Vous êtes sur la page 1sur 24

ASUHAN KEPERAWATAN RESIKO SYOK PADA IBU YANG

MENGALAMI RETENSIO PLASENTA PADA PERSALINAN KALA III











Oleh:
Nesa Suci Ayu Anggardina (11620570)








PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN S1
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufiq, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah untuk memenuhi tugas
Dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan sumbangan
pemikiran dari beberapa pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis
sampaikan ucapan terima kasih khususnya kepada:
1. Siti Khodijah, SST M. Kes, dosen Maternitas yang telah membimbing
kami dalam penyusunan makalah ini.
2. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu yang telah
membantu penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Hal ini
disebabkan terbatasnya pengetahuan yang kami miliki. Untuk itu, saran dan
kritik yang bersifat membangun dari para pembaca selalu kami harapkan demi
sempurnanya makalah ini.
Akhirnya, harapan kami mudah-mudahan makalah yang sederhana ini ada
manfaatnya khususnya bagi kami dan umumnya bagi para pembaca.amin.




Kediri, Oktober 2014
Penulis,








DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .....................................................................................
DAFTAR ISI ....................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................
1.3 Tujuan ...............................................................................................
1.4 Manfaat .............................................................................................
BAB 2 TINJAUAN TEORI
1. Pengertian syok ................................................................................
2. Etiologi syok ....................................................................................
3. Klasifikasi syok ................................................................................
4. Tahapan terjadinya syok ..................................................................
5. Tanda gejala syok ............................................................................
6. Pengertian dari retensio plasenta .....................................................
7. Etiologi dari retensio plasenta ..........................................................
8. Patofisiologi dan retensio plasenta ...................................................
9. Gambaran klinik dari retensio plasenta ............................................
10. Penatalaksanaan dari retensio plasenta ............................................
11. Pemeriksaan penunjang untuk retensio plasenta ..............................
12. Komplikasi dari retensio plasenta ....................................................
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN RETENSIO PLASENTA
3.1 Pengkajian .........................................................................................
3.2 Diagnosa Keperawatan......................................................................
3.3 Intervensi Keperawatan .....................................................................
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan .......................................................................................
4.2 Saran ..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................



BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan maternal adalah salah satu aspek dalam kesehatan reproduksi
perempuan, yang didalamnya menyangkut mortalitas (angka kematian) dan
morbiditas (angka kesakitan) pada wanita hamil dan bersalin, hal ini
merupakan masalah besar di negara berkembang seperti Indonesia.
Pernyataan tersebut dapat di perkuat oleh hasil survey:
1. Tahun 2000: AKI (Angka Kematian Ibu) 307/100.000, AKB (Angka
Kematian Bayi) 35/ 1000.
2. Tahun 2007: AKI 248/100.000, AKB 26,9
Dari data tersebut menjadikan Indonesia sebagai pemilik data AKI terbesar
di ASEAN. Penyebab utama kematian ibu sendiri menurut (WHO) adalah
Pendarahan, Retentio Plasenta, Infeksi, pre-eklamsia, dan prolog labour.
Faktor tertinggi kematian ibu adalah perdarahan, salah satu penyebab
perdarahan adalah terlambatnya plasenta keluar melebihi 30 menit setelah
bayi dilahirkan, hal ini biasa disebut dengan Retensio Plasenta.
Perdarahan postpartum dini jarang disebabkan oleh retensi plasenta yang
kecil, tetapi plasenta yang sering menyebabkan perdarahan pada akhir masa
nifas. Inspeksi plasenta setelah pelahiran harus dilakukan secara rutin,
apabila ada bagian plasenta yang hilang uterus harus dieksplorasi dan
plasenta dikeluarkan.

1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan resiko syok pada ibu yang mengalami
retensio plasenta persalinan kala III?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui tentang cara pemberian asuhan keperawatan resiko syok pada
ibu yang mengalami retensio plasenta persalinan kala III

1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengertian syok
2. Untuk mengetahui etiologi syok
3. Untuk mengetahui klasifikasi syok
4. Untuk mengetahui tahapan terjadinya syok
5. Untuk mengetahui tanda gejala syok
6. Untuk mengetahui pengertian dari retensio plasenta.
7. Untuk mengetahui etiologi dari retensio plasenta
8. Untuk mengetahui patofisiologi dan retensio plasenta
9. Untuk mengetahui gambaran klinik dari retensio plasenta.
10. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan dari retensio plasenta
11. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang untuk retensio plasenta.
12. Untuk mengetahui komplikasi dari retensio plasenta.

1.4 Manfaat
1. Bagi penulis
Dapat meningkatkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan resiko
syok pada ibu yang mengalami retensio plasenta persalinan kala III
2. Bagi pembaca
Dapat memberikan informasi kepada pembaca mengenai asuhan
keperawatan resiko syok pada ibu yang mengalami retensio plasenta
persalinan kala III










BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi / Pengertian Syok
Syok adalah suatu sindrom klinis akibat kegagalan akut fungsi sirkulasi
yang menyebabkan ketidakcukupan perfusi jaringan dan oksigenasi jaringan,
dengan akibat gangguan mekanisme homeostasis. Berdasarkan penelitian
Moyer dan Mc Clelland tentang fisiologi keadaan syok dan homeostasis, syok
adalah keadaan tidak cukupnya pengiriman oksigen ke jaringan. Sirkulasi
darah berguna untuk mengantarkan oksigen dan zat-zat lain ke seluruh tubuh
serta membuang zat-zat sisa yang sudah tidak diperlukan.
Syok merupakan keadaan gawat yang membutuhkan terapi yang agresif
dan pemantauan yang kontinyu atau terus-menerus di unit terapi intensif.

2.2 Etiologi syok
Syok dapat disebabkan oleh kegagalan jantung dalam memompa darah
(serangan jantung atau gagal jantung), pelebaran pembuluh darah yang
abnormal (reaksi alergi, infeksi), dan kehilangan volume darah dalam jumlah
besar (perdarahan hebat). Syok bisa disebabkan oleh:
1. Perdarahan (syok hipovolemik)
2. Dehidrasi (syok hipovolemik)
3. Serangan jantung (syok kardiogenik)
4. Gagal jantung (syok kardiogenik)
5. Infeksi (syok septik)
6. Reaksi alergi (syok anafilaktik)
7. Cedera tulang belakang (syok neurogenik)

2.3 Klasifikasi syok
Syok digolongkan ke dalam beberapa kelompok yaitu :
1. Syok kardiogenik (berhubungan dengan kelainan jantung)
2. Syok hipovolemik ( akibat penurunan volume darah)
3. Syok anafilaktik (akibat reaksi alergi)
4. Syok septik (berhubungan dengan infeksi)
5. Syok neurogenik (akibat kerusakan pada sistem saraf).

2.4 Tahapan syok
Keadaan syok akan melalui tiga tahapan mulai dari tahap kompensasi
(masih dapat ditangani oleh tubuh), dekompensasi (sudah tidak dapat
ditangani oleh tubuh), dan ireversibel (tidak dapat pulih).
1. Tahap kompensasi adalah tahap awal syok saat tubuh masih mampu
menjaga fungsi normalnya. Tanda atau gejala yang dapat ditemukan pada
tahap awal seperti kulit pucat, peningkatan denyut nadi ringan, tekanan
darah normal, gelisah, dan pengisian pembuluh darah yang lama. Gejala-
gejala pada tahap ini sulit untuk dikenali karena biasanya individu yang
mengalami syok terlihat normal.
2. Tahap dekompensasi dimana tubuh tidak mampu lagi mempertahankan
fungsi-fungsinya. Yang terjadi adalah tubuh akan berupaya menjaga
organ-organ vital yaitu dengan mengurangi aliran darah ke lengan,
tungkai, dan perut dan mengutamakan aliran ke otak, jantung, dan paru.
Tanda dan gejala yang dapat ditemukan diantaranya adalah rasa haus
yang hebat, peningkatan denyut nadi, penurunan tekanan darah, kulit
dingin, pucat, serta kesadaran yang mulai terganggu.
3. Tahap ireversibel dimana kerusakan organ yang terjadi telah menetap dan
tidak dapat diperbaiki. Tahap ini terjadi jika tidak dilakukan pertolongan
sesegera mungkin, maka aliran darah akan mengalir sangat lambat
sehingga menyebabkan penurunan tekanan darah dan denyut jantung.
Mekanisme pertahanan tubuh akan mengutamakan aliran darah ke otak
dan jantung sehingga aliran ke organ-organ seperti hati dan ginjal
menurun. Hal ini yang menjadi penyebab rusaknya hati maupun ginjal.
Walaupun dengan pengobatan yang baik sekalipun, kerusakan organ
yang terjadi telah menetap dan tidak dapat diperbaiki.




2.5 Tanda dan gejala syok
Syok secara klinis didiagnosa dengan adanya gejala-gejala sebagai berikut:
1. Hipotensi: tekanan sistole kurang dari 80 mmHg atau MAP (mean arterial
pressure / tekanan arterial rata-rata) kurang dari 60 mmHg, atau menurun
30% lebih.
2. Oliguria: produksi urin kurang dari 30 ml/jam.
3. Perfusi perifer yang buruk, misalnya kulit dingin dan berkerut serta
pengisian kapiler yang jelek.
Gejala yang timbul tergantung kepada penyebab dan jenis syok. Gejalanya
bisa berupa:
1. Pembentukan urine berkurang atau sama sekali tidak terbentuk urine
2. Tekanan darah rendah
3. Keringat berlebihan, kulit lembab
4. Tidak sadarkan diri
5. Lemah
6. Takikardia
7. Pernafasan ireguler
8. Pucat dan sianosis (bibir membiru)
9. Pupil mata melebar
10. Status mental berubah (gelisah, mual, haus, pusing, ketakutan, dan lain-
lain)
2.6 Definisi retensio plasenta
Retensio Plasenta adalah tertahannya plasenta atau belum lahirnya
plasenta Hingga atau lebih dari 30 menit setelah bayi lahir. (Taufan Nugroho,
2011:158). Retensio Plasenta adalah plasenta lahir terlambat lebih dari 30
menit (Manuaba, 2007)
2.7 Etiologi retensio plasenta
Pada sebagian besar kasus plasenta terlepas secara spontan dari tempat
implantasinya dalam waktu beberapa menit setelah janin lahir. Penyebab pasti
tertundanya pelepasan setelah waktu ini tidak selalu jelas, tetapi tampaknya
cukup sering adalah gangguan pelepasan plasenta disebabkan oleh gangguan
kontraksi uterus.
Plasenta yang sudah lepas tetapi belum dilahirkan juga merupakan salah
satu penyebab dari retensio plasenta. Keadaan ini dapat terjadi karena atonia
uteri dan dapat menyebabkan perdarahan yang banyak dan adanya lingkaran konstriksi
pada bagian bawah rahim. Hal ini dapat disebabkan karena penanganan kala
III yang keliru/salah dan terjadinya kontraksi pada bagian bawah uterus yang
menghalangi placenta (placenta inkaserata).
Berikut ini merupakan klasifikasi Retensio Plasenta menurut tingkat
perlekatanya :
1. Plasenta Akreta adalah implantasi plasenta yang perlekatannya ke
dinding uterus terlalu kuat, vilus/ jonjot korion plasenta melekat ke
miometrium.
2. Plasenta inkreta adalah implantasi plasenta yang perlekatannya ke
dinding uterus terlalu kuat, vilus plasenta benar-benar menginvasi
miometrium.
3. Plasenta perkreta adalah implantasi plasenta yang perlekatannya ke
dinding uterus terlalu kuat, vilus plasenta menembus miometrium.
4. Plasenta Adhesiva adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion
plasenta sehingga mengakibatkan kegagalan mekanisme separasi
fisiologis
5. Plasenta Inkarserata adalah tertahannya pllasenta di dalam kavum uteri,
disebabkan kontriksi ostitum uteri
Tabel : Gambaran dan dugaan penyebab retensio plasenta
Gejala
Separasi/ akreta
parsial
Plasenta
Inkaserata
Plasenta Akreta
Konsistensi
Uterus
Kenyal Keras Cukup
Tinggi
Fundus
Sepusat
2 jari bawah
pusat
Sepusat
Bentuk
Uterus
Diskoid Agak Globuler Diskoid
Perdarahan Sedang-Banyak Sedang Sedikit/tidak ada
Tali Pusat Terjulur sebagian Terjulur Tidak terjulur
Ostium uteri Terbuka Konstriksi Terbuka
Separasi
plasenta
Lepas sebagian Sudah lepas
Melekat
seluruhnya
Syok Sering Jarang Jarang sekali

2.8 Patofisiologi retensio plasenta
Pada dasarnya perdarahan terjadi karena pembuluh darah di dalam uterus
masih terbuka. Pelepasan plasenta memutuskan pembuluh darah dalam
stratum spongiosum sehingga sinus-sinus maternalis ditempat insersinya
plasenta terbuka.
Pada waktu uterus berkontraksi, pembuluh darah yang terbuka tersebut
akan menutup, kemudian pembuluh darah tersumbat oleh bekuan darah
sehingga perdarahan akan terhenti. Pada kondisi retensio plasenta, lepasnya
plasenta tidak terjadi secara bersamaan dengan janin, karena melekat pada
tempat implantasinya. Menyebabkan terganggunya retraksi dan kontraksi otot
uterus sehingga sebagian pembuluh darah tetap terbuka serta menimbulkan
perdarahan.

2.9 Penatalaksanaan retensio plasenta
a. Retensio plasenta dengan sparasi parsial
1. Tentukan jenis retensio yang terjadi karena berkaitan dengan tindakan
yang akan diambil. Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk
mengedan. Bila ekspulsi tidak terjadi, coba traksi terkontrol tali pusat.
2. Beri drips oksitosin dalam infuse NS/RL. Bila perlu kombinasikan
dengan misoprostol per rectal. (sebaiknya tidak menggunakan
ergometrin karena kontraksi tonik yang timbul dapat menyebabkan
plasenta terperangkap dalam kavum uteri)
3. Bila traksi terkontrol gagal untuk melahirkan plasenta, lakukan manual
plasenta secara hati-hati dan halus untuk menghindari terjadinya
perforasi dan perdarahan. Lakukan trasnfusi darah apabila di perlukan.
4. Beri antibiotika profilaksis (ampisilin IV/ oral + metronidazol
supositoria/ oral)
5. Segera atasi bila terjadi komplikasi perdarahan hebat, infeksi syok
neurogenik.
b. Plasenta inkaserata
1. Tentukan diagnosis kerja melalui anamnesis, gejala klinik dan
pemeriksaan.
2. Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan untuk menghilangkan
kontriksi serviks dan melahirkan plasenta.
3. Pilih fluethane atau eter untuk kontriksi serviks yang kuat, siapkan
drips oksitosin dalam cairan NS/RL untuk mengatasi gangguan
kontraksi yang diakibatkan bahan anestesi tersebut.
4. Bila prosedur anestesi tidak tersedia dan serviks dapat dilakukan cunam
ovum, lakukan maneuver skrup untuk melahirkan plsenta.
Pengamatan dan perawatan lanjutan meliputi pemantauan tanda vital, kontraksi
uterus, tinggi fundus uteri dan perdarahan pasca tindakan. Tambahan
pemantauan yang di perlukan adalah pemantauan efek samping atau
komplikasi dari bahan bahan sedative, analgetika atau anastesi umum
misalnya mual, muntah, hipo/ atonia uteri, pusing/ vertigo, halusinasi,
mengantuk
c. Plasenta akreta
1. Tanda penting untuk diagnosis pada pemerisaan luar adalah ikutnya
fundus atau korpus bila tali pusat ditarik. Pada pemeriksaan dalam sulit
di tentukan tepi plasenta karena imolantasi yang dalam.
2. Upaya yang dapat dilakukan pada fasilitas kesehatan dasar adalah
menentukan diagnosis, stabilisasi pasien dan rujuk ke rumah sakit
rujukan karena kasus ini memerlukan operatif bagan.
d. Sisa plasenta
1. Penemuan secara dini, hanya dimungkinkan dengan melakukan
pemeriksaan kelengkapan plasenta setelah dilahirkan. Pada kasus sisa
plasenta dengan perdarahan pasca persalinan lanjut, sebagian besar
pasien akan kemabali lagi ke tempat bersalin dengan keluhan
perdarahan setelah beberapa hari pulang ke rumah dan subinvolusi
uterus
2. Berikan antibiotika karena perdarahan juga merupakan gejala metritis.
Antibiotika yang di pilih adalah ampisilin IV dilanjutkan oral
dikombinasikan dengan metronidazol supositoria.
3. Lakukan eksplorasi digital (bila serviks terbuka) dan mengeluarkan
bekuan darah atau jaringan. Bila serviks hanya dapat dilalui oleh
instrument, lakukan evakuasi sisa plasenta dengan dilatasi dan kuretase.
4. Bila kadar Hb<8g/dL berikan transfuse darah. Bila kadar Hb> 8g/ dL,
berikan ferosus.
Pada kelainan yang luas, perdarahan menjadi berlebihan sewaktu dilakukan
upaya untuk melahirkan plasenta. Pada sebagian kasus plasenta menginfasi
ligamentum latum dan seluruh serviks (Lin dkk., 1998). Pengobatan yang
berhasil bergantung pada pemberian darah pengganti sesegera mungkin dan
hampir selalu dilakukan tindakan histerektomi (operasi pengangkatan rahim).
Pada plasenta akreta totalis, perdarahan mungkin sangat sedikit atau tidak
ada. Paling tidak sampai di lakukan upaya pengeluaran plasenta secara
manual. Kadang-kadang tarikan tali pusat dapat menyebabkan inversion uteri.
Inversion uteri adalah uterus terputar balik sehingga fundus uteri terapat
dalam vagina dengan selaput lendirnya sebelah luar. Inversion uteri paling
sering menimbulkan perdarahan akut yang mengancam nyawa.

2.10 Gejala Klinis
1. Plasenta tidak lepas secara spontan atau timbul perdarahan aktif setelah
bayi dilahirkan.
2. Plasenta tidak ditemukan di dalam kanalis servikalis tetapi secara parsial
atau lengkap menempel di dalam uterus.

2.11 Pemeriksaan Penunjang
1. Hitung darah lengkap: untuk menentukan tingkat hemoglobin (Hb) dan
hematokrit (Hct), melihat adanya trombositopenia, serta jumlah leukosit.
Pada keadaan yang disertai dengan infeksi, leukosit biasanya meningkat.
2. Menentukanadanya gangguan koagulasi dengan hitung protrombin time
(PT) dan activated Partial Tromboplastin Time (APTT) atau yang
sederhana dengan Clotting Time (CT) atau Bleeding Time (BT). Ini
penting untuk menyingkirkan perdarahan yang disebabkan oleh faktor lain.

2.12 Komplikasi
1. Komplikasi yang berhubungan dengan transfusi darah yang dilakukan.
2. Multiple organ failure yang berhubungan dengan kolaps sirkulasi dan
penurunan perfusi organ.
3. Sepsis
4. Kebutuhan terhadap histerektomi dan hilangnya potensi untuk memiliki
anak selanjutnya.






















BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
MKB : 17 Agustus 2007 Jam : 02.45
Reg : 12-46-57
Ruangan :
Tanggal : 17 Agustus 2007 Jam 02.50 WIB
3.1.1 DATA SUBYEKTIF
1. Biodata
Nama Istri Ny. U Nama Suami Tn. N
Umur 35 tahun Umur 40 tahun
Status kawin Kawin Perkawinan Ke 1
Suku/Bangsa Jawa /Indonesia Suku/Bangsa Jawa /Indonesia
Agama Islam Agama Islam
Pendidikan SLTA Pendidikan SLTA Tamat
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga Pekerjaan Swasta
Alamat Keset Rt 4/1 Sidorejo Deket Lamongan

2. Keluhan Utama
Plasenta belum lahir 1 jam setelah bayi lahir

3. Riwayat Menstruasi
Menarche 13 tahun
Siklus 30 hari
Lama 4-5 hari
Jumlah Hari 1-2 2-3 kotek penuh, hari berikutnya 2 kotek tidak penuh
Dismenorhoe Hari pertama menst
Sifat darah Cair, sedikit bergumpal
Warna Merah segar
Fluor albus 1-2 hari sebelum menstruasi, warna putih jernih, tidak berbau
HPHT 27 Desember 2006
4. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Kehamilan
G.P.A : G
3
P
2002
Umur Kehamilan : 9 bulan
A.N.C : 7 kali di bidan A
Trimester I Ibu periksa 2 x pada umur kehamilan 1 bulan dan
3 bulan, mendapatkan mendapatkan vitamin, diminum sampai
habis dan penyuluhan makanan sehat
Trimester II Ibu periksa 3 x dibidan, ibu mengalami
perdarahan pada usia 4 bulan dan dirujuk kedokter RAB,
mendapat pemeriksaan USG dan obat serta anjuran untuk
istirahat. Ibu mendapatkan imunisasi TT1 dan TT2 pada bulan
ke-5 dan 6 kehamilan
Trimester III Ibu periksa 2x mendapatkan folavit 1x1 dan
penyuluhan perawatan diri
Perawatan payudara : ibu sudah melakukan perawatan
payudara setiap selesai mandi sejak kehamilan 8 bulan
b. Riwayat Kehamilan , Persalinan dan Nifas Yang Lalu
No Suami Kehamilan Persalinan Anak KB
UK Pnylit Pnolong Jns
Pers
Penyulit Seks BBL Umur
1 1 9 bln - Bidan
A
Spt - L 3500/50 12 thn Suntik
1bl
2 1 9 bln - Bidan
A
Spt - PR 3000/50 8 thn Suntik 1
bl
c. Riwayat Persalinan
Persalinan : Tanggal 17-8- 2007, Jam 01.15
WIB
Tempat persalinan : BPS Bidan
Penolong : Bidan
Jenis persalinan : Spontan B
Lama persalinan :
Kala I : Tidak terkaji
Kala II : Tidak terkaji
Kala III : Plasenta belum lahir
Perdarahan : 500 cc
Keadaan Bayi : Normal
Jenis kelamin : laki-laki
BB/PB : 4000 gram / 50 cm
A-S : 7-8
d. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Ibu juga tidak pernah menderita penyakit menular seperti
seperti TBC, Hepatitis, penyakit menular seksual, tidak
pernah menderita penyakit menurun seperti DM, Asma,
Hipertensi serta tidak mempunyai keturunan kembar
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada keturunan
kembar, tidak ada yang menderita penyakit menurun
seperti DM, Asma, Hipertensi, dan tidak ada yang
menderita penyakit menular seperti TBC, Hepatitis,
penyakit menular seksual
f. Pola Kesehatan Fungsional Sehari-hari
Anamnesa tanggal 17-8-2007 Jam 06.30
a) Pola Nutrisi
Selama hamil : ibu makan 3x/hari, tiap makan habis 1
piring sedang dengan komposisi nasi, sayuran hijau
dan lauk pauk seadanya. Ibu minum 8-9 gelas / hari ,
jenis minuman air putih dan air the
Selama di RS : minum air teh 2 gelas, makan ,
mendapatkan jatah dari RS NS TKTP makan habis
porsi
b) Pola Eliminasi
Selama hamil : BAB 1x/ hari konsistensi lembek,
BAK 5-6x/hari berwarna jernih, lancar
Selama di RS : terpasang DC , urine 100 ml
c) Pola Istirahat
Selama hamil : Ibu tidur 8-9 jam/hari, siang 1-2
jam dan malam 6-7 jam
Selama di RS : Ibu tidur 2 jam (post plasenta
manual)
d) Pola Aktifitas
Selama hamil : Ibu melakukan pekerjaan rumah
tangga seperti menyapu, memasak sendiri
Selama di RS : Ibu berbaring ditempat tidur dengan
mobilisasi miring kanan/miring kiri
e) Pola Personal Higiene
Selama hamil : Ibu mandi 2-3x sehari, gosok gigi
2x/hari, ganti baju 2x/hari dan ganti celana dalam
celana dalam tiap kali mandi
Selama di RS : diseka 1x sore, ganti kotek 1x, ganti
baju 1x
3.1.2 DATA OBYEKTIF
1. Keadaan Umum
Keadaan
umum
Kesadaran
Lemah
Composmentis
GCS 4-5-6
Tekanan
Darah
90/60mmHg RR 24x/menit
Nadi 101 x/menit Suhu 37
o
C
2. Pemeriksaan Fisik
Kulit
kepala
Bersih, rambut warna hitam, distribusi merata,
tidak ada ketombe, tidak mudah rontok
Muka Tidak ada odem, ibu menyeringai menahan
sakit, wajah terlihat pucat
Mata Simetris, tidak ada secret, sklera berwarna
putih terdapat gambaran tipis pembuluh darah,
Conjungtiva pucat
Hidung Penafasan spontan, tidak ada secret, tidak ada
polip
Mulut Mucosa bibir kering, tidak ada stomatitis, gigi
terdapat karies pada molar kanan, lidah bersih,
lidah tidak berslag
Telinga Pendengaran baik, bersih, tidak ada serumen
Leher Tidak terdapat pembesaran kelenjar limfe dan
tidak ada ada pembesaran kelenjar tiroid. Tidak
terdapat bendungan vena jugularis
Dada Bentuk simetris,tidak ada tarikan intercosta,
bentuk mammae simetris, hiperpigmentasi pada
areola mammae puting susu menonjol keluar,
tidak teraba benjolan abnormal, kolostrum
sudah keluar
Abdomen Tidak ada luka bekas operasi,hiperpigmentasi
pada perut, terdapat striae lividae, TFU
setinggi pusat, kandung kemih teraba kosong
Genetalia Vulva tidak ada odem/ varises, perineum
intack, tali pusat terlihat diluar vagina, keluar
perdarahan 300 cc
Anus Tidak ada hemorroid
Ekstremitas
Atas
Bawah
Pada tangan kiri terpasang infuse RL 20
tts/menit, tetesan lancar, tidak odem
Tidak ada odem, tidak ada varises, akral dingin
3. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 17-8-2007
Hb : 7.6 gram % N : 13-18 gr %
Hematokrit : 20,5 N : 35 47
Lekosit : 25.600 N : 4000-11.00


3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan kehilangan
cairan, laserasi jalan lahir
2. Resiko syok berhubungan dengan perdarahan berlebih
3. Risiko cedera (meternal) berhubungan dengan kesulitan pelepasan
plasenta, profil darah abnormal.
4. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan.

3.3 Intervensi Keperawatan
1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
kehilangan cairan, laserasi jalan lahir
Tujuan:
terhindar dari resiko kekurangan volume cairan setelah mendapatkan tindakan
keperawatan selama tiga hari
Kreteria Hasil:
a. tekanan darah dan nadi pasien normal (TD: 110/70- 119/79mmHg ;
N:60-90x/menit)
b. mendemonstrasikan kontraksi adekuat dari uterus dengan kehilangan
darah dalam batas normal
Intervensi:
a. Instruksikan klien untuk mendorong plasenta pada kontraksi, bantu
mengarahkan perhatiannya untuk mengejan.
R/ Mengejan membantu pelepasan dan pengeluaran plasenta,
menurunkan kehilangan darah dan meningkatkan kontraksi uterus.
b. Palpasi uterus ; perhatikan ballooning.
R/ Menunjukkan relaksasi uterus dengan perdarahan ke dalam rongga
uterus.
c. Pantau tanda dan gejala kehilangan cairan berlebihan atau syock.
R/ Hemoragi dihubungkan dengan kehilangan cairan lebih besar dari 500
ml dapat dimanifestasikan oleh peningkatan nadi, penurunan TD,
sianosis, disorientasi, peka rangsangan, dan penurunan kesadaran
d. Tempatkan bayi di payudara klien bila ia merencanakan untuk memberi
ASI.
R/ Penghisapan merangsang pelepasan oksitoksin dari hipofisis posterior,
meningkatkan kontraksi miometrik dan menurunkan kehilangan darah.
e. Catat waktu dan mekanisme pelepasan plasenta ; misalnya mekanisme
Duncan versus mekanisme Schulze.
R/ Lebih banyak waktu diperlukan bagi plasenta untuk lepas, dan lebih
banyak waktu di mana miometrium tetap rileks, lebih banyak darah
hilang
f. Dapatkan dan catat informasi yang berhubungan dengan inspeksi uterus
dan plasenta untuk fragmen plasenta yang tertahan.
R/ Jaringan plasenta yang tertahan dapat menimbulkan infeksi
pascapartum dan hemoragi segera atau lambat.
g. Berikan cairan melalui rute parenteral.
R/ Bila kehilangan cairan berlebihan, penggantian secara parenteral
membantu memperbaiki volume sirkulasi dan oksigenasi dari organ vital.
h. Berikan oksitoksin melalui rute IM atau IV drip diencerkan dalam larutan
elektrolit, sesuai indikasi.
R/ Meningkatkan efek vasokonstriksi dalam uterus untuk mengontrol
perdarahan pascapartum setelah pengeluaran plasenta.
i. Bantu sesuai kebutuhan dengan pengangkatan plasenta secara manual di
bawah anestesi umum dan kondisi steril.
R/ Intervensi manual perlu untuk memudahkan pengeluaran placenta dan
menghentikan hemoragi
2. Resiko syok b.d perdarahan berlebih
Tujuan :
Terhindar dari ketidakcukupan aliran darah kejaringan tubuh
Kriteriahasil :
Setelah dilakukan perawatan selama 2x 24 jam pasien dapat terhinadr dari
syok ditandai dengan :
a. Nadi dalam batas normal 60-100 x/mnt
b. Irama jantung dalam batas yang diharapkan
c. Tekanan darah dalam batas normal 100 140 mmHg
Intervensi
a. Monitor status sirkulasi BP, warna kulit, suhu kulit, denyut jantung, nadi
perifer,
R/ status sirkulasi menunjukkan kadar o2 dalam darah
b. Monitor tanda inadekuat oksigenasi jaringan
R/ oksigen yang tidak adekuat salah satu tanda syok
c. Monitor tanda awal syok
R/ monitor sebagai penentu tindakan selanjutnya
d. Tempatkan pasien pada posisi supine kaki elevasi untuk peningkatan
preload dengan tepat
R/ posisi akan meningkatkan preload sehingga jantung tetap mendapat
makanan
e. Kolaborasi pemberian cairan per IV dan atau oral yang tepat
R/ pemberian cairan untuk mengganti cairan yang hilang
3. Risiko cedera (meternal) b/d kesulitan dengan pelepasan plasenta, profil
darah abnormal.
Tujuan Keperawatan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, tidak terdapat adanya tanda tanda
resiko
Kriteria hasil:
a. Klien terbebas dari cedera
b. Klien mampu mengenali perubahan status kesehatan
Intervensi:
a. Palpasi fundus dan masase dengan perlahan.
R/ Memudahkan pelepasan plasenta
b. Masase fundus dengan perlahan setelah pengeluaran plasenta.
R/ Mengurangi rangsangan/ trauma berlebihan pada fundus
c. Kaji irama pernafasan dan pengembangan .
R/ Pada pelepasan plasenta, bahaya ada berupa emboli cairan amnion
dapat masuk ke sirkulasi maternal, menyebabkan emboli paru, atau
perubahan cairan dapat mengakibatkan mobilisasi emboli
d. Bersihkan vulva dan perineum dengan air dan larutan antiseptik steril ;
berikan pembalut perineal steril.
R/ Menghilangkan kemungkinan kontaminan yang dapat mengakibatkan
infeksi saluran asenden selama periode pascapartum
4. Nyeri akut b/d trauma jaringan.
Tujuan Keperawatan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri dapat berkurang hilang.
Kriteria hasil:
a. Mampu mengontrol nyeri
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang
c. Mampu mengenali nyeri
Intervensi:
a. Observasi reaksi verbal maupun nonverbal dari ketidaknyamanan
R/ Mengetahui reaksi pasien
b. Ajarkan teknik nafas dalam.
R/ Pernapasan membantu mengalihkan perhatian langsung dari
ketidaknyamanan, meningkatkan relaksasi
c. Berikan kompres pada perineum setelah melahirkan
R/ Mengkonstriksikan pembuluh darah, menurunkan edema, dan
memberikan kenyamanan dan anastesi lokal.
d. Ganti pakaian dan linen basah.
R/ Meningkatkan kenyamanan, hangat, dan kebersihan
e. Berikan selimut penghangat.
R/ Kehangatan meningkatkan relaksasi otot dan meningkatkan perfusi
jaringan, menurunkan kelelahan dan meningkatkan rasa nyaman







BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian tersebut maka ada beberapa hal yang dapat di simpulkan
yaitu sebagai berikut. Retensio plasenta adalah keadaan dimana plasenta tidak
lahir selama dalam waktu atau lebih dari 30 menit setelah bayi lahir. Ada dua
keadaan yang menyebabkan terjadinya retensio placenta yaitu :
1. Placenta belum lepas dari dinding rahim dikarenakan placenta tumbuh
melekat lebih dalam dan.
2. Placenta telah terlepas akan tetapi belum dapat dikeluarkan. (masih ada sisa-
sisa potongan plasenta di rahim)
Masalah yang terjadi akibat dari retensio plasenta adalah perdarahan bahkan
bisa berakibat syok.

4.2 Saran
Penyebab utama kematian ibu sendiri menurut (WHO) adalah perdarahan,
semoga dalam makalah ini dapat memberikan wawasan sehingga dapat mencegah
terjadinya kematian karena perdarahan akibat dari retensio plasenta. Penulis
menyarankan agar pembaca dapat mencari referensi lain tentang retensio plasenta
pada kehamilan dan juga perdarahan untuk diaplikasikan sehingga dapat
mencegah dan menurunkan angka kematian ibu di Indonesia.











DAFTAR PUSTAKA
Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2002.
Harry Oxorn, Ilmu Kebidanan Patofisiologi dan Persalinan, Edisi Human Labor
and Birth, Yayasan Essentia Medica, 1990.
Mary Hamilton, Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas, EGC, Jakarta, 1995.
Muliyati, Buku Panduan Kuliah Keperawatan Maternitas, Makassar, 2005

Vous aimerez peut-être aussi