Pengenalan: Kedaulatan, Anarki dan Pemerintahan Global
Anarki merupakan dasar dari Hubungan Internasional yang bersifat negara-sentris
sama halnya dengan kedaulatan yang juga dasar dari Hubungan Internasional yang bersifat negara-sentris. Sesuai dengan yang disampaikan oleh Hinsley bahwa isu kedaulatan muncul pada abad ke XVI dan XVII yang pada saat itu dikenal sebagai gagasan berkepala dua. Di satu sisi, penguasa memiliki kedaulatan yang tidak menerima adanya kesetaraan domestik dalam negeri. Tapi disisi lain, tidak ada negara yang lebih superior dibanding negara lainnya. Gagasan ini kemudian diterima dan diikuti dengan diselenggarakannya Perjanjian Westphalia yang mengakhiri perang 30 tahun di daratan Eropa yang menjadi dasar dari paham Anarki. Dari perjanjian Westphalia kemudian menghasilkan konsep kedaulatan sebuah negara. Meskipun masih mendapat pertentangan pada waktu itu, Perjanjian Westphalia mengharuskan negara lain menghormati dan tidak mencampuri urusan kedaulatan negara lain. Masih dari Perjanjian Westphalia, sebuah negara baru dapat dikatakan berdaulat ketika negara tersebut mendapat pengakuan kedaulatan dari negara lain. Konsep kedaulatan dapat dibedakan menjadi dua, yakni kedaulatan sebagai status yuridis dan kedaulatan sebagai konsep politik. Kedaulatan sebagai status yuridis yang dimaksud ialah negara memiliki status yang sah dalam dunia internasional. Negara yang memiliki status yuridis di akui oleh negara-negara lain. Kedaulatan sebagai konsep politik, lebih menekankan kepada bagaimana negara tersebut memiliki kekuatan dan kapasitas dalam bertindak pada dunia internasional. Perbedaan keduanya ialah status yuridis melihat negara semuanya sama asalkan memiliki kedaulatan. Sedangkan konsep politik memasukkan aspek derajat sebuah negara karena bergantung pada kekuatan dan kapasitas sebuah negara. Perbedaan pandangan terhadap konsep kedaulatan diatas, tidak begitu berpengaruh pada masa Sistem Westphalia diberlakukan karena kekuatan sebuah negara pada perjanjian Westphalia telah dibatasi oleh jangkauan dan ruang lingkup yang dipertegas melalui batas- batas negara. Pada masa itu, negara-negara lebih memfokuskan kegiatannya seperti pemungutan pajak dan pembuatan hukum yang berlaku. Menurut Waltz salah satu fungsi utama dari sebuah negara yang berdaulat ialah keberhasilan mencapai tujuan-tujuan sosial tertentu dan regulasi yang berhasil. Akan tetapi ukuran keberhasilan sebuah negara berdaulat akan menjadi sangat kecil jika keberhasilannya hanya melingkupi suatu daerah yang kecil. Oleh karena itu dibutuhkan kerjasama dari pihak luar untuk memperbesar keberhasilan suatu negara. Sebuah contoh pada masa itu, sebuah negara memiliki kemampuan untuk membangun sebuah layanan pos, akan tetapi kemampuan tersebut sangat terbatas kecuali mampu mengirim dan menerima surat melewati batas-batas negara. Untuk mewujudkan hal tersebut negara-negara harus rela memberikan sebagian kekuatan/kemampuan yang dimilikinya kepada sebuah badan Internasional yang pada saat itu disebut dengan Universal Postal Union pada tahun 1874. Dengan kata lain, untuk benar-benar menjadi negara berdaulat kadangkala negara harus menyerahkan sebagian kedaulatannya. Seiring berjalannya waktu, ketika dunia telah memasuki masa industri yang mengedepankan efisiensi pengerjaan dan manufaktur negara-negara mulai berpikir dan mencari cara untuk memperluas pasar dan jangkauan aktivitas ekonomi mereka. Diawali oleh Inggris dan Prancis yang menciptakan pasar tunggal diantara kedua negara yang menghilangkan hambatan-hambatan perdagangan. Kebutuhan-kebutuhan seperti inilah yang menstimulus munculnya badan-badan internasional seperti International Telegraphic Union tahun 1865, International Bureau if Weifhts and Measures tahun 1875, International Labour Office tahun 1901. Pada abad ke-XX, sistem PBB mempercepat pelembagaan fungsi kerjasama institusi seperti IMF, World Bank dan WTO yang mencoba untuk mengatur aktivitas negara pada jangkauan yang lebih luas. Kesemua Institusi-institusi yang lahir ini pada akhirnya menumbuhkan kedaulatannya sendiri yang mampu mengatur kedaulatan negara-negara anggotanya. Singkat kata, meskipun dunia tidak memiliki pemerintahan yang mengatur negara- negara ( sebab negara tidak ingin menyerahkan status yuridis mereka), mereka mencoba menciptakan sebuah perpanjangan jaringan dari pemerintahan global. Pemerintahan global yang dimaksud ialah pemerintahan yang mampu mengatur negara-negara dalam bidang kehidupan tertentu tanpa mengurangi kedaulatan sebuah negara. Fungsionalisme Dalam memahami perkembangan institusi-institusi internasional kita bisa menggunakan teori Fungsionalisme. Teori Fungsionalisme merupakan pendekatan yang paling penting dalam institusi internasional yang mulai muncul pada abad ke-XX. David Mitrany merupakan pencetus dari Teori Fungsionalisme ini mengatakan Pertama, manusia cukup rasional untuk merespon kebutuhannya akan kerjasama jika itu membawanya pada keuntungan. Asumsi ini jelas sekali menciptakan banyak sekali permintaan akan human reason. Kedua, manusia memiliki sejumlah pengenalan alamiah, sehingga ia mampu menolak sesuatu hasil akhir dan memilih hasil akhir lain yang tetap mengakomodasi kebutuhan mereka. Pada akhirnya, manusia lebih memilih untuk tidak membunuh, ia lebih memilih perdamaian, hukum, dan keteraturan. Ketiga, perang disebabkan oleh kemiskinan, kesengsaraan, keputus-asaan, jika kondisi ini dapat dieliminasi, maka rangsangan untuk menguatkan militer akan surut. Oleh karenanya, Fungsionalis mendukung sebuah pendekatan bertahap atas kesatuan global yang didesain untuk mengisolasi dan pada akhirnya mengubah kekeraskepalaan negara bangsa yang telah usang. Keempat, kecemburuan atas kedaulatan dijumpai hanya dalam unit teritorial, dan tidak pada fungsional. Oleh karena itu, koordinasi perbanyakan agensi yang overlapping tidak sesulit mendamaikan negara-negara. Kelima, optimisme bahwa organisasi yang didesain untuk sebuah kebutuhan atau permasalahan spesifik akan hilang manakala kebutuhan tersebut terpenuhi. Fungsionalisme adalah teori paling tua yang membahas integrasi, dimana ia membangun perdamaian dengan potongan-potongan lewat organisasi transnasional yang fokus pada kedaulatan bersama ketimbang menyerahkan kedaulatan masing-masing negara pada sebuah institusi supranasional. FUNGSIONALISME Dalam teori Fungsionalisme tokoh yang sangat berperan adalah David Mitrany, yang mana asumsinya adalah bahwa penawaran itu harus sesuai dengan tuntutan guna memenuhi kebutuhan dasar umat manusia seperti makanan, perlindungan, dan keamanan. Meningkatnya spesialisasi dan pertukaran yang lebih luas dalam barang, jasa dan orang- orang menyebabkan meningkatnya konsekuensi terhadap permasalahan seperti depresi ekonomi dan wabah. Hasilnya kelompok-kelompok kecil menjadi kesulitan menangani permasalahan mengglobal tersebut. Oleh karena itu, badan-badan internasional telah dibentuk untuk memecahkan permasalahan global. Teori Fungsionalisme ini menjelaskan lebih lanjut yang pada awalnya, organisasi itu merupakan unit kecil yang mungkin belum menjadi organisasi hanya berupa asosiasi-asosiasi. Namun, karena kinerjanya memang memenuhi kbutuhan manusia maka organisasi tersebut semakin lama semakin membesar. Fungsionalisme tidak menekankan pada aspek High politic tetapi lebih menekankan pada fungsi-fungsi yang kecil sepertihanya menangani masalah korban perang, kesehatan, pengadilan dan mahkamah internasional. Semakin lama organisasi-organisasi kecil itu semakin banyak anggotanya yang kemudian disatukan oleh negara-negara dalam satu payung organisasi supranasional. Kaum fungsionalisme menekankan bahwa proses intergrasi tidak akan berlanjut lebih jauh tanpa tercapainya kerjasama dalam memecahkan permasalahan bersama. Model kaum Fungsionalis yang paling nyata adalah proses pembentukan Uni Eropa yang dimulai dari komunitas besi baja yang khusus menangani masalah produksi dan perdaga ngan, berlanjut ke pembentukan pasar bersama dalam aspek ekonomi hingga terciptanya Union seperti saat ini yang melingkupi aspek ekonomi, politik bahkan jugakesepakatan penanganan masalah keamanan.
II. NEO-FUNGSIONALISME Neo-fungsionalisme menggabungkan unsur- unsur teori komunikaasi, teorifungsionalisme dan federalisme. Teori ini menyatakan bahwa u nit-unit didirikan berdasarkan kesepakatan-kesepakatan diantara negara- negara, terutama dalamhubungannya dengan pasar bersama atau kesepakatan ekonomi. Teori ini menjelaskan bahwa kesinambungan kerjasama ini tidak akan berlangsung lama tanpa ada unsur kesepahaman yang diupayakan oleh para anggotanya. Artinya, harus ada ego yang ditekanuntuk menyelaraskan kepentingan nasional masing-masing guna menghasilkan kebijakanyang bisa merangkul semua anggota. Jika pada awal berdirinya suatu organisasi itu karenaadanya kebutuhan yang sama mengenai sesuatu hal dan pertimbangannya karena aspek untung- rugi, pada proses selanjutnya high poltic ternyata tetap diperlukan untuk memelihara organisasi tersebut, terutama dalam hal membuat keputusan. Peran elit politik,komitmen para aktor pada perjanjian-perjanjian yang mereka buat, seperti halnya asumsi-asumsi kaum federalis semua itu tetap penting dalam eksistensi sautu organisasi, terlebihorganisasi supranasional.Tokoh yang berperan penting dalam teori ini dalah Ernst B.Haas , menurutnya,Integrasi merupakan suatu proses dimana aktor politk dari berbagai bangsa berusaha untuk menggeser royalitas dan kegiatan politik mereka kearah suatu pusat yang baru, dimanalembaga tersebut ikut menentukan kebijakan regional negara- negara anggotanya. Diamenjelaskan lebih lanjut lagi bahwa institusi regional maupun internasional diperlukan oleh
negara-negara berdaulat yang kapasitas mereka untuk memperjuangkan kesejahteraan bagirakyatnya sedang menurun. Sehingga ia memandang negara mempunyai andil besar dalam pembentukan dan kinerja sebuah institusi.Prediksi utama neofungsionalisme adalah bahwa integrasi akan menjadi self- sustaining dan bersifat spill over . Ada dua jenis spill over yang pertama adalah spill over fungsional dimana unit-unit yang kecil yang terlibat dalam integrasi akan menciptakan permasalahan baru yang hanya bisa dipecahkan melalui kerja sama lebih lanjut. Meningkatnya kompleksitas inerdependendi berarti bahwa kerja sama di satu wilayah akanmemperluas kerjasama mereka ke dalam wilayah-wilayah yang lebih luas. Kelompok- kelompok penekan akan memaksa terbentuknya integrasi yang lebih lanjut gunamendapatkan berbagai keuntungan ekonomi yang lebih besar.Kedua adalah spill over politis, dimana manajemen interdependensi yang kompleksmembutuhkan manajemen teknokratik terpusat, sekali diciptakan institusi- institusimenghasilkan suatu dinamika internal didalam tubuhnya sendiri yang hasil akhirnya adalahtersebarnya loyalitas.