan pertanian yang ekologis
pertanian yang mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam dan manusia yang tersedia di
tempat (seperti tanah, air, tumbuhan, tanaman, dan hewan lokal serta tenaga manusia,
pengetahuan, dan keterampilan) dan yang secara ekonomis layak, mantap secara ekologis,
disesuaikan menurut budaya dan adil secara sosial. Pemanfaatkan input luar tidak
Coen Reijntjes, Bertus Haverkort, dan Ann Waters-Bayer adalah staf ILEIA. Mereka
Ketiga: Afrika, Amerika Latin, dan Asia. Mereka juga mengajar mahasiswa jurusan pertanian di
Jerman dan Belanda serta pengarang berbagai terbitan tentang pertanian yang ekologis dan
masyarakat petani dan pedesaan dan ketersediaan sumberdaya ditingkat lokal baik pengetahuan
dikembangkan untuk mendukung pertanian yang berkelanjutan diantara anggota API adalah
dengan kombinasi yang menggunakan praktek-praktek pertanian alami dengan pengetahuan baru
Sebagai mata program dan lebih lanjut adalah agenda petani (khususnya anggota API) di
masa depan bahwa pertanian alami yang dikembangkan lebih pada peningkatan kapasitas
organisasi tani melalui pendidikan. Pendidikan yang dimaksudkan pada titik tekan proses nalar
pikir petani dengan metode pendekatan participatory action research, karena petani tidak
memiliki kelembagaan formal seperti sekolah dengan gurunya. Selama ini, petani hanya
Proses pendidikan pertanian alami memberikan jaminan dan kepastian tentang apa yang
dimaksud dengan partisipasi petani dalam bertani. Pengalaman menunjukkan bahwa praktek-
praktek pertanian alami yang diselenggarakan di beberapa wilayah di Jambi, Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB dan Sulteng dimana proses penyebar luasan tehnologi bertani
secara alami dan organik akan berhasil jika dimulai di tingkatan petani, sehingga pada
gilirannya, model bertani secara alami memiliki artikulasi yang penting tentang apa yang
dimaksud dengan media pendidikan horisontal, dimana dalam proses yang berlangsung memiliki
perbedaan dengan model pertanian ala revolusi hijau dimana tenaga ahli yang didatangkan dari
luar, baik tenaga ahli tehnis budidaya tanaman dan tenaga ahli tehnologi pertanian.
Alur pendidikan pertanian alami yang berbasis konteks sumberdaya lokal sebenarnya
akan berkontribusi terhadap akses atau peluang yang luas bagi kelompok-kelompok petani untuk
menjadi pintar dan cerdas. Sebagai rujukan, pengalaman petani di lahan kering di Bali Barat,
bagian selatan Jawa Timur, pertanian alami yang di praktekkan merupakan hasil kombinasi
antara tehnologi pertanian yang terwariskan secara turun temurun dengan nalar yang selalu
diperbaharui menurut konteksnya. Dan inilah yang dimaksud oleh Gunnar Rundgren bahwa akan
terjadi revitalisasi nilai lama dan pembentukan nilai baru dalam masyarakat petani.
Dalam proses pembelajaran tentang sistem pertanian alami, faktor penting yang perlu
ditekankan bahwa muatan pertanian alami sesungguhnya mengandalkan pada sumberdaya lokal
seperti penggunaan dan pemeliharaan bibit lokal, pemanfaatan limbah pertanian alami, kotoran
ternak, maka nilai-nilai kearifan lokal (wisdom) terhadap pengelolaan dan penataan sumberdaya
dengan sendirinya akan menjadi bahan dan sumber dialog ditingkatan petani (horisontal) dan
sekaligus menjadi cara pandang dalam sistem pertanian secara alami. Dengan demikian,
sekaligus untuk menjawab keikut sertaan dari apa yang dilakukan oleh pihak luar sebatas
diperlukan jika petani hanya memerlukan jawaban atas masalah-masalah yang muncul berkaitan
dengan persoalan-persoalan praktis di lapangan dan peran dari pihak luar hanya untuk
Hubungan sosial dalam pertanian alami menekankan pada tanggung jawab sosial manusia
terhadap alam dan menjamin keberlangsungan ekologi sehingga generasi mendatang dapat
menikmati keberlanjutannya terhadap akses benih, air dan hak atas tanah yang subur. Dengan
demikian, proses pengembangan pertanian alami dalam konteks sosial mengarah kepada apa
yang terjadi dalam perubahan sosial di pedesaan dalam konsepsi budaya. Artinya bahwa
introduksi pertanian alami ditingkat petani secara sosial mempengaruhi perubahan budaya yang
ditandai dengan adanya perubahan terhadap nilai-nilai hidup komunitas (kosmologi dan antropo
sentris).
Perubahan budaya seperti apa yang dijelaskan diatas untuk menjawab isu-isu mendasar di
Kegiatan pertanian alami sebagaimana kegiatan pertanian pada umumnya adalah kegiatan
dimana kegiatan produksi mulai penataan dan pengolahan lahan, penataan produksi dan
memperbaiki saluran distribusi hingga pada konsumsi, bukan saja untuk memperbanyak
makanan sampai berkelimpahan, tetapi yang lebih penting dalam kegiatan pertanian alami adalah
Pemahaman diatas, pada dasarnya terkandung suatu tujuan, yakni berupa kemakmuran
masyarakat, dimana titik tekan pada kelangsungan hidup petani. Makna tersebut mengandung
arti pentingnya kesadaran baru terhadap keberlangsungan dan kelestarian lingkungan hidup,
Aspek penting dalam kekuatan pertanian alami sebagaimana dijelaskan diatas, adalah
kekuatan dalam hal mempengaruhi pola berfikir dan sikap hidup petani dalam hal memilih,
mengalokasikan, dan mengelola sumberdaya untuk produksi, distribusi dan konsumsi. Dimana
tani, salah satu aspek pertimbangan untuk menentukan dan memutuskan bagaimana memilih,
mengelola dan mengalokasikan sumber daya, tidak lagi didasarkan pada segi-segi praktis
berkenaan dengan tingkat harga dan kecukupan akan ketersediaan barang di pasaran, namun hal
tersebut memperluas perspektif dan memiliki kekuatan untuk memperpanjang daur energi.
Dapat dipahami kemudian, kekhawatiran akan kelangkaan sumberdaya dengan sendirinya dapat
diatasi dan terpenting bahwa petani tidak tercerabut dari tradisi dan akar budayanya dalam
kegiatan pertanian.