Vous êtes sur la page 1sur 20

ASKEP MUSKULO

SKELETAL
OLEH

J. SUWANTO
PENDAHULUAN
Cedera pada sistem muskuloskeletal
dapat menyebabkan cedera atau disfungsi
struktur disekitarnya, yang dilindungi dan
yang disangganya.
Penanganan cedera sistem
muskuloskeletal adalah pemberian
dukungan bagian yang cedera, latihan
aktif dan pasif.
KONTUSI, STRAIN, DAN SPRAIN
Kontusi :
Kontusi adalah cedera jaringan lunak yang disebabkan
oleh kekerasan tumpul. Keadaan ini dapat berupa :
cedera pada jaringan lunak

penyebab kekerasan tumpul

terputusnya banyak pembuluh darah kecil

hematom terjadi apabila perdarahan cukup banyak

gejala lokal terjadi: nyeri, bengkak, perubahan warna

kontusi akan hilang 1 2 minggu.
KONTUSI, STRAIN, DAN SPRAIN
Strain :
Strain adalah cedera otot yang terjadi akibat
penggunaan yang berlebihan, dapat ditunjukkan seperti :
Robekan mikroskopis tidak komplet

Perdarahan dalam jaringan

Tarikan otot akibat penggunaan / peregangan berlebihan

Stress berlebihan.

Gejala: rasa sakit atau nyeri mendadak, nyeri pemakaian otot
dan kontraksi isometric.
KONTUSI, STRAIN, DAN SPRAIN
Sprain :
Sprain merupakan suatu kondisi cedera ligamentum disekitar sendi
akibat gerakan menjepit atau memutar, yaitu :

Cedera struktur ligamentum disekitar sendi

Suatu akibat gerakan menjepit atau memutar

Kehilangan stabilitas

Pembuluh darah akan terputus

Edema sendi, nyeri tekan, dan sangat nyeri saat gerakan, nyeri akan
meningkat 2 3 jam setelah cedera.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada kontusi, strain dan sprain secara umum
adalah sebagai berikut:

Istirahatkan

Meninggikan bagian yang sakit

Kompres dingin intermiten (basah / kering) 20 30 menit pada 24 48
jam pertama setelah kejadian

Pemasangan balut tekan

Setelah masa penyembuhan yaitu masa inflamasi akut; misalnya 24
48 jam setelah cedera lakukan kompres hangat intermiten 15 30
menit 4 kali sehari

Latihan aktif dan pasif progresif dapat dimulai dalam 3 5 hari.
DISLOKASI
Pengertian
Dislokasi sendi adalah suatu keadaan
dimana permukaan sendi tulang yang
membentuk sendi tidak lagi terjadi dalam
hubungan anatomis.
TANDA DAN GEJALA
Nyeri
Perubahan kontur sendi
Perubahan panjang ekstremitas
Kehilangan mobilitas normal
Perubahan sumbu tulang yang mengalami
dislokasi.
PENATALAKSANAAN
Imobilisasi
Reduksi (dikembalikan pada kedudukan
semula)
Gerakan aktif lembut 3 4 kali sehari.
PERHATIAN
Beri kenyamanan
Evaluasi status neurovaskuler
Latih penggunaan / pengelolaan alat
imobilisasi.
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN
SISTEM MESKULOSKELETAL: FRAKTUR
Pengertian
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas
jaringan tulang dan/atau tulang rawan
yang umumnya disebabkan oleh
rudapaksa baik langsung maupun tidak
langsung.
Penyebab patah tulang
Pukulan langsung
Gaya meremuk
Gerakan puntir mendadak
Kontraksi otot ekstrem
Kondisi patologis.
JENIS FRAKTUR
Fraktur komplet
Fraktur tidak komplet
Fraktur terbuka:
Derajat patah tulang
Derajat Luka Fraktur
I. Laserasi kurang dari 2 cm, Fraktur
Sederhana, dislokasi fragmen minimal.

II. Laserasi > 2 cm, kontusi otot disekitarnya.
Dislokasi fragmen jelas.

III. Luka lebar, kerusakan hebat atau hilangnya
jaringan di sekitarnya.Fraktur : Kominutif,
segmental, fragmen tulang ada yang hilang.
Penggolongan yang lain:
Digolongkan sesuai pergeseran anatomis

Jenis khusus fraktur: greenstick, tranversal,
obliq, spiral, kominutif, depresi, kompresi,
patologik, avulse, epifiseal, impaksi.
Manifestasi klinis
Pengkajian pada gangguan muskuloskeletal, adalah:
Anamnesis : Tanyakan apakah ada cedera khas.

Lihat ( Look ) : Inspeksi, bandingkan antara kanan dan kiri,
deformitas, bengkak dan perubahan warna,
Luka dan peradahan.

Raba ( Feel ) : Analisis nyeri, krepitus; Nyeri obyektif ;
Nyeri Obyektif
Nyeri lingkar.
Nyeri sumbu pada tarikan dan/atau tekanan.

Gerak ( Movement ) : Aktif dan/atau pasif.
PROSES PENYEMBUHAN PATAH
TULANG
Fase Hematom
Pada fase permulaan akan terjadi perdarahan di sekitar patah tulang, yang
disebabkan oleh terputusnya pembuluh darah pada tulang dan periosteum.

Fase pembentukan kalus
Hematom ini akan kemudian akan menjadi medium pertumbuhan sel jaringan
fibrosis dengan kapuler di dalamnya. Jaringan ini akan menempelkan fragmen
tulang (kalus fibrosis).

Fase penyatuan tulang
Dalam hematom dan jaringan fibrosis ini kemudian tumbuh sel jaringan mesenkim
yang berifat osteogenik. Sel ini berubah menjadi sel kondroblast yang membentuk
kondroid yang merupakan bahan dasar tulang rawan. Sel ini akan berubah
menjadi osteoblast dan membentuk osteoid yang merupakan bahan dasar
tulang.kondroid dan osteoid ini mula-mula tidak mengandung kalsium hingga tidak
terlihat pada foto rontgen.

Konsolidasi dan proses swapugar.
Tahap selanjutnya terjadi penulangan atau osifikasi, kesemuanya ini
menyebabkan kalus fibrosa berubah menjadi kalus tulang, sehingga akan tampak
pada pemeriksaan rontgen.
KOMPLIKASI
Komplikasi segera
Lokal
Kulit : Abrasi, laaserasi, penetrasi.
Pembuluh darah : robek.
Sistem saraf : sumsum tulang belakang, saraf tepi motorik dan
sensorik.
Otot
Organ dalam : jantung, paru, hepar, limpa (pada fraktur kosta),
kandung kemih pada fraktur pelvis

Umum
Rudapaksa multiple.
Syok : hemoragik, neurogenik.
KOMPLIKASI
Komplikasi dini
Lokal : Nekrosis kulit, gangrene, sindrom
kompartemen, trombosis vena, infeksi
sendi, osteomielitis.
Umum : ARDS, emboli paru, tetanus.
KOMPLIKASI
Komplikasi lama

Lokal :
Sendi : ankilosis fibrosa, ankilosis osal.
Tulang : gagal taut / taut lambat / salah taut, distrofi
refleks, osteoporosis pasca trauma, gangguan
pertumbuhan, osteomielitis, patah tulang ulang.
Otot/tendo : penulangan otot, rupture tendon.
Saraf: kelumpuhan saraf lumbal

Umum : Batu ginjal (akibat imobilisasi lama di tempat tidur).

Vous aimerez peut-être aussi